DI SUSUN OLEH :
Erliyadi Cahyono
Nim. 19144001178
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA MEDIS
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan
massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko
fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang
menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh
memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus
menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi(hormon paratiroid, hormon
pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosterone pada pria). Juga
persediaan Vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari
makanan dan memasukan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan
kepadatan sampai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan
tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan
mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga
terjadilah osteoporosis.
A.3. ETIOLOGI
a. Osteoporosis post menopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya
gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai
muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang
sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah
timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
b. Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan
pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi
pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali
lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis
dan postmenopausal.
c. Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan
medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-
obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk
keadaan ini.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuhnya tulang.
PATHWAY
Usia Lanjut ( Menopause)
hipokalsemia
Hiperparatiroidisme sekunder
Meningkatanya
resorpsi tulang
osteoporosis
1) Diagnosis Keperawatan :
Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
Definisi :
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
dan fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
DS & DO Yg mendukung :
Data subjektif:
- pasien mengeluh nyeri
Data objektif:
- pasien tampak meringis
- bersikap protektif, gelisah
- frekuensi nadi meningkat
- sulit tidur
- tekanan darah meningkat
- pola nafas berubah
- nafsu makan berkurang
- proses berpikir terganggu
- menarik diri
- berfokus pada diri sendiri
- diaforesis.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Rencana Intervensi :
1. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakterisitik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
3. Ajarkan teknik non farmakologis : tekni relaksasi napas dalam, distraksi, kompres
hangat.
4. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
dirasakan.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.
2) Diagnosis Keperawatan :
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan kekakuan sendi.
Definisi :
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri.
DS & DO Yg mendukung :
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh sulit menggerakan estermitas
- Pasien menyatakan nyeri saat gerak
- Pasien menyatakan enggan melakukan ekstermitas
- Pasien menyatakan cemas saat bergerak
Data Objektif:
- Kekuatan otot menurun
- Rentan gerak (ROM) menurun
- Sandi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas
fisik
Rencana Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.
2. Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup
sehari-hari yang dapat dikerjakan.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika
dapat ditoleransi.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
3) Diagnosis Keperawatan :
Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh
Definisi :
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh
DS & DO Yg mendukung:
Data Subjektif:
- klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,
Data Objektif:
- tulang belakang terlihat bungkuk.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan cedera tidak terjadi
Rencana Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat
tidur rendah, berikan penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang
mudah untuk diobservasi.
2. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat
beban berat
3. Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kalu DN, Masaro EJ. The biology of aging, with particular reference to the
musculoskeletal system.Clin Geriatr Med 1988; 4:257-267
3. Dambro. Griffith's 5 – Minutes Clinical Consult. USA: Lippincott Williams and Wilkins.
2001.
4. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indicator Diagnostic, Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI