Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang
Dalam suatu organisasi, Sumber Daya Manusia sering disebut
sebagai ujung tombak untuk mewujudkan suatu tujuan organisasi.
Sehingga, organisasi pasti akan sangat membutuhkan Sumber Daya
Manusia yang mampu bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan
untuk mewujudkan yg direncanakan dari suatu visi misi yang telah
ditetapkan. Dengan itu , organisasi harus benar-benar memperhatikan dan
mengelola sumber daya manusianya agar organisasi tersebut dapat
berjalan sesuai dengan yang telah ditargetkan. Hal semacam itu harus
dilakukan, jika organisasi mau memiliki progres yang baik dalam program
kerja yang dijalankan.
Menurut M.T.E. Hariandja ( 2002, H 2 ) berpendapat bahwa Sumber
Daya Manusia adalah salah satu faktor yang paling utama pada suatu
perusahaan dilihat dari faktor-faktor lainnya selain modal usaha. Maka
dari itu , Sumber Daya Manusia sangatlah penting dan diperlukan untuk
dikelola dengan baik agar efektivitas dan efisiensi perusahaan semakin
meningkat dan berkelanjutan. Sumber Daya Manusia merupakan motor
bergeraknya aktivitas organisasi. Artinya mereka adalah tumpuan dalam
menjalankan kegiatan atau program kerja dari suatu demi tercapainya
tujuan organisasi. Namun sebaliknya, jika Sumber Daya Manusia itu tidak
memiliki kerja yang baik yang tidak sesuai dengan keinginan organisasi,
maka imbasnya adalah hasil kerja atau output yang dihasilkan tidak akan
sesuai perencanaan awal dan secara otomatis akan berdampak kurang baik
bahkan buruk / regres untuk masa depan organisasi.
Permasalahan yang sering terjadi yang berpengaruh pada suatu organisasi,
tentang mengapa suatu organisasi yang tidak bisa eksis dan berkelanjutan
adalah karena terkait dengan tidak tepatnya gaya kepemimpinan yang
diterapkan dan kurangnya motivasi kerja dari anggota atau sumber daya
manusia dari organisasi itu sendiri. Untuk menciptakan keberlangsungan
usaha , organisasi juga harus mampu memiliki sumber daya manusia yang
bukan hanya sekedar bisa menyelasaikan apa yang menjadi tugasnya saja.

1
Namun juga diharapkan karyawan atau anggota dari organisasi memiliki
semangat motivasi dalam kerja yang tinggi, rasa nyaman dan loyal
terhadap pimpinan, serta pandangan kedepan untuk ikut serta sadar diri
untuk memajukan organisasi agar dapat terus hidup dan exis dalam
usahanya.
(Handayani, 2007) mendefinisikan bahwa "keberlangsungan usaha
merupakan suatu keadaan atau kondisi usaha , dimana didalamnya terdapat
cara-cara untuk mempertahankan, mengembangkan dan melindungi
sumber daya serta memenuhi kebutuhan yang ada didalam suatu industri
(usaha)". Jadi, keberlangsungan usaha disini artinya adalah terkait dengan
konsistensi dari suatu usaha (business sustainability) dimana
keberlangsungan ini merupakan proses berlangsungnya dan
pengembangan dari suatu usaha . Sehingga oraganisasi atau usaha itu tetap
bisa bertahan dan exis dalam menghadapi persaingan bisnis dan mengikuti
perkembangan zaman.
Maka dari itu, dibutuhkanlah suatu peran dari seorang pemimpin
yang merupakan unsur penting dalam upaya mewujudkan
keberlangsungan usaha, yaitu melalui pembentukan sumber daya manusia
yang dapat bekerja susuai dengan yang diinginkan pimpinan untuk untuk
mencapai tujuan organisasi. Untuk mewujudkan hal itu, pemimpin dituntut
untuk bisa menciptakan sesuatu yang bisa mempengaruhi pola pikir
anggota atau sumber daya manusia dalam organisasi tersebut yang
nantinya setelah diterapkan maka akan ada suatu perubahan yang positif
bagi perusahaan itu sendiri. Yukl (2015, p.9) mendefinisikan bahwa
"Kepemimpinan adalah proses orang lain untuk memahami dan mnyetujui
apa yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dan bagaimana
melakukan tugas itu, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan
kolektif guna mencapai tujuan bersama".Pada intinya pemimpin
berpengaruh sangat besar dalam suatu organisasi dalam pembentukan
sumber daya manusia. Mereka dibentuk agar dapat bekerja sesuai dengan
yang diinginkan organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2
Seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahannya melalui suatu
kerjasama yang harmonis dengan cara mengikutsertakan bawahan secara
aktif dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu, organisasi perlu
menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan karena dapat
menjadi kunci dalam keberhasilan manajemen demi keberlangsungan
usaha atau organisasi.
Menurut Bass (Yukl, 2010:313) mendefinisikan bahwa
"kepemimpinan transformasional adalah suatu keadaan dimana para
pengikut dari seorang pemimpin transformasional merasa adanya
kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin
tersebut, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang
awalnya diharapkan mereka". Selain itu, terdapat konsep gaya
kepemimpinan transformasional Burns dikembangkan oleh Bernard M.
Bass. Bass (1990b, p.21) dalam Hay (2006) mendefinisikan bahwa
"kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu.
Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa
dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada akhirnya
bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan."
Oleh karena itu, organisasi memerlukan pemimpin yang mampu menjadi
pelopor dan penggerak perubahan bersama dengan anggotanya
(transformation) sehingga terjalinlah kerjasama yang baik antara pimpinan
dan bawahan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan transformasional meliputi pengembangan hubungan
yang lebih dekat antara pemimpin dan pengikutnya, bukan hanya sekedar
sebuah perjanjian tetapi lebih didasarkan kepada kepercayaan dan
komitmen (jung dan avolo, 1999:209 dalam sunarsih, 2001). Jadi,
keberhasilan dan kegagalan yang dialami oleh perusahaan sangat
ditentukan oleh peran pemimpin melalui gaya kepemimpinannya yang
diterapkan. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan
yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang akan memberikan

3
semangat kepadakaryawan untuk bekerja secara optimal. Gaya
kepemimpinan yang berkembang saat ini adalah gaya kepemimpinan
transformasional. Dengan penerapan kepemimpinan transformasional
bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal, dan tanggap kepada
pimpinannya. Pada akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan
tugas dengan maksimal bahkan lebih dari yang diharapkan.
Selain itu , organisasi juga harus melihat dari faktor lain, selain dari
gaya kepeimpinan transformasional untuk mempertahankan dan menjaga
tetap exisnya usaha yang dijalan agar tetap bisa berkelanjutan. Faktor lain
itu kita lihat dari sudut pandang anggota organisasi atau karyawan yaitu
motivasi kerja. Disini, motivasi kerja juga berperan penting terhadap
keberlangsungan usaha. Hal itu harus diketahui organisasi dalam rangka
memberikan kenyamanan dan kepuasan pada anggota organisasi sehingga
dengan itu diharapkan mereka akan bekerja secara maksimal, sehingga
program kerja yang diinginkan dapat berjalan sesuai yang ditargetkan
demi keberlangsunagan usaha tersebut.
Menurut (Hasibuan, 2010, p.141)menyatakan bahwa "Motivasi kerja
penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias
mencapai hasil yang optimal". Jadi, motivasi kerja merupakan ha yang
penting karena sebagai dorongan untuk mempengaruhi seseorang lebih
bersemangat dalam bekerja guna mencapai tujuan organisasi". Motivasi
kerja tercipta dari adanya keinginan dari dalam diri untuk berkembang dan
lebih maju, bisa karena faktor penghasilan atau gaji yang diterim ataupu
prestasi yang akan diraih. Maka dari itu, agar tujuan tercapai organisasi
melalui seorang pimpin harus selalu memotivasi bawahannya agar dapat
bekerja dengan baik, efektif, dan inovatif , sehingga organisasi atau usaha
tersebut akan terus hidup dan berkelanjutan.
Maka dari itu, pada penelitian ini saya berencana untuk memilih Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai objek penelitian saya.
Saya memilih Usaha mikro, kecil dan menengah atau yang biasanya

4
disebut UMKM untuk objek penelitian saya karena secara UMKM
merupakan bagian penting yang sangat mempengaruhi kekuataan dalam
perekonomian nasional di Indonesia. Maka dari itu, UMKM sangatlah
cocok untuk dikaitkan dengan keberlangsungan usaha. Keberlangsungan
usaha (business sustainability) pada UMKM menurut (Hudson et al, 2001)
dilihat dari keberhasilan perusahaan dalam melakukan inovasi,
pengelolaan karyawan dan pelanggan serta pengembalian terhadap modal
awalnya, hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki orientasi
untuk berkembang dan melihat peluang untuk inovasi secara
berkesinambungan. Selain itu gaya kepemimpinan dalam UMKM lebih
cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional
dikarenakan gaya kepemimpinan ini lebih memotivasi para karyawannya
dan tidak hanya fokus akan dirinya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan
gaya kepemimpinan transformasional lebih efektif digunakan di UMKM
karena pemimpin lebih mudah untuk berfokus menginspirasi dan
memotivasi dengan jumlah karyawan yang sedikit (Franco & Maltos,
2014). Oleh karena ukuran UMKM yang kecil, pemimpin dapat menjadi
seseorang yang dapat menciptakan visi dan arah, maka pemimpin harus
mampu untuk mengkomunikasikan harapannya pada masing-masing
karyawannya secara personal (Matzler, 2008)
Adapun kriteria yang termasuk kedalam UMKM menurut UU No. 20
Tahun 2008, sebagai berikut:
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh
Juta Rupiah) tidak termasuk tanah, dn bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,-(Tiga
Ratus Juta Rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagi berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,- (Lima Puluh Juta
Rupiah) sampai dengan palingbanyak Rp.500.000.000,- (Lima Ratus Juta
Rupiah) tidak termasuktanah, dan bangunan tempat usaha.

5
2) Memiliki hasil penjualan tahunanlebih dari Rp.300.000.000 (Tiga Ratus
Juta) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,- (Dua Milyar Lima
Ratus Juta Rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,- (Lima Ratus Juta
Rupiah) sampai paling banyak Rp.10.000.000.000 (Sepuluh Milyar
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000 (Dua
Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai paling banyak
Rp.50.000.0000.000 (Lima Puluh Milyar Rupiah)
Penelitian-penelitian tentang gaya kepemimpinan transformasioanal,
motivasi kerja dan keberlangsungan usaha telah dilakukan dan
menghasilkan hasil yang berbeda-beda. Hasil penelitian (Robert Bruce
Hay, 2010 ), menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional
berpengaruh positif signifikan terhadap keberlangsungan usaha. Hal
tersebut berbeda dengan hasil penelitian (Etayankara Muralidharan dan
Saurav Pathak, 2018), yang hanya menunjukkan kepemimpinan
transformasional memiliki hubungan dengan dengan keberlangsungan
usaha tanpa mengetahui berpengaruh positif atau negatif. Sama hal nya
dengan hasil penelitian ( Muhchamad Rizky Lutfiana, Ali Manlidin dan
Lilis Nurlita, 2019 ) menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif
terhadap keberlangsungan usaha ). Hal tersebut berbeda dengan hasil
penelitian (Fitri Setya Mawarti, Ratna Damayanti, dan Rochmi Widayati,
2017 ) yang menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap keberlangsungan usaha.
Dari beberapa hasil penelitian ternyata hasilnya tidak linier atau sama,
maka dalam penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh variabel
yang sama pada objek penelitian yang berbeda. Penelitian ini diharapkan
dapat membantu organisasi dalam suatu usahanya agar tetap bisa
berkelanjutan khususnya UMKM di Kabupaten Magelang.

6
Dari beberapa hasil penelitian ternyata hasilnya tidak linier atau
sama, maka dalam penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh
variabel yang sama pada institusi yang berbeda. Penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan komitmen organisasi khususnya pada karyawan di
Kantor Kelurahan Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik
untuk mengambil judul penelitian " Analisis Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja terhadap
Keberlangsungan Usaha pada UMKM di Kabupaten Magelang".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap
keberlangsungan usaha ?
2. Apakah ada pengaruh Motivasi Kerja terhadap keberlangsungan usaha ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat diketahui
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional
terhadap keberlangsungan usaha pada UMKM di Kabupaten Magelang
2. Menguji dan menganalisis pengaruh Motivasi Kerja kepemimpinan
terhadap keberlangsungan usaha pada UMKM di Kabupaten Magelang

D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, baik dari segi
teoritis maupun praktis.

1. Segi Teoritis

7
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bahan
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dengan teori-teori
Sumber Daya Manusia yang dikolaborasikan dengan teori-teori
Kewirausahaan yang relevan terkait dengan masalah yang diteliti, dan
memungkinkan untuk dijadikan sebagai bahan referensi di penlitian
selanjutnya.

2. Segi Praktis
Diharapakan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan / acuan pengambilan keputusan bagi organisasi /
UMKM.

Anda mungkin juga menyukai