Anda di halaman 1dari 10

NAMA : FADILAH AFIFAH

NIM : 4183341029
KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI C 2018
MATA KULIAH : EVALUASI HASIL BELAJAR

EVALUASI BAB VI (PENGUJIAN INSTRUMEN PENILAIAN ATAU PERANGKAT


TES)
1. Sebutkan jenis dan rumus validitas!
Jawab: Jenis validitas, yaitu:
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes
atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel
yang dikenai tes tersebut. Validitas isi mengukur derajat kemampuan tes dalam
mengukur cakupan substansi elemen yang ingin diukur. Validitas isi digunakan untuk
mengukur kemampuan belajar, hasil belajar atau prestasi belajar.
b. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas Konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh butir-
butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep
khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk (construct)
berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat di amati dan
dapat di ukur. Validitas Konstruk dapat digunakan untuk mengukur sikap, minat konsep
diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang
sifatnya performa maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat),
inteligensi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain.
c. Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity)
Validitas kriteria atau validitas empriris ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria
internal maupun kriteria eksternal. Validitas kriteria diperoleh melalui hasil uji coba tes
kepada responden yang setara dengan responden yang akan dievaluasi atau diteliti.
Validitas kriteria merupakan sebuah ukuran validitas yang ditentukan dengan cara
membandingkan skor-skor tes dengan kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar atau yang
lain.
d. Validitas Muka (Face Validity)
Validitas Muka (Face Validity). Validitas muka adalah tipe validitas yang paling
rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat
ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat
dikatakan validitas muka telah terpenuhi (Arikunto, 1991:66). Validitas muka bisa
dikatakan juga sebagai validitas rendah dari validitas isi (Content Validity)
Rumus validitas :

2. Apa yang dilakukan jika hasil perhitungan tidak valid


Jawab : Cara yang dilakukan untuk mengatasi hasil perhitungan yang tidak valid :
1. Memperbaiki pertanyaan dalam angket yang tidak valid dan membagikan ulang kepada
responden untuk dijawabnya.
2. Melakukan drop terhadap angket yang tidak valid
3. Melakukan prediksi angket valid.

3. Apa saja metode-metode untuk mengetahui tingkat realibilitas


Jawab : (1) tes tunggal (single test), (2) tes ulang (test retest), dan (3) tes ekuivalen (alternate
test).

4. Apa saja yang mempengaruhi tingkat reabilitas suatu instrumen


Jawab : Ada 4 faktor yang dapart mempengaruhi reabilitas suatu instrumen :
1. Jumlah tugas/ tes,semangkin banyak jumlah tugas / tes maka semagkin reabel suatu
instrumen dan sebaliknya.
2. Penyebaran skor semangkin besar penyebaran skornya maka semagkin reliabel suatu
instrumen dan sebaliknya
3. Objektivitas penilaian mengacuh pada sejauh mana jumlah sekor kompeten memperoleh
hasil yang sama
4. Metode estimasi reabilitas, metode yang dipilih dapat mempengaruhi tingkat reabilitas
suatu instrumen.
EVALUASI BAB VII (PENGOLAHAN HASIL PENGUKURAN)

1. Bagaimanakah seorang guru menghitung nilai soal objektif peserta didik yang diragukan
(tebakan)?
Jawab: Dalam menghitung soal objektif peserta didik yang diragukan atau tebakan
𝑠
dianjurkan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑁 = 𝐵 − 𝑁−1

N = nilai/skor
B = jumlah jawaban benar
S = jumlah jawaban salah
n = jumlah pilihan untuk setiap soal misalnya 4
Rumus ini diperlukan untuk menghindari adanya: tebakan terhadap jawaban yang benar.
Contoh skor untuk soal objektif:
Misal:
Jumlah skor = 40
Jumlah yang benar= 40
Jumlah yang salah= 20
Jumlah pilihan =4
𝑠
Maka nilainya = 𝑁 = 𝐵 − 𝑁−1
20
= 20 - 4−1 = 13,3

Akan tetapi akhir akhir ini tidak diharuskan lagi pemeriksaan dan scoring yang demikian,
namun cukup dengan menghitung jumlah yang benar saja, misalnya: jumlah yang benar
adalah 20 maka ini lah yakng akan menjadi scoring atau nilai dari peserta tersebut.
Seorang guru menghitung nilai soal objektif peserta didik yang diragukan

2. Jelaskan 3 jenis ukuran tendensi sentral!


Jawab: Terdapat tiga macam ukuran tendensi sentral yaitu mean, median, modus.
• Mean mengandung penegrtian rata rata matematika yang harus dihitung dengan cara
tertentu dan dapat didefinisikan sebagai jumlah semua angka dibagi oleh banyaknya
𝑓𝑥
angka yang dijumlahkan. Rumusnya adalah: 𝑀 = ∑ 𝑁
• Median, didefinisikan sebagai angka yang membatasi 50% (0,50 proporsi) frekuensi
angka terendah dan 50% (0,50 proporsi) angka tertinggi dalam suatu distribusi.
Pengertian ini sama saja dengan pengertian persentil ke 50 karena memang median
adalah sama dengan P50, yaitu angka yang lebih besar daripada 50% angka angka lain
dalam distribusi.
• Modus juga disebut mode, modus adlah ukuran tendensi sentral yang paling jelas dan
paling ditentukan. Modus di dalam suatu distribusi didefinisikan sebagai angka yang
paling tinggi frekuensinya. Bila suatu distribusi angka memiliki hanya satu mode
distribusi itu disebut distribusi unimodal sedangkan bila dalam suatu distribusi terdapat
dua angka yang memiliki frekuensi tertinggi yang sama maka dinamakan distribusi
bimodal.

3. Apakah yang dimaksud dengan deviasi standart? Jelaskan dengan contohnya.


Jawab: Deviasi standard adalah angka pangkat dua dari varians dan diberi symbol s. Dalam
contoh ini besarnya deviasi standard adalah:
38422
102570−
2 155
Jika diketahui jumlah varians yakni s = = 47,649
154

Maka dapat ditentukan jumlah besarnya deviasi standanya yakni: s=√47,649 = 6,903
Secara matematik angka s sebagai akar pangkat dua dari varians dapat saja berharga positif
atau negative akan tetapi untuk harga diviasi standard selalu digunakan harga positif karena
tanda negative bagi deviasi standard tidak mempunyai makna.

4. Apakah yang dimaksud dengan deviasi rata rata? Jelaskan dengan contohnya.
Jawab:
Defiasi rata rata didefinisikan sebagai rata rata penyimpangan angka dari mean. Dalam
suatu distribusi frekuensi, penyimpangan angka dari mean adalah selisih antara angka
tersebut dengan mean (XM). Untuk dapat menghitung deviasi rata rata maka penyimpangan
angka dari mean didasarka pada harga mutlaknya, sehingga jumlah penyimpangan
termaksud tidak akan sama dengan nol. Kemudian, sebagaimana telah kia ketahui untuk
menentukan harga rata rata adalah membagi jumlah dengan banyaknya angka yang
dijumlahkan (N) sehingga rumusan deviasi rata rata adalah:
𝑓│𝑋−𝑀│
Deviasi rata rata=∑ 𝑁

Sebagai contohnya yakni:


X │X-M│ F f│X-M│ X │X-M│ F f│X-M│
9 15,79 1 15,79 25 0,21 10 2,1
10 14,79 1 14,79 26 1,21 16 19,36
11 13,79 2 27,58 27 2,21 11 24,31
12 12,79 3 38,37 28 3,21 4 12,84
13 11,79 3 35,37 29 4,21 8 33,68
14 10,79 4 43,16 30 5,21 6 31,26
15 9,79 4 39,16 31 6,21 5 31,05
16 8,79 3 26,37 32 7,21 4 28,84
17 7,79 4 31,16 33 8,21 3 24,63
18 6,79 3 20,37 34 9,21 1 9,21
19 5,79 5 28,95 35 10,21 4 40,84
20 4,79 6 28,74 36 11,21 4 44,84
21 3,79 7 26,53 37 12,21 4 48,84
22 2,79 9 25,11 38 13,21 2 26,42
23 1,79 9 16,11 39 14,21 2 28,42
24 0,79 6 4,74 40 15,21 1 15,21
TOTAL N=155 844,15
Jumlah penyimpangan mutlak skor X dari M pada table yakni ∑𝑓. │𝑋 − 𝑀│, diperoleh
sebesar 844,15 sedangkan N=155 sehingga deviasi rata rata untuk distribusi ini adalah:
844,15
Deviasi rata rata= = 5,446
155

Dengan melihat besarnya rata ratapenyimpangan atau deviasi ini dapatlah diperoleh
gambaran seberapa besar variasi skor yang ada. Semakin besar angka deviasi rata rata berarti
semakin heterogenlah angka dalam distribusi, sebaliknya semakin kecil harga deviasi rata
rata semakin hoogen angka yang ada dalam distribusi yang bersangkutan.

5. Apakah keunggulan dari perhitungan dari standart deviasi?


Jawab: Beberapa keunggulan dari standard deviasi yakni:
• Memudahkan memberikan gambaran tentang rentang minimal dan maksimal pada data
yang diperoleh.
• Memberikan gambaran nilai ketidakpastian pada saat melakukan pengukuran berulang.
• Memberikan gambaran persebaran data terhadap data rata rata.
• Standard deviasi digunakan dalam pekerjaan statistic lebih lanjut. Misalnya dalam
menghitung kemiringan, korelasi dan lainnya. Penggunaan dibuat dari standart deviasi.
Standard deviasi adalah inti sari dalam pengambilan sampel dan menyediakan
unit pengukuran untuk distribusi normal.
EVALUASI BAB VIII (PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR SISWA)

1. Jelaskan Tujuan adanya rapor untuk anak didik ( siswa )!


Jawab: Tujuannya ialah sebagai dokumen untuk pengubung komunikasi baik antara pihak
sekolah dengan orangtua peserta didik maupun dengan pihak-pihak lain yang ingin
mengetahui tentang hasil belajar anak pada kurun waktu tertentu.

2. Jelaskan penyusunan rapor SD dan SMP!


Jawab: Pada penyusunan rapor SD dan SMP dikelompokan ke dalam mata pelajaran IPA
terpadu. Standart kompetensi mata pelajaran IPA dikelompokan ke dalam:
1. Pemahaman konsep dan penerapannya
2. Kerja Ilmiah.
Alasan :
1. Pemahaman dan penerapan konsep mencakup semua sub ranah dalam ranah positif.
2. Kinerja ilmiah mencermikan semua aktivitas sains yang melatih dan mengembangkan
baik ketrampilan sains dan sikap ilmiah.
Sehingga ketika akan memasukkan nilai pada rapor, hasil penelitian terhadap
pemahaman dan penerapan konsep yang mencakup semua sub ranah dalam kognitif
dimasukan ke dalam aspek pemahaman dan penerapan konsep sedangkan hasil penelitian
terhadap semua aktifitas sains yang melatih dan mengembangkan ketrampilan sains dan
sukap ilmiah dimasukan kedalam aspek kinerja ilmiah.

3. Jelaskan penyusunan rapor SMA!


Jawab: Penyusunan Rapor SMA:
1. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek pengetahuan dan praktik dinyatakan dalam
bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100.
2. Ketuntasan belajar setiap indikator ditetapkan berkisar antar 0-100 % . Kriteria ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %.
3. Kolom pengetahuan diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK dan KD
setiap mata pelajaran dan muatan lokal per semester. Nilai ini ditulis secara kuantitatif
dalam bentuk bilangan bulat dan huruf.
4. Kolom praktik diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK dan KD untuk
aspek praktik pada mata pelajaran dan muatan lokal tertentu per semester. Nilai ini
ditulis secara kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat dan huruf.
5. Kolom sikap/ afektif diisi dengan hasil penilaian aspek sikap/ afektif pada setiap mata
pelajaran dan muatan lokal melalui pengamatan pembelajaran selama proses
berlangsung per semester. Nilai sikap / afektif dicantumkan dalam bentuk predikat,
dengan kalrifikasi tinggi , sedang , rendah ( Motivasi, minat belajar, sikap, kerja
sama, disiplin,dll ) untuk nilai yang terkait dengan mata pelajaran dan muatan lokal
dapat menggunakan predikat amat baik,bauk, cukup dan kurang.
6. Pada kolom ketercapaian kompetensi diisi dengan uraian singkat / deskripsi yang
menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi ( baik yang telah tuntas atau yang
belum tuntas )
7. Tabel pengembangan diri diisi dengan jenis pengembangan diri (Kegiatan kreativitas)
Yang diikuti oleh peserta didik dan dalam kolom keterangan diisi dengan penilaian
aspek sikap / afektif yang difokuskan pada perubahan perilaku peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pengembangan diri.
8. Tabel ketidaktahadiran pada kolom keterangan diisi dengan lama waktu (jam, hari,
atau satuan waktu lainnya )
9. Tabel kepribadian pada kolom keterangan diisi dengan predikat prestasi kepribadian
(amat baik,baik,cukup atau kurang) peserta didik dan deskripsi tentang sikap /
perilaku peserta didik yang paling dominan baik positif maupun negatif.

4. Apakah ada perbedaan penyusunan rapor SD,SMP dan SMA ? Jelaskan bila ada atau tidak
ada!
Jawab: Iya. Terdapat perbedaan penyusunan rapor antara Sd,Smp dan Sma. Dimana
perbedaan pada SMA, biologi telah berdiri sendiri sebagai mata pelajaran Biologi .

5. Jelaskan proses penentuan naik kelas di SD, SMP dan SMA!


Jawab: Pada SD dan SMP:
1. Keunikan kelas dilaksanakan setiap ahkir tahun.
2. Siswa dinyatakan naik kelas apabila yang bersangkutan telah mencapai kriteria
ketuntasan belajar pada semua indikator Hasil Belajar (HB), kompetensi dasar (KD)
dan standart kompetensi ( SK) pada semua mata pelajaran.
3. Siswa dinyatakan harus mengulang kelas yang sama bila :
a. Memperoleh nilai kurang dari kategori baik pada kelompok baik pada kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
b. Jika peserta didik tidak menuntaskan KD dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk
semua kelompok mata pelajaran sampai pada batas ahkir tahun ajaran.
c. Jika karena alasan kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi, atau mental
sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
4. Ketika mengulang dikelas yang sama, nilai siswa untuk semua indikator, KD, dan SK
yang ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama dengan yang dicapai
pada tahun sebelumnya.

Pada SMA:
1. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran.
2. Kenaikan kelas 8 didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester 2 dengan
mempertimbangkan seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester 1 harus di
tuntaskan sebelum akhir semester dua.
3. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas XI apabila bersangkutan tidak mencapai
ketuntasan belajar minimal lebih dari tiga mata pelajaran.
4. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas XII apabila yang bersangkutan tidak mencapai
ketuntasan belajar minimal lebih dari tiga pelajaran yang bukan mata pelajaran ciri khas
program tersebut.

Anda mungkin juga menyukai