OLEH :
i
BAB I
PENDAHULUAN
2
terjadi keterlambatan dalam hal berkomunikasi dan gangguan dalam berinteraksi pada anak
mereka, karena jika tidak ditangani secepatnya gangguan tersebut bisa mengakibatkan kesulitan
berkomunikasi dalam melakukan kegiatan apapun. Dan, jika tidak dilakukan tindakan secepatnya
dihawatirkan bisa mengganggu anak tersebut nantinya dalam hal pendidikan, melihat resiko ini
dinilai bahwa penanganan autis harus diutamakan. Kodisi ideal mengenai gangguan autis perlu
diketahui dan dimengerti seluruh masyarakat, tanpa kecuali masyarakat menengah kebawah.
Selain mengetahui gejala-gejala dari gangguan autis sendiri, mereka pun sebagai orang tua bisa
mengetahui cara penanganannya dan cara mendidik anak-anak autis sendiri selain itu yang paling
penting adalah tidak ada salah perlakuan, seperti perlakuan seolah – olah anak autis mengalami
gangguan kejiwaan, sehingga diperlakukan tidak layak.
Saat ini mengenai autis dimasyarakat masih belum banyak dan belum mencakup lapisan
masyarakat, bahkan banyak yang tidak mengerti apa itu gangguan autis, informasi di masyarakat
mengenai gangguan autis hanya diketahui golongan masyarakat menengah ke atas. Sementara
masyarakat golongan menengah ke bawah masih banyak yang tidak mengerti gejala – gejala dari
gangguan autis dan cara penanggulangannya. Banyak orangtua yang menganggap keterlambatan
berkomunikasi dan interaksi yang terjadi pada anaknya tersebut adalah hal yang wajar atau tidak
menganggap gangguan autis yang terjadi pada anak mereka merupakan gejala gangguan mental
atau gangguan jiwa. Sehingga anak – anak yang mengalami gangguan autis ini diperlakukan
tidak semestinya dengan kondisi yang mengkhawatirkan dan ini dapat memperburuk keadaan
anak tersebut karena semakin terkucilkan bahkan dilingkugan keluarganya sendiri. Maka dari itu
media informasi yang ada di masyarakat mengenai gangguan autis perlu dibuat lebih banyak
sehingga nantinya anak tersebut bisa kembali hidup normal, dapat mengenyam pendidikan,
mampu hidup mandiri, berkomunikasi dan berinteraksi dengan sekitarnya.
Anak – anak penyandang autis mengalami kesulitan berbahasa sehingga sulit
berkomunikasi serta gangguan interaksi sosial dan gangguan perilaku bermain. Anak – anak
yang mengalami gangguan seperti ini harus tetap diberikan pendidikan untuk memperbaiki
kualitas hidup mereka. Dan salah satu yang memberikan pelayanan untuk anak-anak penyandang
autis adalah sekolah luar biasa (SLB). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dalam
strategi komunikasi interpersonal aktif pengajar melakukan serangkaian pendekatan pada orang-
orang terdekat murid untuk mendapat informasi tentang kondisi murid dan bagaimana
kepribadian murid sehari – harinya. Pola pasif, pengajar melakukan pengamatan atau observasi
3
pada saat murid beraktivitas baik di dalam maupun diluar kelas untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan murid. Pola interaktif pengajar berinteraksi dengan murid secara langsung,
mengajarinya secara personal dan pengajar empati terhadap murid. Dalam mengajar
mempergunakan pola komunikasi verbal dan non verbal. Saat mengajar, pengajar menggunakan
bahasa yang digunakan sehari – hari dalam menyampaikan pesan. Pengajar harus menggunakan
suara yang jelas bahkan perlu pengajar melakukan pengulangan kata. Media yang dipergunakan
pengajar adalah papan tulis, buku, pensil, bolpoint, puzzle dan logiko. Untuk menunjang
komunikasi verbalnya pengajar selalu mempergunakan isyarat – isyarat tertentu. Dalam
mengajar baik itu gerakan tangan, kontak mata, ekspresi wajah dan tentunya alat – alat peraga
untuk menunjang keberhasilan pendidikan.
1. Bagaimana Pola komunikasi untuk pembelajaran anak autis dalam menerima maupun
menyampaikan pesan ?
2. Bagaimana pengaruh tingkat keperdulian orang tua dalam pertumbuhan pendidikan anak
autis?
3. Bagaimana cara mendidik dalam proses belajar mengajar anak autis?
4
3. untuk mengetahui bagaimana orang tua mengasuh anak autis
3. Untuk mengetahui cara mendidik proses belajar mengajar anak autis