Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH TINGKAT KEPERDULIAN SOSIAL ORANG TUA DALAM

PERTUMBUHAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS

Dosen Pengampuh :  Dr. Murni Eva Marlina M.Si

OLEH :

NANI NATASYA SILALAHI (3181122015)

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN


Anak-anak yang menderita autism tampil seolah-olah mereka terbelenggu oleh pikiran
mereka sendiri, sebab mereka tidak dapat mempelajari bahasa, atau keterampilan sosial yang
dibutuhkan dilingkungannya. Anak – anak autis pada tahun ke dua dari kehidupan mereka
biasanya kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang dilingkungannya dan
tidak berbicara, atau menggunakan bahasa, walaupun banyak diantara mereka mempunyai
intelejensi yang normal. “Anak Autis lebih suka menyendiri dan memiliki kegemaran dengan
satu benda”. (Autisme pada anak: Dr.dr.Y.Handojo, MPH). Penderita autis disebabkan oleh
penyakit atau luka didaerah – daerah tertentu diotak (perkembangan otak tidak normal), polusi
lingkungan oleh timbal, alumunium dan air raksa, disfungsi imunulogi, gangguan masa
kehamilan serta abnormalitas sistem gastrointernal (pencernaan), namun secara umum belum ada
kesepakan internasional.
Keadaan anak – anak yang mengalami gangguan autis saat ini dimasyarakat kelompok
menengah kebawah sangat memprihatinkan. Selain itu fenomena saat ini banyak orang tua yang
memiliki anak yang mengalami gangguan autis namun tidak menyadari bahwa anaknya
mengalami gangguan autis. Menurut leo kanner (1943), istilah autism berasal dari kata “autos”
yang berarti diri sendiri dan “isme” yang berarti suatu aliran, autis berarti suatu paham yang
tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autis juga berarti suatu keadaan dimana seseorang anak
berbuat semaunya sendiri baik cara berfikir maupun berprilaku, kedaan ini biasanya terjadi sejak
usia masih balita dan biasanya terjadi sekitar usia 2 – 3 tahun. Dimana biasanya pada usia
tersebut anak sudah mulai belajar untuk bicara, tapi pada anak yang mengalami gannguan autis
mengalami keterlambatan dalam hal interaksi sosial, masalah dalam bahasa yang digunakan
dalam komunikasi sosial dan permainan simbolik atau imajinatif.
Jika suatu keluarga memiliki anak yang mengaami gangguan autis seharusnya keluarga
tersebut sesegera mungkin menangani gangguan autis tersebut sedini mungkin. “Kurang nya
kesadaran dan pengetahuan orang tua akan apa yang sedang berkembang pada seorang anak”.
(Autisme pada anak : DR. Dr. Y. Handojo, MPH). Orang tua perlu mencurigai tanda – tanda jika

2
terjadi keterlambatan dalam hal berkomunikasi dan gangguan dalam berinteraksi pada anak
mereka, karena jika tidak ditangani secepatnya gangguan tersebut bisa mengakibatkan kesulitan
berkomunikasi dalam melakukan kegiatan apapun. Dan, jika tidak dilakukan tindakan secepatnya
dihawatirkan bisa mengganggu anak tersebut nantinya dalam hal pendidikan, melihat resiko ini
dinilai bahwa penanganan autis harus diutamakan. Kodisi ideal mengenai gangguan autis perlu
diketahui dan dimengerti seluruh masyarakat, tanpa kecuali masyarakat menengah kebawah.
Selain mengetahui gejala-gejala dari gangguan autis sendiri, mereka pun sebagai orang tua bisa
mengetahui cara penanganannya dan cara mendidik anak-anak autis sendiri selain itu yang paling
penting adalah tidak ada salah perlakuan, seperti perlakuan seolah – olah anak autis mengalami
gangguan kejiwaan, sehingga diperlakukan tidak layak.
Saat ini mengenai autis dimasyarakat masih belum banyak dan belum mencakup lapisan
masyarakat, bahkan banyak yang tidak mengerti apa itu gangguan autis, informasi di masyarakat
mengenai gangguan autis hanya diketahui golongan masyarakat menengah ke atas. Sementara
masyarakat golongan menengah ke bawah masih banyak yang tidak mengerti gejala – gejala dari
gangguan autis dan cara penanggulangannya. Banyak orangtua yang menganggap keterlambatan
berkomunikasi dan interaksi yang terjadi pada anaknya tersebut adalah hal yang wajar atau tidak
menganggap gangguan autis yang terjadi pada anak mereka merupakan gejala gangguan mental
atau gangguan jiwa. Sehingga anak – anak yang mengalami gangguan autis ini diperlakukan
tidak semestinya dengan kondisi yang mengkhawatirkan dan ini dapat memperburuk keadaan
anak tersebut karena semakin terkucilkan bahkan dilingkugan keluarganya sendiri. Maka dari itu
media informasi yang ada di masyarakat mengenai gangguan autis perlu dibuat lebih banyak
sehingga nantinya anak tersebut bisa kembali hidup normal, dapat mengenyam pendidikan,
mampu hidup mandiri, berkomunikasi dan berinteraksi dengan sekitarnya.
Anak – anak penyandang autis mengalami kesulitan berbahasa sehingga sulit
berkomunikasi serta gangguan interaksi sosial dan gangguan perilaku bermain. Anak – anak
yang mengalami gangguan seperti ini harus tetap diberikan pendidikan untuk memperbaiki
kualitas hidup mereka. Dan salah satu yang memberikan pelayanan untuk anak-anak penyandang
autis adalah sekolah luar biasa (SLB). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dalam
strategi komunikasi interpersonal aktif pengajar melakukan serangkaian pendekatan pada orang-
orang terdekat murid untuk mendapat informasi tentang kondisi murid dan bagaimana
kepribadian murid sehari – harinya. Pola pasif, pengajar melakukan pengamatan atau observasi

3
pada saat murid beraktivitas baik di dalam maupun diluar kelas untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan murid. Pola interaktif pengajar berinteraksi dengan murid secara langsung,
mengajarinya secara personal dan pengajar empati terhadap murid. Dalam mengajar
mempergunakan pola komunikasi verbal dan non verbal. Saat mengajar, pengajar menggunakan
bahasa yang digunakan sehari – hari dalam menyampaikan pesan. Pengajar harus menggunakan
suara yang jelas bahkan perlu pengajar melakukan pengulangan kata. Media yang dipergunakan
pengajar adalah papan tulis, buku, pensil, bolpoint, puzzle dan logiko. Untuk menunjang
komunikasi verbalnya pengajar selalu mempergunakan isyarat – isyarat tertentu. Dalam
mengajar baik itu gerakan tangan, kontak mata, ekspresi wajah dan tentunya alat – alat peraga
untuk menunjang keberhasilan pendidikan.

1.2. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN


Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah. Semakin
meningkatnya anak yang menderita gangguan autis pada saat ini masyarakat. Informasi yang
diterima mereka sangat sedikit bahkan bisa jadi tidak mengetahuinya sama sekali.

1. Bagaimana Pola komunikasi untuk pembelajaran anak autis dalam menerima maupun
menyampaikan pesan ?
2. Bagaimana pengaruh tingkat keperdulian orang tua dalam pertumbuhan pendidikan anak
autis?
3. Bagaimana cara mendidik dalam proses belajar mengajar anak autis?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih mengerti gejala – gejala awal dari
gangguan autis dan tindakan apa saja yang harus diambil. Sehingga nantinya tidak salah dan
memperburuk yang berpengaruh bagi perkembangan yang lebih lanjut bagi anak yang menderita
autis itu sendiri.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola perkembangan anak autis dalam menyampaikan dan menerima
pesan.
2. Untuk mengetahui keberadaan anak autis di tengah mesyarakat.

4
3. untuk mengetahui bagaimana orang tua mengasuh anak autis
3. Untuk mengetahui cara mendidik proses belajar mengajar anak autis

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti didalam melihat pola komuikasi anak
autis didalam maupun diluar sekolah.
2. Manfaat Praktis
Data yang diperoleh dapat menjadi acuan bagi para guru dan orangtua anak autis.
Membantu memberikan penjelasan mengenai gangguan autis kepada seluruh masyarakat.
Memberikan pengetahuan gejala – gejala awal dari gangguan autis.
Memberikan pengetahuan penanganan dan penanggulangan yang bisa dilakukan oleh orangtua.

Anda mungkin juga menyukai