Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

“(TREND ISSUE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN INTENSIVE CARE)”

OLEH :

KELOMPOK V

Nur Ifni Azizah (201410420311057)


Astarita Septiyah Nufaya Latuperisa (201410420311058)
Nila Choirun Naili (201410420311059)
Inge Putrian Rizky (201410420311060)
Naili Nihayatun Nadlir (201410420311061)
Leny Rahayu (201410420311062)
Nurfauziah (201410420311063)
Alif Akbar Hasyimi (201410420311064)
Rafida Adila Rachmadianty (201410420311065)
Silvy Arlina Maeky Yuda (201410420311066)
Silvana Armela Sonatha (201410420311067)
Andhika Ilham Kusuma Pamungkas (201410420311068)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu


Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah
diberikan kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan
tema “TREND ISSUE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN INTENSIVE CARE” ini
dengan lancar.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Project Based Learning (PjBL)
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Malang.
Kami selaku penyusun laporan akhir ini mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.Terima kasih juga untuk referensi bacaan dari
internet yang sangat mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Demikianlah kata pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas serta menambah banyak ilmu yang bermanfaat bagi banyak orang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Malang, November 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian...........................................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Trend, Issue, Trend Issue Keperawatan......................................................................3
2.1.2 Definisi Keperawatan Gawat Darurat dan Intensive Care........................................................3
2.2 Trend Issue Keperawatan....................................................................................................................4
2.2.1 Gawat Darurat..........................................................................................................................4
2.2.2 Intensive Care..........................................................................................................................7
BAB III......................................................................................................................................................11
METODOLOGI PERANCANGAN..........................................................................................................11
3.1 Perencanaan......................................................................................................................................11
3.2 Pelaksanaan.......................................................................................................................................11
BAB IV.....................................................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................................12
BAB V.......................................................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................................................13
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................13
5.2 Saran.................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan tempat terakhir untuk menaggulangi pasien gawat darurat.Oleh
karena itu, fasilitas di rumah sakit khususnya instalasi gawat darurat harus dilengkapi dengan
baik sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat.Namun selain fasilitas, pelayanan
keperawatan gawat darurat harus diberikan secara professional serta sesuai dengan ilmu dan
metodologi keperawatan yang seharusnya.
Di instalasi gawat darurat pada setiap saat kasus kegawatan yang harus segera mendapat
pelayanan, perawatlah yang selalu kontak pertama dengan pasien 24 jam, oleh sebab itu
pelayanan profesional harus ditingkatkan karena pasien gawat darurat membutuhkan pelayanan
yang cepat, tepat, dan cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan.Karena itu sebagai
perawat yang bertugas di instalasi gawat darurat, selain memiliki ilmu pengetahuan keperawatan
juga harus meningkatkan keterampilan yang spesifik seperti tambahan pengetahuan
penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD).Karena pelayanan ini ditujukan kepada klien
atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau potensial mengancam kehidupannya.
Selain peningkatan keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan, sebagai seorang
perawat harus bisa mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia kesehatan.Semakin lama
perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Kini penggunannya bisa ditemui diberbagai
bidang,sehingga penggunaan teknologi informasi sekarang ini menjadi tolak ukur seberapa
berkembang bidang tersebut. Hal ini juga berdampak terhadap dunia kesehatan, dimana
penggunaan teknologi informasi dapat mendukung perkembangan pelayanan kesehatan.
Selain itu, dengan meningkatnya penggunaan gadget serta akses internet yang mudah
membuat pengguna internet meningkat tajam.Hal ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, serta dapat mencakup berbagai kalangan baik
dari dunia maya “cybernet” maupun tidak.Sebagaimana harapan dari para klien, perawat
semakin dituntut untuk professional dan mengedepankan penggunaan teknologi dibidang
kesehatan.Teknologi yang digunakan diharapkan dapat memudahkan klien mengaksesnya
dimanapun dia berada.
Telenursing adalah suatu model sistem pelayanan keperawatan, yang diberikan dari jarak
jauh dengan memanfaatkan teknologi dibidang informasi karena beberapa hal.Bisa karena
keterbatasan fasilitas maupun geografis atau karena tujuan efektifitas dan efisiensi yang
memungkinkan pasien untuk tidak harus datang ke tempat-tempat pelayanan kesehatan.Trend
keperawatan Indonesia di Tahun 2020 diharapkan sudah mampu mengaplikasikan inovasi ini
nantinya.

1
1.2 Tujuan

a. Menjelaskan apa yang dimaksud trend


b. Menjelaskan apa yang dimaksud issu
c. Menjelaskan apa yang dimaksud trend dan issue keperawatan
d. Mengetahui tentang trend dan issue keperawatan gawat darurat
e. Mengetahui tentang trend dan issue keperawatan intensive care
f. Membuat majalah terkait trend issue yang dibahas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Definisi Trend, Issue, Trend Issue Keperawatan


Trend adalah hak yanag sangat mendaar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga dapat
didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang populer dimasyarakat.
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang.Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang
namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.
Trend issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tentang
praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak.

2.1.2Definisi Keperawatan Gawat Darurat dan Intensive Care


Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis.Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan
untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat
menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai hedaruratan
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi
kecemasan pasien dan keluarga.Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga
medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang
tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
Pelayanan intensive care (ICU) merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien
secara intensive (rutin).Dimana banyak menggunakan peralatan yang rumit dan sulit sehingga
dibutuhkan keterampilan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk keselamatan
pasien.Berdasarkan data yang ada dari hasil observasi dan monitoring yang terus menerus oleh
perawat dan dokter maka akan dapat diambil keputusan tindakan yang cepat. Sebagian besar dari
tindakan yang dilakukan di ICU adalah masalah pemantauan pasien akan perubahan, yang tidak
selalu memerlukanintervensilangsung.Dan, dengan kata lain, ICU sangat cocok untuk
Telemedicine. Para ahli merekomendasikan bahwa dokter dan perawat kritis selalu ada di tempat
untuk merawat pasien ICU karena pasien berada pada tingkat yang lebih rendah terkait penyakit
dan kematian.

3
2.2Trend Issue Keperawatan

2.2.1 Gawat Darurat

A. CPR /RJP
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang
yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka
kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi
orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas, karena syok akibat kecelakaan, terjatuh,
dan sebagainya.
Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan, tidak boleh
langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah.Biarkan di tempatnya sampai
petugas medis datang.Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus
segera dilakukan CPR.
B. Indikasi
 Pasien Henti Nafas (Respiratory Arrest)
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari korban
atau pasien.Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Henti nafas terjadi dalam keadaan seperti: Tenggelam atau lemas, stroke, obstruksi jalan nafas,
epiglotitis, overdosis obat-obat, tersengat listrik, infark miokard, tersambar petir, koma akibat
berbagai macam kasus.
 Pasien Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba danmendadak, bisa terjadi pada seseorang yang
memang didiagnosa dengan penyakitjantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa
diperkirakan, terjadi dengansangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart
Association,2010).Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah
penghentiansirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara
efektif.Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwahenti jantung
atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadakuntuk mempertahankan
sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigenke otak dan organ vital lainnya akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
C. Tahapan
Sebelum melakukan resusitasi maka harus dilakukan beberapa prosedur berikut pada pasien :
1. Tahapan persiapan
a. Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong.
b. Memastikan kondisi kesadaran pasien.
Penolong harus segera mengkaji dan menentukan apakah korban sadar/tidak. Penolong
harus menepuk atau menggoyang bahu korban sambil bertanya dengan jelas: ‘Hallo, Pak/
Bu! Apakah anda baik-baik saja?’.Jangan menggoyang korban dengan kasar karena dapat
mengakibatkan cedera.Juga hindari gerakan leher yang tidak perlu pada kejadian cedera
kepala dan leher.
c. Mengaktifkan panggilan gawat darurat.

4
Jika korban tidak berespon, segera panggil bantuan. Jika ada orang lain disekitar korban,
minta orang tersebut untuk menelpon ambulans dan ketika menelpon memberitahukan hal-
hal berikut:
 Lokasi korban
 Apa yang terjadi pada korban
 Jumlah korban
 Minta ambulans segera dating

d. Memastikan posisi pasien tepat.


Agar resusitasi yang diberikan efektif maka korban harus berbaring pada permukaan
yang datar, keras, dan stabil.Jika korban dalam posisi tengkurap atau menyamping, maka
balikkan tubuhnya agar terlentang.Pastikan leher dan kepala tersangga dengan baik dan
bergerak bersamaan selam membalik pasien.

2. Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru) Sesuai Algoritma :


Pada tahun 2010, American Heart Association (AHA) mengeluarkan panduan terbaru
penatalaksanaan CPR.Berbeda dengan panduan sebelumnya, pada panduan terbaru ini (AHA,
2010) mengubah algoritma CPR dari ABC menjadi CAB.
a. Circulation (C)
Mengkaji nadi/ tanda sirkulasi Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat
ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga
jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga
teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1–2 cm
raba dengan lembut selama 5–10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali
memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu
untuk menilai pernapasan korban/ pasien.Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan,
dan jika bernapas pertahankan jalan napas.
Melakukan kompresi dada Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung luar,dilakukan
dengan teknik sebagai berikut :
 Menentukan titik kompresi (center of chest): Cari possesus xypoideus pada sternum
dengan tangan kanan, letakkan telapak tangan kiri tepat 2 jari diatas posseus xypoideus.
 Melakukan kompresi dada
Kaitkan kedua jari tangan pada lokasi kompresi dada, luruskan kedua siku dan pastikan
mereka terkunci pada posisinya, posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban dan
gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam minimal 2 inchi (5 cm),
lakukan kompresi 30x dengan kecepatan minimal 100x/menit atau sekitar 18 detik. (1
siklus terdiri dari 30 kompresi: 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5 siklus CPR, kemudian
periksa nadi carotis, bila nadi belum ada lanjutkan CPR 5 siklus lagi.Bila nadi teraba,
lihat pernafasan (bila belum ada upaya nafas) lakukan rescue breathing dan check nadi
tiap 2 menit.

b. Airway (A) 

5
Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing.
Buka jalan nafas dengan head tilt-chin lift/ jaw thrust. Jika terdapat sumbatan harus
dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk
atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain (fingers weep), sedangkan sumbatan oleh
benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut
dapat dibuka dengan teknik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari
telunjuk pada mulut korban.

c. Breathing (B) 
Bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke
stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas
sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5–2
detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000–1000ml (10ml/kg) atau sampai dada
korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang
dapat diberikan hanya 16 – 17%.Penolong juga harus memperhatikan respon dari
korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
D. Manfaat
Manfaat dengan adanya kemampuan untuk melakukan RJP maupun CPR adalah untuk m emberikan
tambahan oksigen dengan bantuan napas serta mempertahankan fungsi otak dan organ-organ lain
hingga bantuan lanjutan datang.CPR/ RJP bisa membantu menyelamatkan jiwa sebagai bantuan
hidup dasar.

E. Tujuan
Untuk mengatasi henti nafas (respiratory arrest) dan henti jantung (cardiac arrest). RJP merupakan
gabungan penyelamatan pernapasan dengan kompresi dada eksternal.Digunakan ketika seseorang korban
mengalami henti jantung dan henti napas.Dan juga untuk meningkatkan kesigapan perawat dalam
memberikan penanganan gawat darurat.

F. Dampak Positif
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan
yang dialami oleh pasien tetapi juga memeberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan
pasien dan keluarga. System pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, keterampilan,teknik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam memberikan
pertolongan kedaruratan kepada pasien.

G. Peran Perawat
Di instalasi gawat darurat tiap saat pada kasus kegawatan yang harus segera mendapat pelayanan dan
perawatlah yang selalu kontak pertama dengan pasien 24 jam, oleh sebab itu pelayan professional harus
ditingkatkan karena pasien gawat darurat membutuhkan pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat, dengan
tujuan mendapatkan kesembuhan. Oleh karenanya, perawat instalasi gawat darurat disamping mendapat
bekal imu pengetahuan keperawatan juga perlu untuk lebih meningkatkan keterampilan yang spesifik
seperti tambahan pengetahuan Penanggulanagn Penderita Gawata Darurat (PPGD).

6
H. Pengaplikasian di Indonesia
Sebagai seorang tenaga kesehatan, seorang perawat diharapkan lebih meningkatkan kemampuan
yang dimiliki.Salah satunya adalah kemampuan dalam menangani pasien gawat darurat dengan
melakukan CPR / RJP. Jika perawat di Indonesia memiliki dan mengusai kemampuan dalam penanganan
pasien gawat darurat, diharapkan kualitas pelayanan di Indonesia akan meningkat.

2.2.2 Intensive Care


A. Telenursing
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi
telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).Teknologi informasi dibidang
keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu
pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan
pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data,
informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan
keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan.Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian
teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan
keperawatan jarak jauh.

B. Aplikasi

Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan
melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi
seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke
alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi
insulin atau diskusi tentang sesak nafas.

C. Manfaat

Telenursing dapat mengurangi hari rawat di RS sehingga berdampak pada berkurangnya


biaya perawatan(efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan), mengurangi jumlah kunjungan
ke pelayanan kesehatan, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang
lebih luas dan merata, dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model
distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan
meningkatkan kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan
serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Selain itu telenursing juga
meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien.
D. Tujuan

Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan
difokuskan pada dimensi dari urgensi. Sehingga  para perawat akan lebih terfokus pada
informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai hasil yang positif dari
konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik.

7
Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah
untuk didengar dan dipahami. Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk
mengikuti saran perawat. Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien  adalah teknik
pendekatan yang disukai dalam rangka membina hubungan antara klien dan tenaga professional.
Komunikasi yang berpusat pada klien telah ditangani secara ekstensif selama dekade terakhir.
E. Dampak Positif

1. Bisa digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi petugas
kesehatan khususnya tenaga keperawatan yang berada dimasyarakat maupun dipelosok yang
secara geografis sulit diakses, dengan mengembangkan model Tele-edu atau Tele-cosulting
yang dapat memfasilitasi pembelajaran maupun konsultasi asuhan keperawatan dari perawat
primer kepada perawat spesialis, atau model Tele-ICU dimana pelayanan intensive care
dapat diberikan pada pasien yang berada ditempat yang terisolasi namun memiliki fasilitas
ICU yang memadai serta mempunyai care giver .
2. Bisa digunakan sebagai sarana memantau perkembangan serta memandirikan pasien atau
keluarga untuk merawat diri sendiri melalui metode Telenursing . Pasien yang sudah bisa
pulang dan harus menjalani perawatan secara mandiri dirumah dapat di folow up melalui
metode ini.
3. Bisa digunakan sebagai sarana memandu dan memantau rehabilitasi pasien pasca dirawat di
rumah sakit. Dengan metode Telenursing ini petugas dapat memantau dan memandu
langkah-langkah rehabilitasi yang harus dijalani pasien-pasien dengan masalah tertentu pada
fase out pation .
F. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Telenursing
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan
keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model
pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :
 Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
 Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
 Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
 Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
 Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah
dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
 Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia
layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse
Assosiation, 1999).
 Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan
merata,
 Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).

8
 Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya
telenursing semakin meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan meningkatkan
kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk memanggil perawat
agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat dengan pelatihan khusus dapat
menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klien membutuhkan
dukungan yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.

Kekurangan dan hambatan dalam telenursing

Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalam telenursing, meliputi:
perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan
mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat
kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun
dengan adanya pelatihan dan adanya support system, perawat bisa merasakan manfaat
telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai issue kebijakan
public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang telenursing.Secara teknologi,
Elektronik Health Record (EHR) dan standar data mendukung perkembangan telenursing. Tanpa
EHR telehealth tidak bisa bekerja. Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan
dimanapun provider membutuhkannya

G. Peran Perawat

Perawat berperan sebagai pembaharu, yaitu memperbaharui pelayanan kesehatan kepada klien
agar lebih efektiv sesuai dengan tuntutan global, khususnya dalam dunia kesehatan.Sistem
telenursing yang berbasis teknologi tersebut mengharuskan perawat meningkatkan
kemampuannya dibidang teknologi.Karena pengapliksian teknologi ini di awali oleh seorang
perawat.Perawat menggunakan pengetahuan, keterampilan, pertimbangan dan pemikiran kritis
yang tidak bisa dipisahkan di dalam ilmu pendidikan perawatan. Aktifitas tersebut sudah dapat
diberikan lisensi melakukan asuhan keperawatan
Definisi legal ilmu perawatan hampir selalu meliputi :
 Penggunaan ilmu perawatan pendidikan
 Pemikiran kritis
 Pengambilan keputusan

Jadi jelaslah bahwa telenursing merupakan peluang kerja profesi keperawatan yang
legal.Tentunya dukungan organisasi profesi dalam perijinan sangat dibutuhkan.

9
H. Pengaplikasian di Indonesia

Pelaksanaan telenursing di indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh
karena keterbatasan sumberdaya manusia , keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya
dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah.Telenursing sudah sejak lama digunakan
dalam pelayanan keperawatan di negara-negara maju, di Indonesia sendiri model ini belum
berkembang, namun seiring dengan peningkatan prekembangan teknologi informasi di Indonesia
terutama tingginya angka penggunaan jaringan internet di Indonesia maka diharapkan
Telenursing juga dapat berkembang sebagai trend pelayanan keperawatan di tahun 2020 nantinya.

10
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN

3.1 Perencanaan
Langkah pertama yang kami lakukan adalah menentukan penanggung jawab dalam pengerjaan
project ini.Langkah keduakami menentukan konsep dari project ini. Selanjutnya kami mencari referensi
mengenai kosep yang akan dijalankan. Untuk mencapai kesepakatan bersama, kami melakukan konsultasi
dengan fasilitator sehinggga dapat mengetahui apa yang diperlukan dalam pengerjaan project ini.Setelah
mencapai kata sepakat kami memulai pengerjaan projet ini.

1. Mengambil topic , kami mendapat “TREND ISSUE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DAN INTENSIVE CARE”.
2. Dengan sub topic yaitu, CPR/RJP dan TELENURSING.
3. Membuat konsep produk akhir dari project kami yaitu majalah.
4. Menentukan tanggal dan waktu pelaksanaan project.
5. Menentukan tempat pelaksanaan project.
6. Menentukan peran dari masing-masing anggota kelompok.

Peran dalam pembuatan tugas ini kami bagi sama rata, agar masing-masing anggota mendapat ilmu yang
sama.

Persiapan project, kami dibagikan beberapa tugas antara lain :


 Membuat mini proposal
 Membuat konsep dan rancangan majalah
 Membuat majalah
 Membuat laporan akhir

3.2 Pelaksanaan
Setelah perencanaan siap, kami menjalankan project ini sesuai dengan tanggal,waktu,dan tempat
yang sudah ditetapkan.Kami mencari referensi mengenai trend issue keperawatan yang sesuai dengan
tema yang kami dapatkan dan sub tema yang kami tentukan.Selanjutnya berkonsultasi dengan fasilitator.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan majalah, mengedit majalah agar lebih menarik dan
pembuatan laporan akhir dari project yang telah kami kerjakan.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil project ini diketahui bahwa pembaharuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan dan peningkatan kemampuan seorang perawat sangat penting.Karena perkembangan
diberbagai bidang pun terus berkembang, tidak terkecuali bidang kesehatan.Contohnya
perkembangan dalam penanganan gawat darurat (CPR/RJP) serta intensive care
(Telenursing).Pesatnya perkembangan teknologi memaksa perawat harus meningkatkan
kemampuannya.Sehingga perawat berlomba-lomba untuk menjadi tenaga kesehatan yang ahli.

Dengan adanya berbagai inovasi yang bermunculan saat ini, diharapkan dapat semakin
meningkatkan kesejahteraan kesehatan masyarakat.Dan membuat pelayanan kesehatan
masyarakat di Indonesia semakin baik, serta dapat bersaing dengan Negara lainnya. Dengan
adanya project ini, kami semakin mengetahui apa dan bagaimana inovasi yang muncul dalam era
perkembangan seperti sekarang ini. Banyak aspek yang kami pelajari dalam topic yang kami
kerjakan. Mulai dari pengertian, cara kerja, manfaat, tujuan, dampak yang dihasilkan, peran
perawat dan pengaplikasiannya.

Harapan kami dengan adanya majalah PjBL tentang trend issue ini dapat meningkatkan
pengetahuan pembacaserta menarik pembaca untuk lebih mengenal system kesehatan yang
sedang berkembang.Serta peran perawat sebagai pembaharu dapat mengaplikasikan inovasi ini
dengan baik.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Di dunia kesehatan banyak inovasi yang bermunculan,contohnya penanganan gawat
darurat (CPR/RJP) dan Telenursing. Hal ini membuat instalasi kesehatan yang mampu
melakukan inovasi semakin maju dan terpercaya.Sayangnya tidak semua inovasi dapat
diaplikasikan dengan baik, salah satunya di Indonesia.Kurangnya tenaga ahli yang memiliki
kemampuan yang mempuni, serta tingkat informasi yang tidak merata membuat Indonesia
sedikit kesulitan untuk menyamakan diri dalam pembaharuan ini.Namun diharapakan, Indonesia
juga mampu mengikuti perkembangan dan inovasi yang muncul dalam dunia kesehatan ini.
Sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia menjadi lebih baik, dapat
mensejahterakan kesehatan masyarakat serta dapat bersaing dengan instalasi kesehatan di Negara
lain. Selain kompetensi dasar keperawatan, sebagai perawat di era global seperti ini diharapakan
memiliki skill atau kemampuan yang cukup dalam menghadapi inovasi dan perkembangan yang
terjadi di dunia kesehatan.Sehingga inovasi tersebut dapat diaplikasikan secara maksimal dan
dapat memuaskan pasien.

5.2 Saran
1. Perawat harus mampu menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal. Karena
itu adalah suatu kewajiban perawat dalam profesinya.
2. Perlunyadikembangkankemampuan perawat dalam penanganan pasien gawat
darurat serta kemampuannya dibidang teknologi agar dapat mengikuti inovasi
pelayan kesehatan berbasis teknologi seperti telenursing.
3. Perawat harus mampu berkompetisi untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengikuti perkembangan yang terus terjadi.

13
DAFTAR PUSTAKA

National Council of State Boards of Nursing, 2011

Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010

American Nurse Assosiation, 1999

American Heart Association,2010

http://firstreit.listedcompany.com/newsroom/First_Reit_Circular_10_Nov_2010_Part_2_Low_R
es.pdf

http://www.undp.or.id/pubs/docs/CPR%20Updates%20ID.pdf

http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&file=293119.pdf&ftyp=potongan&t
ahun=2014&potongan=S2-2014-293119-chapter1.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-santosotri-5766-2-babii.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai