Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Foury Azizah (19/448833/PPN/04448)
Mochammad Febrianto (19/448837/PPN/04452)
Resti Utari Wahyudi (19/448841/PPN/04456)
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. A.T. Soejono
Prof. Dr. Ir. Prapto Yudono, M.Sc
Valentina Dwi Suci Handayani, S.P., M.Sc., Ph.D
A. Latar Belakang
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guna keberlanjutkan kualitas
lahan budidaya diantaranya adalah dengan menerapkan sistem pertanian organik.
Pertanian organik dilakukan dengan memasukkan input pertanian yang berasal
dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti biomassa tanaman dan kotoran
ternak. Selain itu dalam budidaya pertanian organik penggunaan bahan-bahan
sintetis ditiadakan, mulai dari kegiatan penyemaian hingga pasca panen. Petani
padi sawah di beberapa tempat, mulai beralih menuju budidaya padi sawah secara
organik. Selain dinilai memiliki keuntungan lebih dari sisi ekonomi yang lebih
tinggi, pertanian organik dinilai memiliki keunggulan lain yakni dapat
mengembalikan kesuburan tanah karena menggunakan bahan-bahan organik yang
tidak meninggalkan residu bahan kimia.
Keberadaan gulma menurunkan hasil karena gulma merupakan tumbuhan
yang kehadiranya tidak diinginkan namun tumbuh di sekitar lahan pertanian yang
di budidayakan. Gulma mengganggu pertumbuhan tanaman yang di budidayakan
melalui kompetisi serta bersaing kuat dalam memperebutkan CO2, air, cahaya
matahari dan nutrisi. Pertumbuhan gulma juga dapat memperlambat pertumbuhan
tanaman karena gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman
utama yang di budidayakan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai
bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian,
suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua
kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma
dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur
pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh pada lahan pertanian perlu
dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau kelompok tumbuh-
tumbuhan. Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma - gulma yang
memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma
tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran
penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya
gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak (Adi, 2013).
Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya
pergeseran jenis gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum
dan sesudah percobaan/perlakuan. Summitted Dominance Ratio (SDR) atau
Nisbah Jumlah Dominan (NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah
dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas,
sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh
lebih dominan dari spesies yang lain. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan,
tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak
ekonomi dan ekologi (Mas’ud, 2009).
B. Tujuan
1. Mengetahui dominansi gulma yang ada dalam suatu agroekologi.
2. Mengetahui sejarah manajemen gulma yang dilakukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanian Organik
Pertanian organik makin banyak diterapkan pada beberapa komoditi
pertanian, salah satunya adalah padi sebagai komoditi penghasil beras dan sebagai
bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Keunggulan beras
organik adalah sehat, dengan kandungan gizi atau vitamin yang tinggi karena
tidak menghilangkan lapisan kulit ari secara menyeluruh sehingga beras organik
tidak tampak mengkilap seperti beras pada umumnya. Beras lebih enak dan
memiliki rasa alami atau pulen, lebih tahan lama dan tidak basi serta memilki
kandungan serat dan nutrisi lebih baik. Manfaat beras organik bagi lingkungan,
diantaranya sistem produksi sangat ramah lingkungan sehingga tidak merusak
lingkungan, tidak mencemari lingkungan dengan bahan kimia sintetik dan
meningkatkan produktivitas ekosistem pertanian secara alami, serta menciptakan
keseimbangan ekosistem terjaga dan berkelanjutan (Sutanto, 2002).
B. Definisi Gulma
Secara umum, definisi gulma adalah segala jenis tanaman atau tumbuhan
yang tidak ditanam dan tumbuh secara liar dilahan pertanian, perkebunan atau
tempat lain yang kehadirannya tidak diinginkan karena keberadaannya dapat
mengganggu tanaman utama. Dilahan pertanian, baik lahan budidaya holtikultura
maupun lahan budidaya tanaman perkebunan kehadiran gulma dapat berdampak
buruk bagi tanaman utama yaitu dapat menurunkan hasil tanaman produksi.
Gulma dianggap mengganggu karena adanya kompetisi antara tanaman produksi
dan gulma dalam mendapatkan nutrisi yang ada didalam tanah.
Pada jenis gulma tertentu, yaitu gulma yang tumbuh tinggi dan menutupi
tajuk tanaman produksi kompetisi (persaingan) juga terjadi dalam memperoleh
sinar matahari. Selain berkompetisi memperebutkan kebutuhan hara, beberapa
jenis gulma seperti ilalang dan mikania dapat mengeluarkan zat yang bersifat
racun bagi tanaman, yaitu zat alelopati. Zat beracun tersebut terdapat pada akar
gulma dan berdampak negatif sebagai penghambat pertumbuhan tanaman.
C. Klasifikasi dan Jenis Gulma
Klasifikasi gulma diperlukan untuk mempelajari karakteristik dan ciri-ciri
gulma, dengan tujuan untuk mempelajari manfaat dan cara pengendaliannya.
Masing-masing kelompok gulma memperlihatkan ciri-ciri, karakteristik dan cara
pengendaliannya. Pengelompokan gulma bermanfaat untuk membantu manusia
mengetahui dan mengenal jenis-jenis dan karakteristiknya sehingga kita dapat
melakukan aplikasi herbisida secara tepat dan benar sesuai dengan jenis gulma
sasaran. Berikut ini klasifikasi gulma yang dikelompokkan berdasarkan
morfologi, siklus hidup, habitat tumbuh dan berdasarkan pengaruhnya terhadap
tanaman.
1. Morfologi Gulma
Klasifikasi gulma dilakukan untuk membantu manusia mengenal dan
mengetahui jenis gulma rumputan, daun lebar dan tekian, melakukan analisis
vegatasi gulma dan dapat melakukan aplikasi herbisida secara tepat.
Penggolongan gulma menurut kesamaan responnya terhadap herbisida paling
banyak digunakan bila dikaitkan dengan upaya pengendalian gulma. Kesamaan
respon terhadap herbisida adalah sifat atau gejala umum yang ditunjukkan
gulma tersebut apabila dikenai suatu jenis herbisida.
a) Gulma rerumputan (grasses)
Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Poaceae atau
Gramineae adalah kelompok rerumputan. Ukuran gulma golongan
rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau
tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku
yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada
setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan
helaian daun, contoh gulma rerumputan Panicium repens, Eleusine indica,
6 Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Imperata cylindrica,
Enchinochloa colanum, Paspalum conjungatum.
b) Gulma tekian (sedges)
Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Cyperaceae adalah
gulma golongan tekian. Gulma yang termasuk dalam golongan ini
memiliki ciri utama letak daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun
seperti pita, tangkai bunga tidak beruas dan berbentuk silindris, segi
empat, atau segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi
atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyperus
rotundus, Cyperus compressus.
c) Gulma berdaun lebar (broad leaves)
Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum
conyzoides, Euparotum odorotum. Berdasarkan habitat tumbuhnya,
dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang
hidup didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau
tahunan (tidak terbatas). Ciri nya adalah lonjong, bulat, menjari, atau
berbentuk hati. Akar umumnya akar tunjang. Batang umumnya bercabang,
berkayu, atau sukulen. Penyebaranya dapat melalui biji atau dengan cara
vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides,
Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air
merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan
menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air
(Eichhorina crassipes, Silvinia spp), gulma air yang tenggelam di dalam
air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan
tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).
2. Gulma Berdasarkan Siklus Hidup
a) Gulma Semusim atau Setahun (Annual Weeds)
Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya dari biji, tumbuh sampai
mati selama semusim atau setahun. Karena banyaknya biji yang dibentuk,
maka persiten.
b) Gulma Dua Tahun (Biannual Weeds)
Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama antara satusampai
dua tahun. Bunga dibentuk tahun kedua.
c) Gulma Tahunan (Parennial weeds)
Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama lebih dari dua
tahun. Kebanyakan tumbuhan ini membentuk biji banyak untuk penyebaran
dan dapat pula menyebar secara vegetative. Karena beda penyebarannya,
maka tumbuhan ini parennial sederhana dan parennial merayap. Gulma
parennial sederhana, hanya menyebar dengan biji meskipun dapat menyebar
secara vegetative bila tumbuhan ini terpotong, akar lunak dan tumbuh
meluas. Gulma perennial merayap menyebar dengan akar yang merayap,
stolon (bagian merayap diatas tanah) dan rhizome (bagian merayap dalam
tanah) (Moenadir, 1998).
3. Gulma Berdasarkan Habitatnya
a) Gulma air (Aquatic weeds)
Gulma ini tumbuh di air baik mengapung, tenggelam ataupun
setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit,
berdaun lebar ataupun teki-tekian. Contoh gulma air adalah Cyperus iria.
b) Gulma darat (Terrestis weeds)
Jenis gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat
tergantung pada jenis tanaman, jenis tanah, iklim dan pola tanam. Contoh
gulma daratan adalah lalang (Imperata cylindrical) dan mikania
(Micania micrantha).
D. Gulma Cyperus Difformis
Mempunyai ciri morfologi (a) Akar serabut yang panjang dan tumbuh
menyamping (b) Batang berbentuk segitiga, agak lunak dan permukaannya licin,
berwarna hijau kenung-kuningan (c) Daun terdapat pada pangkal batang,
umumnya lebih pendek daripada batang, lebar 2-8 mm dan berbentuk garis (d)
Bunga berwarna kekuning-kuningan amat banyak, berkumpul dalam karangan
bunga berbentuk bulat telur, terletak pada ujung batang, anak bulir berukuran
panjang 4-8 mm dan lebar 1 mm, karangan bunga dilindungi oleh 2-3 daun
pelindung (daun pembalut) (e) Tinggi dapat mencapai 10-70 cm.
Gambar 1. Gulma Cyperus difformis
Sumber : Dokumen Pribadi
B. Metode Pelaksanaan
1. Penentuan lokasi
Lokasi yang digunakan untuk analisis vegetasi adalah pertanian organik di
Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
2. Persiapan Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah gulma dari sistem pertanian organik. Alat yang
digunakan adalah kerangka kawat berukuran 50 cm x 50 cm, gunting, spidol,
kertas, kantong plastik, timbangan analitik, oven, alat tulis dan kamera.
3. Pengambilan sampel gulma
Sampel gulma diambil dengan cara meletakkan kerangka kawat di beberapa
petak lokasi pada lahan sawah pertanian organik sebanyak 3 kali ulangan.
Kemudian sampel di ambil, di bersihkan dan di simpan dalam kantong plastik.
4. Analisis vegetasi gulma
Untuk mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan
serta mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi.
Melakukan analisis jenis gulma dengan metode kuadrat dikelompokkan
berdasarkan gulma teki-tekian, gulma rumput, dan gulma daun lebar. Gunakan
Buku deskripsi gulma untuk membantu dalam identifikasi.
C. Variabel Pengamatan
1. Kerapatan Nisbi (KN) : kerapatan mutlak jenis gulma tertentu dibagi total
kerapatan mutlak semua jenis gulma.
KM spesies tersebut
KN suatu spesies= x 100 %
KM semua spesies
Keterangan :
KM (Kerapatan Mutlak) suatu spesies = jumlah individu suatu spesies dari
seluruh unit sampel.
2. Frekuensi Nisbi (FN) : frekuensi mutlak jenis gulma tertentu dibagi total
frekuensi mutlak semua jenis gulma
FM spesies tersebut
FN suatu spesies= x 100 %
FM semua spesies
Keterangan :
FM (Frekuensi Mutlak) suatu spesies = jumlah unit sampel yang terdapat
spesies tersebut.
3. Dominansi Nisbi (DN)
DM spesies tersebut
DN suatu spesies= x 100 %
DM semua spesies
Keterangan :
DM (Dominansi Mutlak) suatu spesies = jumlah berat kering (dapat pula
tinggi atau luas kanopi) suatu spesies dari seluruh unit sampel.
4. Nisbah dominan terjumlah atau Summed Dominance Ratio (SDR) : nilai
penting dibagi jumlah peubah nisbih
KN + FN + DN
SDR suatu spesies=
3
SDR menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk
menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma
tersebut semakin dominan. Apabila nilai SDR diurutkan dari yang tertinggi
hingga terendah, semua gulma harus diberi nomor urut walaupun nilai SDR-
nya sama, maka urutan SDR tersebut menggambarkan komposisi jenis gulma
yang ada pada areal pengamatan.
Lahan pertanian organik adalah lahan yang jauh dari keberadaan zat kimia,
sehingga memudahkan tumbuh tanaman padi maupun tanaman pengganggu
(gulma). Sistem pertanian organik berarti semua proses sistem pertanian organik
dimulai dari penyiapan lahan hingga pasca panen memenuhi standar budidaya
organik, bukan dilihat dari produk organik yang dihasilkan (Nurhidayati et al.,
2008).
JUMLAH
N ANALISIS
NAMA GULMA GULMA
O
1 2 3 KM FM DM KN (%) FN (%) DN (%) SDR (%)
Cyperus 2.9
1 difformis 1 2 1 4 3 4 4.17 33.33 35.90 24.47
2.0
2 Pistia stratiotes 18 27 29 74 3 8 77.08 33.33 25.40 45.27
3.0
3 Richardia scarba 11 4 2 17 1 9 17.71 11.11 37.73 22.18
0.0
4 Panicum repens 0 0 1 1 2 8 1.04 22.22 0.98 8.08
8.1
JUMLAH
30 33 33 96 9 9 100 100.00 100 100
Utami. S dan Lila R. P. 2012. 2012. Struktur Komunitas Gulma Padi (Oryza
sativa L.) Sawah Organik dan Sawah Anorganik di Desa Ketapang,
Kec. Susukan, Kab. Semarang. BIOMA, Desember 2012 ISSN: 1410-
8801 Vol. 14, No. 2, Hal. 91-95.
A. Dokumentasi kegiatan
Penjelasan tentang pertanian organik Penimbangan berat kering gulma Pistia stratiotes