Anda di halaman 1dari 23

GIZI OLAHRAGA

PENGATURAN MAKAN ATLET SELAMA TRAVELLING DAN


PENYELENGGARAAN MAKANAN PADA EVENT OLAHRAGA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7 D-IV A

1. NI WAYAN GITA YUSTIKA (NIM. P07131217016)


2. MADE AYU YULIANITA DEWI (NIM. P07131217017)
3. LUH PUTU NAIRA PUNNI ANGGITA (NIM. P07131217022)
4. NI KADEK RATNA WIDYASARI (NIM. P07131217024)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul “Pengaturan Makan Atlet Selama
Travelling dan Penyelenggaraan Makan pada Event Olahraga” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas makalah ini penulis susun dalam rangka
memenuhi tugas awal mata kuliah semester VI dalam bidang studi Gizi Olahraga.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan banyak hambatan
yang penulis hadapi. Namun berkat dukungan, bimbingan dan partisipasi berbagai
pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Pembimbing Akademik beserta staf pegawai Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang telah banyak membantu penulis sehingga
mempermudah penulis dalam penyusunan tugas makalah ini.
2. I Wayan Ambartana,SKM,M.Fis selaku Pembimbing yang telah
dengan sabar membina dan tiada hentinya memberi semangat pada penulis
dalam menyusun tugas makalah ini.
3. Seluruh pihak yang turut serta memberikan motivasi dan dukungan
bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-
kesalahan di dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, dengan selesainya makalah
ini, seberapapun sederhananya makalah ini, penulis berharap makalah ini
memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Denpasar, 23 Februari
2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Makalah............................................................................ 2
D. Manfaat Makalah.......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pola Makan dan Gizi pada Atlet.................................................. 4
B. Unsur-Unsur Zat Makanan untuk Atlet....................................... 4
C. Memilih Makanan yang Tepat untuk Atlet dalam Perjalanan..... 5
D. Makanan untuk Atlet Selama Traveling...................................... 8
E. Nutrisi untuk Atlet Sebelum, Selama, dan Setelah Pertandingan 8
F. Pengaturan Makan untuk Atlet.................................................... 10
G. Penyelenggaraan Makanan pada Event Olahraga....................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 17
B. Saran............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
iiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atlet mempunyai aktifitas yang berbeda dengan bukan atlet, sehingga
kebutuhan gizinyapun berbeda, sehingga diperlukan perhatian dengan pengaturan
makanan yang tepat untuk dapat memenuhi kecukupan gizinya. Implementasi
penyelenggaraan makanan pada club-club olah raga yang didasarkan pada
kebutuhan atlet menjadi sangat penting dalam rangka upaya meningkatkan dan
menjaga prestasi.
Pengaturan makanan terhadap seorang atlet harus individual. Pemberian
makanan harus memperhatikan jenis kelamin atlet, umur, berat badan, serta jenis
olahraga. Selain itu, pemberian makanan juga harus memperhatikan periodisasi
latihan, masa kompetisi, dan masa pemulihan. Pengetahuan gizi yang cukup
diperlukan bagi pengelola makanan khususnya dan atlet, sehingga dapat dirancang
dan dipilih makanan yang tepat. Kepercayaan terhadap khasiat dari beberapa jenis
menu seperti menu dari daging kambing, sampai saat ini masih ditemukan dan
diberikan kepada atlet menjelang pertandingan dengan alasan meningkatkan
kekuatan atlet. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan pengetahuan baik bagi,
managemen, pengelola makanan dan atlet sendiri. Konsumsi makanan tinggi
lemak dan protein menjelang pertandingan kurang menguntungkan bagi atlet,
karena kedua bahan tersebut tidak dapat segera digunakan sebagai sumber energi.
Pemberian makanan kepada atlet harus diatur sedemikian rupa, sehingga saat
pertandingan dimulai proses pencernaan makanan sudah selesai. Hal ini penting
karena pada saat pertandingan, aliran darah terkonsentrasi menuju otot untuk
menyalurkan zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan pada saat otot berkontraksi.
Atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan kira-kira 3-4 jam sebelum bertanding.
Tenggang waktu ini tidak boleh sampai menimbulkan penurunan kadar gula darah
atau menimbulkan rasa lapar sewaktu pertandingan. Selain itu, waktu makan yang
terakhir ini juga harus disesuaikan dengan kebiasaan makan atlet. Makanan tidak
boleh merangsang atau menyebabkan masalah yang tidak baik pada saluran
pencernaan. Makanan harus lebih banyak mengandung karbohidrat, rendah lemak

1
dan protein, cukup vitamin dan mineral, serta cukup air. Kurang lebih satu jam
menjelang pertandingan, atlet harus menghindari minuman yang banyak
mengandung gula [manis sekali]. Pemberian satu gelas (200 cc) air putih yang
ditambah satu sendok teh (5 gr) gula diperbolehkan oleh karena konsentrasi
minuman tersebut tidak melebihi 2,5%. 
Pada kompetisi lokal umumnya masalah yang ditemui lebih sedikit, karena
atlet dapat membawa sendiri makanan dari daerah asalnya, atau dapat
memperoleh makanan dengan mudah. Namun lebih baik jika atlet membawa
makanan dalam rangka mencegah keterlambatan atau penyediaan makan yang
kurang, yang dapat mengganggu kebiasaan makan sehari-hari. Makanan jadi
dalam kemasan, seperti roti, mie, biskuit, buah segar, manisan buah, jus dan
sebagainya, dapat dibawa dalam perjalanan. Merencanakan makanan yang dapat
diperoleh di restaurant atau hotel sebelumnya dapat juga bermanfaat, terutama
untuk atlet dalam jumlah besar. Bahaya utama yang sering ditemui atlet dalam
perjalanan ke luar negeri adalah kemungkinan terserang gastroenteritis atau diare
(10-30 % atlet).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa pengaruh pola makan dan gizi pada atlet?
2. Apa saja unsur-unsur zat makanan untuk atlet?
3. Apa saja syarat makanan untuk atlet dalam perjalanan?
4. Apa saja makanan untuk atlet selama traveling?
5. Bagaimana nutrisi untuk atlet sebelum, selama, dan setelah pertandingan?
6. Bagaimana pengaturan makan pada atlet?
7. Bagaimana penyelenggaraan makanan pada event olahraga?

C. Tujuan Makalah
Adapaun tujuan dari makalah ini, antara lain :
1. Untuk memahami pengaruh pola makan dan gizi pada atlet.
2. Untuk memahami unsur-unsur zat makanan untuk atlet.

2
3. Untuk memahami syarat makanan untuk atlet dalam perjalanan.
4. Untuk memahami makanan untuk oleh atlet selama travelling.
5. Untuk memahami nutrisi untuk atlet sebelum, selama, dan setelah
pertandingan.
6. Untuk memahami pengaturan makan pada atlet.
7. Untuk memahami penyelenggaraan makanan pada suatu event olahraga.

D. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari makalah ini, antara lain :
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Sebagai media edukasi untuk mengetahui pengaturan makan pada atlet
selama travelling dan penyelenggaraan makan pada event olahraga.
b. Sebagai sarana pembelajaran untuk mengetahui nutrisi untuk atlet
sebelum, selama, dan setelah pertandingan.
2. Manfaat bagi dosen
a. Sebagai bahan ajar untuk mahasiswa tentang pengaturan makan pada atlet
selama travelling dalam mata kuliah Gizi Olahraga.
b. Memberikan tambahan pengetahuan tentang penyelenggaraan makanan
pada masa pemusatan latihan dan masa pertandingan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pola Makan dan Gizi pada Atlet


Pemberian makanan kepada atlet harus diatur sedemikian rupa, sehingga saat
pertandingan dimulai proses pencernaan makanan sudah selesai. Hal ini penting
karena pada saat pertandingan, aliran darah terkonsentrasi menuju otot untuk
menyalurkan zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan pada saat otot berkontraksi.
Atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan kira-kira 3-4 jam sebelum bertanding.
Tenggang waktu ini tidak boleh sampai menimbulkan penurunan kadar gula darah
atau menimbulkan rasa lapar sewaktu pertandingan. Selain itu, waktu makan yang
terakhir ini juga harus disesuaikan dengan kebiasaan makan atlet.
Makanan tidak boleh merangsang atau menyebabkan masalah yang tidak baik
pada saluran pencernaan. Makanan harus lebih banyak mengandung karbohidrat,
rendah lemak dan protein, cukup vitamin dan mineral, serta cukup air. Kurang
lebih satu jam menjelang pertandingan, atlet harus menghindari minuman yang
banyak mengandung gula (manis sekali). Pemberian satu gelas (200 cc) air putih
yang ditambah satu sendok teh (5 gr) gula diperbolehkan oleh karena konsentrasi
minuman tersebut tidak melebihi 2,5%. Pemberian minuman manis yang melebihi
konsentrasi gula 2,5% dapat menimbulkan peningkatan gula darah yang akan
merangsang produksi hormon insulin. Peningakatan hormon insulin ini dpat
menyebabkan terjadinya hipoglikemi (“reactive hypoglycemia”). Keadaan ini
dapat terjadi pada saat atlet sedang bertanding dengan gejala-gejala pusing, mual
dan muntah sampai kolaps.

B. Syarat dan Tujuan Makanan untuk Atlet saat Perjalanan (Traveling)


1. Tujuan
- Memperbaiki/memelihara status gizi, kesehatan dalam menghadapi
situasi khusus selama periode latihan dengan tata cara sesuai periodisasi.
- Menyediakan makanan yang memenuhi gizi seimbang sesuai situasi
yang dihadapi, memenuhi citarasa.
- Membiasakan atlet mengkonsumsi makanan dengan benar sesuai situasi
yang dihadapi serta memelihara kesehatan di masa datang.

4
2. Syarat
- Kebutuhan zat gizi terpenuhi sesuai situasi
- Ada pengaturan pemilihan jenis makanan yang dianjurkan/dilarang
- Memenuhi syarat kebersihan sehingga aman dikonsumsi
- Perlu kerjasama tim
3. Kunci Keberhasilan
- Perencanaan yang matang
a. Pelajari kebiasaan makan atlet
b. Kontak penyedia makanan
- Sediakan makanan dan minuman selama perjalanan
a. Sesuaikan dengan kebutuhan
b. Hindari kebosanan dan dehidrasi
- Waspadai higyene makanan dan minuman
- Bawa makanan/suplemen yang sudah terbiasa
- Selektif dalam memilih menu sewaktu makan di restoran.
C. Unsur-Unsur Zat Makanan untuk Atlet
Seorang atlet mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara terencana
akan berada pada status gizi baik dan mampu mempertahankan kondisi fisik
secara prima. Sedangkan saat menjelang pertandingan, asupan makanan harus
memiliki unsur zat makanan, sebagai berikut :
1. Banyak karbohidrat (C, H, O)
Karbohidrat merupakan sumber energi yang menjadi cadangan tenaga
baru, serta memberikan rasa kenyang pada atlet ketika mengkonsumsinya.
Pada saat pertandingan, karbohidrat sangat diperlukan, karena berfungsi
untuk membentuk simpanan glikogen dalam hati dan otot. Oleh karena itu,
karbohidrat yang cukup banyak sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
beraktifitas, apalagi saat bertanding.
2. Sedikit protein dan lemak
Protein dan lemak merupakan sumber energi, tetapi dalam persiapan
maupun saat pertandingan, makanan yang mengandung banyak protein dan
lemak harus dihindari. Karena, makanan akan lebih lama dicerna. Sehingga

5
protein dan lemak tidak memberi asupan glikogenpada otot dan hati yang
dibutuhkan saat pertandingan.
3. Cukup vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral bermanfaat untuk menghindari terjadinya dehidrasi
dan dapat mengganti zat gizi yang terpakai pada saat bertanding. Oleh karena
itu, atlet sangat disarankan mengkonsumsi makanan maupun minuman yang
bervitamin dan bermineral.
4. Cukup air
Air sangat dibutuhkan oleh tubuh, baik saat beraktifitas maupun tidak
beraktifitas. Air berfungsi membentuk cairan tubuh yang hilang saat
bertanding, dan sebagai alat pengangkut unsur-unsur gizi dalam tubuh. Pada
saat bertanding, sebaiknya atlet minum air sebelum dia merasa haus. Karena,
pada waktu haus terasa, sudah menunjukkan adanya dehidrasi awal.
Sebaiknya atlet minum air secara teratur setiap 10-15 menit saat
pertandingan.

D. Memilih Makanan yang Tepat untuk Atlet dalam Perjalanan


(Travelling)
Perjalanan untuk mengikuti berbagai kompetisi atau pertandingan merupakan
bagian dari kehidupan atlet. Gizi merupakan bagian yang sering dilupakan
sehingga mengakibatkan penampilan atlet yang kurang maksimal, terserang
penyakit bahkan mengundurkan diri dari kompetisi. Atlet dapat mencegah
berbagai problem yang dialami selama perjalanan, dengan mendidik serta
membuat perencanaan mengenai hal-hal yang diharapkan. Berikut adalah
beberapa tips dalam mempertahankan kebiasaan makan selama perjalanan dan
jauh dari rumah, antara lain :

No. Hal yang Perlu Diperhatikan Strategi


1. Ketersediaan makanan serta Membawa makanan dan minuman
fasilitas memasak sendiri dari rumah, cek kebiasaan dan
peraturan pabean untuk perjalanan ke

6
luar negeri
2. Keterbatasan biaya/anggaran Rencanakan atau organisir pengaturan
makanan sebelumnya
3. Hygiene dan keamanan Strategi pengaturan makan dan
minum yang aman, persiapan
penanganan terjadinya gastroenteritis
4. Godaan untuk mencoba Makan sesuai kebiasaan rutin
makanan
5. “Jet Lag” Rencanakan atau orgainisir makanan
di pesawat dan makan dalam jumlah
sedang

1. Pekan Olahraga Lokal


Pada kompetisi lokal umumnya masalah yang ditemui lebih sedikit, karena
atlet dapat membawa sendiri makanan dari daerah asalnya, atau dapat
memperoleh makanan dengan mudah. Namun lebih baik jika atlet membawa
makanan dalam rangka mencegah keterlambatan atau penyediaan makan
yang kurang, yang dapat mengganggu kebiasaan makan sehari-hari. Makanan
jadi dalam kemasan seperti roti, me biskuit, buah segar, manisan buah, jus dll
dapat dibawa dalam perjalanan. Merencanakan makanan yang dapat diperoleh
di restauran atau hotel sebelumnya dapat juga bermanfaat, terutama untuk
atlet dalam jumlah besar.
Pengalaman ketidakcocokan makanan untuk atlet pada Pekan Olahraga
Nasional (PON) seringkali terjadi. Penyelenggaraan makan pada saat PON
secara umum menyediakan makanan yang dapat diterima oleh seluruh atlet
dari berbagai daerah di Indonesia. Masalah ini mungkin harus dipecahkan
oleh kedua belah pihak. Pihak penyelenggara mungkin dapat mencari
alternatif-alternatif untuk dapat menyediakan makanan yang sesuai dengan
kebiasaan makan atlet di daerahnya, misalnya: penyelenggaraan makan
dikelompokkan berdasarkan daerah yang pola makannya relatif sama. Atau
penyelenggara mencari makanan-makanan yang disukai atlet lokal untuk
disajikan. Pihak atlet juga harus mempersiapkan diri mengatasi masalah ini,

7
misalnya dengan membawa sendiri makanan-makanan khas daerahnya yang
disukai atlet. Atau atlet selama masa latihan di pusat latihan daerah,
dibiasakan dengan makanan-makanan yang akan diperoleh di tempat
pertandingan.
2. Pekan Olahraga di Mancanegara
Bahaya utama yang sering ditemui atlet dalam perjalanan ke luar negeri
adalah kemungkinan terserang gastroenteritis atau diare (10-30% atlet).
Akibatnya atlet dapat mengalami ketidaknyamanan, gangguan secara psikis
dan fisik sehingga kemungkinan atlet tidak dapat bertanding. Pencegahan
yang dapat dilakukan antara lain adalah memilih makanan dari tempat yang
higienenya terjamin, menghindari untuk makan makanan yang tidak dimasak
serta makanan yang dipasteurisasi. Sumber air juga dapat merupakan sumber
infeksi, oleh karena itu rebuslah air sebelum diminum, atau gunakan air
minum dalam botol kemasan yang sudah steril. Es batu juga perlu dihindari
jika sumber air minum tidak aman.
Jika atlet mengalami diare, maka harus diatasi dengan segera. Obat-obatan
untuk mengatasi hal ini perlu dipersiapkan sebelumnya, misalnya vibramycin,
bactrium, septra untuk mencegah diare, obat antimotily (imodium, lomotil)
untuk mengobati gastroenteritis, bahkan antibiotik. Proses rehidrasi juga perlu
dilakukan baik secara oral maupun infus dengan produk-produk untuk
rehidrasi. Jika gejala sudah berkurang atlet dapat diberikan minuman seperti
the, air kaldu atau jus encer. Namun minuman dari produk susu harus
dihindari dulu sampai gejala hilang dalam beberapa hari. Jika minuman-
minuman tersebut sudah dapat diterima, maka makanan padat yang ringan
dapat diberikan seperti roti bakar, biskuit, nasi tim, pasta secara bertahap.
Pada banyak tempat makanan disajikan dalam bentuk kafetaria, dimana
situasi ini merangsang atlet untuk makan dalam jumlah banyak atau makan
makanan yang salah. Oleh karena itu atlet dianjurkan untuk makan sesuai
dengan kebutuhannya tidak terpengaruh makanan yang dimakan atlet yang
lain. Bawalah makanan yang secara khusus dibutuhkan, mungkin makanan
tersebut lebih aman dari makanan di tempat pertandingan. Jika atlet akan
bertanding di luar negeri yang pola makannya sangat berbeda, ada baiknya

8
sebelum berangkat atlet diajak untuk mencoba aneka makanan dari negara
tersebut, sehingga atlet mempunyai gambaran dan dapat mengantisipasi kira-
kira makanan apa yang dapat dikonsumsi jika disajikan makanan dari negara
tersebut serta atlet dapat berdiskusi dengan ahli gizi kira-kira makanan mana
yang cocok untuk atlet serta berapa banyak yang harus dimakan.
Pesawat terbang secara umum juga dapat menyediakan makanan khusus,
oleh karena itu hubungi pihak airlines sebelumnya untuk memastikan. “Jet
lag” dapat dihindari dengan mengurangi garam, minum air putih dalam
jumlah banyak, hindari minuman yang bersifat diuretik seperti the, kopi, cola
serta alkohol. Akhirnya perencanaan yang baik dapat mencegah terjadinya
perjalanan yang tidak menyenangkan.

E. Makanan untuk Atlet Selama Traveling


1. Makanan cair seperti sustagen sport (bubuk), dan yang berbentuk cairan
yang dapat digunakan jika tidak ada fasilitas memasak atau sumber air tidak
aman.
2. Aneka mie instant yang mudah dipersiapkan.
3. Aneka biskuit dengan jam atau madu, serta snack yang lain.
4. Buah kering, jus buah, buah kaleng.
5. Breakfast cereal dan susu skim jika atlet menyukai.
6. Multivitamin dan mineral suplemen, jika atlet tidak yakin dengan kualitas
konsumsi makanan.

F. Pengaturan Makan pada Atlet


Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung jumlah
kalori dengan proporsi 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, 20-25% lemak, serta
cukup vitamin, mineral dan air. Dalam pembinaan prestasi dikenal periodisasi
penyelengggaraan latihan, sebagai berikut :
1. Periode Persiapan Pertandingan
Atlet dikondisikan pada pola makan yang baik. Waktu makan utama dan
makan selingan dibuat jadwal yang sesuai dengan jadwal latihan agar tidak
mengganggu latihan. Jadwal waktu makan yang sudah disepakati harus ditaati
oleh semua pihak yang terlibat. Pola makan 5-6 kali sehari dengan 3 kali

9
waktu makan utama disertai selingan bisa digunakan oleh atlet selama di
pelatnas.
2. Periode Pertandingan
Pada umumnya aktifitas atlet pada saat pertandingan dapat dikelompokkan,
sebagai berikut :

 Jadwal pertandingan
Atlet mengikuti pertandingan dengan jadwal pertandingan selesai satu hari,
misalnya angkat berat, atau jadwal pertandingan selesai beberapa hari dengan
jarak waktu yang berbeda-beda, misalnya panahan, bulutangkis dan lain-lain.
 Keikutsertaan atlet dalam pertandingan
Atlet mengikuti pertandingan satu nomor pertandingan, misalnya binaraga
atau beberapa nomor pertandingan, misalnya atletik, renang dan lain-lain.
 Waktu pertandingan
Atlet mengikuti pertandingan dengan waktu pertandingan mulai dari 3 menit,
misalnya angkat besi, sampai dengan waktu pertandingan 2 hari, misalnya
balap sepeda.
 Lama pertandingan
Lamanya waktu pertandingan mulai dari pagi hari sampai dengan siang hari,
misalnya marathon atau pertandingan yang membutuhkan waktu relatif lama,
misalnya sepak bola.

Kiat dalam penyediaan makanan pada saat bertanding. Makanan yang


dikonsumsi selain memenuhi syarat gizi, sebaiknya sudah dikenal atlet. Makanan
harus mempunyai nilai psikologis yang tinggi sehingga terciptalah semboyan “eat
to win”. Atlet sebaiknya memiliki makanan yang sudah familier dan mudah
dicerna. Tujuan utama pemberian makanan pada atlet sebelum pertandingan
adalah untuk mempersiapkan atlet agar mendapatkan energi yang adequat dan
hidrasi yang optimal. Puasa sebelum pertandingan tidak diperbolehkan karena
secara fisiologis tidak masuk akal oleh karena makanan dibutuhkan untuk
mengganti glikogen. Pemberian makanan diatur sedemikian rupa sehinggga
sebelum pertandingan dimulai proses pencernaan makanan sudah selesai. Hal ini

10
penting oleh karena pada saat pertandingan aliran darah terkonsentrasi menuju ke
otot untuk menyalurkan zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan pada saat otot
berkontraksi.
Atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan lengkap yang terakhir kira-kira 3-4
jam sebelum bertanding. Tenggang waktu ini tidak boleh sampai menimbulkan
penurunan kadar gula darah atau menimbulkan rasa lapar sawaktu pertandingan.
Namun waktu makan yang terakhir ini juga harus disesuaikan dengan kebiasaan
makan atlet. Makanan tidak boleh merangsang atau menyebabkan masalah yang
tidak baik pada saluran pencernaan. Makanan harus lebih banyak mengandung
karbohidrat kompleks, rendah lemak dan protein, cukup vitamin dan mineral serta
cukup air. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak dan protein karena
makanan tersebut lebih lama dicerna sehingga kedua zat ini, lemak dan protein,
tidak memberi kontribusi sebagai cadangan glikogen otot dan hati yang
dibutuhkan saat pertandingan.
Kurang lebih satu jam menjelang pertandingan, atlet harus menghindari
minuman yang banyak mengandung gula [manis sekali]. Pemberian satu gelas
(200 cc) air putih yang ditambah satu sendok teh (5 gr) gula diperbolehkan oleh
karena konsentrasi minuman tersebut tidak melebihi 2,5%. Pemberian minuman
manis yang melebihi konsentrasi gula 2,5% dapat menimbulkan peningkatan gula
darah yang akan merangsang produksi hormon insulin.
Peningakatan hormon insulin ini dpat menyebabkan terjadinya hipoglikemi
(“reactive hypoglycemia”). Keadaan ini dapat terjadi pada saat atlet sedang
bertanding dengan gejala-gejala pusing, mual dan muntah sampai kolaps. Minum
air sebanyak 150 – 250 cc, pada waktu 30 – 60 menit sebelum pertandingan dan
saat istirahat diantara pertandingan sangat dianjurkan. Minuman yang
mengandung kalori, vitamin, mineral dan elektrolit yang terlarut didalamnya
bermanfaat untuk menghindari terjadinya dehidrasi serta dapat mengganti zat gizi
yang terpakai. Pemberian cairan selama pertandingan sangat penting untuk
mempertahankan status dehidrasi atau menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit. Atlet setiap kali harus mengambil kesempatan minum minuman yang
telah tersedia. Kesempatan minum jangan menunggu sampai terjadi rasa haus oleh
karena pada waktu terasa haus ini sudah menunjukkan adanya dehidrasi awal.

11
Rasa haus bukan indikator yang efektif untuk menilai kebutuhan air atlet
selama latihan dan pertandingan. Atlet harus ditekankan kesadarannya akan
kebutuhan air yang banyak dalam setiap kesempatan. Minum sebaiknya dilakukan
secara teratur setiap 10 – 15 menit sebanyak 150 – 250 cc air dingin 10 oC. Pada
olahraga endurans sangat penting diperhatikan adalah mengganti keringat yang
terbuang akan semakin banyak apabila pertandingan olahraga endurans
dilaksanakan pada lingkungan sangat panas.
Pada olahraga endurance yang sangat lama [lebih dari 2 jam] pemberian
cairan harus mengandung karbohidrat dan elektrolit. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiponatremia. Pemberian karbohidrat pada
saat bertanding dengan cara suplemen makanan bertujuan untuk mencegah
terjadinya hipoglikemi, mencegah kelelahan dan untuk mempertahankan daya
kerja otot. Pemberian suplemen makanan karbohidrat bisa berupa cairan ataupun
padat tergantung kesukaan atlet dan jenis olahraganya. Makanan padat yang tinggi
karbohidrat kompleks dan rendah serat, misalnya buah pisang dapat diberikan
pada atlet.
Segera setelah bertanding, pemberian makanan dan minuman ditujukan
terutama untuk memulihkan cadangan glikogen serta mengganti cairan, vitamin,
mineral dan elektrolit yang terpakai selama pertandingan. Pemberian makanan
setelah pertandingan harus memperhatikan keadaan atlet. Sering terjadi bahwa
nafsu makan dari sebagian besar atlet berkurang. Untuk itu segera setelah
pertandingan, atlet harus minum air dingin (suhu 10oC) sebanyak 1 – 2 gelas.
Kemudian atlet dianjurkan untuk minum berupa cairan yang mengandung
karbohidrat, vitamin, mineral dan elektrolit secara kontinyu dengan intrerval
waktu tertentu sampai terjadi hidrasi.
Pada keadaan ini dapat diberikan minuman berupa jus buah-buahan dan
sayuran. Setelah keletihan dari atlet tersebut berkurang, kira-kira 4 jam setelah
pertandingan, dapat diberikan secara berangsur-angsur makanan lengkap biasa
seperti sebelum pertandingan dilaksanakan. Pola hidangan yang dapat dikonsumsi
atlet sesaat menjelang pertandingan adalah sebagai berikut :
 3-4 jam sebelum bertanding, makanan lengkap biasa, misalnya nasi dengan
lauk-pauk.

12
 2-3 jam sebelum bertanding sebaiknya dalam bentuk makanan kecil, misalnya
roti (kurang dari 500 kalori).
 1-2 jam sebelum bertanding, makanan cair berupa jus buah diberikan kepada
atlet.
 30-60 menit sebelum bertanding, atlet hanya boleh diberi minuman cair saja.

3. Periode Pemulihan atau Transisi.


Pada periode ini atlet harus tetap mempersiapkan kondisi fisik secara prima
dengan latihan-latihan yang sesuai. Pengaturan makanan pada periode pemulihan
ditujukan untuk mempertahanakan status gizi. Makanan harus tetap memenuhi
gizi seimbang (“well balance diet”). Jumlah masukan makanan harus disesuaikan
dengan aktifitas sehari-hari.
Makanan yang dikonsumsi atlet harus tetap mengikuti pola makan seperti di
pemusatan latihan. Pola makan 5-6 kali sehari dengan tiga kali waktu makan
utama dan jadwal waktu makan yang tepat harus tetap dijalankan oleh atlet di
tempatnya masing-masing. Pemantauan status gizi secara rutin harus tetap
dilaksanakan terutama untuk mengontrol berat badan. Atlet harus melakukan
penimbangan badan setiap hari untuk mengetahui keadaan berat badan. Periode
pemulihan termasuk waktu diantara 2 pertandingan misalnya pukul 08.00 pagi
atlet mengikuti renang 50 m gaya bebas, kemudian pada pukul 10.00 mengikuti
renang 100 m gaya kupu-kupu. Contoh lain, tim sepakbola PERSIB hari ini
bertanding, besok istirahat dan lusa harus bertanding lagi. Selama istirahat
tersebut perlu memenuhi zat gizi yang telah dipakai selama bertanding khususnya
perhatikan masalah hidrasi.

G. Penyelenggaraan Makanan pada Event Olahraga


Keberhasilan suatu penyelenggaraan makanan pada masa pemusatan latihan
dan masa pertandingan (pesta olahraga) dapat dicapai bila penyelenggaraan
makanan dipandang sebagai suatu program yang utuh dan dikelola secara
profesional. Suatu penyelenggaraan makanan menginginkan mutu makanan yang
tinggi yaitu enak, gizi seimbang, harga yang layak dan kebersihan serta sanitasi
yang tinggi sehingga dapat dimakan dan memuaskan konsumen (olahragawan).

13
Perencanaan menu merupakan penentu keberhasilan pengolahan makanan
sebagai langkah awal dalam fungsi penyelenggaraan makanan, disusun jauh
sebelum waktu pelaksanaan yaitu sebelum penyusunan perencanaan kebutuhan
bahan makanan dan minuman. Perencanaan menu yang baik adalah bila disusun
oleh suatu tim yang terdiri dari mereka yang banyak kaitannya dalam
penyelenggaraan makanan dan direncanakan secara matang dan teliti jauh
sebelumnya.
Menu merupakan “Critical focal point atau central position” dari semua
kegiatan penyelenggaraan makanan. Dari menu akan diperoleh makanan apa yang
akan diproduksi serta didistribusi kepada siapa, oleh siapa, bagaimana, kapan dan
sebagainya. Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun hidangan
dalam variasi dan kombinasi yang sesuai dengan konsumen.
Tujuan perencanaan menu adalah tersedianya beberapa buah susunan menu
yang dilengkapi dengan pedoman menurut klasifikasi pelayanan yang ada atas
dasar kebijakan dan ketetapan yang ada.
Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan (PKBM) adalah kegiatan yang
menetapkan jumlah, macam/jenis dan kualitas bahan makanan yang dibutuhkan
untuk kurun waktu tertentu.
1. Penyelenggaraan Makanan pada Masa Pemusatan Latihan
Pemusatan latihan adalah kegiatan pelaksanaan program latihan dalam jangka
waktu tertentu yang terpusat di dalam suatu lingkungan tertentu dimana atlet
dapat tinggal bersama dan melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan
program pelatihan.
Sasaran pemusatan latihan adalah untuk meningkatkan :
 Kesehatan umum status gizi dan kebugaran jasmani
 Teknik dan ketrampilan khusus sesuai dengan cabang olahraga
 Kesiapan mental, semangat juang dan motivasi
 Kerjasama kelompok
 Pengetahuan terapan yang berkaitan dengan olahraga
Pemusatan latihan mempunyai ciri khusus, antara lain :
 Pada umumnya berlangsung lebih lama (lebih dari satu bulan sampai
beberapa tahun)

14
 Konsumen yang dilayani lebih homogen (satu atau beberapa cabang
olahraga)
 Adanya periodesasi latihan selama penyelenggaraan makanan
berlangsung

2. Penyelenggaraan Makanan pada Masa Pertandingan (Pesta Olahraga)


Penyelenggaraan makanan selama pesta olahraga diharapkan dapat dipenuhi
mutu makanan yang lebih tinggi yakni enak, gizi seimbang, sesuai dengan
kaidah pengaturan gizi saat bertanding, harga layak serta aman. Untuk
mencapai harapan tersebut menu selama pesta olahraga disusun dengan
mempertimbangkan berbagai aspek baik segi gizi, harga, kemudahan
pengadaan bahan makanan cara pemasakan dan lain-lain serta alasan lain
mengingat peserta olahraga sangat heterogen.
Ciri peserta olahraga, antara lain :
 Peserta yang dilayani oleh jasaboga terdiri atas atlet, offisial, wasit,
petugas. Asal peserta dari berbagai daerah/negara dan memiliki
kebiasaan makan yang berbeda.
 Keragaman Cabang Olahraga. Berdasarkan klasifikasinya terdapat cabang
olahraga ringan sampai berat sekali, serta cabang olahraga dengan
klasifikasi berdasarkan berat badan. Meskipun bervariasi semuanya
menghadapi pertandingan. Pada fase pertandingan semua atlet tidak lagi
menjalani latihan berat dan kondisinya sudah prima.
 Umur bervariasi. Peserta olahraga umumnya terdiri dari usia muda sampai
usia lanjut. Umur ini berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan zat gizi.

Selama pesta olahraga atlet telah memasuki fase pertandingan. Pada fase ini
diharapkan seluruh atlet sudah dalam kondisi prima, baik fisik maupun mental.
Dari segi fifik diharapkan seluruh atlet status gizinya sudah baik. Untuk olahraga
yang mempunyai klasifikasi berat badan, seluruh atlet data berat badannya sudah
masuk dalam nomor-nomor yang akan diikuti. Pada masa ini latihan yang
diberikan sudah tidak terlalu berat. Konsumsi hidrat arang lebih banyak agar dapat
digunakan sebagai cadangan glikogen otot. Protein diberikan cukup karena dalam

15
metabolismenya memerlukan banyak energi sehingga akan memberatkan kerja
ginjal.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian makanan kepada atlet harus diatur sedemikian rupa, sehingga saat
pertandingan proses pencernaan makanan sudah selesai. Hal ini penting
karena pada saat pertandingan, aliran darah terkonsentrasi menuju otot untuk
menyalurkan zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan pada saat otot
berkontraksi. Atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan kira-kira 3-4 jam
sebelum bertanding. Tenggang waktu ini tidak boleh sampai menimbulkan
penurunan kadar gula darah atau menimbulkan rasa lapar sewaktu
pertandingan.
2. Unsur-unsur zat makanan untuk atlet, antara lain :
 Banyak karbohidrat (C, H, O)
 Sedikit protein dan lemak
 Cukup vitamin, mineral, dan air
3. Hal yang perlu diperhatikan atlet selama perjalanan, antara lain :
 Ketersediaan makanan serta fasilitas memasak
 Keterbatasan biaya/anggaran
 Hygiene dan keamanan
 Godaan untuk mencoba makanan
 Jet Lag

B. Saran
Pada umumnya, kami hanya memberikan sedikit gambaran akan pentingnya
mengenal Pengaturan Makan Atlet Selama Travelling sebagai suatu langkah
untuk menambah wawasan pengetahuan pada mata kuliah Gizi Olahraga. Dalam
penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan, karena kurangnya
referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini, maka kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan agar kedepannya kami

17
bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini akan sangat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 1992. Makanan Menjelang, Selama Pertandingan dalam Forum


Olahraga. Jakarta : PIO KONI Pusat.

Budiwanto, Setyo. 2004. Pengetahuan Dasar Melatih Olahraga. Malang : FIK.


Clark Nancy. 1996. Petunjuk Gizi untuk Setiap Cabang Olahraga Divisi Buku
Sport. Halaman 143-168.

Didit Damayanti, M.Sc. 2000. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk


Prestasi. Jakarta : Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI,
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Pedoman Gizi Olahraga


Prestasi.

Winaktu, Grcia. 1998. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap


Kemampuan Fisik Atlet Dayung Putri di Pelaknas Dayung Jatiluhur.
Jakarta : FKUI.

19

Anda mungkin juga menyukai