Laporan Percobaan 2 KLMPK 2-1
Laporan Percobaan 2 KLMPK 2-1
Oleh
Kelompok 2
Ayu Wandira
NPM: 1713023001
I. PENDAHULUAN
Di alam banyak sekali senyawa-senyawa yang dapat kita jumpai, baik senyawa
organik maupun senyawa anorganik, ataupun senyawa komplek maupun
senyawa sederhana. Salah satu senyawa kimia yang paling sering dimanfaatkan
amina dan nitril. Perbedaan sifat kelarutan amina dan nitril dapat digunakan
sebagai identikasi. Amina primer, sekunder dan tersier dari rantai alifatik mudah
larut dalam HCl encer. Untuk amina aromatik dengan satu cincin mudah larut
dalam larutan 10% HCl tetapi dengan kenaikan cincin seperti diarilamina dan
triarilamina tidak larut dalam amina. Nitril tidak dapat larut dalam larutan HCl
10%. Hal ini disebabkan karena gugus −C ≡ N tidak cukup basa untuk
membentuk garam.
Amina yang terdapat di alam memainkan peran penting dalam banyak teknologi
modern. Amina termasuk senyawa organik yang mengandung atom-atom
nitrogen trivalent, yang terikat pada satu atom karbon atau lebih (R-NH2,
R2NH, atau R3N). Senyawa amina tersusun atas atom C,H, dan N. Gugus fungsi
amina dapat dilihat dari sifat basanya, amina alifatik sederhana larut dalam air
dan akan memperlihatkan perubahan warna lakmus merah, selain itu sifat basa
dari amina dapat diketahui melalui yang sederhana dengan direaksikan dengan
asam. Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan,dan banyak amina
mempunyai kereaktivan fali.misalnya dua dari stimulant alamiah tubuh dari
sistem saraf simpatetik (melawan atau melarikan diri) adalah merepinafrina dan
epinafrina. Yang termasuk senyawa amina ialah asam amino, amino biogenik,
trimetilamina, dan anilina. Amina primer dapat dibedakan dengan test Hinsberg
karena benzensulfonamida yang diperoleh dari amina primer dapat larut dalam
NaOH encer, sedangkan benzensulfonamida dari amina sekunder tidak dapat
larut dalam NaOH encer.
Senyawa nitril (senyawa siano) dengan tiga atom karbon yang terikat pada atom
nitrogen (C=N) senyawa ini mempunyai gugus fungsional – C ≡ N yang tidak
dapat bereaksi dengan Br2 /CC l 4 atau dengan KMn O 4. Awalan siano digunakan
bergantian dengan istilah nitril dalam literatur industri. Senyawa organik yang
mengandung – C ≡ N menjadi sianida sebagai gantinya. Ikatan rangkap tiga dari
karbon-nitrogen dapat dihidrolisis menjadi gugus karboksil.
Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan dan banyak yang amina yang memiliki
keaktifan foam. Senyawa amina tersusun oleh atom C, H dan N. Amina
merupakan turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada
nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat
mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air. Senyawa organik ini
mengandung atom nitrogen trivalent yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom
karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan
amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat,
kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah
satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida,
bukan amina.
Nitrogen amina dapat memiliki 4 gugus yang terikat padanya, dalam hal ini nitogen
merupakan ion positif. Ion ini dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Garam amina (garam yang memiliki satu atau lebih atom H yang terikat)
2. Garam amonium Kuarterner (jika tidak ada atom H yang terikat pada atom N
dalam arti atom N mengikat keempat gugus alkil).
Amina primer, sekunder, dan tersier dapat dibedakan dengan melakukan tes Hinsberg.
Dalam tes ini, amina dikocok dengan baik menggunakan reagen hinsberg dengan
adanya alkali berair (baik KOH atau NaOH). Sebuah reagen yang berisi natrium
hidroksida dan benzensulfonyl klorida ditambah substrat. Sebuah amina primer akan
membentuk garam sulfonamida larut yang mengendap setelah penambahan asam
klorida encer. Sebuah amina sekunder dalam reaksi yang sama akan membentuk
sulfonamide larut. Sebuah amina tersier tidak akan bereaksi dengan sulfonamide tetapi
tidak larut. Setelah menambahkan asam klorida encer amina larut ini diubah menjadi
garam amonium larut dengan reaksi ini dapat dibedakan ketiga jenis amina (Lestari,
S,2004).
Seperti alkohol, amina dapat diklasifikasikan sebagai primer, sekunder, dan tersier.
Meski demikian dasar pengkategoriannya beda dengan alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada karbon yang
mengandung hidroksil, sedangkan amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom Nitrogen ( Hard, Harold, dkk. 2003).
Amina adalah turunan amoniak (NH3). Zat ini merupakan senyawa penting dari kimia
organik organik yang bersifat basa. Satu dan dua alkil dapat menggantikan gugus
hidrogen dari amoniak dan berturut-turut menghasilkan amina primer, sekunder, dan
tersier. Perhatikan bahwa penggunaan istilah primer, sekunder, dan tersier pada amina
tidaklah memiliki arti bangun seperti alkohol. Bila empat atom karbon dirangkaikan
dengan nitrogennya, senyawa tidak lagi basa. Nitrogen tetra koordinat bermuatan positif
dan merupakan bagian kation dari jenis senyawa yang dikenal dengan garam amonium
kuarterner. Amina adalah basa organik dan memiliki rumus umum R3N dengan R
sebagai gugus alkil atau hidrokarbon. Seperti amoniak, amina adalah basa brownsted
lowry yang bereaksi dengan air (Riawan, 1990).
Sifat fisika amida yaitu mudah membentuk ikatan hidrogen sehingga titik didihnya lebih
tinggi dibandingkan dengan titik didik senyawa lain dengan bobot molekul yang sama,
namun terdapat substene aktif pada atom hidrogen juga menurun. Amida memiliki sifat
kimia yaitu bereaksi dengan nukleofil misalnya air, amida dapat direduksi dengan litium
anhidrida menghasilkan amina. Amina 1 dan 2 merupakan amina polar karena dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan air. Amina merupakan senyawa basa yang bereaksi
dengan air secara analog dan dalam larutan berair, molek air mendonasi protein
terhadap molekul ammonia yang menghasilkan pembentuk ion amonium dan ion
hidroksida.
Nitril merupakan kelompok senyawa yang toksik karena mengandung gugus CN dalam
strukturnya. Meskipun senyawa nitil dikenal sebagai senyawa sangat toksik, namun
diproduksi dalam jumlah besar dan digunakan sebafgai pelarut, plastik, karet sintetik,
herbisida, obat-obatan. Krotononitril dan akrilonitril misalnya banyak digunakan
sebagai spesifik reagen untuk alkilasi protein kelompok sulfihidril. Demikian juga
benzonitril banyak digunakan sebagai salah satu bahan aktif herbisida. Herbisida yang
diketahui mengandung nitril misalnya dichlobenil, ioksinil, dan buktril dapat
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.
Senyawa anorganik yang berisi-C ≡ N kelompok tidak disebut nitril, tapi sianida
sebagai gantinya. Meskipun kedua nitril dan sianida dapat diturunkan dari garam
sianida, nitril paling tidak hampir sama beracun. Nitril adalah senyawa yang
mengandung gugus C≡N. Kadang-kadang diebut senyawa siano atau senyawa sianida.
Dalam sistem IUPAC, banyaknya atom karbon gugus C≡N, menentukan induk
alkananya. Nama alkana itu diberi akhiran –nitril. Beberaoa nitril diberi nama menurut
nama trivil untuk asam karboksilatnya, dengan menggantikan imbuhan asam –at
menjadi akhiran -nitril, atau –onitril, jika induknya tidak mempunyai huruf
o- (Wilbraham, 1992).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
Larutan
- didinginkan pada suhu kamar
- diamati campuran dalam reaksi tersebut
HCl 6 M
- ditambahkan hati-hat tetes demi tetes
- diaduk sampai campuran bersifat asam
Hasil
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan “Pengujian Senyawa Amina dan
Nitril” yang bertujuan untuk mengidentifikasi senyawaan amina primer,
sekunder, dan tersier serta dapat membedakan senyawa amina dan nitril
berdasarkan reaksi identifikasi bagi keduanya. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah memasukkan 2 ml etanol ke dalam 3 tabung reaksi. Kemudian
memasukkan 5 tetes senyawa amina yang belum diketahui ke dalam masing-
masing tabung. Setelah itu, pada masing-masing tabung ditambahkan 8 tetes
benzensulfonil klorida lalu memanaskan campuran dalam 3 tabung reaksi
tersebut di atas penangas air selama 5 menit. Setelah dingin, menambahkan 10
ml NaOH 10% ke dalam masing-masingtabung karena terdapat kelebihan
benzensulfonil klorida sebagai cairan dari bawah tabung maka dilakukan
pemanasan lagi. Tujuannya untuk menghidrolisis kelebihan benzensulfonil
klorida tersebut. Kemudian ketiga tabung didinginkan pada suhu kamar.
Dari hasil pengamatan didapatkan dari tabung satu terbentuk campuran larutan
yang homogen. Pada tabung 2 tidak terjadi perubahan dan tetap mengendap.
Pada tabung 3 terbentuk larutan 2 lapisan. Langkah selanjutnya menambahkan
HCl 6 M ke dalam masing-masing tabung reaksi tetes demi tetes sampai
campuran bersifat asam. Setelah HCl ditambahkan, pada tabung 1 terbentuk
endapan. Pada tabung 2 tidak terjadi perubahan dan tetap mengendap. Pada
tabung 3 terbentuk larutan dalam suasana asam.
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent yang
berikatan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga
merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2, -NHR, atau –
NH). Gugus amino mengandung nitrogen terikat pada satu sampai tiga atom
karbon (tetapi bukan gugus karbonil). Apabila salah satu atom karbon yang
terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawa merupakan senyawa amida
bukan amina. Rumus umum amina adalah
RNH2 atau R2NH atau R3N
Adapun sifat-sifat amina sebagai berikut:
1. Sifat Fisika
Titik didih dari amina yang mengandung satu ikatan N-H dengan ditengah-
tengahnya antara alkana (tidak ada ikatan hidrogen) dan alkohol (ikatan
alkohol kuat). CH3CH2CH3 ,CH3CH2NH2,CH3CH2OH dengan berat molekul
secara berturut-turut adalah 44 gram/mol, 45 gram/mol, dan 46 gram/mol.
Titik secara berturut-turut -42° C, 17° C, dan 78,5 ° C. Titik didih dari
senyawa amina yang tidak mengandung iktan –N-H (tidak memiliki ikatan
hidrogen) titik didihnya akan semakin rendah dari amina yang memiliki
ikatan hidrogen.
2. Sifat Kimia
Kebasaan seperti halnya amoniak semua amina bersifat sebagai basa lemah
dan larutan amina yang berada dalam larutan air bersifat basa.
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi senyawa amina dan nitril dilakukan berdasarkan sifat kelarutan.
2. Identifikasi senyawa amina primer, sekunder, dan tersier dapat dilakukan dengan
test Hinsberg yang didasarkan pada reaksi amina primer dan sekunder dengan
benzensulfonilkloridan membentuk benzensulfoniamida.
3. Amina primer dapat larut dalam basa, namun tidak dalam asam.
4. Amina sekunder tidak larut dalam asam maupun basa.
5. Amina tersier dapat larut dalam asam namun tidak dalam basa.
6. Amina tersier tidak memiliki atom hidrogen yang terikat pada atom nitrogen
melainkan gugus alkil atau aril yang terikat.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. dan Fessenden, Joan S. 2006. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Hard, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga
Lestari, S. 2004. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Bandung: Kawan Pustaka
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN
VIDEO PERCOBAAN
https://drive.google.com/file/d/1Trhe-OTnaX3LxAhpXHBsHOUKjOXBkX85/view?
usp=drivesdk