RESUME JURNAL - Santi Rahmawati - 170810102094 PDF
RESUME JURNAL - Santi Rahmawati - 170810102094 PDF
Nim : 170810102094
Matkul : Ekonomi Moneter Islam / A
Dosen Pengampu : Dr. Zainuri M.Si
Pandangan sekuler juga memiliki kaitan yang sangat dengan inflasi, karena
berbuhungan dengan bunga. Sekulerisme adalah pandangan dunia yang
mendominasi dunia Barat. Pandangan ini memisahkan antara dunia dan akherat,
agama dan negara. Dia menempatkan kekuatan akal untuk menemukan kebenaran
metafisik secara final. Dia berkeyakinan bahwa tidak ada kehidupan setelah
kematian, tidak ada pertanggungjawaban setelah mati. Dia berkeyakinan bahwa
kebahagiaan hanya akan bisa dicapai dengan materi. Ia berpandangan dari segi
utilitarianisme bahwa kebenaran dan kesalahan, kebaikan dan keburukan,
ditentukan oleh sensasi kesenangan dan kesakitan. Apa saja yang mendatangkan
kesenangan adalah baik lagi benar dan apa saja yang mendatangkan kesusahan
adalah buruk lagi salah. Inilah yang menghasilkan konsep manusia ekonomi yang
menjadi motor ekonomi sekuleris/kapitalis saat ini. Kepentingan pribadi adalah
sumber geraknya. Konsumsi adalah tujuan tertinggi kehidupannya, sumber utama
kebagiaannya dan pembenaran tertinggi segala usahanya. Di Indonesia kesatabilan
ekonomi terus memburuk yang direfleksikan dalam pasar komoditi, saham dan
pertukaran nilai mata uang.
Pada penelitian ini akan menganalisis dan mengolah data dengan uji Vector
Autoregressive (VAR). VAR merupakan model ekonometrika yang digunakan
dalam analisis kebijakan makroekonomi dinamik dan stokastik. VAR merupakan
sistemsistem persamaan yang memperlihatkan setiap variabel sebagai fungsi linier
dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari variabel itu sendiri, serta nilai lag dari
variabel lain yang ada dalam sistem (Siregar dan Irawan, 2005). Variabel penjelas
dalam VAR meliputi nilai lag dari variabel lain yang ada dalam sistem VAR
yang membutuhkan identifikasi retriks untuk mencapai persamaan melalui
interpretasi persamaan. Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah
semua variabel tak bebas bersifat stasioner, semua sisaan bersifat white noise, yaitu
memliki rerataan nol, ragam konstan, dan diantara variabel tak bebas tidak ada
korelasi. Uji kestasioneran data dapat dilakukan melalui pengujian terhadap ada
tidaknya unit root dalam variabel dengan diuji Augmented Dekey fuller (ADF),
adanya unit root akan menghasilkan persamaan atau model regresi yang lancung.
(Ajija,dkk, 2011). Model yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua model, yaitu mekanisme transmisi moneter konvensional dan syariah.
Dengan model pertama yaitu mekanisme transmisi moneter konvensional melalui
jalur harga aset terhadap inflasi dan model kedua yaitu mekanisme transmisi
moneter syariah melalui jalur harga aset terhadap inflasi.
SISTEM PENGENDALIAN INFLASI DALAM SISTEM EKONOMI
ISLAM
Pembangunan ekonomi suatu negara umumnya bertujuan untuk
mewujudkan tingkat kesejahteraan ekonomi yang tinggi yang di tandai dengan
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) berarti semakin sedikit
kapasitas pengangguran faktor produksi yang ada dalam perekonomian tersebut.
Namun demikian, adakalanya penggunaan faktor produksi dalam perekonomian
tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan ekonomi yang lain yaitu inflasi.
Akibat dari bertambah jumlah Hutang Luar negeri melemahnya Nilai tukar
rupiah terhadap nilai tukar dollar, sehingga akan terjadinya inflasi proses kenaikan
harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Pada tahun 2013 Inflasi
mengalami kenaikan dilihat pada bulan Desember menunjukan nilai Inflasi 8,38%
sampai pada periode Tahun 2014 Bulan Desember menunjukan nilai Inflasi 8,36%
ini diakibatkan karena harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan yang
mengakibatkan harga BBM naik, naik harga tarif listrik, naik harga transportasi,
harga bahan pokok mengalami kenaikan, turunnya harga batubara disektor dunia,
turunya harga minyat sawit, turunya harga karet dan naikya harga cabai naik yang
mengalami nilai tukar rupiah mengalami penurunan yang mengakibatkan nilai
dollar amerika mengalami kenaikan pada perekonomi tersebut. Pada tahun 2015
tingkat Inflasi pada bulan januari sebesar 6,96% sampai bulan agustus inflasi
sebesar 7,18% dikarena lambatnya perkembangan perekonomian dunia yang
mengakibatkan banyak negara kecil dan negara besar kena dari dampak inflasi.
RESUME FINANCIAL INCLUSIONS, FINANCIAL STABILITY, AND
INCOME INEQUALITY IN OIC COUNTRIES: A GMM AND QUANTILE
REGRESSION APPLICATION
Ekonomi negara-negara Organisasi Korporasi Islam (selanjutnya disebut
OKI) sebagian besar diklasifikasikan sebagai ekonomi berkembang dan sebagian
besar penduduk negara itu tidak memiliki akses dasar ke keuangan. Negara-negara
tersebut menderita kesenjangan serius jika dibandingkan dengan negara-negara lain
di dunia. inklusi keuangan telah menjadi kata kunci dalam sebagian besar wacana
ekonomi. Ini telah menjadi item utama dalam agenda yang sering dibahas di
platform lokal dan internasional. Negara-negara berpenghasilan rendah umumnya
ditemukan di negara berkembang daripada negara maju Makalah ini menganalisis
efek inklusi keuangan pada stabilitas keuangan dan ketimpangan pendapatan di
negara-negara OKI. Studi ini menggunakan estimasi data panel statis dan dinamis.
Hasil tes dari estimasi regresi kuantil (QR) digunakan dari 2006 - 2016. Temuan
empiris menunjukkan bahwa inklusi keuangan berkontribusi dalam mempersempit
kesenjangan antara kaya dan miskin di negara-negara OKI.
Ekonomi Islam menolak konsep tingkat bunga yang telah ditentukan dan
memungkinkan tingkat pengembalian yang tidak pasti berdasarkan perdagangan
dan laba, dan bank-bank dalam ekonomi Islam hanya dapat beroperasi secara ketat
hanya pada beberapa jenis basis laba dan pembagian kerugian. Ada sejumlah
alternatif yang diusulkan oleh para cendekiawan Islam yang memenuhi persyaratan
tersebut. Yang paling penting, ada pertanyaan tentang bagaimana kebijakan
moneter diharapkan untuk beroperasi dalam ekonomi bebas bunga karena
instrumen moneter berbasis suku bunga tidak tersedia, dan oleh karena itu,
pengganti yang sesuai harus ditemukan jika kebijakan moneter ingin terus
dimainkan. peran dalam ekonomi Islam.
ISLAMIC MONETARY POLICY: IS THERE AN ALTERNATIVE OF
INTEREST RATE?
Moneter adalah mekanisme untuk mengontrol jumlah dan permintaan uang
dengan memanipulasi tingkat suku bunga dalam sistem ekonomi konvensional
sedangkan dalam sistem ekonomi Islam Riba yaitu suku bunga yang dilarang,
diperlukan sistem alternatif, metode atau instrumen yang dapat benar-benar
mengendalikan persediaan dan permintaan. permintaan uang dalam perekonomian
untuk mempertahankan mata uang lokal yang stabil, pertumbuhan berkelanjutan,
pendapatan yang lebih tinggi, tabungan yang lebih tinggi, inflasi yang lebih rendah
dan stabil dan pengangguran yang lebih rendah.
Meskipun konsep uang sudah sangat tua, tujuan utama uang tetap sama: alat
tukar, standar akun dan simpanan nilai. Uang memiliki sejarah evolusi yang
panjang: dari barang, logam, perak dan emas, kertas hingga elektronik. Di negara
Islam awal tidak ada dasar untuk perubahan jumlah uang beredar melalui ukuran
diskresioner karena tidak ada sistem perbankan dan uang komoditas justru
digunakan secara luas. Selain itu, kredit tidak memiliki peran dalam menciptakan
uang karena: pertama-tama, kredit hanya digunakan di antara beberapa pedagang
dan kedua, peraturan yang mengatur penggunaan surat promes dan instrumen yang
dapat dinegosiasikan sedemikian rupa sehingga kredit tidak mampu menciptakan
uang. Surat promes atau nota pertukaran (draft) dikeluarkan untuk pembelian
komoditas nyata atau menerima sejumlah uang. Dokumen-dokumen ini tidak dapat
dikeluarkan hanya untuk tujuan kredit. Setelah penerbitan dokumen-dokumen ini,
kreditor dapat menjual surat itu tetapi debitur tidak diizinkan untuk menjual uang
atau komoditas sebelum menerimanya. Karena itu, tidak ada pasar untuk membeli
dan menjual instrumen yang dapat dinegosiasikan, spekulasi, atau penggunaan dana
pasar uang. Dengan demikian, kredit tidak dapat menghasilkan uang.
Ekonomi Muslim saat ini jauh dari skenario model ekonomi makro Klasik.
Dipengaruhi oleh pemikiran Keynesian, ekonomi-ekonomi ini telah menetapkan
tingkat bunga sebagai peran sentral dalam manajemen ekonomi. Beberapa ekonomi
Muslim utama sedang dalam proses memperkenalkan sistem keuangan dan moneter
Islam, mungkin sebagai bagian dari kebijakan untuk secara bertahap mengubah
seluruh sistem keuangan ke Syariah Ekonomi, ekonomi ini menghadapi masalah
bagaimana mengelola sektor moneter dari ekonomi konvensional dalam proses
penghapusan bunga secara bertahap sehingga mencapai tujuan ekonomi makro
yang diinginkan.
Secara bertahap mengurangi ketergantungan sektor swasta pada investasi
yang menciptakan utang dan membiarkan ekonomi tumbuh bukan pada utang tetapi
pada pembiayaan berbasis laba / rugi. Pasar sekunder dari instrumen keuangan
berbasis utang harus secara bertahap dihilangkan apakah utang itu berbasis bunga
atau berbasis laba. Pasar sekunder harus ada hanya untuk kontrak pembiayaan
berbasis laba dan rugi di pasar riil atau kontrak pembiayaan berbasis bagi hasil di
pasar komoditas riil. Jika semua pembelian dan proyek pemerintah dibiayai
menggunakan sekuritas berbasis-laba dan Sukuk berdasarkan tingkat keuntungan
bank sentral, tidak akan ada kekurangan Syariah sekuritas dan obligasi pemerintah
yang kompatibel untuk sektor moneter.
Kita dapat mengasumsikan bahwa ekonomi Muslim saat ini adalah ekonomi
Keynesian karena orang lebih memiliki likuiditas. Permintaan uang memang ada
dalam ekonomi dan tidak ada bukti untuk menolak hipotesis ini. Permintaan uang
ini akan menjadi fungsi dari beberapa tingkat pengembalian yang ada dalam
perekonomian pada investasi jangka pendek. Karena ekonomi Muslim saat ini
memiliki pasar uang aktif, permintaan uang terjadi sebagai fungsi dari suku bunga
yang diumumkan oleh bank sentral bagi mereka yang tidak keberatan mendapatkan
pendapatan bunga. Ekonomi Muslim yang menjalankan sistem ganda dalam
perjalanan mereka untuk mengubah seluruh sistem dalam proses bertahap
menghadapi beberapa masalah dalam konteks sistem moneter mereka yang terbukti
menjadi rintangan serius dalam cara mengubah seluruh sistem mereka.