Anda di halaman 1dari 144

SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMUNGKINKAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA


PADA SISWA SMAN AKREDITASI A SE-KOTA MAKASSAR
TAHUN 2018

M.MARIO HIKMAT.A
K111 12 116

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2018
RINGKASAN

Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Epidemiologi
M.Mario Hikmat.A Makassar, April 2018

“Faktor yang Memungkinkan Penyalahgunaan Narkoba Pada Siswa SMAN


Akreditasi A Se- Kota Makassar tahun 2018”

(xi + 91 halaman + 18 tabel + 6 lampiran)

Persoalan terkait penyalahgunaan narkoba khususnya pada remaja tak


pernah selesai. Penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh pelbagai macam faktor.
Hal itu perlu ditelusuri lebih dalam, agar usaha pencegahan terkait
penyalahgunaan narkoba bisa tepat sasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memungkinkan
seorang siswa menyalahgunakan narkoba. Faktor tersebut antara lain:
pengetahuan, sikap, lingkungan sekolah, persepsi akses mendapatkan narkoba,
kondisi keluarga dan pengaruh teman sebaya. Penelitian ini berjenis deksriptif
dengan pendekatan Cross Sectional Study. Jumlah populasi pada penelitian ini
sebanyak 12053 siswa. Pemilihan sampel menggunakan teknik proportional
random sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 373 orang. Analisis data
menggunakan analisis univariat.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran dari variabel bahwa
pengetahuan siswa terkait narkoba berada pada kategori cukup. Sikap, lingkungan
sekolah, dan kondisi keluarga berada pada kategori baik. Responden
mempersepsikan bahwa narkoba cenderung tidak mudah didapatkan. Serta teman
sebaya berpengaruh kecil dalam penyalahgunaan narkoba. Dari hasil penelitian
tersebut ditemukan pula bahwa kebanyakan responden tak bisa menjawab dengan
benar terkait jenis dan penggolongan narkoba. Masih ada siswa yang menganggap
penyalahgunaan narkoba merupakan hak asasi. Dan ada responden yang mau
mencoba menyalahgunakan narkoba jika ditawari oleh temannya.
Peneliti memberi saran agar perlunya meningkatkan pengetahuan siswa
tentang jenis dan golongan narkoba. Keluarga perlu mengawasi pergaulan anak-
anak mereka. Dan khusus kepada sekolah, untuk melakukan pengecekan rutin
untuk para siswa mereka.

DAFTAR PUSTAKA: 38 (1991-2017)


Kata kun ci: Penyalahgunaan narkoba, siswa, SMA

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan

Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor Yang Memungkinkan

Penyalahgunaan Narkoba Pada Siswa Sman Akreditasi A Se-Kota Makassar

Tahun 2018” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Segala usaha dan potensi telah dilakukan dalam rangka penyempurnaan

skripsi ini dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa penulisan ini

tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Muhammad Noer (alm.)

dan Ibunda tercinta Hj. Nur Hikmah atas segala kasih sayang, kesabaran

mendidik, pengorbanan, motivasi, kepercayaan, dukungan moral dan materil

selama ini. Salam sayang untuk adik-adikku, semoga kalian bisa menjadi generasi

yang senantiasa mengasihi kepada sesama. Terima kasih tak terhingga kepada

keluarga besarku dukungan, kakek, nenek, om, tante, paman semangat dan doa

iv
restu kalian menambah energi untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada

ibunda Jumriani Ansar, SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik sekaligus

dosen penguji saya. Selanjutnya saya ucapkan terima kasih juga kepada Dr. Ida

Leida M. Thaha, SKM, M.KM, M.ScPh selaku pembimbing I dan Indra Dwinata,

SKM, MPH selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh

ketabahan, memberikan arahan, motivasi, nasihat, serta dukungan moril dalam

bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dengan segala hormat tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR, Dr, H. Muh Syafar, MS dan Bapak Muhammad Yusran

Amir, SKM, MPH sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan

masukan, saran, serta arahan guna menyempurnakan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. drg. H. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan FKM

Unhas, beserta seluruh Tata Usaha, kemahasiswaan, akademik, asisten

laboratorium dan semua petugas kebersihan FKM Unhas atas kerja sama dan

bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan di FKM Unhas.

3. Bapak/ibu Dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

sangat berharga selama mengikuti pendidikan di FKM Unhas.

4. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Epidemiologi FKM Unhas beserta staff yang telah

memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama mengikuti pendidikan

v
5. Teman-teman angkatan 2012 (DEMENTOR), Keluarga Mahasiswa FKM

UNHAS yang saya cintai, Senior dan Junior yang telah memberikan banyak

pembelajaran, pengalaman, motivasi, bantuan kepada penulis selama menjadi

bagian dari KM FKM UNHAS.

6. Kelurga besar HIMAPID FKM UNHAS, BEM FKM UNHAS, MAPERWA

FKM UNHAS, MM FKM UNHAS, LISAN Cab.Makassar, HmI Komsat

Kesmas, Dialektika Coffee and Bookshop yang memberikan bantuan dan

motivasi kepada penulis.

7. Kepada pihak SMAN Akreditasi A se-Makassar yang merupakan lokasi

penelitian penulis yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan

arahan serta dukungan selama penelitian berlangsung.

8. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun

materil hingga skripsi ini dapat diselesaikan, semoga Allah SWT senantiasa

memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis paparkan dalam skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu besar harapan penulis kepada

pembaca atas kontribusinya baik berupa saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 22 April 2018


Penulis,

M.Mario Hikmat.A

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

RINGKASAN.......................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................7

C. Tujuan........................................................................................................8

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif........................10

B. Pengetahuan...............................................................................................25

C. Sikap..........................................................................................................26

D. Lingkungan Sekolah..................................................................................27

E. Persepsi Akses Mendapatkan Narkoba.....................................................30

F. Kondisi Keluarga.......................................................................................33

G. Pe ngaruh Teman sebaya............................................................................35

H. Kerangka Teori..........................................................................................39
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti....................................................41

B. Kerangka Konsep......................................................................................46

C. Definisi Operasional dan Kerangka Objektif............................................47

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..........................................................................................50

B. Waktu dan Lokasi Penelitian.....................................................................50

C. Populasi dan Sampel..................................................................................50

D. Metode Pengumpulan Data.......................................................................54

E. Pengolahan Data........................................................................................54

F. Analisis Data.............................................................................................56

G. Penyajian Data...........................................................................................56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.........................................................57

B. Hasil Penelitian..........................................................................................59

C. Pembahasan...............................................................................................72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................90

B. Saran..........................................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Penelitian


Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Distribusi Sampel Penelitian


Tabel 5.1 : Alamat Sekolah di SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Asal Sekolah di SMAN se-Kota
Makassar Tahun 2018
Tabel 5.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umum di SMAN
se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.5 : Distribusi Responden Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.6 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa di
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.7 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa di Sekolah
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.8 : Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Komponen Sikap di
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.9 : Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Siswa di Sekolah
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.10 : Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Komponen Lingkungan
Sekolah di SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.11 : Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Sekolah
di Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.12 : Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Siswa Terkait Akses
Mendapatkan Narkoba di Sekolah SMAN se-Kota Makassar
Tahun 2018
Tabel 5.13 : Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Akses
Mendapatkan Narkoba di Sekolah SMAN se-Kota Makassar
Tahun 2018
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Keluarga Siswa
di Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Keluarga Siswa
di Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya
Siswa di Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya

x
di Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Analisis Data

Lampiran 3 : Master Tabel

Lampiran 4 : Persuratan

Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6 : Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah serius yang harus segera

diatasi oleh semua pihak di Indonesia. Permasalahan ini menjadi tanggung

jawab semua kalangan, karena narkoba tidak akan bisa diatasi penyebaran dan

penyalahgunaanya jika hanya bertumpu pada kekuatan Negara.

Penyalahgunaan narkoba telah meluas bahkan melampaui batas-batas

usia, jenis kelamin, dan strata sosial. Kasus-kasus tersebut bisa kita amati dari

pemberitaan di media cetak maupun di media elektronik yang hampir setiap

minggunya selalu memberitakan tentang penangkapan para pelaku

penyalahgunaan narkoba.

Pemakaian narkoba di luar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep

dokter, dan pemakaian yang bersifat patologik (menimbulkan kelainan) dapat

menimbulkan hambatan dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus, tempat

kerja dan lingkungan social.

Data dari United Nation Drugs Kontrol Programme (UNDCP), kurang

lebih 220 juta orang di seluruh dunia telah menggunakan narkoba, dari jumlah

orang tersebut 1,5% atau sekitar 3,2 juta orang berada di Indonesia. Sementara

berdasarkan estimasi dari United Nation On Drugs and Crime (UNODC) tahun

2015, diperkirakan sebanyak 187.100 orang di dunia telah meninggal akibat

narkob a pada tahun 2013. Sebelumnya pada 2008, masih menurut UNODC,

bahwa 1% penduduk Indonesia telah menyalahgunakan narkoba, bahkan

1
2

menurut Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PUSLITKES UI)

penyalahgunaan narkoba telah mencapai 2,2% dari total penduduk Indonesia.

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah

menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas wilayah dan negara

serta telah menjadi masalah global yang mengancam hampir semua sendi

kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Dampak yang ditimbulkan sebagai

akibat peredaran gelap penyalahgunaan narkoba terbukti sangat merugikan

yang dapat ditinjau dari segala aspek seperti medis, sosial, hukum, ekonomi

serta keamanan. Bahkan bila tidak ada pencegahan yang efektif dan

berkelanjutan dapat mengakibatkan bangsa kehilangan generasinya.

Di Indonesia, penyalahgunaan narkoba telah mencapai titik yang sangat

menghawatirkan. Menurut badan narkotika nasional (BNN), jumlah tersangka

kasus narkotika berdasarkan kelompok umur pada 2015 yakni anak usia

sekolah dan remaja di bawah 19 tahun berjumlah 2.186 atau 4,4 persen dari

total tersangka. Penyalahgunaan narkoba ini jika kita amati seperti fenomena

gunung es, yang muncul dipermukaan hanya sedikit, tetapi kenyataanya jumlah

kasus jauh lebih besar.

Selanjutnya masih dari kalkulasi data BNN, laporan pada september

2016 ada sekitar 4,2 juta orang pengguna narkoba di Indonesia. Sekitar 70

persen pengguna adalah pekerja, 22 persen pelajar dan mahasiswa serta 8

persen adalah pengangguran. Pengguna terbesar berdasarkan wilayah adalah

Jakarta yang jumlahnya sekitar 10 persen dari total pemakai di Indonesia atau

sekitar 491 ribu orang, setara 7 persen dari total penduduk Jakarta.
Dari jumlah data tersebut, jumlah pengguna narkoba yang direhabilitasi

baru sebanyak 18 ribu orang dari 4,2 juta pengguna di Indonesia. BNN dengan

empat Rumah Sakitnya hanya mampu merehabilitasi 2 ribu orang, sedangkan

swasta merehabilitasi 16 ribu orang. Idealnya jumlah pengguna yang

direhabilitasi saat ini minimal 400 ribu orang (Tirto.id, 2016).

Data penyalahgunaan narkoba untuk daerah Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan, berdasarkan hasil rekapitulasi data narkoba polrestabes kota Makassar

pada tahun 2009 sampai tahun 2012, kasus penyalahgunaan narkoba di kota

Makassar masih menjadi persoalan yang serius untuk ditangani. Hal ini bisa

dilihat pada tahun 2009 tercatat sebanyak 106 kasus narkoba, jumlah ini

meningkat pada tahun 2010 yaitu sebanyak 169 kasus, tahun 2011 sebanyak

234 kasus dan pada tahun 2012 terdapat 251 kasus. Iswanti, et al (2007)

mengatakan bahwa sebagian besar pelaku penyalahgunaan narkoba berumur

antara 13-21 tahun (97%) dan jika dilihat dari karakteristik pelaku, mayoritas

berjenis kelamin laki-laki.

Kemudian menurut pendakuan mantan kepala Badan Narkotika Nasional

(BNN) Sulsel, Brigjend Pol, Andi Taqdir Tiro menyebutkan ada 130.800 jiwa

yang terlibat penyalahgunaan Narkoba di Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun 2017.

Beliau menambahkan bahwa pada tahun 2018 pelaku Narkoba kita akan di

proyeksikan meningkat hingga 135.100 jiwa.

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu ancaman dan permasalahan

yang komplek yang dapat menghancurkan generasi muda. Sampai saat ini

masih sedikit masyarakat yang sadar dan tahu tentang bahaya penyalahgunaan
narkoba. Penyalahgunaan narkoba bisa mengakibatkan kecanduan dan

mengakibatkan ganguan secara klinis atau fungsi sosial. Oleh karena itu,

perlunya penyuluhan untuk menambah pengetahuan seputar narkoba (Ricardo,

2010).

Jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan, penyalahgunaan narkoba

sangat merugikan individu, keluarga, dan masyarakat. Selain melanggar hukum

dan bisa diberikan hukuman atas perlakuan itu, penyalahgunaan narkoba juga

sangat berdampak pada kondisi kesehatan serta produktivitas seseorang. Dari

sisi kesehatan dampaknya dapat berupa ketergantungan terhadap narkoba,

overdosis, dan komplikasi dari gangguan kesehatan yang lain. Bahkan

penyalahgunaan narkoba mampu mengakibatkan kematian.

Fakta dan beberapa hasil penelitian tentang penyalahgunaan narkoba

menunjukkan, bahwa kalangan remaja –dalam hal ini pelajar/siswa- adalah

populasi yang paling rentan terjerumus dalam perilaku buruk tersebut. Menurut

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu dengan usia

10-24 tahun. Yang dalam konteks Indonesia, usia tersebut merupakan populasi

pelajar siswa sekolah dasar sampai dengan mahasiswa di perguruan tinggi.

Penyalahgunaan narkoba oleh pelajar ini disebabkan oleh kondisi

psikologinya yang penasaran dengan segala hal. Secara emosional, remaja

belum memiliki emosi yang stabil. Banyak para penyalahguna narkoba

dikalangan pelajar awalanya hanya coba-coba dan akhirnya kecanduan untuk

terus-menerus mengonsumsi narkoba.


5

Faktor resiko penyalahgunaan narkoba pada pelajar (maupun secara

umum) di Indonesia dipengeruhi oleh berbagai macam sebab. Beberapa

penelitian juga telah menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut saling

mempengaruhi antara satu dengan lainnya.

Penelitian Prisaria (2012) dan Nur Akifah (2014) misalnya, menunjukkan

bahwa penyalahgunaan narkoba dipengaruhi faktor-faktor seperti pengaruh

teman sebaya, keluarga, dan ketersediaan narkoba. Penelitian yang lain

menunjukkan bahwa menggunakan waktu luang dengan kegiatan negatif 26.62

kali berpeluang untuk menyalahgunakan narkoba. Kemudian untuk faktor

akses mendapatkan narkoba pada penelitian pasien di Instalasi Narkoba RS

Jiwa Prof. Dr. HB Sa’anin Padang yang dilakukan oleh Jaji pada tahun 2012,

hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara

akses mendapatkan narkoba itu sendiri sebanyak 53,1% dengan

penyalahgunaan narkoba.

Selanjutnya untuk faktor kondisi keluarga, penelitian Raharni (2002)

menunjukkan bahwa seseorang yang kondisi keluarganya kurang baik

berpeluang menggunakan narkoba 5,15 kali lebih besar dibandingkan dengan

orang yang kondisi keluarganya baik-baik saja. Untuk faktor Teman sebaya,

Penelitian Nur Akifah (2014) menunjukkan bahwa seseorang dapat

terpengaruh teman sebayanya yang menggunakan narkoba. Hal ini jika tidak

mendapatkan perhatian yang serius, akan mengakibatkan angka

penyalahgunaan narkoba akan selalu melonjak setiap tahunnya.


6

Secara histori, akses mendapatkan narkoba di Kota Makassar terbilang

mudah. Terdapat beberapa lokasi di Kota Makassar yang sering dijadikan

tempat peredaran dan jual-beli narkoba. Pada tahun 1990-2000-an,

“perkampungan narkoba” tumbuh di daerah Cokonuri, Kec. Rappocini.

Kemudian setelah Cokonuri diringkus oleh aparat kepolisian, para sindikat

narkoba beralih ke sekitaran jalan Tupai dan kemudian beralih lagi ke jalan

Kerung-Kerung Kec. Makassar. Berita terbaru yang didapatkan, perkampungan

narkoba bergeser lagi ke Kampung Sapiria Kel. Makassar. Di tempat ini

perdagangan narkoba sangat bebas dilakukan. Adapun jenis narkoba yang

sering beredar adalah daun ganja, ekstasi, sabu-sabu hingga putaw

(www.sulsel.pojoksatu.id).

Akses yang mudah, telah meningkatkan penyalahgunaan narkoba pada

kondisi yang mengkhawatirkan, khususnya pada para pelajar. Dampaknya

bukan main, negara ini akan melemah dari segi pembangunan manusia dan

pencerdasan sosial budaya. Sebab, para pelajar inilah yang nantinya akan

menjadi tulang punggung negara. Jika para pelajarnya rapuh, maka masa depan

negeri ini juga turut rapuh.

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan mendapat tantangan baru.

Sekolah harus memanajemen organisasi dengan baik agar proses pendidikan

berjalan sesuai dengan harapan. Sekolah kemudian dikategorikan berdasar

kualitas manajemennya. Sekolah berakreditasi dengan grade A harusnya

memil iki sistem manajemen sekolah yang baik. Namun, sebaik apapun sistem

yang di jalankan, pengaruh dari luar sekolah menjadi variabel yang tak bisa
7

dihindarkan. Apalagi seperti yang dipaparkan di atas, pengedaran narkoba

merajalela. Sehingga sekolah yang berakreditasi A pun menarik untuk diteliti

dalam kaitanya dengan permasalahan penyalahgunaan narkoba di Makassar.

Kompleksnya masalah penyalahgunaan narkoba, dan dampak buruk yang

dapat ditimbulkannya di masa depan, harus dicegah (preventif) secepatnya. Hal

ini pula yang melatar belakangi saya untuk melakukan penelitian terkait risiko

penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar, khususnya pelajar SMA

Akreditasi A di Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang dapat

dikemukakan adalah:

1. Bagaimana gambaran pengetahuan terkait penyalahgunaan narkoba pada

siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar?

2. Bagaimana gambaran sikap terkait penyalahgunaan narkoba pada siswa

SMAN akreditasi A se-Kota Makassar?

3. Bagaimana gambaran lingkungan sekolah terkait penyalahgunaan narkoba

pada siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar?

4. Bagaimana gambaran akses mendapatkan narkoba siswa SMAN akreditasi

A se-Kota Makassar?

5. Bagaimana gambaran kondisi keluarga terkait penyalahgunaan narkoba

pada siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar?


8

6. Bagaimana gambaran pengaruh teeman sebaya terkait penyalahgunaan

narkoba pada siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba

pada siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan terkait penyalahgunaan narkoba pada

siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar.

b. Mengetahui gambaran sikap terkait penyalahgunaan narkoba pada siswa

SMAN akreditasi A se-Kota Makassar.

c. Mengetahui gambaran kondisi lingkungan sekolah terkait kontribusi pada

pencegahan penyalahgunaan narkoba pada siswa SMAN akreditasi A se-

Kota Makassar.

d. Mengetahui gambaran persepsiakses mendapatkan narkoba pada siswa

SMAN akreditasi A se-Kota Makassar.

e. Mengetahui gambaran kondisi keluarga terkait penyalahgunaan narkoba

pada siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar.

f. Mengetahui gambaran pengaruh teeman sebaya terkait penyalahgunaan

narkoba pada siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar?


9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan menjadi bahan informasi dan pembanding bagi penelitian-

penelitian berikutnya.

2. Manfaat Institusi

Menjadi salah satu sumber informasi yang penting bagi Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya dan pihak Puskesmas pada

khususnya dalam upaya untuk meningkatkan pencegahan terhadap factor

penyalahgunaan narkoba.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat dalam upaya untuk

meningkatkan pencegahan terhadap faktor penyalahgunaan narkoba.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat-obatan berbahaya

atau bisa disebut juga NAPZA, singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan

bahan atau Zat Adiktif. Kata obat disini menimbulkan kebingungan, bila

obat dikatakan berbahaya atau terlarang istilah ini tidak tepat karena

kenyataannya yang disalahgunakan bukan obat dalam pengertian untuk

pengobatan melainkan zat atau bahan yang membahayakan kesehatan

manusia. Psikotropika memang banyak jenisnya sebagian zat atau bahannya

berbahaya, sebagian untuk pengobatan dan adiktif sifatnya (Hawari, 2001).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetik maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan

(Undang-Undang No. 35 tahun 2009).

Psikotropika sendiri pengertiannya adalah zat atau obat alamiah

maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktivitas mantal dan perilaku (Undang-Undang No. 5 tahun

1997).

10
11

Narkotika punya efek yang bisa mempengaruhi panca indra naik dan

turun, orang yang menggunakannya bisa tertidur, berarti orang itu dalam

keadaan fly (tidak sadar), tapi bisa juga orang itu dalam keadaan terbangun

dan menjadi sangat agresif. Narkotika bersifat adiktif, yaitu menyebabkan

orang kecanduan. Jenis golongan narkotika adalah ganja, heroin (putauw),

kokain, morfin, dan lain-lain.

Zat adiktif merupakan zat yang dapat menimbulkan adiksi (addiction)

yaitu ketagihan sampai pada ketergantungan, misalnya zat yang tergolong

amphetamine, sedative/hipnotika, termasuk tembakau (Hawari, 2001).

2. Jenis Narkoba

Jenis narkotika sesuai Uudang-Undang no. 35 tahun 2009 tentang

narkotika pada pasal 2 yang membagi narkotika dalam 3 golongan

berdasarkan tinggi rendahnya potensi ketergantungan, sebagai berikut :

a. Narkotika golongan I

Narkotika golongan ini hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Adapun jenis narkotika golongan I yaitu :

1) Tanaman papaver somniferum L dan semua bagiannya, termasuk buah

dan isinya kecuali bijinya.

2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri dan diperoleh dari

papaver somniverum L yang hanya mengalami pengolahan


sekedarnya dan pengangkutannya tanpa harus memperhatikan kadar

morfinnya.

3) Opium masak, terdiri dari candu, jicing, jicingko.

4) Tanaman koka, yang menghasilkan kokain.

5) Kokain diperoleh dari tanaman erythroxylon coca berupa serbuk

kristal berwarna putih atau tidak berwarna, yang membentuknya lebih

dikenal adalah crack.

6) Tanaman ganja, semua genus cannabis dari tanaman ini termasuk biji,

hasil olahan tanaman ganja termasuk dammar ganja.

b. Narkotika golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat dalam

pengobatan atau terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi akan ketergantungan. Jenis narkotika yang termasuk

golongan ini adalah :

1) Morfina, merupakan zat yang digunakan untuk menghilangkan rasa

nyeri yang sangat seperti pada penderita kanker, pasien operasi, dan

lain-lain. Bentuknya serbuk berwarna putih.

2) Fentanil, digunakan untuk anastesi umum.

3) Petidina, banyak digunakan dalam persalinan ibu hamil, efeknya sama

dengan morfina.

c. Narkotika golongan III

Narkotika golongan III merupakan narkotika yang berkhasiat untuk

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi yang ringan dalam

ketergantungan. Jenis narkotika yang termasuk dalam golongan ini

adalah :

1) Kodein, terdapat dalam opium atau candu atau sintesis dari morfin

yang berwarna serbuk putih dalam bentuk tablet.

2) Etil morfina, hamper sama dengan kodeina.

3. Jenis Psikotropika

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

psikotropika, psikotropika dibagi menjadi empat golongan berdasarkan

potensi tinggi rendahnya dalam mengakibatkan efek ketergantungan.

a. Psikotropika golongan I

Psikotropika golongan ini hanya dapat digunakan untuk tujuan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi atau pengobatan,

mempunyai potensi sangat kuat terhadap ketergantungan. Jenis

psikotropika golongan I antara lain:

1) MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphethamine), atau inex

merupakan turunan amfetamina, berbentuk serbuk yang berwarna

putih kekuningan bersifat halusinogen kuat, nama lain yang digunakan

adalah ADAM Essence, XTC, dan lain-lain. Bentuknya tablet warna

cokelat dan putih dan kapsul warna merah muda, kuning dan bening.

Pemakaian dilakukan dengan cara ditelan bersama air mineral. Efek

fisik yang dirasakan adalah berkeringat, mulut kering, rahang kaku,

tekanan darah dan detak jantung serta suhu badan meningkat, mata
berair, kelebihan tenaga, dan kehilangan nafsu makan. Sebagian

bahkan mual dan muntah-muntah serta perasaan tidak aman. Efek

psikis yaitu perasaan santai, gembira, hangat, bertenaga dan saling

mengerti. Pemakaian dalam dosis tinggi menyebabkan perasaan

tertekan, panik, bingung dan tidak bisa tidur. Pemakaian yang over

dosis menyebabkan halusinasi, panik, muntah, diare dan kejang.

2) Ubas atau nama lainnya adalah Shabu-shabu. Zat ini termasuk metil

amfetamin yang merupakan turunan dari amfetamin. Bentuknya

seperti vetsin, kristal putih yang mudah larut dalam air. Asalnya

merupakan obat perangsang buatan, namun efeknya lebih kuat dan

cepat dari ecstasy, bisa mempercepat aktivitas tubuh, meningkatkan

detak jantung dan tekanan darah, mulut kering dan selalu berkeringat.

Sedangkan efek secara psikis akan timbulnya rasa gembira, tenaga

bertambah, perasaan sehat, berkuasa dan percaya diri, konsentrasi

meningkat, nafsu makan turun, tidak mudah mengantuk dan

munculnya halusinasi. Pemakaian shabu-shabu bisa dilacak dari urin

sampai 2-4 hari setelah pemakaian. Ketergantungan obat ini

menimbulkan suasana hati yang mudah berubah, rasa gelisah, mudah

marah, bingung dan paranoid.

3) Psilobina dan psilosina, bahan ini mudah didapat dari sejenis jamur

dan di Indonesia biasa ditemukan pada kotoran sapi.

4) LSD atau Lisergic Acid Dietilamine yang berasal dari sejenis jamur

ergot yang tumbuh pada gandum putih dan gandum hitam. Jenis ini
mempunyai halusinogen yang sangat kuat, menimbulkan gangguan

persepsi yang salah mengenai pikiran, suara dan warna. LSD

mengakibatkan ketergantungan fisik, psikis dan juga toleransi. Pada

umumnya LSD berbentuk tablet atau stiker yang dipakaikan dilidah

pengguna.

5) Meskalina (peyote), berasal dari tanaman sejenis kaktus yang berasal

dari Amerika serikat barat daya, mengakibatkan ketergantungan fisik

dan psikis.

b. Psikotropika golongan II

Psikotropika golongan ini berkhasiat sebagai pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk maksud ilmu pengetahuan

yang mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Zat yang tergolong ini adalah amfetamin, methamphetamine,

matakualona, metilfenidat dan lain-lain.

c. Psikotropika golongan III

Golongan psikotropika ini berkhasiat untuk untuk penggunaan

terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan, akan tetapi mempunyai potensi

yang sedang terhadap sindroma ketergantungan. Jenis psikotropika

golongan ini yaitu amobarbital, flunitrazepam, Katina dan lain-lain.

d. Psikotropika golongan IV

Golongan psikotropika golongan ini mempunyai potensi yang

ringan terhadap ketergantungan, tetapi berkahsiat bagi pengobatan dan

banyak digunkan dalam pengobatan dan atau tujuan ilmu pengetahuan.


Golongan ini contohnya adalah barbital, bromazepam, diazepam,

estazolam, fenobarbital, klobazam, lorazepam, nitrazepam dan lain-lain.

4. Zat Adiktif

Yaitu bahan/zat bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh

pada kerja otak. Tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan

tentang narkotika dan psikotropika. Yang sering disalahgunakan adalah :

a. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras.

b. Inhalansia/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat

pada berbagai keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga.

c. Nikotin, yang terdapat pada tembakau.

d. Kafein, pada kopi, minuman penambah energy dan obat sakit kepala

tertentu.

5. Dampak Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

Narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif/psikotropika dapat

menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak yang

negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan

mental dan fisik.

Meskipun demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai

dalam dunia kedokteran, namun hanya diberikan bagi pasien-pasien

tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara umum dan bebes oleh masyarakat.

Oleh karena itu obat dan narkotik yang disalahgunakan dapat menimbulkan

berbagai akibat yang beraneka ragam.

a. Dampak Langsung Narkoba bagi Jasmani/Tubuh Manusia


1) Gangguan pada jantung

Para peneliti telah menemukan semacam korelasi antara

penyalahgunaan narkoba (dalam berbagai frekuensi penggunaan)

dengan kerusakan fungsi jantung, mulai dari detak jantung yang

abnormal sampai dengan serangan jantung. Penyuntikan zat-zat

psikotropika juga dapat menyebabkan kolapsnya saluran vena, seperti

resiko masuknya bakteri lewat pembuluh darah dan klep jantung.

2) Gangguan pada pernapasan

Penyalahgunaan narkoba juga dapat menyebabkan bergam

permasalahan system pernapasan. Merokok misalnya sudah terbukti

merupakan penyebab penyakit bronchitis, enfisema, dan kanker paru-

paru. Begitu pula dengan menghisap mariyuana yang bisa membawa

dampak lebih parah lagi. Penggunaan sejumlah zat psikotropika juga

dapat mengakibatkan lambatnya pernapasan, menghalangi udara segar

memasuki paru-paru yang lebih buruk dari gejala asma.

3) Penyakit nyeri lambung

Dari efek merugikan yang ditimbulkannya, beberapa kasus

penyalahgunaaan narkoba juga diketahui dapat menyebabkan mual

dan muntah beberapa saat setelah dikonsumsi. Penggunaan kokain

juga dapat mengakibatkan nyeri pada lambung.

4) Penyakit kelumpuhan otot

Penggunaaan steroid pada masa kecil dan remaja, menghasilkan

hormon seksual melebihi tingkat sewajarnya, dan mengakibatkan


pertumbuhan tulang terhenti lebih cepat disbanding saat normal.

Sehingga tinggi badan tidak maksimal, bahkan cenderung pendek.

Beberapa jenis narkoba juga dapat mengakibatkan kejang otot yang

hebat, bahkan bisa berlanjut pada kelumpuhan otot.

5) Penyakit gagal ginjal

Beberapa jenis narkoba juga dapat memicu kerusakan ginjal, bahkan

menyebabkan gagal ginjal, baik secara langsung maupun tidak

langsung akibat kenaikan temperature tubuh pada tingkat

membahayakan sampai pada terhentinya kinerja otot tubuh.

6) Penyakit neurologis

Semua perilaku penyalahgunaan narkoba mendorong otak untuk

memproduksi efek euforis. Bagaimanapun, beberapa jenis

psikotropika juga memberikan dampak yang sangat negative pada

otak seperti stroke, dan kerusakan otak secara meluas yang dapat

melumpuhkan segala aspek kehidupan pecandunya. Penggunaan

narkoba juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi otak, sehingga

menimbulkan permasalahan ingatan, permasalahan konsentrasi serta

ketidakmampuan dalam pengambilan keputusan.

7) Penyakit kelainan mental

Penyalahgunaan narkoba yang sudah sampai pada level kronis dapat

mengakibatkan perubahan jangka panjang dalam sel-sel otak,

mendorong terjadinya paranoid, depresi, agresi dan halusinasi.


8) Penyakit kelainan hormone

Penyalahgunaan narkoba dapat mengganggu produksi hormon di

dalam tubuh secara normal, yang mengakibatkan kerusakan yang

tidak dapat dipulihkan kembali. Semua perusakan ini meliputi

kemandulan dan penyusutan testikel pada pria, sebagaimana juga efek

maskulinisasi yang terjadi pada wanita.

9) Penyakit kanker

Aktifitas merokok nikotin ini biasa dihubungkan dengan penyakit

kanker mulut, leher, lambung dan paru-paru. Merokok mariyuana juga

bisa mengakibatkan masuknya bakteri karsinogen ke dalam paru-paru,

hingga merubah fungsi paru-paru di tahap pra-kanker.

10) Penyakit gangguan kehamilan

Efek keseluruhan akibat ketergantungan narkoba terhadap kesehatan

janin yang dikandung memang tidak diketahui. Namun, beberapa studi

menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan

kelahiran premature, keguguran, penurunan berat badan bayi, serta

berbagai permasalahan perilaku maupun kognitif pada bayi di

kemudian hari (anonym, 2012).

11) Permasalahan kesehatan lainnya

Sebagai tambahan dari berbagai penjelasan tentang penyakit yang

ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba diatas, perlu diketahui

bahwa semua jenis narkoba tersebut memiliki potensi merubah fungsi

tubuh secara keseluruhan. Termasuk diantaranya perubhan selera


makan dan peningkatan suhu tubuh secara dramatis yang bisa

melumpuhkan kesehatan dalam waktu singkat. Tidal cukup sampai

disitu, zat psikotropika berpotesi menimbulkan kelelahan yang

berkepanjangan, kepenatan mendalam, perubhan selera makan, nyeri

otot dan tulang, hilang ingatan, diare, keringat dingin, dan muntah-

muntah. Dapat teinfeksi penyakit menular berbahaya seperi

HIV/AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC, dan lain-lain.

b. Dampak Langsung Narkoba bagi Kejiwaan/Mental Manusia

1) Menyebabkan depresi mental

2) Menyebabkan gangguan jiwa berat/psikotik

3) Menungkatkan risiko bunuh diri

4) Menyebabkan melakukan tindak kejahatan, kekerasan dan

pengrusakan.

Efek depresi bisa ditimbulkan akibat kecaman keluarga, teman dan

masyarakat atau kegagalan dalam mencoba berhenti memakai narkoba.

Namun orang normal yang depresi dapat menjadi pemakai narkoba

karena mereka berpikir bahwa narkoba dapat mengatasi dan melupakan

masalah dirinya, akan tetapi semua itu tidak benar.

Ketergantungan mental lebih susah untuk dipulihkan daripada

ketergantungan fisik. Ketergantungan yang dialami secara fisik akan

akan lewat setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul

ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal dengan istilah

‘sugesti’. Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah


hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw bersifat fisik, dan

merupakan istilah lain untuk gejala putus obat, sedangkan sugesti adalah

ketergantungan mental, berupa munculnya keinginan untuk kembali

menggunakan narkoba. Sugesti ini akan hilang saat tubuh sudah

berfungsi secara normal.

Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif

kompulsif, serta tindakan impulsive. Pikiran seorang pecandu menjadi

terobsesi pada narkoba dan penggunaan narkoba. Narkoba adalah satu-

satunya hal yang ada didalam pikirannya. Ia akan menggunakan semua

daya pikirannya untuk memikirkan cara yang tercepat untuk

mendapatkan uang membeli narkoba. Tetapi ia tidak pernah memikirkan

dampak dari tindakan yang dilakukannya, seperti mencuri, berbohong

atau sharing needle karena perilakunya selalu impulsive, tanpa pernah

dipikirkan sebelumnya.

c. Dampak Tidak Langsung Narkoba yang Disalahgunakan

1) Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan

perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat

beracun.

2) Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain

itu biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti social.

3) Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang

memakai zat terlarang.


22

4) Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari

sekolah atau perguruan tinggi atau Drop Out (DO).

5) Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu

narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak criminal.

6) Bisa dijelaskan ke dalam tembok derita/penjara yang sangat menyiksa

lahir batin.

Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah sadar dari

mimpi-mimpinya maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya yang

bodoh dan banyak waktu serta kesempatan yang hilang tanpa

disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika berada dipenjara. Segala caci-

maki dan kutukan akan dilontarkan kepada benda haram tersebut, namun

semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apa-apa.

d. Dampak Fisik

Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan narkoba untuk

jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama dengan

obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers. Tubuh kita

bahkan dapat berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-organ

tubuh kita menjadi terganggu pada obat itu hanya untuk berfungsi

normal.

Salah satu contoh adaptasi biologis dapat dilihat dengan alkohol.

Alkohol mengganggu pelepasan dari beberapa transmisi syaraf di otak.

A lkohol juga meningkatkan cytocell dan mitokondria yang ada di dalam


liver untuk menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh ini menjadi

terganggu pada alkohol untuk menjaga keseimbangan baru ini.

Tetapi, bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah

semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada

kelebihan suatu jenis enzim dan kurangnya transmisi syaraf tertentu.

Tiba-tiba saja, tubuh mencoba untuk mengembalikan keseimbangan

didalam. Biasanya, hal-hal ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat

menggunakan narkoba, akan dilakukan secara berlebihan pada masa

gejala putus obat (GPO) ini. Misalnya, bayangkan efek-efek yang

menyenangkan dari suatu narkoba dengan cepat berubah menjadi GPO

yang sangat tidak mengenakkan saat seseorang pengguna berhenti

menggunakan narkoba seperti heroin/putaw. Contoh saat menggunakan

seseorang akan mengalami konstipasi, tetapi GPO yang dialaminya

adalah diare.

e. Dampak Emosional

Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang (mood

altering substance). Saat menggunkan narkoba mood, perasaan serta

emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh

narkoba adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan

ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-jenis narkoba

tertntu, terutama alkohol dan jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam

ke lompok uppers seperti shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku

agresif yang berlebihan dari si pengguna dan seringkali


mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan.

Terutama bila orang tersebut pada dasarnya memang orang yang

emosional dan bertemperamen panas.

f. Dampak Spiritual

Adiksi terhadap narkoba membuat seseorang pecandu menjadikan

narkoba sebagai prioritas utama didalam kehidupannya. Narkoba adalah

pusat kehidupannya, dan semua hal/aspek lain dalam hidupnya berputar

di sekitarnya. Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba,

dan ia menaruh kepentingannya untuk menggunakan narkoba diatas

segala-galanya. Narkoba menjadi jauh lebih penting daripada istri, suami,

pacar, anak, pekerjaan, sekolah.

Secara spiritual, narkoba adalah pusat hidupnya, dan bisa dikatakan

mengganti posisi tuhan. Adiksi terhadap narkoba membuat penggunaan

narkoba menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri.

Ia tidak lagi memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing

needle, tertangkap polisi, dll. Adiksi adalah penyakit yang

mempengaruhi semua aspek hidup seorang manusia, dan karenanya harus

disadari bahwa pemulihan bagi seorang pecadu tidak hanya bersifat fisik

saja, tetapi juga harus mencakup ketiga aspek lainnya sebelum pemulihan

itu dapat dianggap sebagai suatu pemulihan yang sebenarnya (Badan

Narkotika Nasional, 2014).

Walaupun begitu, setiap kehidupan memiliki dua mata sisi uang. Di

balik dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif.


Jika digunkan sebagaimana mestinya, terutama untuk menyelamatkan

jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika memberikan

manfaat bagi kehidupan manusia. Berikut dampak postif narkotika:

1) Opioid

Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai

penghilang rasa sakit dan untuk mencegah batuk dan diare.

2) Kokain

Daun tanaman Erythtoxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk

mendapatkan efek stimulant, seperti meningkatkan daya tahan dan

stamina serta mengurangi rasa lelah.

3) Ganja (ganja/cimeng)

Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan

pembuat kantung karena serat yang dihasilkan sangat kuat. Biji ganja

juga digunakan sebagai bahan pembuat minyak.

B. Pengetahuan

Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007). Menurut Talbot (1995),

Pengetahuan adalah informasi dan penemuan adalah proses kreatif untuk

mempertahankan pengetahuan baru. Menurut Potter dan Perry (2005), manusia

mendapatkan pengetahuan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara tradisional,

padabertanya
o rang yang asli, dari pengetahuan, setelah menyelesaikan masalah

berfikir krits.
untuk

pada o

berfikir krits.
Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa dalam menentukan sikap

yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegsn peranan

penting. Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat pengetahuan baik

setidaknya dapat mendorong untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik

pula (Widodo, 2005).

Dalam bertindak, seseorang tak bisa dilepaskan dari apa yang ia ketahui.

Seorang yang mengetahui dan mengerti tentang baik dan buruk, cenderung

akan melakukan tindakan dengan segala pertimbangan mengenai konsekuensi

yang ia ketahui.

Dalam menggunakan narkoba, besar sekali pengaruh pengetahuan

seseorang dalam menentukan tindakannya. Semisal, ada seseorang yang

mengetahui narkoba bisa memberikan dampak negatif bagi kondisi tubuhnya,

ditambah dengan diketahuinya narkoba merupakan seseuatu yang dilarang

dalam syariat agama, maka besar kemungkinannya ia akan menjauhi narkoba.

Beda hal ketika seseorang tak mengetahui apapun tentang bahaya secara

fisik dan larangan agama tentang penyalahgunaan narkoba, ia akan cenderung

lebih gampang untuk menyalahgunakan narkoba.

C. Sikap

Sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman,

yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu

terhad ap semua objek dan situasi yang terkait. Sikap adalah pengorganisasian

yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi, persepsi dan kognitif yang
relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan dengan aspek

kehidupannya. Sikap Individu ini dapat diketahui dari beberapa proses

motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif yang terjadi pada diri individu

secara konsisten dalam berhubungan dengan obyek sikap (Campbel, 1950).

Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah predisposisi atau

kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara

positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap

objek, situasi, konsep, atau orang lain. Defini yang dikemukakan Aiken ini

sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya

maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap

objek diperoleh dari proses belajar.

Pembentukan sikap remaja sangat dipengaruhi oleh orangtuanya. Pada

umummnya, seseorang cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap yang dianggapnnya penting. Kecenderungan tersebut didasari

oleh keinginan untuk berafiliasi dan menghindari konflik dengan orang yang

dianggapnya penting tersebut (Azwar, 2009). Selain komunikasi dengan

orangtua, media massa dan lingkungannya, mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan sikap remaja. Remeja cenderung mengikuti apa yang dilakukan

banyak orang disekitarnya.

D. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan tempat dimana para siswa berinteraksi

dan b elajar tentang apa yang ada disekitarnya. Lingkungan sekolah sengaja
dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan ketat, seperti berjenjang,

berkesinambungan, dan di rekayasa agar para peserta didik mampu diarahkan

untuk menjadi seseorang yang cerdas secara pengetahuan dan baik secara

moral.

Lingkungan sekolah terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

Sedangkan menurut Rukmana dan Suryana (2006: 69) menyebutkan bahwa

lingkungan fisik tempat belajar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar

anak. Guru harus dapat menciptakan lingkungan yang membantu

perkembangan pendidikan peserta didik. Lingkungan fisik meliputi ruang

tempat berlangsungnya pembelajaran, ruang kelas, ruang laboratorium, ruang

serbaguna/aula.

Perilaku seseorang individu akan banyak dipengaruhi oleh interaksinya

disekolah. Teman-teman yang ada disekolah adalah faktor kuat yang mampu

memotivasi setiap perilaku yang dia lakukan. Jika seorang anak berteman

dengan orang-orang yang rajin belajar, bisa saja, anak itu akan menjadi seorang

yang rajin. Akan tetapi ketika seorang anak bergaul dengan teman yang nakal,

maka, besar kemungkinan anak itu akan mengikuti perilaku temannnya.

Hal ini diperkuat oleh teori Emile Durkheim tentang Fakta sosial.

Dimana perilaku seorang individu akan dipengaruhi kuat oleh lingkungan

dimana ia berada. Dalam hal ini sekolah, ketika sebuah sekolah berada

dikawasan yang cukup tinggi angka kriminalitasnya, maka dampak negatif itu

akan mampu berpengaruh kepada perilaku peserta didik.


Fenomena yang ditangkap oleh peserta didik diarea pendidikan akan

menjadi determinan yang membentuk perilakunya. Pemalakan, kenakalan

remaja, penggunaan narkoba di area sekolah, atau ditempat yang dekat dengan

sekolah, memungkinkan seorang peserta didik yang penuh dengan rasa ingin

tahu untuk meniru dan mengikuti apa yang terjadi disekitarnya.

Hasil penelitian bahwa sosial remaja berisiko menyalahgunakan NAPZA

pada remaja SMP dan SMA yaitu berisiko tinggi sebesar 71.1 %, artinya

remaja yang sosialnya tinggi beresiko tinggi menyalahgunakan NAPZA. Hal

ini sejalan hasil penelitian Hawari bahwa, pengaruh teman sebaya sebesar 51.1

%. Remaja menggunakanNAPZA juga pada umumnya dikenalkan oleh teman,

dan mengkonsumsinya pun bersama-sama antara 3-5 orang.

Perilaku menyalahgunakan NAPZA pada remaja juga akibat soislisasi

atau interaksi remaja dengan lingkungannya. Sesuai perspektif sosiokultural

masalah penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA sangat erat kaitannya

dengan normanorma sosial dan budaya yang mengatur perilaku individu,

artinya remaja berinteraksi dengan lingkungan baik lingkungan sekolah,

keluarga, maupun masyarakat, dan mengikuti apa yang menjadi budaya dalam

lingkungan tersebut (Nevid, dkk. 1997), dibuktikan dengan hasil penelitian

Hawari yang menemukan bahwa 80% remaja mengenal dan mendapatkan

NAPZA melalui teman-temannya.


E. Persepsi Akses Mendapatkan Narkoba

Saat ini akses mendapatkan narkoba bisa dijangkau dengan mudah dan

murah. Dengan demikian, risiko meningkatnya penyalahgunaan narkoba juga

sangat rentan untuk selalu meningkat.

Berdasarkan informasi dari BNN, jalur pengedaran narkoba di Indonesia

berasal dari negara tetangga; Thailand, Myanmar, dan Laos. Ketiga negara ini

dideeteksi memiliki ladang opium sejak jaman dulu. Jalur distribusi

psikotropika seperti sabu-sabu, bahan baku pembuat ekstasi dan obat-obatan

yang lain diseludupkan lewat jasa pengiriman di bandara dan pelabuhan oleh

kurir untuk diedarkan keseluruh penjuru Indonesia.

Melihat jalur distribusi narkoba yang semakin meluas, mengakibatkan

ketersedian narkoba tak lagi susah untuk didapatkan. Berikut adalah tempat-

tempat yang rawan terjadinya peredaran dan perdagangan narkoba (Prisaria,

2012).

1. Kampus dan sekolah

Merupakan sasaran empuk pemasaran narkoba karena menjanjikan

keuntungan yang menggiurkan bagi pengedar. Para siswa atau mahasiswa

biasanya diberi contoh gratis atau paket hemat selama beberapa waktu, lalu

kalau sudah mulai ketergantungan subsidi dihentikan dan pengedar mulai

mematok harga tinggi.


31

2. Diskotik, Bar, Pub, Karaoke

Sudah menjadi rahasia umum bila tempat hiburan semacam itu

menjadi sarang dari pedagang narkoba. Perdagangannya ada yang

sembunyisembunyi dan ada pula yang terang-terangan

3. Terminal Bus, Stasiun, Bandara

Transaksi pengedaran dan juga perdagangan narkoba juga banyak

ditemukan di area terminal bus, stasiun, dan bandara. Sebab di area ini

merupakan tempat persinggahannya kurir yang datang dan pergi untuk

mengedar narkoba ke beberapa tempat tujuanya.

4. Hotel

Hotel identik dengan transaksi narkoba partai besar, namun tidak

menutup kemungkinan, kebutuhan narkoba untuk digunakan sendiri juga

bisa dipenuhi di tempat semacam ini.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketersediaan dan kemudahan

mendapatkan narkoba menjadi bagian yang tak terpisahkan dari penyebab

terjadinya penyalahgunaan dimana-mana. Kemudahan memperoleh narkoba

juga dikarenakan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Melalui jejaring dunia maya terutama internet, telepon, layanan SMS,

facebook, surel serta layanan komunikasi yang lain, banyak digunakan

untuk mempermudah pengedaran dalam jaringan perdagangan narkoba

(Simanungkalit, 2011).

Selain itu, harga jual-beli narkoba merupakan faktor yang

mempengaruhi banyaknya orang yang menyalahgunakan narkoba. Harga


32

narkoba diketahui memiliki berbagai macam varian, mulai dari harga yang

relatif murah yang bisa dijangkau oleh kalangan kelas menengah, sampai

harga yang mahal yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang dari

golongan ekonomi kelas atas. Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional

(BNN) dan Universitas Indonesia (UI) tahun 2008, dalam Nur Akifah

(2014) menyebutkan nilai nominal perputaran uang narkoba di Indonesia

mencapai Rp 23 triliun per tahun. Angka sebesar itu terdeteksi di

permukaan, yang terungkap dan terdata secara resmi.

Data ini bisa disinergikan dengan harga narkoba yang ada di kota

besar seperti Jakarta. Harga ganja di Jakarta kelas murahan berkisar antara

Rp 25.000 – Rp 50.000 per am (amplop). Namun ada ganja yang bisa bikin

tertawa dan gembira, harganya Rp 100.000 per am yang umumnya marak

dijual di Bali dan kini mulai merambah Jakarta serta kota besar lainnya

(Simanungkalit, 2011).

Signifikansi hubungan akses mendapatkan narkoba dengan

penyalahgunaan narkoba dapat dilihat pada penelitian pasien di Instalasi

Narkoba RS Jiwa Prof. Dr. HB Sa’anin Padang yang dilakukan oleh Jaji

pada tahun 2012, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara akses mendapatkan narkoba itu sendiri sebanyak 53,1%

dengan penyalahgunaan narkoba.


33

F. Kondisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi

interaksi antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta

kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok kerabat (Padila,

2012). Beberapa ahli menguraikan beberapa arti keluarga sesuai dengan

perkembangan masyarakat, Wall (1986) dalam Padila (2012) mengemukakan

keluarga sebagai dua orang atau lebih, yang disatukan oleh ikatan emosional

dan kebersamaan, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari

keluarga.

Spradley dan Allender (1996) dalam Padila (2012) mengemukakan satu

atau lebih individu yang mempunyai ikatan emosional dan tinggal berasama

serta mengembangkan dalam ikatan social, pern, dan tugas. Friedman (1998)

mengartikan keluarga sebagai suatu sumber sistem social. Keluarga merupakan

kelompok kecil yang terdiri dari individu yang mempunyai hubungan erat dan

saling ketergantungan satu dengan lainnya dalam rangka mencapai tujuan

tertentu.

Undang-Undang No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami

istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Depkes RI (1998)

mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal dalam satu rumah dalam

keadaan saling ketergantungan.


Dari uraian diatas dapat disimpulkan, keluarga merupakan unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak, yang saling

berinteraksi dan memiliki hubungan yang erat untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Interaksi yang baik antara anak dan orang tua merupakan hal penting

dalam masa perkembangan anak. Interaksi yang baik ditentukan oleh kualitas

pemahaman dari anak dan orang tua untuk mencapai kebutuhan keluarga

(Soetjiningsih, 2012). Orang tua memiliki peran yang penting dalam

memberikan pendidikan informal selama dilingkungan rumah. Orang tua

menginginkan yang terbaik untuk anaknya baik dalam pendidikan maupun

kebutuhan pribadi dari anaknya.

Berbagai permasalahan dapat dialami keluarga. Buruknya komunikasi

dalam keluarga berakibat akan berakibat fatal jika tidak secepatnya

diselesaikan. Masalah keluarga adalah kondisi dimana anggota keluarga

mengalami keretakan atau hilangnya arah dalam menjalani kebersamaan. Hal

ini bisa saja diakibatkan oleh banyak faktor. Buruknya komunikasi,

pertengkaran, perceraian, dan sebagainya adalah faktor yang menyebabkan

terjadinya masalah dalam keluarga. Jika hal tersebut dibiarkan terjadi dan tidak

diperbaiki, maka perilaku atau tindakan yang menyimpang bisa saja dilakukan

oleh setiap anggota keluarga sebagai pelarian dari masalah.

Masalah dalam keluarga tidak berdiri sendiri. Biasanya hal tersebut

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, misal, masalah kemiskinan,

kesehatan, seksual, pendidikan, agama, pekerjaan, dan komunikasi. Sudah

banyak penelitian yang membuktikan bahwa tindakan menyimpang dilakukan


oleh anak yang orang tuanya bercerai. Semisal menyalahgunakan narkoba,

bergabung dengan geng motor, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa

masalah keluarga tidak bisa dianggap remeh.

Dalam penelitian Raharni (2002) pada siswa di SMP Kota bekasi,

menunjukan bahwa pengaruh komunikasi yang buruk dari keluarga berdampak

pada penyalahgunaan narkoba dengan OR 5,15. Artinya siswa dengan

komunikasi keluarga yang buruk berpeluang 5,15 kali lebih besar untuk

menggunakan narkoba daripada siswa dengan komunikasi keluarga yang baik.

Hasil penelitian tersebut mengkonfirmasi apa yang disampaikan oleh Hawari

(2009) bahwa salah satu alasan penyalahgunaan narkoba karena kehidupan

keluarga yang tidak harmonis dan orang tua yang terlalu sibuk.

G. Pengaruh Teman Sebaya

Dalam kamus besar bahasa indonesia, teman sebaya diartikan sebagai

kawan, sahabat atau orang yang sama – sama bekerja atau berbuat. Menurut

Santrock, (2007) Teman Sebaya adalah anak-anak dengan tingkat kematangan

atau usia yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak

atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang

relatif besar dalam kelompoknya. Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang

dihasilkan dari dua orang atau lebih yang saling mendukung.

Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan antara dua orang atau

lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk menginginkan


apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam

bersikap, dan saling pengertian (Kawi, 2010). Dengan berteman, seseorang

dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan

melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya.

Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk

saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling

percaya, saling menghormati, dan saling menghargai (Santrock, 2007)

1. Peran Teman Sebaya

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima

kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa

senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan

cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya.

Bagi remaja, pandangan kawankawan terhadap dirinya merupakan hal yang

paling penting.

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa peran terpenting dari

teman sebaya adalah :

a. Informasi

Sebagai sumber informasi dan kognitif mengenai dunia di luar

keluarga dan sumber untuk pemecahan masalah dan perolehan

pengetahuan. Banyak tidaknya informasi atau pengetahuan yang diterima

seseorang atau sekelompok orang mempengaruhi perubahan perilaku

Lubis,
( 2011). Berdasarkan teori perkembangan Piaget, kemampuan

kognitif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus


mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan

masalah dan mempertanggung jawabkannya.

b. Sumber Emosional

Untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri. Perubahan perilaku

manusia juga dapat timbul akibat dari kondisi emosi seseorang. James P.

Chaplin (2007) mengatakan bahwa, konsep emosi sangat bervariasi. Emosi

adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan atau perubahan

– perubahan secara mendalam dan hasil pengalaman dari rangsangan

eksternal dan keadaan fisiologis. Dengan emosi, individu terangsang

terhadap objek – objek atau perubahan – perubahan yang disadari sehingga

memungkinkan dia merubah sifat ataupun perilaku (Lubis, 2011).

2. Fungsi Teman Sebaya

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan

bahwa ada enam fungsi perteman yaitu :

a. Berteman (Companionship)

Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk

menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama

melakukan suatu aktivitas.

b. Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition)

Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang

untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan

da lam situasi sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh


38

informasi yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun

minat agar berkembang dengan baik.

c. Dukungan Fisik (Physicial Support)

Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan

menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang

menghadapi suatu masalah

d. Dukungan Ego

Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego

bagi seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan,

dipikirkan dan ditanggung oleh orang lain (temannya).

e. Perbandingan Sosial (Social Comparison)

Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk

mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian

seseorang.

f. Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection)

Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan

keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud

ataupun niat untuk menyakiti orang lain karena mereka saling percaya,

menghargai dan menghormati keberadaan orang lain.

Penelitian Nur Akifah (2014) menunjukkan bahwa seseorang dapat

terpengaruh teman sebayanya yang menggunakan narkoba. Penelitian ini

kemudian sejalan dengan penelitian Asni (2013) di SMA Kartika irabuana

W XX-I Makassar. Hasil penelitiannya menunjukka bahwa


39

terdapat hubungan antara konformitas teman sebaya dengan

penyalahgunaan narkoba. Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh

Komariah (2010). Di penelitian tersebut menunjukkan bahwa salah satu

faktor eksternal penggunaan narkoba adalah pengaruh teman sebaya

dengan persentase 65% (Nur Akifah, 2014).

H. Kerangka Teori

Perilaku seseorang sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang

sangat luas serta dipengaruhi oleh determinan. Dalam bab ini peneliti

menggunakan teori Lawrence Green. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo adalah:

Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai-nilai
Penggunaan Waktu luang

Faktor Pendukung
Lingkungan sekolah
Sarana dan prasarana Perilaku Kesehatan
Akses

Faktor Pendorong
Sikap dan prilaku petugas kesehatan
Keluarga
Teman sebaya

Gambar 2.1
Kerangka Teori Lawrence Green
Green, LW, Kreuter, MW, Akta, SG, Partridge, KB (1980)
40

1. Faktor Predisposisi yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.

2. Faktor Pendukung yaitu faktor-faktor yang mendukung atau memfasilitasi

perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pendukung adalah

sarana dan prasarana atau fasilitas yang memudahkan untuk melakukan

sesuatu.

3. Faktor Pendorong adalah faktor yang memperkuat atau mendorong

terjadinya perilaku yang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap

perilaku tersebut.
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

Jumlah penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Peningkatan ini juga berdampak dengan meningkatnya jumlah penghuni

lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia. Hal ini tentu cukup meresahkan,

jumlah penyalahgunaan narkoba harus ditekan sebagai usaha untuk

meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Menurut teori Lawrence Green (1980) perilaku ditentukan dari tiga faktor

yaitu Faktor predisposisi (predisposing factors) mencakup karateristik individu,

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, tindakan. Faktor pendukung

(enabling factors) mencakup kondisi yang memungkinkan orang sakit

memanfaatkan pelayanan kesehatan, ketersediaan sarana dan prasana, dan akses

terhadap sarana pelayanan, Faktor pendorong (reinforcing factors) mencakup

dukungan tokoh masyarakat, dukungaan keluarga, dukungan petugas kesehatan.

Alasan memasukkan masing-masing variabel independen penelitian kali

ini ke dalam model kerangka konsep yaitu akan diuraikan secara sistematis

sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah satu hal yang paling berpengaruh dalam perilaku

seseorang. Dalam bertindak, seseorang pasti akan memlih melakukan euatu

ses yang ia ketahui dibanding yang ia tidak ketahui. Informasi menjadi ting.

pen Minimnya informasi akan membuat orang melakukan tindakan yang

41
42

salah. Semakin banyak informasi yang ia ketahui, maka akan membuat

seseorang memiliki lebih banyak pertimbangan dalam melakukan seseuatu.

Dalam hal penyalahgunaan narkoba, seseorang bisa melakukan

penyalahgunaan dikarenakan minimnya pengetahuan tentang apa itu

narkoba dan dampak yang diakibatkannya. Dan Penyalahgunan narkoba,

karena hal itu adalah sesuatu yang menyimpang, dan merusak generasi

remaja, maka perlu dilacak dan diteliti faktor yang melatar belakanginya.

Jika betul pengetahuan yang cukup tentang narkoba mampu menjauhkan

orang dari perilaku menyimpang, maka kita perlu untuk memberikan

sosialisasi yang masif tentang narkoba dimana-mana. Dan jika tidak, kita

mesti mencari, apa faktor lain yang melatar belakanginya.

2. Sikap

Sikap adalah respon internal seseorang ketika dihadapkan dengan

kondisi yang ada diluar dirinya. Dalam definisi yang lain, sikap adalah

pandangan yang disertai dengan keinginan untuk bertindak sebagai

penghayatan terhadap suatu objek.

Sikap seseorang mempengaruhi terhadap penyalahgunaan narkoba.

Jika seseorang bersikap positif dalam melihat narkoba, maka ia bisa saja

jatuh pada penyalahgunaan narkoba. Dan jika seseorang mempunyai sikap

yang negatif terhadap narkoba, maka ia mungkin akan menjauhi hal-hal

yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba.


43

3. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah tempat dimana seseorang dibentuk

perilakunya. Lingkungan sekolah yang baik, memungkinkan akan

menjadikan sesorang menjadi baik pula. Dan begitu sebaliknya.

Sebuah sekolah yang berada dikawasan yang dekat dengan tempat

peredaran narkoba, memungkinkan sekolah tersebut menjadi tempat

peredaran narkoba. Hal inilah yang kemudian menarik bagi saya untuk

diteliti. Apakah dapat divalidasi, sebuah klaim yang mengatakan bahwa

pengaruh lingkungan sekolah yang berada dekat dengan tempat peredaran

narkoba, dapat membuat sekolah tersebut, dalam hal ini siswanya, menjadi

penyalahguna narkoba.

4. Akses Mendapatkan Narkoba

Semakin mudah didapatkan maka akan semakin banyak angka

penyalahgunaan narkoba. Akses terhadap narkoba merupkan faktor penting

dalam peredaran dan perdagangan benda terlarang ini. Para pengedar

narkoba bahkan tidak memandang latarbelakang usia ketika melakukan

transaksi dengan pengguna narkoba.

Di Indonesia, pusat pengedaran narkoba telah menjamur di berbagai

daerah. Di Kota Makassar misalnya, ada beberapa tempat yang menjadi titik

pusat pengedaran narkoba, seperti kampung cokonuri, kerung-kerung, dan

lain-lain. Di tempat tersebut hamir semua jenis narkoba diedarkan. Anak- k

ana sampai orang dewasa bisa mengonsumsinya asalkan mempunyai dana

yang cukup untuk membelinya


44

5. Kondisi Keluarga

Salah satu temuan tentang penyalahgunaan narkoba bahwa keluarga

sangat berperan dalam mempengaruhi bagaimana seseorang dapat

terjurumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Seseorang yang berasal dari

rumah tangga yang tidak bahagia dan komunikasi antar anggota keluarga

yang tidak harmonis akan sangat mempengaruhi tindakan seseorang untuk

mencari kebahagiaan di luar rumah atau di luar keluarga. Pelarian dari

rumah tangga yang tidak harmonis mampu mengantar seseorang untuk

mencoba mengonsumsi narkoba. Hawari (2009) menunjukkan bahwa salah

satu alasan penyalahgunaan narkoba karena kehidupan keluarga yang tidak

harmonis dan orang tua yang terlalu sibuk.

Selain itu, anggota keluarga yang ketahuan sering mengonsumsi

narkoba juga akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain untuk ikut-

ikutan mengonsumsi narkoba. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah

cerminan sikap dan perilaku bagi anggota keluarga yang lain.

6. Pengaruh Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya atau kelompok juga berperan penting terhadap

penyalahgunaan narkoba. Hal ini biasanya menjadi syarat untuk dapat

diterima dalam sebuah kelompok. Suatu kelompok atau geng biasanya

memiliki suatu perilaku yang sama untuk setiap anggotanya. Tidak aneh jika

kebiasaan menyalahgunakan narkoba dari salah satu anggota kelompok,

ditularkan ke anggota kelompok yang lain.


Pada banyak kejadian, korban penyalahgunaan narkoba pada

awalanya digiring untuk mengonsumsi narkoba dengan gratis, dengan dalih

pertemanan atau mencoba membantu meringankan beban yang sedang

dihadapi. Penelitian yang dilakukan oleh Amin (2000) mengungkap bahwa

mahasiswa yang kos di Jatinangor, Sumedang memperoleh narkoba dari

temannya yang sama-sama tinggal disebuah kos.

Penelitian Raharni, dkk di Kota Bekasi, menunjukan bahwa responden

yang sering menghabiskan waktu luangnya dengan nongkrong bersama

teman-teman 26,62 kali berpeluang lebih besar untuk menyalahgunakan

narkoba dibanding dengan responden yang menghabiskan waktu luangya

denga keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan waktu luang yang

positif akan mampu menekan jumlah penyalahgunaan narkoba, dan

sebaliknya.

Tekanan teman atau kelompok berpengaruh kuat terjadinya

penyalahgunaan narkoba. Bagi orang yang memiliki mental yang lemah

pasti cemas jika ditolak oleh lingkungan pergaulannya sehingga ia berusaha

mencari persetujuan kelompoknya. Di kalangan remaja, penyalahgunaan

narkoba digunakan untuk maksud rekreasi atau bersenang-senang sebagai

kegiatan sosial yang diterima remaja. Oleh karena itu, remaja rawan tehadap

penyalahgunaan narkoba.
B. Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi :
Pengetahuan
Sikap

Faktor Pendukung :
Lingkungan Sekolah
Akses Mendapatkan Narkoba Penyalahgunaan Narkoba

Faktor Pendorong :
Kondisi Keluarga
Pengaruh Teman Sebaya

Keterangan: = Variabel independen

= Variabel dependen

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian Penyalahgunaan Narkoba

Berdasarkan landasan teori dan berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan pada tinjauan pustaka, maka telah diidentifikasi variabel yang

terlibat dalam model kerangka konsep penelitian baik variabel independent

yaitu pengaruh pengunaan waktu luang, akses mendapatkan narkoba, faktor

keluarga dan pengaruh teman sebaya. dengan variabel dependen yaitu

penyalahgunaan narkoba.
C. Definisi Operasional dan Kerangka Objektif

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

sesuatu yang diketahui oleh responden yang meliputi pengertian, dampak,

dan penyebab orang menggunakan narkoba. Pengetahuan responden diukur

dengan menggunakan skala guttman dengan teknik skoring. Skoring

berdasarkan jawaban yang benar diberi nilai (1) dan jawaban yang salah

diberi nilai (0).

Kriteria Objektif

Baik : Apabila responden memperoleh jumlah skor ≥ 71% jawaban

benar Cukup : Apabila responden memperoleh skor 50%-70% jawaban

benar Kurang : Apabila responden memperoleh jumlah skor <50% jawaban

benar

2. Sikap

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon atau

keyakinan responden terhadap penyalahgunaan narkoba.

Kriteria Objektif:

Positif : Jika skor jawaban responden ≥ 30

Negatif : Jika skor jawaban responden < 30

Skor Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan negatif

SS (sangat setuju) 3 0

S (Setuju) 2 1

T S (tidak setuju) 1 2

S
TS (sangat tidak setuju) 0 3
48

3. Kondisi Lingkungan Sekolah

Kondisi lingkungan sekolah dalam penelitian ini adalah seberapa

besar kecilnya peran sekolah dalam mempengaruhi siswa agar bisa terhindar

dari penyalahgunaan narkoba. Penilaian tersebut akan dilihat dari jawaban

responden melalui kuesioner.

Kriteria Objektif

Besar : Jika skor jawaban responden > 16

Kecil : Jika skor jawaban responden ≤ 16

4. Persepsi Akses Mendapatkan Narkoba

Persepsi mengenai akses mendapatkan narkoba dalam penelitian ini

adalah bagaimana penginterpretasian responden sebagai hasil respon

mengenai mudah tidaknya memperoleh narkoba.

Kriteria Objektif

Mudah : Jika skor jawaban responden < 13

Tidak Mudah : Jika skor jawaban responden ≥ 13

5. Faktor Kondisi Keluarga

Faktor kondisi keluarga dalam pebelitian ini adalah adanya

permasalahan dalam keluarga, seperti komunikasi yang kurang baik antar

anggota keluarga, ada orang tua yang meninggal, perceraian, selingkuh atau

kawin lagi. Penilaian diberikan berdaasarkan hasil kuesioner yang telah diisi

oleh responden.
49

Kriteria Objektif

Bermasalah : Jika skor jawaban responden > 17

Tidak Bermasalah : Jika jawaban responden ≤ 17

6. Pengaruh Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya dalam penelitian ini adalah adanya seseorang

kerabat dari responden yang pernah didapati menyalahgunakan narkoba dan

menawarkan untuk menyalahgunakan narkoba. Penelitian diberikan

berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi dari responden.

Kriteria Objektif

Berpengaruh : Jika skor jawaban responden ≤ 21

Tidak Berpengaruh : Jika skor jawaban responden > 21


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional Study. Cross sectional Study adalah suatu

penelitian (survei) yang dimaksudkan mendesripsikan distribusi penyakit

dihubungkan dengan variabel penelitian.

Penelitian kali ini untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi (sikap

dan pengetahuan), faktor pemungkin (akses mendapatkan narkoba), faktor

pendorong (lingkungan sekolah, faktor keluarga dan pengaruh teman sebaya),

dengan penyalahgunaan narkoba.

B. Waktu dan lokasi Penelitian

Waktu penelitian faktor pemungkin penyalahgunann narkoba pada

siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar dilakukan pada bulan Februari

2018.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa SMAN akreditasi A

se-Kota Makassar yang berjumlah 12.503 siswa yang terdiri dari 4.951

siswa

laki-laki dan 7102 siswa perempuan.

50
51

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah

siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar.

Sampel dalam penelitian ini diambil secara simple random sampling

dengan menggunakan rumus Lameshow, yaitu :

Keterangan :

n : Besar sampel penelitian

N : Besar sampel keseluruhan

Z : Tingkat kemaknaan untuk nilai distribusi normal α = 0,05 nilainya = 1,96

p : Proporsi variabel yang diteliti (0,5)

q : 1 – p = 1 – 0,5 = 0,5

d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolelir sebesar 0,05 (95%)

Perhitungannya :

.. .
=
. (− 1) +. .

12053 . 1,96 . 0.5.0.5


=
0.05 . (12053 − 1) + 1,96 . 0.5.0.5

11575,7012
=
31,0904

= 372,3239713867

= 373
3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik propotional

random sampling. Pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan degan

mengambil subyek dari setiap strata dengan menentukan jumlah sampel

berdasarkan jumlah subyek atau populasi tiap wilayah. Strata yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu sekolah. Cara pengambilan sampel tiap

unit sekolah dengan menggunakan rumus berikut (Notoatmodjo , 2003).

Keterangan :

ni : Ukuran sampel pada strata ke-n

Ni : Banyaknya populasi pada strata ke-n

n : Besar sampel penelitian

N : Banyaknya populasi secara keseluruhan

Pembagian unit/strata berdasarkan jumlah sampel yaitu 373 reponden

dikali dengan jumlah siswa per sekolah dibagi dengan jumlah populasi per

sekolah. Adapun distribusi jumlah sampel tiap unit atau strata yang akan

diambil, yaitu :
Tabel 4.1
Distribusi Sampel Penelitian

Populasi
Sekolah Perhitungan Sampel
Sekolah
874
SMAN 15 Makassar 874 × 373 27
12053
465
SMAn 19 Makassar 465 × 373 14
12053
943
SMAN 7 Makassar 943 × 373 29
12053
900
SMAN 9 Makassar 900 × 373 29
12053
1232
SMAN 1 Makassar 1232 × 373 38
12053
1072
SMAN 17 Makassar 1072 × 373 33
12053
869
SMAN 18 Makassar 869 × 373 27
12053
942
SMAN 22 Makassar 942 × 373 29
12053
1196
SMAN 2 Makassar 1196 × 373 37
12053
1461
SMAN 5 Makassar 1461 × 373 45
12053
909
SMAN 8 Makassar 909 × 373 28
12053
SMAN Khusus 190
Keberbakatan Olahraga 190 × 373 6
12053
Prov. Sul-Sel
1000
SMAN 16 Makassar 1000 × 373 31
12053

TOTAL SAMPEL 373


54

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang

diberikan. Pengambilan data dilakukan dengan teknik kuesioner yaitu

menggunakan daftar pertanyaan terkait dengan penelitian yang telah

disiapkan sebelumnya dan diberikan langsung kepada responden untuk diisi

sesuai dengan petunjuk kuesioner atau arahan penelitian. Sebelum

memberikan kuesioner kepada responden, peneliti terlebih dulu meminta

izin kepada pihak sekolah. Jika diizinkan, peneliti bisa langsun bertemu

dengan responden. Ada pula pihak sekolah yang tak menginginkan waktu

belajar dan waktu istirahat siswanya terganggu. Peneliti hanya menyerahkan

kuesioner, dan pihak sekolah (guru) yang memberikan kuesioner kepada

siswa. Pengisian kuesioner dipandu dan diarahkan oleh peneliti. Baru

setelah itu, responden mengisi kuesioner dengan.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah siswa siswa SMAN

akreditasi A se-Kota Makassar yang diperoleh dari data kemendikbud yang

diunduh langsung melalui situs kemendikbud.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer

program SPSS dan penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan disertai dengan narasi.


1. Editing

Pada tahap ini dilakukan pengecekan dan perbaikan isi kuesioner hasil

wawancara. Pengecekan yang dilakukan berupa melakukan pengecekan

terhadap jawaban dari pertanyaan yang belum terisi, tulisan masing-masing

pertanyaan cukup jelas terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan, dan

konsistensi antara jawaban yang satu dengan jawaban yang lain.

2. Coding

Pada tahap ini dilakukan pengubahan data yang memiliki bentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau

pemberian kode ini berguna untuk memudahkan dalam melakukan kegiatan

entry data (memasukkan data)

3. Entry Data atau Processing

Pada tahap ini, data atau jawaban dari responden yang sebelumnya

telah diubah dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam

program atau software komputer.

4. Cleaning

Apabila data dari semua responden sudah dimasukkan, perlu

dilakukan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.


F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat yang digunakan untuk memperoleh gambaran atas deskripsi distribusi

besarnya dari setiap variabel.

G.Penyajian Data

Data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel/grafik

dan narasi untuk diinterpretasi dan dibahas secara jelas.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2018. Peneliti

mengumpulkan data primer pada tiga belas SMAN berakreditasi A di Kota

Makassar, sekolah itu antara lain: SMAN 1 Makassar, SMAN 2 Makassar,

SMAN 5 Makassar, SMAN 7 Makassar, SMAN 8 Makassar, SMAN 9

Makassar, SMAN 15 Makassar, SMAN 16 Makassar, SMAN 17 Makassar,

SMAN 18 Makassar, SMAN 19 Makassar, SMAN 19 Makassar, SMAN

Khusus Keberbakatan Olahraga Prov. Sulsel.

Peneliti mengumpulkan data primer dengan metode pembagian kuesioner

pada siswa. Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti meminta izin kepada pihak

sekolah. Sekolah yang memiliki aturan ketat, hanya menganjurkan agar

kuesioner dititipkan pada guru yang diberi tanggung jawab. Hal ini mengacu

pada kebijakan sekolah, agar peneliti tak menganggu waktu belajar dan

istirahat siswa. Sementara di sekolah yang lain, peneliti langsung dipertemukan

dengan siswa, ada yang didampingi guru, dan ada pula yang tidak.

Data primer yang berhasil dikumpulkan, diolah sedemikian rupa,

dianalisis secara univariat dan disajikan dengan bentuk tabel beserta beberapa

penjelasannya.

57
58

Tabel 5.1
Asal Sekolah di SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jumlah
No. Nama Sekolah Alamat Sekolah
Siswa
JL. GUNUNG BAWAKARAENG NO.
1. SMAN 1 Makassar 1231 53, GADDONG, Kec. Bontoala, Kota
Makassar Prov. Sulawesi Selatan
Jl. Baji Gau 3 No. 17, Bongaya, Tamalate,
2. SMAN 2 Makassar 1192
Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 90121
JL.TAMAN MAKAM PAHLAWAN,
3. SMAN 5 Makassar 1461 TELLO BARU, Kec. Panakukkang, Kota
Makassar Prov. Sulawesi Selatan
JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KOMP
4. SMAN 7 Makassar 943 18, SUDIANG, Kec. Biringkanaya, Kota
Makassar Prov. Sulawesi Selatan
JL.ANDI MANGERANGI II NO.24,
5. SMAN 8 Makassar 909 Bongaya, Kec. Tamalate, Kota Makassar
Prov. Sulawesi Selatan
Jl. Karunrung Raya No. 37, Rappocini,
6. SMAN 9 Makassar 902
Kota Makassar, Sulawesi Selatan
JL. PROF. DR. IR. SUTAMI,
7. SMAN 15 Makassar 872 Bulurokeng, Kec. Biringkanaya, Kota
Makassar Prov. Sulawesi Selatan
Jl. Amanagappa No. 8, Baru, Ujung
8. SMAN 16 Makassar 998 Pandang, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan, 90111
JL. SUNU NO. 11, Suwangga, Kec.
9. SMAN 17 Makassar 1073 Tallo, Kota Makassar Prov. Sulawesi
Selatan
KOMP. MANGGA TIGA PERMAI ,
10. SMAN 18 Makassar 867 Paccerakang, Kec. Biringkanaya, Kota
Makassar Prov. Sulawesi Selatan
JL. INPEKSI PAM TIMUR NO. 19,
11. SMAN 19 Makassar 448 Manggala, Kec. Manggala, Kota
Makassar Prov. Sulawesi Selatan
JL. PAJJAIANG KOMP. KOR/KNPI
SUDIANG, Sudiang Raya, Kec.
12. SMAN 22 Makassar 936
Biringkanaya, Kota Makassar Prov.
Sulawesi Selatan
S MAN Khusus Jl. Pajjaiang, Komp. GOR Sudiang,
Keberbakatan Makassar, Sudiang Raya, Kec.
13. 190
Olahraga Prov. Biringkanaya, Kota Makassar Prov.
S ulsel Sulawesi Selatan
59

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran Distribusi Karakteristik Responden

Berdasarkan Karateristik Umum

Pada penelitian ini, siswa dari tiga belas SMAN akreditasi A dijadikan

sampel. Perhitungan jumlah sampel menggunakan metode Proportional

Stratified Random Sampling. Dari teknik tersebut, didapatkan jumlah

sampel sebanyak 373 dari jumlah populasi sebanyak 12.503. Sampel

sebanyak 373 orang tersebar di tiga belas sekolah. Distribusi responden bisa

dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Asal Sekolah di SMAN se-Kota
Makassar Tahun 2018
Asal Sekolah n %
SMAN 1 Makassar 38 10,2
SMAN 2 Makassar 37 9,9
SMAN 5 Makassar 45 12,1
SMAN 7 Makassar 29 7,8
SMAN 8 Makassar 28 7,5
SMAN 9 Makassar 29 7,8
SMAN 15 Makassar 27 7,2
SMAN 16 Makassar 31 8,3
SMAN 17 Makassar 33 8,8
SMAN 18 Makassar 27 7,2
SMAN 19 Makassar 14 3,8
SMAN 22 Makassar 29 7,8
SMAN Khusus Keberbakatan 6 1,6
Olahraga Prov. Sulsel
Jumlah 373 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Distribusi responden berdasarkan sekolah pada tabel 5.2 menunjukkan

jumlahnya yang berbeda-beda. Responden terbanyak berasal dari SMAN 5


60

Kota Makassar dengan persentase 12,1%. Sedangkan yang paling sedikit

berasal dari SMAN Khusus Keberbakatan Olahraga Prov. Sulsel dengan

persentase 1,6%.

Tiap responden memiliki usia, jenis kelamin dan kelas yang berbeda.

Perbedaan usia responden dimulai dari 13 tahun hingga 19 tahun. Begitu

pula dengan karakteristik kelas. Penelitian ini mengambil sampel dari kelas

X sampai XII. Hal itu bisa dilihat di tabel 5.3

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umum di SMAN se-
Kota Makassar Tahun 2018
Karakteristik n %
Usia (Tahun)
- 14 4 1,1
- 15 66 17,7
- 16 118 31,6
- 17 143 38,3
- 18 41 11,0
- 19 1 0,3
Jenis Kelamin
- Laki-laki 145 38,9
- Perempuan 228 61,1
Kelas
- X 98 26,3
- XI 158 42,4
- XII 117 31,4
Sumber: Data Primer,
2018

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden yang paling muda (14

tahun) memiliki persentase 1.1%. Sedangkan responden dengan usia tertua

(19 tahun) hanya memiliki persentase 0,3%. Responden dengan usia 19

tah un adalah responden dengan jumlah paling sedikit. Sementara responden

den gan jumlah yang paling banyak adalah 17 tahun yang berjumlah 143

orang, dengan persentase 38,3%.


61

Responden ditinjau dari karakteristik jenis kelamin terbanyak adalah

perempuan (228 orang) dengan persentase 61,1%. Kemudian, responden

juga ditinjau dari karakteristik kelas. Kelompok kelas terbanyak adalah XI

(158 orang) dengan persentase 42,4%. Dan yang paling sedikit yaitu kelas X

(98 orang) dengan persentase 20,3%.

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Sekolah
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jenis Kelamin
Usia (Tahun) Laki-laki Perempuan
n % n %
14 1 0,3 3 0,8
15 24 6,4 42 11,3
16 45 12,1 73 19,6
17 56 15,0 87 23,3
18 18 4,8 23 6,2
19 1 0,3 0 0,0
Jumlah 145 38,9 228 61,1
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden terbanyak berjenis kelamin

perempuan dengan usia 17 tahun (23,3%). Yang paling sedikit (0,3%)

berjenis kelamin laki-laki (19 tahun).

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di
Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jenis Kelamin
Kelas Laki-laki Perempuan
n % n %
X 39 10,5 59 15,8
XI 53 14,2 105 28,2
XII 53 38,9 64 17,2
Jumlah 145 38,9 228 61,1
S mber: Data Primer, 2018
62

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden terbanyak ialah yang

berjenis kelamin perempuan dan ada pada kelas XI (28,2%). Sedangkan

yang paling sedikit (10,5%) ada pada responden berjenis kelamin laki-laki

di kelas X.

2. Pengetahuan

Penelitian ini mengukur pengetahuan siswa tentang narkoba.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh responden yang meliputi pengertian, dampak, dan penyebab

orang mmenggunakan narkoba.

Tabel 5.6 Menunjukkan bahwa sebanyak 79,9% salah menjawab

pertanyaan ke 3, terkait golongan narkoba. Dan siswa yang paling banyak

menjawab benar adalah pada pertanyaan ke 8 (85,3%), terkait pertanyaan

“Kondisi dimana orang yang menyalahgunakan narkoba yang melebihi

dosis dan ditandai dengan keluarnya busa di mulut disebut over dosis”.

Sampel sebanyak 373 orang, diukur pengetahuannya berdasar tiga

kategori; baik, cukup dan kurang. Tingkat pengetahuan baik apabila

jawaban benar responden ≥71%. Tingkat pengetahuan cukup apabila

jawaban benar responden 50% - 70%. Tingkat pengetahuan kurang apabila

jawaban benar < 50%. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 5.7
63

Tabel 5.6

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa di


Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jawaban
Pertanyaan Benar Salah
n % n %
Narkoba merupakan
singkatan dari Narkotika,
288 77,2% 85 22,8%
Psikotropika dan bahan
adiktif.
Narkoba digolongkan menjadi
241 64,6% 132 35,4%
3 golongan.
Kodein merupakan zat
75 20,1% 298 79,9%
narkotika golongan 3.
Muli berbohong bukan
merupakan tanda-tanda fisik 275 73,7% 98 26,3%
penggunaan narkoba.
Peningkatan hormon
reproduksi bukan merupakan
235 63,0% 138 37,0%
dampak buruk
penyalahgunaan narkoba.
Menyebabkan keteraturan
menstruasi bukan dampak
235 63,0% 138 37,0%
buruk penyalahgunaan
narkoba.
Rokok dan alkohol dapat
dimasukkan kedalam jenis 188 50,4% 185 49,6%
bahan adiktif
Over dosis ialah kondisi di
mana orang yang
menyalahgunakan narkoba 85,3% 55 14,7%
yang melebihi dosis dan 318
ditandai dengan keluarnya
busa di mulut disebut
Jenis narkoba yang biasanya
disalahgunakan dengan cara
241 64,6% 132 35,4%
membuatnya seperti rokok
adalah ganja
Psikoktif tidak menimbulkan
79 21,2% 294 78,8%
efek pada susunan saraf pusat,
Sumb r: Data Primer, 2018
64

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa di Sekolah
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Pengetahuan n %
Baik 69 18,5
Cukup 219 58,7
Kurang 85 22,8
Jumlah 373 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 5.7 Menunjukkan bahwa siswa yang berpengetahuan baik

tentang narkoba (18,5%) merupakan jumlah yang paling sedikit. Sedangkan

yang paling banyak (58,7%) adalah siswa yang berpengetahuan cukup.

3. Sikap

Sikap siswa terhadap narkoba juga diukur dalam penelitian ini. Sikap

adalah respon atau keyakinan responden terhadap penyalahgunaan narkoba.

Sikap dilihat dari 4 indikator jawaban: Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah dan persentase dari

jawaban siswa terkait 4 indikator tersebut bisa dilihat di tabel yang tertera di

bawah.

Pada tabel 5.8 bisa dilihat bahwa sebanyak 84,7% responden sangat

setuju penyalahgunaan narkoba dapat merugikan bagi dirinya maupun orang

lain. Dengan jumlah yang sama, responden sangat setuju untuk menolak jika

ada yang menawari mereka menggunakan narkoba. Selain itu, hanya 0,8%

atau sebanyak 3 orang yang sangat tidak setuju jika dilakukan pengecekan

tas siswa satu kali per bulan.


65

Tabel 5.8
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Komponen Sikap Siswa di
Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jawaban
Pertanyaan SS S TS STS
n % n % n % n %
Penyalahgunaan narkoba
boleh dilakukan karena
3 0,8 21 5,6 83 22,3 266 71,3
merupakan hak asasi setiap
orang.
Penyalahgunaan narkoba
dapat merugikan diri sendiri, 316 84,7 42 11,3 6 1,6 9 2,4
keluarga, dan masyarakat
Pembelian narkoba untuk
indikasi medis tidak perlu 6 1,6 43 11,5 177 47,5 147 39,4
menggunakan resep dokter
Jika ada teman saya yang
menyalahgunakan narkoba,
10 2,7 26 7,0 164 44,0 173 46,4
saya akan diam saja dan tidak
akan memberitahu siapa-siapa.
Saya akan menolak dengan
tegas jika ada teman yang
316 84,7 38 10,2 4 1,1 15 4,0
mengajak untuk
menyalahgunakan narkoba.
Narkoba hanya boleh
digunakan jika ada indikasi
168 45,0 156 41,8 34 9,1 15 4,0
medis dan sesuai dengan resep
dokter.
Perlu dilakukan pengecekan
163 43,7 178 47,7 29 7,8 3 0,8
urin 1 kali/bulan di sekolah.
Perlu dilakukan razia tas dan
seluruh barang bawaan siswa 157 42,1 185 49,6 23 6,2 8 2,1
tiap 1 kali/bulan di sekolah.
Sekolah tidak perlu berperan
serta dalam upaya pencegahan
13 3,5 13 3,5 127 34,0 220 59,0
terjadinya penyalahgunaan
narkoba.
Penyalahgunaan narkoba tidak
perlu mendapat tempat 13 3,5 25 6,7 141 37,8 194 52,0
rehabilitasi.
r: Data Primer,Sumb
2018
e
Pengukuran sikap didasarkan pada dua kategori: positif dan negatif. ap positif jika responden menjawab dan

Sik
66

pernyataan positif. Sikap negatif jika responden menjawab dan

mendapatkan skor < 30 pernyataan negatif. Hal ini bisa dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Siswa di Sekolah SMAN se-
Kota Makassar Tahun 2018
Sikap n %
Positif 348 93,3
Negatif 25 6,7
Jumlah 373 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Pada tabel 5.9 Siswa yang memiliki sikap positif adalah jumlah yang

terbanyak dengan persentase 93,3%. Siswa yang memiliki sikap negatif

hanya 6,7%

4. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah dalam penelitian ini adalah seberapa besar atau

kecilnya peran sekolah dalam memengaruhi siswa melakukan

penyalahgunaan narkoba. Besar kecilnya pengaruh sekolah, bisa dilihat di

tabel 5.10.

Berdasarkan tabel 5.10, sebanyak 95,7% responden setuju bahwa di

lingkungan sekolah mereka terdapat aturan mengenai larangan

penyalahgunaan narkoba dan terdapat 5,9% responden yang setuju bahwa di

sekolah ada ruangan khusus untuk merokok. Namun persentase jawaban

responden yang menyatakan bahwa sekolah mereka berada di area yang

rawan tindakan kriminal hampir sebanding yaitu, 49,1% dan 50,9%.


67

Tabel 5.10
Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sekolah Siswa di
Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Sekolah berada di sekitar area yang
183 49,1 190 50,9
rawan tindakan kriminal pekerti yang cukup
Diajarkan mata pelajaran agama dan budi
345 92,5 28 7,5
ekstrakurikuler
Di sekolah melaksanakan kegiatan
355 95,2 18 4,8
Mengikuti
larangan kegiatan ekstrakurikuler
menyalahgunakan narkoba 282 75,6 91 24,4
Di sekolah terdapat aturan mengenai
357 95,7 16 4,3
Ada papan iklan yang memuat pesan
untuk tidak menggunakan narkoba di 310 83,1 63 16,9
sekolah.
menggunakan narkoba
Ada sanksi terhadap siswa yang didapat
346 92,8 27 7,2
Pernah diadakan penyuluhan tentang
bahaya penyalahgunaan narkoba di 320 85,8 53 14,2
sekolah
Kantin di sekolah anda menjual rokok 50 13,4 323 86,6
Sumber: Data khusus
Ada ruangan Primer,merokok
2018 di sekolah 22 5,9 351 94,1

Tabel 5.11
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Sekolah di
Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Kondisi Lingkungan
Sekolah n %
Besar 281 75,3
Kecil 92 24,7
Jumlah 373 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tavel 5.11, sebanyak 281 orang (75,3%) responden

menganggap bahwa kondisi lingkungan sekolah besar dalam mencegah para

siswa dapat terhindar dari penyalahgunaan narkoba.


68

5. Persepsi Akses Mendapatkan Narkoba

Persepsi akses mendapatkan narkoba dalam penelitian ini adalah

bagaimana penginterpretasian responden terhadap mudah atau tidaknya

memperoleh narkoba. Mudah tidaknya persepsi responden bisa dilihat pada

tabel 5.12.

Tabel 5.12
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Siswa Terkait Akses
Mendapatkan Narkoba di Sekolah SMAN
se-Kota Makassar Tahun 2018
Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Narkoba mudah didapatkan 233 62,5 140 37,5
Harga narkoba murah 61 16,4 312 83,6
Pernah menemani teman membeli
19 5,1 354 94,9
narkoba
Tinggal dekat dengan tempat perdedaran
24 6,4 349 93,6
narkoba
Uang jajan sehari-hari cukup untuk
61 16,4 312 83,6
membeli narkoba
Punya kenalan yang menjual narkoba 20 5,4 353 94,6
Narkoba dijual sebebas-bebasnya 158 42,4 215 57,6
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.12, sebanyak 94,9% responden menjawab tak

pernah menemani teman mereka membeli narkoba dan sebanyak 6,4%

reponden mengaku tinggal di wilayah yang dekat dengan tempat peredaran

narkoba.

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa sebanyak 197 siswa (52,8%)

mengatakan bahwa akses mendapatkan narkoba tidak mudah.


69

Tabel 5.13
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Akses Mendapatkan
Narkoba di Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Persepsi n %
Mudah 176 47,2
Tidak Mudah 197 52,8
Jumlah 373 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

6. Kondisi Keluarga

Kondisi keluarga dalam penelitian ini adalah adanya persoalan dalam

keluarga, seperti komunikasi yang kurang baik antar keluarga, dan lain-lain.

Ada atau tidaknya peran keluarga dalam membuat responden

menyalahgunakan narkoba bisa dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Keluarga Siswa di Sekolah
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Anggota keluarga masih lengkap 315 84,5 58 15,5
Tidak pernah adu mulut/ bertengkar
171 45,8 202 54,2
dengan anggota keluarga yang lain
Keluarga tidak harmonis 41 11,0 332 89,0
Keluarga berpengaruh bagi kehidupan. 347 93,0 26 7,0
Ada anggota keluarga yang merokok 240 64,3 133 35,7
Ada anggota keluarga yang
23 6,2 350 93,8
menggunakan
Selalu dinasehati untuk tidak berbuat hal
336 90,1 37 9,9
narkoba yang tidak
Keluarga sibuk dengan urusannya
101 27,1 272 72,9
baik. masing-masing
Kurang diperhatikan oleh keluarga. 42 11,3 331 88,7
berikan kebebasan oleh keluarga
Di 70 18,8 303 81,2
un tuk melakukan
luarga memilikiapapun.
aturan yang ketat 248 66,5 125 33,5
Ke rnah minggat dari rumah 23 6,2 350 93,8
Pe
Sumber: Data Primer, 2018
70

Berdasarkan tabel 5.14 bahwa sebagian besar responden masih

memiliki keluarga yang lengkap. Sebanyak 93,0% responden merasa bahwa

keluarga berpengaruh bagi kehidupan mereka dan sebanyak 6,2% responden

memiliki anggota keluarga yang menggunakan narkoba.

Tabel 5.15
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Keluarga Siswa di Sekolah
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Kondisi Keluarga n %
Bermasalah 101 27,1
Tidak Bermasalah 272 72,9
Jumlah 373 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.15, dapat dilihat bahwa terdpat 72,9% siswa yang

tidak bermasalah denga keluarganya.

7. Pengaruh Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya dalam penelitian ini adalah adanya peran

kerabat yang pernah didapati menyalahgunakan, menawari, dan memaksa

untuk mengonsumsi narkoba. Hal itu bisa dilihat dari tabel 5.16.

Berdasarkan tabel 5.16 sebanyak 362 responden (97,1%) Pernah

diajak oleh teman-temannya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif

(mis. bakti sosial). Kemudian, sebanyak 8 responden (2,1%) menyatakan

bahwa akan mencoba menyalahgunakan narkoba jika ada bujukan dari

temannya.
71

Tabel 5.16
Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya Siswa di
Sekolah SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Teman merupakan tempat yang tepat
231 61,9 142 38,1
untuk mengadukan semua permasalahan
Pernah ditawari narkoba oleh teman. 44 11,8 329 88,2
Pernah mendapati temannya
94 25,2 279 74,8
menggunakan narkoba.
Memiliki teman seorang peminum
108 29,0 265 71,0
minuman beralkohol.
Teman memiliki pengaruh yang lebih
92 24,7 281 75,3
besar ketimbang orangtua.
Lebih banyak menghabiskan waktu
142 38,1 231 61,9
dengan teman ketimbang keluarga.
Pernah diancam jika tidak mengikuti
23 6,2 350 93,8
ajakan teman.
Dihubungi terus menerus ketika ada
ajakan teman untuk mengkonsumsi 12 3,2 361 96,8
narkoba.
Pernah diajak oleh teman-temannya
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang 362 97,1 11 2,9
positif (mis. bakti sosial).
Menyesal berteman dengan orang yang
242 64,9 131 35,1
pecandu narkoba.
Akan mencoba menyalahgunakan
8 2,1 365 97,9
narkoba
Memilikijika ada bujukan
banyak teman yangdari merokok
teman. 220 59,0 153 41,0

Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 5.17
Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya di Sekolah
SMAN se-Kota Makassar Tahun 2018
Pengaruh Teman Sebaya n %
Berpengruh 137 36,7
Tidak Berpengaruh 236 63,3
Jumlah 373 100,0
S mber: Data Primer, 2018
72

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa sebanyak 236 orang (63,6%)

responden menganggap bahwa temannya tidak berpengaruh oleh teman

sebayanya.

C. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian

bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa variabel yang memungkinkan

seseorang jatuh pada penyalahgunaan narkoba. Remaja, yang dalam hal ini

siswa-siswi SMAN berakreditasi A di Kota Makassar, dipilih sebagai

kelompok populasi karena merupakan keloompok yang rentan

menyalahgunakan narkoba. Ada pun beberapa variabel yang akan dibahas lebih

lanjut adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Pengetahuan terkait Penyalahgunaan Narkoba

Pengetahuan seseorang memengaruhi keputusan seseorang untuk

melakukan seseuatu. Pengetahuan yang baik seharusnya meniscayakan

tindakan yang baik. Orang yang banyak mengetahui tentang narkoba, tentu

memiliki pula pengetahuan tentang kosekuensi dari penyalahgunaan

narkoba. Jika dengan menyalahgunakan narkoba seseorang tahu akan

mendapat kerugian, maka harusnya ia menjauhi narkoba.

Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa dari 373 responden, hanya 69

orang yang memiliki pengetahuan yang baik. 219 orang dengan

pengetahuan cukup dan sisanya 85 orang, berpengetahuan kurang. Orang

yan g berpengetahuan baik adalah responden yang berhasil menjawab 8 - 10

per tanyaan dengan benar. Berpengetahuan cukup yang berhasil menjawab 5


– 7 pertanyaan dengan benar. Dan yang berpengetahuan kurang ialah yang

hanya berhasil menjawab pertanyaan dengan benar 4 atau kurang dari 4 dari

10 pertanyaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aprian Zam Zaen (2017)

di SMAN 1 Sleman yang menunjukkan bahwa mayoritas responden

berpengetahuan cukup. Berbeda dengan hasil penelitian Wafi Nur

Muslihatun (2015) yang meneliti siswa SMK YPKK Ambarketawang,

Sleman, Yogyakarta. Penelitian Wafi menunjukkan bahwa pengetahuan

siswa tentang bahaya napza berada pada kategori baik/tinggi.

Penelitian Sitti Amina (2013) menyatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba. Semakin

baik tingkat pengetahuan, semakin mungkin seseorang tak menggunakan

narkoba.

Pertanyaan yang paling banyak salah dijawab responden adalah

pertanyaan nomor 3 dan 10, terkait golongan zat narkoba. Responden tidak

mengetahui betul bagaimana pembagian golongan narkoba. Sebagian besar

responden hanya tahu zat yang yang tergolong dalam narkoba, akan tetapi

tak mengetahui pembagiannya.

Notoadmodjo (2003) mengatakan bahwa banyak faktor yang

memengaruhi pengetahuan seseorang, salah satunya pertukaran informasi.

Siswa - siswi SMAN Akreditasi A di Kota Makassar yang menjadi

responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan yang sedang/cukup

karena pernah mendapatkan sosialisasi tentang penyalahgunaan narkoba.


Namun, jika dibandingkan, antara siswa yang berpengetahuan baik dan

kurang, hasilnya lebih banyak siswa yang berpengetahuan kurang.

Kurangnya pengetahuan siswa-siswi tentang narkoba, setidaknya

dipengaruhi oleh minimnya kampanye tentang bahaya dan konsekuensi

yang akan dia dapatkan ketika menggunakan narkoba. Ketidaktahuan bisa

menjadi bencana. Minimnya pengetahuan siswa-siswi terkait narkoba, bisa

saja akan membuatnya jatuh pada laku yang tak diharapkan. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh Wisnatul Izazati (2014) menyimpulkan

bahwa orang yang memiliki pengetahuan rendah tentang narkoba berpotensi

besar melakukan aktivitas penyalahgunaan narkoba.

Hal ini diperkuat oleh temuan Raharni (2002) yang menunjukkan

bahwa, Pengetahuan tentang Napza dan hubungan dengan terjadinya

penyalahgunaan Napza, p < 0,055. Nilai aOR 4,52 artinya ada

kecenderungan siswa yang berpengetahuan buruk tentang Napza berpeluang

4,52 kali lebih besar untuk menyalahgunakan Napza dibanding dengan

siswa yang pengetahuannya baik dengan variabel yang lain konstan. Sama

halnya dengan pendapat Afiatin (2004) yang menyebutkan bahwa aspek

kognitif yang diidentifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan

NAPZA pada remaja adalah rendahnya pengetahuan tentang NAPZA.

Penelitian ini berkesimpulan bahwa pengetahuan responden berada

pada kategori cukup. Hal tersebut mengharuskan semua pihak yang terlibat

dan berinteraksi dengan responden untuk membantu peningkatan

pengetahuan mereka. Jika tidak, potensi para responden untuk


menyalahgunakan narkoba bisa menjadi sangat memungkinkan. Oleh

karena itu, pengetahuan siswa harus ditingkatkan. Semua pihak yang terkait,

mesti melakukan promosi yang intens terhadap siswa.

2. Gambaran Sikap terkait Penyalahgunaan Narkoba

Sikap adalah respon individu terhadap stimulus yang diberikan. Sikap

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Dalam Aprian Zam Zaen

(2017), sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung

atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak

memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Sikap dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan pengalaman. Faktor eksternal

meliputi media massa, institusi pendidikan, institusi agama dan masyarakat

(Azwar, 2010). Kepribadian remaja pada masa ini timbul unsur baru yaitu

kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai

menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan penentuaan sikap terhadap

pemikiran filosofi dan etis. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri

sendiri atau jati dirinya (Tarwoto, 2010). Sikap merupakan reaksi tertutup

bukan merupakan reaksi yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap obyek (Notoatmodjo, 2007).

Penyalahgunaan narkoba tak bisa dibenarkan dengan alasan hak asasi

manusia. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 71,3% responden

sangat tidak setuju dan sebanyak 22,3% tidak setuju jika penyalahgunaan
narkoba dibenarkan berdasarkan HAM. Berdasarkan hasil tersebut, bisa

diasumsikan bahwa para siswa sudah memiliki sedikit pemahaman tentang

apa yang dimaksud dengan HAM.

Sikap siswa juga dilihat dari bagaimana respon mereka ketika ada

yang menawari menyalahgunakan narkoba. Penelitian ini menunjukkan

bahwa sebanyak 84,7% sangat setuju untuk menolak tawaran

menyalahgunakan narkoba. Sikap ini sudah cukup baik secara general.

Namun, peneliti menemukan ada 19 orang yang merespon negatif

pertanyaan tersebut. Ada 19 orang yang tidak menolak jika ditawari

menyalahgunakan narkoba. Artinya, mereka mau mencoba

menyalahgunakan narkoba jika ada teman yang menawari mereka.

Secara garis besar, penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa

memiliki sikap yang positif di atas 50% (93,3%). Hal ini memiliki arti

bahwa responden memiliki respon yang negatif terhadap penyalahgunaan

narkoba. Sedangkan responden yang dikategorikan memiliki sikap yang

negatif (6,7%), sama artinya dengan menganggap narkoba bukan sesuatu

yang terlalu bermasalah. Hal itu terkait dengan pernyataan,

”Penyalahgunaan narkoba boleh dilakukan karna merupakan hak asasi

setiap orang”, “Penyalahgunaan narkoba dapat merugikan diri sendiri,

keluarga dan masyarakat”, “Narkoba hanya boleh digunakan jika ada

indikasi medis dan sesuai dengan resep dokter”, “Sekolah tidak perlu

berperan serta dalam upaya pencegahan terjadinya penyalahgunaan

narkoba”. Hal ini sejalan dengan penelitian Yeli Asti (2013) yang meneliti
di SMPN 4 Pontianak. Yeli menunjukkan bahwa sebagian besar sikap

remaja terkait penyalahgunaan narkoba masuk dalam kategoi baik.

Sikap seseorang terhadap narkoba pada gilirannya akan

memungkinkan seseorang menyalahgunakan narkoba. Sikap yang buruk

akan mendekatkannya dengan narkoba dan sikap yang baik akan

menjauhkannya. Hasil penelitian Asti (2013) menunjukkan bahwa ada

hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku penyalahgunaan narkoba

pada remaja. Seseorang yang menganggap bahwa narkoba bukan persoalan

berarti, memungkinkan seseorang akan menyalahgunakan narkoba.

Sikap (dalam Wafi Nur Muslihatun, 2015) didefinisikan sebagai posisi

seseorang pada suatu dimensi afektif atau dimensi bipolar terhadap suatu

objek, tindakan atau kejadian serta predisposisi yang dipelajari untuk

bertindak atau merespon secara konsisten dan mengevaluasi secara positif

atau negatif. Dalam Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action)

dari Ajzen and Fisbein tahun 1988, sikap mempengaruhi perilaku lewat

suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dampaknya

terbatas pada tiga hal: Pertama, perilaku banyak ditentukan oleh sikap

spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh

tetapi juga norma subjektif. Norma subjektif adalah keyakinan tentang

perilaku yang diinginkan orang lain. Ketiga, sikap bersama norma subjektif

membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu (Adi, 2011).

Dengan sikap yang berada pada kategori baik, para responden pada

penelitian ini sangat kecil kemungkinannnya untuk menyalahgunakan


narkoba. Namun, terkait persoalan siswa tersebut, baik pihak sekolah

maupun keluarga, mesti tetap mengawasi anak mereka dengan baik.

Membangun saling keterbukaan dan mendidik dengan cara yang tak

mengekang.

3. Gambaran Lingkungan Sekolah terkait Penyalahgunaan Narkoba

Persoalan terkait penyalahgunaan narkoba membawa faktor

lingkungan menjadi satu hal yang perlu untuk diteliti secara khusus. Pada

usia remaja, faktor lingkungan menjadi sangat besar pengaruhnya dalam

tumbuh kembang seseorang. Maka tidak salah jika ada pepatah yang

mengatakan: “Kamu adalah apa yang terjadi di lingkunganmu”.

Lingkungan yang baik akan lebih besar potensinya menghasilkan

manusia yang baik. Sekolah sebagai institusi pendidikan tentu tak

mengajarkan hal yang buruk. Lingkungan sekolah membentuk perilaku

siswa. Sekolah yang aman dan mampu membuat proses belajar menjadi

kondusif, akan melindungi siswa-siswi dari pengaruh buruk yang datang

dari luar luar sekolah. Akan tetapi, penelitian ini menujukkan bahwa masih

ada (49,1%) siswa yang merasa bahwa sekolahnya yang berada di Kota

Makassar, berada di area yang rawan tindak kriminal. Persentase tersebut

merupakan hampir setengah dari jawaban semua responden. Walaupun,

responden yang merasa bahwa sekolahnya berada di tempat yang jauh dari

tindak kriminal lebih banyak (50,9%).

Oki Fitriani (2016) yang melakukan penelitian di SMAN 24 Jakarta

menunjukkan bahwa sebanyak 53,7% para siswa menganggap lingkungan


sekolah ikut mendorong terjadinya penyalahgunaan narkoba. Meskipun

setelah di uji secara statistik tak ada hubungan antara lingkungan sekolah

dengan penyalahgunaan narkoba.

Pada penelitian ini, mayoritas siswa menyatakan bahwa terdapat

aturan mengenai penyalahgunaan narkoba disekolahnya (95,7%) dan ada

sanksi yang akan didapat ketika siswa menyalahgunakan narkoba (92,8%).

Berdasarkan analisis data penelitian, bisa disimpulkan bahwa pengelola

SMAN di Kota Makassar, sudah melakukan upaya penanggulangan

penyalahgunaan narkoba dengan membuat aturan terikat kepada siswa dan

mengadakan papan reklame berisi pesan untuk menjauhi narkoba. Namun,

sebanyak 16 orang (4,3%) menganggap sekolah tidak memiliki aturan dan

27 orang (7,2%) menyatakan tidak ada sanksi bagi siswa yang

menyalahgunakan narkoba. Siswa yang menjawab seperti itu jumlahnya

relatif kecil. Mereka bisa saja tak pernah mendengar aturan tentang

penyalahgunaan narkoba, atau tak peduli dengan aturan-aturan yang ada di

sekolahnya, sehingga abai terhadap hal yang demikian. Aturan dibuat untuk

menghindarkan siswa dari perilaku yang buruk. Siswa tak dibiarkan

melakukan apapun sebebas mungkin. Menurut Fromm, semakin manusia

merasa bebas, manusia semakin merasakan kesepian dan keterasingan

sehingga dapat melakukan berbagai tindakan negatif. Keadaan jiwa manusia

yang tidak dalam kedamaian akan mampu mengarahkannya pada perbuatan

anarkis hingga merusak dirinya sendiri.


Menurut Turner dan Helms (1991), lingkungan sekolah memberikan

kontribusi terhadap perkembangan sosial remaja. Sekolah mesti membuat

siswa banyak beraktivitas dalam hal positif. Penelitian ini menunjukan

bahwa sebanyak 95,2% sekolah memberikan fasilitas kegiatan

ekstrakurikuler. Kemudian ada sebanyak 75,6% siswa yang mengikuti

kegiatan itu. Siswa yang banyak bergelut dikegiatan positif mampu

menjauhkan mereka dari hal-hal yang buruk. Hal ini sejalan dengan

penelitian Indri Riza P (2016) yang memberikan gambaran bahwa

kebanyakan remaja yang menyalahgunakan narkoba dikarenakan oleh

kurang aktifnya mereka dalam kegiatan atau organisasi di sekolah.

Menurut penelitian Milanes dan Gomez-Bustamente (2012), seseorang

yang merokok memiliki risiko 30 kali lebih besar menggunakan narkoba

dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Perilaku merokok

ditemukan di sekolah. Penelitian kali ini menunjukkan ada kantin yang

menjual rokok di sekolah. Perilaku merokok berhubungan dengan

penyalahgunaan narkoba. Sebanyak 50 orang (13,4%) responden mengakui

hal itu. Kantin yang menjual rokok biasanya tak secara langsung

menjajakannya di lapak mereka. Hanya siswa yang merokok yang tahu

kantin mana yang menjual rokok. Rokok dijual diam-diam. Pihak sekolah

harusnya merazia kantin yang diduga menjual rokok. Namun, hari ini kita

masih banyak menemukan guru yang juga merokok. Hal itu sedikit banyak

berpengaruh bagi para siswa yang melihat laku seperti itu. Penelitian ini

juga menunjukkan ada 22 orang (5,9%) yang mengatakan ada ruangan


khusus merokok di sekolah. Padahal menurut aturan KTR, baik secara

nasional maupun kota, mewajibkan institusi pendidikan bebas dari asap

rokok. Adanya anggapan responden tentang ruangan khusus merokok di

sekolah menandakan kurangnya pengawasan dari pemerintah dan tak

disiplinnya sekolah dalam mematuhi aturan pemerintah.

Kesimpulan terkait kondisi lingkungan sekolah pada penelitian ini

besar untuk memungkinkan responden tidak terjerumus dalam

penyalahgunaan narkoba. Kendati demikian, pihak sekolah mesti giat

mendorong usaha mencegah penyalahgunaan narkoba. Memberikan

perhatian lebih kepada setiap siswa dan membantu mereka mengembangkan

potensi akademis maupun non akademisnya.

4. Gambaran Persepsi Akses Mendapatkan Narkoba terkait

Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba semakin luas penyebarannya. Remaja pun menjadi sangat

berisiko untuk menyalahgunakan narkoba jika dari segi kemudahan dan

murahnya harga narkoba mampu dijangkau oleh mereka. Beragamanya jenis

narkoba yang muncul membuat harga narkoba juga beragam. Dari yang

murah hingga yang mahal. Dari yang mudah didapatkan hingga yang sulit.

Hal ini tentu menjadi sangat berbahaya bagi masa depan remaja.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebayak 52,8%, atau lebih dari

setengah responden, memiliki persepsi bahwa narkoba tidak mudah untuk

didapatkan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Oki Fitriani (2016) yang

menunjukkan bahwa sebanyak 50,5% remaja di SMAN 24 Jakarta memiliki


persepsi jika narkoba mudah didapatkan. Menurut penelitian Oki,

lingkungan pergaulan dianggap sebagai faktor paling mudah untuk

mendapatkan narkoba 62,2%.

Narkoba tidak mudah untuk didapatkan. Responden mempersepsikan

bahwa nakoba dijual dengan harga yang relatif mahal. Hal itu ditunjukkan

dari hasil pengisian kuesioner. Sebanyak 83,6% responden menganggap

narkoba dijual dengan harga yang tidak murah. Hal itu terkait dengan

pernyataan tentang “uang jajan sehari-hari cukup untuk membeli narkoba”,

responden sebanyak 83,6% menjawab bahwa uang jajan sehari-hari tak

cukup untuk membeli narkoba. Namun, terdapat 61 orang (16,4%) yang

mengaku bahwa uang jajan mereka cukup untuk membeli narkoba.

Hasil survei BNN yang dilakukan pada 2011 dan 2016 menunjukkan

hasil yang relevan. Menurut laporan BNN, uang saku atau uang jajan adalah

sumber utama yang digunakan untuk membeli narkoba. Uang jajan yang tak

dianggap cukup untuk membeli narkoba, mengharuskan mereka untuk

menabungnya terlebih dahulu. Narkoba menjadi motivasi yang kuat

sehingga seseorang mau merelakan dirinya untuk menyisihkan dan

menyimpan uangnya. Bahkan, dari rentang 2011 hingga 2016 terjadi

peningkatan sebanyak 4% dari tanggapan responden yang mengaku

menggunakan uang saku atau uang jajan mereka untuk memperoleh

narkoba.

Meskipun analisis statistik penelitian ini menunjukkan bahwa lebih

dari setengah responden menganggap narkoba tidak mudah didapatkan, tak


bisa dimungkiri bahwa ada 47,2% responden yang mempersepsikan

mudahnya mendapatkan narkoba. Hal itu memberi indikasi bahwa para

siswa sebagai responden pernah mendapatkan stimulus melalui indra

pendengaran, penglihatan dan perasa tentang narkoba. Banyaknya kasus

yang diberitakan di berbagai media atau yang terjadi di sekeliling mereka,

bisa diasumsikan bahwa narkoba memang bukanlah barang yang susah

untuk didapatkan. Responden mungkin pernah melihat atau mendengar

terkait proses transaksi narkoba. Hal ini kemudian berisiko mengundang

rasa ingin tahu seseorang untuk mencoba mendapatkan dan

menyalahgunakan narkoba. Oki Fitriani (2016) menunjukkan bahwa ada

kaitan antara persepsi kemudahan mendapatkan narkoba dengan risiko

penyalahgunaan narkoba.

Narkoba yang perederannya tak terkendali sangat berbahaya.

Sebanyak 158 orang (42,4%) pada penelitian ini mengakui bahwa narkoba

di jual sebebas-bebasnya. Persepsi ini sejalan dengan pendapat responden

yang mengatakan jika narkoba mudah didapatkan. Penelusuran lebih dalam

penting untuk dilakukan kepada responden. Hal ini bisa dijadikan pegangan

untuk mengungkap kasus peredaran narkoba. Apalagi responden sebanyak

20 orang (5,4%) mengakui jika mereka memiliki kenalan yang menjual

narkoba dan 19 orang (5,1%) pernah menemani temannya membeli narkoba,

serta pada variabel pngaruh teman sebaya, terdapat 94 orang (25,2%) pernah

mendapati teman mereka menyalahgunakan narkoba.


84

5. Gambaran Kondisi Kondisi Keluarga terkait Penyalahgunaan Narkoba

Keluarga memiliki peran yang sangat sentral dalam kehidupan seseorang.

Keluarga yang harmonis akan memberikan efek yang baik bagi anggota

keluarga yang lain. Najmudin (dalam Indri Riza P, 2016) mengemukakan

bahwa faktor lingkungan keluarga dapat mempengaruhi penyalahgunaan

obat berbahaya. Lingkungan keluarga tersebut dapat dilihat dari kurangnya

kontrol keluarga dan keadaan keluarga yang tidak harmonis. Remaja yang

tidak mendapatkan perhatian dari orang tua atau pengasuh akan merasa

bahwa dirinya tidak diperlukan lagi oleh keluarga, sehingga banyak

remaja yang melakukan penyimpangan perilaku untuk mendapatkan

perhatian keluarga. Selain itu Sugiyono (2008), berpendapat bahwa

penerapan disiplin dan tanggung jawab yang diberikan oleh remaja akan

membuat remaja untuk berpikir lebih dalam apabila melakukan hal-hal

negatif.

Pada penelitian ini sebanyak 89,0% responden memiliki keluarga

yang harmonis. Gambaran ini sudah cukup baik untuk menjauhkan

responden dari perilaku yang menyimpang. Hal ini juga diperkuat oleh data

responden sebanyak 93,8% yang tak pernah minggat dari rumah. Namun di

sisi lain, ada lebih dari setengah responden (54,2%) pernah beradu mulut

dengan keluarganya yang lain. Adu mulut atau pertengkaran bisa

menjadikan pemantik keluarga tak berjalan harmonis.

Kondisi keluarga memengaruhi penyalahgunaan narkoba. Oki Fitriani

(2016) membuktikan itu. Meskipun tak sejalan dengan penelitian ini, remaja
85

yang diteliti Oki di SMAN 24 Jakarta, lebih dari setengah dari jumlah

responden (54,9%) tak memiliki keluarga yang harmonis. Dan dari analisis

statistik data tersebut, Oki menemukan bahwa adanya hubungan antara

keluarga yang tak harmonis dengan penyalahgunaan narkoba (p value =

0,003).

Adanya anggota keluarga yang menggunakan narkoba berpotensi

menyebabkan anggota keluarga yang lain menyalahgunakan narkoba.

Penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden (93,8%) tak memiliki

keluarga yang pernah menggunakan narkoba. Penelitian Indri Riza P (2016)

menunjukkan bahwa hasil uji anlisis statistik yang dia lakukan, menjelaskan

salah satu penyebab seseorang menggunakan narkoba adalah karena adanya

anggota keluarga yang juga menggunakan narkoba.

Upaya penyalahgunaan narkoba mesti dimulai dari rumah, dari

keluarga. Menurut Sudarsono, peran keluarga sangat besar dalam hal

pendidikan karakter, khususnya orang tua, terbukti mampu mencegah

seseorang terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Penelitian Wisnatul Izzati

(2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap

orang tua terhadap upaya orang tua dalam pencegahan penyalahgunaan

narkoba. Sejalan dengan Colondom (2007) yang menyatakan bahwa

keluarga mampu menjadi faktor protektif atau faktor resiko dalam

penyalahgunaan narkoba. Keluarga sudah seharusnya menjadi madrasah

per tama bagi anggota keluarga yang lain. Hal ini menjadi penting karena
86

sebagian besar kehidupan seseorang banyak dihabiskan dan dimulai dari

keluarga.

Pada penelitian ini, kecil kemungkinan seseorang bisa

menyalahgnakan narkoba akibat kondisi keluarga. Karena, mayoritas

responden memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya. Mereka tak

bermasalah dengan anggota keluarga yang lain. Dan mayoritas anggota

keluarga mereka tidak memberikan contoh buruk penyalahgunaan narkoba.

6. Gambaran Pengaruh Teman Sebaya terkait Penyalahgunaan Narkoba

Hubungan pertemanan cukup penting bagi kehidupan seseorang.

Teman bisa menjadi faktor yang signifikan setelah keluarga. Salah bergaul

bisa membuat seseorang terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang.

Seorang remaja biasanya menganggap teman sebayanya adalah orang yang

mengerti atas dirinya. Sehingga hubungan pertemanan kadang membuat

seseorang melakukan apapun untuk menjaganya.

Berdasarkan hasil dari study klasik Asch (1958) mengenai pengaruh

(konformitas) dikemukakan bahwa enam dari sembilan orang dalam suatu

kelompok cenderung akan memiliki perilaku atau kebiasaan yang sama.

Terkait penyalahgunan narkoba, teman bisa menjadi salah satu faktor yang

memungkinkan orang untuk menyalahgunakan obat-obat terlarang.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 88,2% responden tidak pernah

ditawari oleh temannya menggunakan narkoba. Teman tak selalu

ber pengaruh. Hal ini sejalan dengan penelitian Indri Riza P (2016) yang
87

memperlihatkan bahwa tidk ada hubungan antara teman sebaya dengan

penyalahgunaan narkoba.

Bahkan, sebanyak 97,9% responden pada penelitian ini tak akan

mencoba menyalahgunakan narkoba meski telah dibujuk oleh temannya.

Para responden (63,3%) mengakui bahwa teman tak lebih berpengaruh dari

keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa responden diasumsikan sudah mampu

memilah mana perilaku yang baik dan buruk. Hal ini diperkuat oleh hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa para responden (97,1%) lebih memilih

mengikuti kegiatan yang positif, seperti bakti sosial.

Kendati demikian, data penelitan menunjukkan bahwa ada 8 orang

(2,1%) yang menjawab “Ya” pada pernyataan “Akan mencoba

menyalahgunakan narkoba jika ada bujukan dari teman”. Meski

persentasenya terbilang kecil, hal ini tak bisa diabaikan begitu saja. Hal ini

menandakan bahwa, setidaknya, masih ada yang tak memiliki pegangan

yang kuat terkait penyalahgunan narkoba. Teman masih mendominasi.

Kasus penyalahgunaan narkoba tak pernah besar. Oleh karena itu, jika ada

satu orang yang menyalahgunakan narkoba, kita harus membantunya agar

tak terus-terusan terjebak pada laku seperti itu. Agar orang disekitarnya tak

terjangkit perbuatan yang merugikan tersebut.

Oki Fitriani (2016) dan Elviza Rahmadona (2014) pernah

megemukakan keterkaitan teman sebaya dengan penyalahgunaan narkoba.

Oki Fitriani memperlihatkan bahwa adanya hubungan antara lingkungan

tem an (pergaulan) terhadap risiko penyalahgunaan narkoba pada remaja di


SMAN 24 Jakarta (p value = 0,000). Kemudian penelitian Elviza

Rahmadona (2014) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara peran teman sebaya terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba

dengan resiko 19 kali lebih besar. Elviza menggambarkan bahwa memiliki

teman sebaya yang memperkenalkan dan menyalahgunakan narkoba

memiliki resiko 19 kali lebih besar terhadap penyalahgunaan narkoba.

Meskipun demikian, secara statistik hanya 36,7% yang menganggap

teman sebaya resoponden berpengaruh bagi diri mereka. Hal ini cukup

bagus untuk menghindarkan responden dari pergaulan yang kebabalsan.

Kita bisa mengajukan anasir bahwa selain teman; keluarga, masih

berpengaruh bagi kehidupan mereka.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang.

Hal itu memengaruhi bagaimana hasil penelitian yang didapatkan.

Pengambilan data responden juga sangat bergantung pada keseriusan dan

kejujuran responden. Adapun keterbatasan penelitian yang diperoleh yaitu:

1. Ada beberapa responden yang melakukan pengisian kuesioner dengan

tidak serius. Meski jumlahnya sangat sedikit, akan tetapi hal itu sangat

berpengaruh bagi hasil penelitian. Padahal dalam pengisian kuesioner,

peneliti dan guru sudah memberikan arahan yang jelas dengan meminta

keseriusan responden.
2. Penentuan sampel yang ditentukan oleh pihak sekolah memungkinkan

peneliti hanya memberikan kuesioner kepada responden yang “baik”,

yang sebelumnya sudah lebih dulu dipilah oleh sekolah.

3. Penelitian ini hanya mengambil sebagian kecil dari sejumlah populasi di

tiap sekolah. Sehingga sangat sulit untuk menarik kesimpulan yang

objektif ketika hendak menggambarkan kondisi siswa di tiap sekolah.

4. Penelitian deskriptif kurang mampu menjangkau hal yang lebih dalam

dari objek penelitian. Sebab, penelitian tak sampai pada melakukan

wawancara mendalam.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terkait faktor yang memungkinkan

penyalahgunaan narkoba pada siswa SMA di Kota Makassar tahun 2018, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan siswa SMA di Kota Makassar tahun 2018 berada pada kategori

cukup.

2. Sikap siswa SMA di Kota Makassar tahun 2018 dinilai positif.

3. Lingkungan sekolah para siswa SMA di Kota Makassar tahun 2018

memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi siswa agar bisa terhindar

dari penyalahgunaan narkoba.

4. Persepsi akses mendapatkan narkoba dianggap tidak mudah oleh para siswa

SMA di Kota Makassar tahun 2018.

5. Kondisi keluarga para siswa SMA di Kota Makassar tahun 2018 tidak

bermasalah.

6. Teman sebaya para siswa SMA di Kota Makassar tahun 2018 tidak

berpengaruh.

B. Saran

1. Per lunya ditingkatkan pengetahuan siswa tentang jenis dan golongan

narkoba oleh pihak sekolah.

90
91

2. Sekolah harus tetap melakukan pengawasan rutin berkala kepada siswa.

3. Keluarga harus menjaga hubungan dan komunikasi yang baik untuk setiap

anggota keluarga.

4. Keluarga harus mengawasi pergaulan anak mereka dengan teman-temannya.

5. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih jauh tentang

penyalahgunaan narkoba dengan variabel yang belum diteliti dalam

penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Skripsi dan Akifah, N., 2013. Hubungan Faktor
Jurnal Lingkungan Sosial Dengan
Penyalahgunaan Narkoba
Pada Tahanan Polretabes
Kota Makassar. Skripsi.
Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universtas
Hasanuddin, Makassar
Asti, Y., 2014. Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba Pada
Siswa SMPN 4 Kecamatan
Pontianak Timur. Jurnal
Mahasiswa PSPD FK
Universitas Tanjungpura. 1(1),
p. 1- 16
Azwar, S., 2013. Sikap Manusia: Teori
dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BNNP Provinsi Sulawei Selatan. 2016.
Rekapitulasi Jumlah Pasien
Rehabilitasi Narkoba Di Kota
Makassar. Makassar
BNN RI. 2014. Laporan Akhir Hasil
Survei Perkembangan
Penyalahguna Narkoba
Tahun Anggaran 2014.
Jakarta
BNN RI. 2015. Laporan Kinerja
Badan Narkotika Nasional Tahun 2015.
Jakarta BNN RI. 2016. Laporan
Kinerja Badan Narkotika Nasional
Tahun 2016. Jakarta Chaplin, J.P. 2008.
Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada Deni. I., 2008.
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Remaja tentang Bahaya
narkoba pada Siswa/I SMP Negeri
4 Kelas 9 Arkesmas. 2(1), p. 135-143
Pematang
Friedman .1998. Keperawatan
Siantar.
Skripsi. Keluarga: Teori dan Praktik.
Fakultas
Jakarta: EGC Gunawan, Weka.
Kesehatan
Masyarakat. 2006. Keren Tanpa Narkoba.
Universitas
Jakarta: Grasindo.
Sumatra Utara,
Medan Hawari, D. 2009. Penyalahgunaan dan
Pe Ketergantungan NAPZA.
Departemen
Jakarta: Balai nerbit UI.
Kesehatan RI.
1998. Pedoman
Pelayanan
Kebidanan Dasar.
Jakarta. Elviza. R,
2014. Faktok yang
Berhubungan
dengan
Penyalahgunaan
Narkoba di
RSJ Prof. HB
Sa’anin
Padang
Sumatera
Barat. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Andalas.
8(2), p. 60-66
Fitriani, Oki. 2017.
Determinan
Penyalahgu
naan
Narkoba
Pada
Remaja di
SMAN 24
Jakarta.
2017.
Jurnal
Indri R.P. 2016. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan
Trihexyphenidyl pada Remaja di BNN Kota Surabaya. Jurnal Biometrika
dan Kependudukan. 5(1), p. 70-79
Iswanti DI, Suhartini, Supriyadi. 2007. Koping keluarga terhadap anggota
keluarga yang Mengalami Ketergantungan Narkoba di Wilayah Kota
Semarang. [Online].
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/316
[diakses 7 November 2016]
Jaji. 2009. Hubungan Faktor Sosial dan Spiritual dengan Risiko Penyalahgunaan
NAPZA pada Remaja SMP dan SMA di Kota Palembang. Jurnal
Pembangunan Manusia, 4 (2), pp. 150-160.
Januarius Anggoa. 2011. Study Tingkat Kebosanan Dalam Waktu Luang Pada
Mahasiswa Baru Universitas Kristen Petra Surabaya. Skripsi. Surabaya.
Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen Petra, Surabaya
Kawi, I. 2010. Pertemanan. [Online].
http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/25/pertemanan/-12 [diakses 18
September 2017]

Kepolisian Negara RI Daerah Sulawesi Selatan Resort Kota Besar Makassar.


2013. Rekapitulsi Data Kasus Narkoba Jajaran Polrestabes Kota Makassar.
Makssar: Kasat Reserse Narkoba Polrestabes Makassar
Komariah, 2010. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di
Lingkungan Siswa (Studi Kasus SMP X Palembang). Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sriwijaya, Palembang
Lubis, Namora Lumangga. 2011. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori
dan Praktek. Jakarta: Kencana.
Milanes, Z. C., & Gómez-Bustamente, E., 2012, „Lifetime Prevalence Of Drugs
Use In Adolescents From Cartagena, Colombia‟, Invest Educ Enferm.
3(2), p. 224-230
Mutmainnah D. 2013. Hubungan Faktor Individu dengan Penyalahgunaan
Narkoba Pada Tahanan Plrestabes Kota Makassar. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin, Makassar
Murti. B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kualitatif di Bidang
Kesehatan Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Muslihatun, Wafi Nur. 2015. Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya
NarPenyalahgunaan koba Dalam Triad Kesehatan Reproduksi Remaja Dii
KebiSleman. Jurnal danan dan Keperawatan. 11(1), p. 41-50
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prisaria N. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Lingkungan Sosial terhadap
Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Napza pada Siswa SMA Negeri 1
Jepara. Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang
Raharni, dkk. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan
NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. 9(3), p.147-155
Ricardo P. 2010. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Oleh
Kepolisian (Studi kasus Satuan Narkoba Polres Metro Bekasi). Jurnal
Kriminologi Indonesia. 6(3), p. 232-245
Santrock. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga
Santrock.W, 200. Remaja. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih, 2010, Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta:
CV.Sagung Seto.
Sukadji, S. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok: Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi.
Turner JS, Helm DB. 1991. Lifespand Development. Florida USA: Holt, Rineart
and Winstons Inc
United Nations Office on Drugs and Crime. 2013. In-depth Evaluation of the
UNODC Regional Programme Framework for East Asia and the Pacific.
New York: UNODC
Zaen, AZ. 2017, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Siswa
Tentang Penyalahgunaan Napza Di Sma Negeri 1 Sleman Yogyakarta.
Skripsi. STIKES Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta
Dari Media Online
https://tirto.id/bergesernya-ciri-pengguna-narkoba-bGG4, diakses pada 21 July
2016
http://makassar.tribunnews.com/2017/06/08/kepala-bnn-sulsel-tahun-2017-ada-
130800-masyarakat-sulsel-terlibat-penyalahgunaan-narkoba, diakses
pad 21 July 2016
a
sel.pojoksatu.id/read/2015/09/02/kampung-narkoba-makasar-dari-
http://su konuri-hingga-ke-kampung-sapiria/ diakses pada Januari 2017
l
LAMPIRAN
Lampiran 1.
KUESIONER

Faktor Penyalahgunaan Narkoba Siswa SMAN akreditasi A se-Kota Makassar Tahun 2018

No. Responden :
Tanggal wawancara :

INFORMED CONSENT
Selamat pagi/siang/sore, nama saya M. Mario Hikmat.A dan sedang kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unhas. Kami sedang melakukan penelitian (Faktor Pemungkin Penyalahgunaan Narkoba Pada siswa SMAN
akreditasi A se-Kota Makassar). Informasi ini akan membantu dalam penelitian saya dan instansi yang terkait
dengan penelitian saya. Wawancara akan berlangsung sekitar 15 menit. Informasi yang anda berikan akan dijaga
kerahasiaannya dan tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela
dan anda dapat menolak untuk menjawab pertanyaan atau tidak melanjutkan wawancara. Kami berharap anda
dapat berpartisipasi karena jawaban anda sangat penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Saat ini apakah anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini? Apakah saya dapat memulai wawancara ini?

Bila anda setuju untuk diwawancarai, maka wawancara akan dimulai.


Bila anda tidak setuju diwawancara, maka kami akan mencari responden lain. Terimakasih.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A1 Asal Sekolah :
A2 Tanggal Lahir/ Usia : / th
A3 Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
A4 Kelas :

B. KUESIONER SIKAP TERHADAP PENYALAHGUNAAN


NARKOBA Berilah tanda centang (√) pada salah satu kolom menurut
jawaban anda.
SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat tidak setuju
No Pernyataan SS S TS STS
Penyalahgunaan narkoba boleh dilakukan karena merupakan hak asasi
B1.
setiap orang.
Penyalahgunaan narkoba dapat merugikan diri sendiri, keluarga, dan
B2.
masyarakat
Pembelian narkoba untuk indikasi medis tidak perlu menggunakan
B3.
resep dokter
Jika ada teman saya yang menyalahgunakan narkoba, saya akan diam
B4.
saja dan tidak akan memberitahu siapa-siapa.
Saya akan menolak dengan tegas jika ada teman yang mengajak untuk
B5.
menyalahgunakan narkoba.
Narkoba hanya boleh digunakan jika ada indikasi medis dan sesuai
B6.
dengan resep dokter.
B7. Perlu dilakukan pengecekan urin 1 kali/bulan di sekolah.
B8. Perlu dilakukan razia tas dan seluruh barang bawaan siswa tiap 1
kali/bulan d
i sekolah.
Sekolah tida
B9. penyalahgunk perlu berperan serta dalam upaya pencegahan terjadinya
aan narkoba.
B10. Penyalahgun
aan narkoba tidak perlu mendapat tempat rehabilitasi.
C. KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA
Lingkari jawaban yang anda anggap benar.
Narkoba adalah singkatan dari….
a. Narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
C1 b. Narkotika, psikoaktif dan bahan berbahaya
c. Narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya
d. Narkotika, psikoaktif, dan bahan adiktif
Narkoba digolongkan menjadi…............golongan
C2 a. 1 b. 2
c. 3 d. 4
Kodein merupakan zat narkotika yang tidak jarang digunakan sebagai campuran dari obat batuk,
termasuk kedalam narkotika golongan zat berapakah kodein tersebut…
C3
a. 1 b. 2
c. 3 d. 4
Tanda-tanda fisik penggunan narkoba diantaranya sebagai berikut, kecuali…
C4 a. Tubuh Gemetaran b. Mata memerah
c. Berat badan menurun d. Mulai berbohong
Dampak fisik/medis yang dapat ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba adalah sebagai
berikut, kecuali….
C5
a. Gngguan peredaran darah b. Peningkatan fungsi hormon reproduksi
c. Pengerasan jaringan pari-paru d. Kerusakan saraf tepi
C6 Penyalahgunaan narkoba dapat berdampak negatif pada kesehatan reproduksi, kecuali….
a. Menyebabkan gangguan fungsi seksual
b. Meningkatkan risiko tertular HIV
c. Menyebabkan ammenorhe (tidak mens)
d. Menyebabkan keteraturan menstruasi
Rokok dan alkohol dapat dimasukkan kedalam salah satu golongan narkoaba jika penggunaanya tidak
sesuai dengan anjuran tenaga medis. Dapat digolongkan kedalam jenis apakah zat tersebut…..
C7
a. Bahan adiktif b. Bahan berbahaya
c. Psikotropika d. Narkotika
Kondisi dimana orang yang menyalahgunakan narkoba yang melebihi dosis dan ditandai dengan
keluarnya busa di mulut disebut…
C8
a. Sakaw b. Fly
c. Over dosis d. Histeria
Jenis narkoba yang biasanya disalahgunakan dengan cara membuatnya seperti rokok adalah….
C9 a. Ganja b. Heroin
c. Sabu-sabu d. Kokain
Berdasarkan efek yang ditimbulkan berdasarkan susunan saraf pusat, narkoba bisa digolongkan
kedalam 3 golongan, diantaranya adalah, kecuali…
C10
a. Halusinogen b. Depresant
c. Stimulant d. Psikoaktif

D. KUESIONER PERSEPSI AKSES MENDAPATKAN NARKOBA


Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
D1. Apakah narkoba mudah didapatkan
D2. Apakah harga narkoba murah
D3. Apaka h anda pernah menemani teman membeli narkoba
D4 Rumah anda dekat dengan tempat perdedaran narkoba
D5. Uang jajan sehari-hari cukup untuk membeli narkoba
D6. Anda punya kenalan yang menjual narkoba
D7. Narkoba dijual sebebas-bebasnya
E. KUESIONER LINGKUNGAN SEKOLAH
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
E1. Apakah sekolah anda berada di sekitar area yang rawan tindakan kriminal
Apakah di sekolah anda diajarkan mata pelajaran agama dan budi pekerti
E2.
yang cukup
E3. Apakah di sekolah anda melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
E4. Apakah anda mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Apakah di sekolah anda terdapat aturan mengenai larangan menyalahgunakan
E5.
narkoba
Apakah di sekolah anda ada papan iklan yang memuat pesan untuk tidak
E6.
menggunakan narkoba
E7. Apakah ada sanksi terhadap siswa yang didapat menggunakan narkoba
Apakah di sekolah anda pernah diadakan penyuluhan tentang bahaya
E8.
penyalahgunaan narkoba
E9. Apakah kantin di sekolah anda menjual rokok
E10. Apakah ada ruangan khusus merokok di sekolah anda

F. KUESIONER FAKTOR KELUARGA


Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
F1. Keluarga anda masih lengkap
Anda tidak pernah adu mulut/ bertengkar dengan anggota keluarga yang
F2.
lain
F3. Keluarga anda tidak harmonis
F4. Keluarga berpengaruh bagi kehidupan anda.
F5. Keluarga anda ada yang merokok
F6. Ada anggota keluarga anda yang menggunakan narkoba
F7. Anda selalu dinasehati untuk tidak berbuat hal yang tidak baik.
F8 Keluarga anda sibuk dengan urusannya masing-masing
F9. Anda kurang diperhatikan oleh keluarga anda.
F10. Anda diberikan kebebasan oleh keluarga untuk melakukan apapun.
F11 Keluarga anda memiliki aturan yang ketat
F12 Anda pernah minggat dari rumah

G. KUESIONER PENGARUH TEMAN SEBAYA


Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
Saat saya memiliki masalah, teman
G1. merupakan tempat yang tepat untuk mengadukan semua permasalahan
saya.
G2. Saya pe rnah ditawari narkoba oleh teman saya.
G3. Saya pe rnah mendapati teman saya menggunakan narkoba.
G4. Saya m emiliki teman seorang peminum minuman beralkohol.
Teman memiliki pengaruh yang lebih besar
G5.
ketimbang orangtua.
Saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan
G6.
teman ketimbang keluarga.
G7. Saya pernah diancam jika tidak mengikuti ajakan oleh teman saya.
Saya dihubungi terus menerus ketika ada ajakan teman untuk
G8.
mengkonsumsi narkoba.
Teman-teman pernah mengajak saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
G9.
yang positif (mis. bakti sosial).
G10. Saya menyesal berteman dengan orang yang pecandu narkoba.
Apabila ada bujukan seorang teman menawarkan untuk menggunakan
G11 narkoba, saya akan mencobanya karena menghargai pemberiannya
sebagai teman.
G12 Saya banyak memiliki teman yang merokok
Lampiran 2.
HASIL ANALISIS

A1 Asal Sekolah :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 38 10.2 10.2 10.2
2 37 9.9 9.9 20.1
5 45 12.1 12.1 32.2
7 29 7.8 7.8 39.9
8 28 7.5 7.5 47.5
9 29 7.8 7.8 55.2
15 27 7.2 7.2 62.5
Valid 16 31 8.3 8.3 70.8
17 33 8.8 8.8 79.6
18 27 7.2 7.2 86.9
19 14 3.8 3.8 90.6
22 29 7.8 7.8 98.4
23 6 1.6 1.6 100.0
Total 373 100.0 100.0

A2b Usia :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
13 1 .3 .3 .3
14 4 1.1 1.1 1.3
15 65 17.4 17.4 18.8
16 118 31.6 31.6 50.4
Valid 17 143 38.3 38.3 88.7
18 41 11.0 11.0 99.7
19 1 .3 .3 100.0
Total 373 100.0 100.0

A3 Jenis Kelamin :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki Laki 145 38.9 38.9 38.9
Valid Perempuan 228 61.1 61.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

A4 Kelas :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Kelas X 98 26.3 26.3 26.3
Kelas XI 158 42.4 42.4 68.6
Valid Kela s XII 117 31.4 31.4 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 69 18.5 18.5 18.5
Cukup 219 58.7 58.7 77.2
Valid Kurang 85 22.8 22.8 100.0
Total 373 100.0 100.0

C1a Narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 85 22.8 22.8 22.8
Valid Ya 288 77.2 77.2 100.0
Total 373 100.0 100.0

C2c 3 :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 132 35.4 35.4 35.4
Valid Ya 241 64.6 64.6 100.0
Total 373 100.0 100.0

C3c 3 :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 298 79.9 79.9 79.9
Valid Ya 75 20.1 20.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

C4d Mulai berbohong :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 98 26.3 26.3 26.3
Valid Ya 275 73.7 73.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

C5b Peningkatan fungsi hormon reproduksi :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 138 37.0 37.0 37.0
Valid Ya 235 63.0 63.0 100.0
Total 373 100.0 100.0

C6d Menyebabkan keteraturan menstruasi :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 138 37.0 37.0 37.0
Valid Ya 235 63.0 63.0 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
C7a Bahan adiktif :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 185 49.6 49.6 49.6
Valid Ya 188 50.4 50.4 100.0
Total 373 100.0 100.0

C8c Over dosis :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 55 14.7 14.7 14.7
Valid Ya 318 85.3 85.3 100.0
Total 373 100.0 100.0

C9a Ganja :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 132 35.4 35.4 35.4
Valid Ya 241 64.6 64.6 100.0
Total 373 100.0 100.0

C10d Psikoaktif :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 294 78.8 78.8 78.8
Valid Ya 79 21.2 21.2 100.0
Total 373 100.0 100.0

Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 348 93.3 93.3 93.3
Valid Buruk 25 6.7 6.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

B1 Penyalahgunaan nakoba boleh karena HAM


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 3 .8 .8 .8
Setuju 21 5.6 5.6 6.4
Valid TidakSetuju 83 22.3 22.3 28.7
Sangat Tidak Setuju 266 71.3 71.3 100.0
Total 373 100.0 100.0
B2 Penyalahgunaan narkoba merugikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 9 2.4 2.4 2.4
Tidak Setuju 6 1.6 1.6 4.0
Valid Setuju 42 11.3 11.3 15.3
Sangat Setuju 316 84.7 84.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

B3 Pembelian narkoba tanpaindikasi medis tak perlu resep dokter


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 6 1.6 1.6 1.6
Setuju 43 11.5 11.5 13.1
Valid Tidak Setuju 177 47.5 47.5 60.6
Sangat Tidak Setuju 147 39.4 39.4 100.0
Total 373 100.0 100.0

B4 Saya tak akan memberitahu siapapun jika ada teman saya yang menggunakan narko
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 10 2.7 2.7 2.7
Setuju 26 7.0 7.0 9.7
Valid Tidak Setuju 164 44.0 44.0 53.6
Sangat Tidak Setuju 173 46.4 46.4 100.0
Total 373 100.0 100.0

B5 Saya akan menolak jika ada teman yang mengajak untuk menyalhgunakan narkoba
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 15 4.0 4.0 4.0
Tidak Setuju 4 1.1 1.1 5.1
Valid Setuju 38 10.2 10.2 15.3
Sangat Setuju 316 84.7 84.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

B6 Narkoba boleh digunakan jika ada resep dokter


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 15 4.0 4.0 4.0
Tidak Setuju 34 9.1 9.1 13.1
Valid Setuju 156 41.8 41.8 55.0
Sangat Setuju 168 45.0 45.0 100.0
Total 373 100.0 100.0
B7 Perlu dilakukan pengecekan urin per bulan di sekolah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 3 .8 .8 .8
Tidak Setuju 29 7.8 7.8 8.6
Valid Setuju 178 47.7 47.7 56.3
Sangat Setuju 163 43.7 43.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

B8 Perlu dilakukan razia tas per bulan di sekolah


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 8 2.1 2.1 2.1
Tidak Setuju 23 6.2 6.2 8.3
Valid Setuju 185 49.6 49.6 57.9
Sangat Setuju 157 42.1 42.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

B9 Sekolah tak perlu berperan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 13 3.5 3.5 3.5
Setuju 13 3.5 3.5 7.0
Valid Tidak Setuju 127 34.0 34.0 41.0
Sangat Tidak Setuju 220 59.0 59.0 100.0
Total 373 100.0 100.0

B10 Penyalahgunaan narkoba tidak perlu mendapat tepat rehabilitasi


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 13 3.5 3.5 3.5
Setuju 25 6.7 6.7 10.2
Valid Tidak Setuju 141 37.8 37.8 48.0
Sangat Tidak Setuju 194 52.0 52.0 100.0
Total 373 100.0 100.0

E1 Apakah sekolah anda berada di sekitar area yang rawan tindakan


terminal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 183 49.1 49.1 49.1
Valid Tidak 190 50.9 50.9 100.0
Total 373 100.0 100.0

E2 Apakah di sekolah diajarakan pelajaran agama dan budi pekerti yang


cukup
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 28 7.5 7.5 7.5
Valid Ya 345 92.5 92.5 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
E3 Apakah di sekolah dilaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 18 4.8 4.8 4.8
Valid Ya 355 95.2 95.2 100.0
Total 373 100.0 100.0

E4 Apakah anda mengikuti kegiatan ekstrakurikuler


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 91 24.4 24.4 24.4
Valid Ya 282 75.6 75.6 100.0
Total 373 100.0 100.0

E5 Apakah di sekolah ada aturan dilarang menyalahgunakan narkoba


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 16 4.3 4.3 4.3
Valid Ya 357 95.7 95.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

E6 Apakah ada di sekolah anda papan yang memuat pesan untuk tidak
menyalahgunaka
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 63 16.9 16.9 16.9
Valid Ya 310 83.1 83.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

E7 Apakah ada sanksi terhadap siswa yang menyalahgunakan narkoba


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 27 7.2 7.2 7.2
Valid Ya 346 92.8 92.8 100.0
Total 373 100.0 100.0

E8 Apakahdi sekolah anda pernah dilakukan penyuluhan tentang narkoba


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 53 14.2 14.2 14.2
Valid Ya 320 85.8 85.8 100.0
Total 373 100.0 100.0

E9 Apakah kantin di sekolah anda menjual rokok


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 50 13.4 13.4 13.4
Valid Tidak 323 86.6 86.6 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
E10 Apakah ada ruangan khusus merokok di sekolah anda
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 22 5.9 5.9 5.9
Valid Tidak 351 94.1 94.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

D1 Apakah narkoba mudah didapatkan :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 140 37.5 37.5 37.5
Valid Ya 233 62.5 62.5 100.0
Total 373 100.0 100.0

D2 Apakah harga narkoba murah :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 312 83.6 83.6 83.6
Valid Ya 61 16.4 16.4 100.0
Total 373 100.0 100.0

D3 Apakah anda pernah menemani teman membeli narkoba :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 354 94.9 94.9 94.9
Valid Ya 19 5.1 5.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

D4 Rumah anda dekat dengan tempat peredaran narkoba :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 349 93.6 93.6 93.6
Valid Ya 24 6.4 6.4 100.0
Total 373 100.0 100.0

D5 Uang jajan sehar-hari cukup untuk membeli narkoba :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 312 83.6 83.6 83.6
Valid Ya 61 16.4 16.4 100.0
Total 373 100.0 100.0

D6 Anda punya kenalan yang menjual narkoba :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 353 94.6 94.6 94.6
Valid Ya 20 5.4 5.4 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
D7 Narkoba dijual sebebas-bebasnya :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 215 57.6 57.6 57.6
Valid Ya 158 42.4 42.4 100.0
Total 373 100.0 100.0

F1 Keluarga anda masih lengkap :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 58 15.5 15.5 15.5
Valid Ya 315 84.5 84.5 100.0
Total 373 100.0 100.0

F2 Anda tidak pernah adu mulut dengan anggota keluarga anda :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 202 54.2 54.2 54.2
Valid Ya 171 45.8 45.8 100.0
Total 373 100.0 100.0

F3 Keluarga anda tidak harmonis :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 41 11.0 11.0 11.0
Valid Tidak 332 89.0 89.0 100.0
Total 373 100.0 100.0

F4 Keluarga berpengaruh bagi kehidupan anda :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 26 7.0 7.0 7.0
Valid Ya 347 93.0 93.0 100.0
Total 373 100.0 100.0

F5 Keluarga anda ada yang merokok :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 240 64.3 64.3 64.3
Valid Ya 133 35.7 35.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

F6 Ada anggota keluarga anda yang menggunakan narkoba :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 23 6.2 6.2 6.2
Valid Ya 350 93.8 93.8 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
F7 Anda selalu dinasehati untuk tidak berbuat hal yang tidak baik :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 37 9.9 9.9 9.9
Valid Ya 336 90.1 90.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

F8 Keluarga anda sibuk dengan urusannya masing-masing :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 101 27.1 27.1 27.1
Valid Ya 272 72.9 72.9 100.0
Total 373 100.0 100.0

F9 Anda kurang diperhatikan oleh keluarga anda :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 42 11.3 11.3 11.3
Valid Ya 331 88.7 88.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

F10 Anda diberikan kebebasan oleh keluarga untuk melakukan apapun :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 70 18.8 18.8 18.8
Valid Ya 303 81.2 81.2 100.0
Total 373 100.0 100.0

F11 Keluarga anda memiliki aturan yang ketat :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 125 33.5 33.5 33.5
Valid Ya 248 66.5 66.5 100.0
Total 373 100.0 100.0

F12 Anda pernah minggat dari rumah :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 23 6.2 6.2 6.2
Valid Ya 350 93.8 93.8 100.0
Total 373 100.0 100.0

G1 Teman adalah tempat mengadu masalah :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 142 38.1 38.1 38.1
Valid Ya 231 61.9 61.9 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
G2 Saya pernah ditawari narkoba oleh teman saya :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 329 88.2 88.2 88.2
Valid Ya 44 11.8 11.8 100.0
Total 373 100.0 100.0

G3 Saya pernah mendapati teman saya menggunakan narkoba :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 279 74.8 74.8 74.8
Valid Ya 94 25.2 25.2 100.0
Total 373 100.0 100.0

G4 Saya memiliki teman peminum alkohol :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 265 71.0 71.0 71.0
Valid Ya 108 29.0 29.0 100.0
Total 373 100.0 100.0

G5 Teman memiliki pengaruh ketimbang orang tua :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 281 75.3 75.3 75.3
Valid Ya 92 24.7 24.7 100.0
Total 373 100.0 100.0

G6 Saya lebih banyak menghabiskan banyak waktu dengan teman


ketimbang keluarga :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 231 61.9 61.9 61.9
Valid Ya 142 38.1 38.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

G7 Saya pernah diancam oleh teman ketika tak mengikuti ajakannya


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 350 93.8 93.8 93.8
Valid Ya 23 6.2 6.2 100.0
Total 373 100.0 100.0

G8 Saya dihubungi terus ketika ada ajakan ketika mengonsumsi narkoba


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 361 96.8 96.8 96.8
Valid Ya 12 3.2 3.2 100.0
Tota l 373 100.0 100.0
G9 Teman saya pernah mengajak untuk mengikuti kegiatan yang positif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 11 2.9 2.9 2.9
Valid Ya 362 97.1 97.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

G10 Saya menyesal berteman dengan pecandu narkoba :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 242 64.9 64.9 64.9
Valid Tidak 131 35.1 35.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

G11 Saya akan menerima tawaran menggunakan narkoba dari teman saya
dengan alasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 365 97.9 97.9 97.9
Valid Ya 8 2.1 2.1 100.0
Total 373 100.0 100.0

G12 Saya banyak memiliki teman yang merokok :


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 153 41.0 41.0 41.0
Valid Ya 220 59.0 59.0 100.0
Total 373 100.0 100.0

A2b Usia : * A3 Jenis Kelamin : Crosstabulation


A3 Jenis Kelamin : Total
Laki Laki Perempuan
Count 0 1 1
13
% within A2b Usia : 0.0% 100.0% 100.0%
Count 1 3 4
14
% within A2b Usia : 25.0% 75.0% 100.0%
Count 24 41 65
15
% within A2b Usia : 36.9% 63.1% 100.0%
Count 45 73 118
A2b Usia : 16
% within A2b Usia : 38.1% 61.9% 100.0%
Count 56 87 143
17
% within A2b Usia : 39.2% 60.8% 100.0%
Count 18 23 41
18
% within A2b Usia : 43.9% 56.1% 100.0%
Count 1 0 1
19
% within A2b Usia : 100.0% 0.0% 100.0%
Count 145 228 373
Total % within A2b Usia : 38.9% 61.1% 100.0%
A4 Kelas : * A3 Jenis Kelamin : Crosstabulation
A3 Jenis : Total
Kelamin
Laki Laki Perempuan
Count 39 59 98
Kelas X
% within A4 Kelas : 39.8% 60.2% 100.0%
Count 53 105 158
A4 Kelas : Kelas XI
% within A4 Kelas : 33.5% 66.5% 100.0%
Count 53 64 117
Kelas XII
% within A4 Kelas : 45.3% 54.7% 100.0%
Count 145 228 373
Total
% within A4 Kelas : 38.9% 61.1% 100.0%
Lampiran 3. Master Tabel
Master Tabel
NO SA E YY 23 A D AAAAA LL L DN E A A A otal_
A2ATANGG N M AAA AAAAP L NM eta tal CB
BU N RR P A LN A
KE
1 98 9 107 2 0 99
1 211 84 2 6 01-
82 2 15-Dec-2002 15 0 9 - May-
88 2 12-Jul-2002 15 2 187 J 2000
97 2 15-Apr-2002 15 1 9 u 05-
91 2 22-Nov-2001 16 9 184 l Jul-
90 2 26-Dec-2001 16 9 9 - 2000
92 2 19-May-2002 15 9 188 2 01-
89 2 13-Jun-2002 15 2 9 Oct-
94 2 16-Oct-2001 16 191 0 2000
0 0
101 2 08-Jun-2002 15 8 9 15-
100 2 03-Jan-2003 14 194 2 May-
9 0
98 2 27-Sep-2002 15 2 9 2000
190 99 2 3 01-
1 -
0 9 96 2 Jun-
195 78 2 N 1999
9 o
2 9 18-
192 v Mar-
0 -
2 9 2000
186 2 13-
9 0
2 9 Oct-
189 0 2000
0 0
9 9 04-
212 3 Aug-
9 0
2 9 2000
207 - 16-
0 J
3 9 Nov-
201 u 1999
9 l
2 9 12-
205 - Dec-
0 2
4 9 1999
206 0 30-
9 0
1 9 Nov-
106 0 1999
9 0
3 2 01-
108 8 Jun-
9 -
2 2 2000
109 J 16-
0 u
0 2 Oct-
104 l 2000
9 -
1 2 29-
103 2 May-
9 0
7 2 2000
86 0 30-
9 0
1 2 Jun-
87 0 1999
8 4
5 2 19-
105 - Jan-
9 D
1 2 2000
85 e 15-
9 c
6 2 Jun-
83 - 2000
9 1
1 2 03-
9
J 0 -Feb-2003 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
a 0 23-Mar-2002 5 1 0 0 1 1 1 1 17 1 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 11 1 1 1
n 0 09-Aug-2003 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0
- 1 10-May-2003 1 1 0 1 0 1 0 1 17 2 3 3 4 3 3 4 3 3 1 3 3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
2 9 01-Feb-2003 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 11 1 1 1
0 - 26-Jun-2002 1 1 1 1 1 1 0 0 18 1 3 4 4 3 2 1 3 3 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 A 07-May-2002 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0
0 u 13-Sep-2002 3 1 1 1 1 1 0 1 17 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 11 0 0 0
2 g 01-Apr-2002 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
2 - 1 0 1 1 1 1 1 17 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0
- 1 3 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 15 1 1
F 9 0 0 0 0 0 1 0 17 2 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 4 2 3
e 9 3 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3 4 3
b 9 1 0 1 18 1 3 18 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 2 3 4
- 2 3 1 0 0 44 4 4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 03 1 1 1
2 1 1 1 0 44 4 4 18 1 3 2 3 3 4 3 3 3 2 1 2 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0
0 - 3 1 1 1 43 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
0 O 0 1 1 01 0 0 18 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 c 3 1 0 0 00 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 00 0 0 0
0 t 1 1 0 11 0 0 17 2 3 4 4 2 4 4 3 4 4 3 3 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
6 - 26-Jul-2002 3 1 0 1 00 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
- 1 15-Oct-2002 1 17 1 11 0 1 17 2 3 4 3 3 3 3 2 4 2 4 3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 01 1 1 1
M9 18-Dec-2001 3 1 3 4 11 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0
a 9 1 3 4 10 0 1 17 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1
y 8 3 1 4 3 10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 11 1 1 1
- 0 1 3 11 0 0 18 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
2 1 1 3 4 11 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
0 - 3 0 4 1 00 0 0 18 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 00 0 1 0
0 N 1 1 0 01 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 15 0 1 0
0 o 1 0 1 0 0 18 2 3 4 4 2 4 4 3 3 4 2 4 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0
2 v 0 0 0 17 1 3 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 16 1 1
4 - 1 0 1 1 41 4 3 18 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 4 3 4 2
- 2 0 0 0 43 3 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 4 4 3
M0 0 0 0 0 44 1 0 16 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 4 3 4 4
a 0 1 0 0 01 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 33 0 0 0
y 2 1 1 0 0 10 1 0 17 2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 4 0 0 0
- 1 0 1 1 00 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0
2 7 1 1 1 0 00 1 1 17 1 3 4 4 4 1 4 3 3 3 4 4 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 4 0 1 0
0 - 17 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 40 0 0 0
0 M 0 1 0 1 11 1 1 17 1 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1
0 a 3 1 1 11 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 4 1 1 1
2 r 1 1 11 1 1 17 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 11 1 1 1
0 - 1 3 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1
3
- 2 0 1 10 0 0 18 1 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
A0 1 3 1 1 00 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 01 1 1 1
4
p 0 1 1 01 0 0 19 1 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
r 2 1 34 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
- 1 3 1 0 17 1 3 15 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 10 0 0 0
2 7 1 3 0 0 44 3 3 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
0 - 3 1 1 43 3 3 15 2 1 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
0 J 1 3 0 0 44 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 15 2 1
0 u 0 1 0 01 1 0 15 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 4 4 4
0 n 0 1 0 1 11 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 4 4
1 - 0 17 2 00 0 0 15 1 1 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 3 4 4
- 2 0 1 3 3 00 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 04 1 1 0
J 0 1 3 4 11 1 1 15 2 1 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1
u 0 0 0 3 4 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0
l 2 0 3 3 11 0 1 13 2 1 3 3 3 1 4 3 3 2 3 3 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0
- 1 3 4 10 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 10 0 0 0
2 4 1 1 3 1 11 0 0 15 2 1 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 12 1 1 1 8.00 1 30 1
0 0 1111011011111 0 1 1 5.00 2 32 1
1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 01 0 1 1 5.00 2 33 1
1 1 1 1 1 1 6.00 2 33 1
1 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 11 1 2.00 3 39 1
0 1 1011100001000 0 1 1 5.00 2 33 1
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 7.00 2 35 1
1 1 1111011111110 1 1 1 8.00 1 33 1
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 00 0 1 1 7.00 2 30 1
0 1 1144344333430 1 1 1 9.00 1 30 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 00 1 0 0 5.00 2 38 1
1 1 0001111111111 0 0 1 7.00 2 34 1
0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 0 0 1 4.00 3 37 1
1 0 00000001100 0 0 0 1.00 3 36 1
1 0 2 1 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 10 0 6.00 2 26 2
1 1 1011100000000 0 1 0 5.00 2 39 1
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 0 1 3.00 3 35 1
1 1 1111111111111 0 7.00 2 31 1
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 10 1 8.00 1 34 1
1 1 2144434443441 0 8.00 1 33 1
1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 00 0 5.00 2 34 1
0 1 0001111111111 0 8.00 1 34 1
0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 116 7.00 2 36 1
0 1 00000001000 1 7.00 2 37 1
1 1 2 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 10 1 9.00 1 35 1
1 1 1010100001000 4 6.00 2 34 1
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 5.00 2 34 1
1 0 1011011110011 2 6.00 2 40 1
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 00 3 6.00 2 37 1
1 0 2144444422441 3 8.00 1 32 1
0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 01 4 8.00 1 40 1
0 0 0001111111111 3 8.00 1 37 1
1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 00 3 6.00 2 28 2
6 1 00000001000 3 8.00 1 28 2
2 0 2 1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 10 4 9.00 1 34 1
1 0 1010111000100 3 7.00 2 28 2
3 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 8.00 1 36 1
4 1 1111111011111 1 8.00 1 39 1
4 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 01 1 9.00 1 31 1
4 4 2144334444431 0 0.00 3 34 1
4 4 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 11 1 6.00 2 39 1
4 3 0001111111111 1 9.00 1 37 1
3 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 01 0 9.00 1 37 1
3 4 01000001001 0 5.00 2 39 1
4 3 2 1 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 11 1 6.00 2 35 1
4 3 1010111000100 5.00 2 38 1
1 4 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 5.00 2 38 1
1 4 0111011001111 0 4.00 3 38 1
1 4 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 01 1 5.00 2 36 1
1 1 2144334444441 1 6.00 2 37 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 01 0 7.00 2 37 1
1 1 0001111111111 0 6.00 2 38 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 01 0 7.00 2 38 1
1 1 00000001000 0 5.00 2 35 1
0 0 15 2 1 4 4 3 3 4 3 3 3 4 1 0 2.00 3 33 1
1 1 4000101111000 6.00 2 32 1
1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 11 1
0 1 1111110111110 1
0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 11 1
0 1 15 2 1 4 4 3 4 4 2 3 3 4 1
303 17 10-Apr-2001 16
286 17 05-Jan-2001 17
276 17 05-Oct-2001 17
295 17 22-Apr-2002 16
278 17 23-Jul-2001 16
283 17 11-May-2002 15
292 17 02-Apr-2001 16
300 17 02-Feb-2001 17
288 17 26-Feb-2001 16
289 17 27-Jul-2001 16
281 17 12-Apr-2001 16
170 8 24-Jul-2001 16
174 8 04-Sep-2000 17
158 8 12-May-2002 15
173 8 19-Feb-2000 18
172 8 24-Oct-2001 17
171 8 21-May-2001 16
162 8 04-Aug-2000 17
161 8 21-Jan-2001 17
45 1 01-Oct-2000 17
49 1 02-Feb-2000 17
48 1 12-Aug-1999 18
26 7 15-Aug-2000 17
25 7 11-Feb-2000 18
20 7 28-Jul-2001 16
22 7 13-Feb-2000 18
27 7 29-Mar-2000 17
21 7 18-Jul-2001 16
7 7 16-Oct-2001 16
23 7 13-Mar-2001 16
33 7 13-Jan-2001 17
8 7 13-Feb-2001 17
32 7 04-Aug-2001 16
119 5 31-Aug-2001 17
116 5 27-Jun-2002 15
122 5 30-Jan-2003 15
139 5 29-Jul-2002 15
126 5 01-Oct-2003 15
120 5 13-Aug-2002 16
132 5 10-Oct-2001 17
128 5 15-Dec-2002 15
127 5 12-Nov-2001 16
133 5 03-May-2002 15
144 5 01-Jul-2002 15
367 22 30-Jul-2001 16
360 22 12-Apr-2001 17
361 22 05-Feb-2001 17
357 22 27-Dec-2000 16
350 22 07-Sep-2001 16
370 22 20-Jul-2001 16
355 22 31-May-2001 17
349 22 21-Jan-2000 17
348 22 08-Aug-2000 17
346 22 30-Jan-2001 16
347 22 26-Feb-2001 16
Lampiran 4.

PERSURATAN PENELITIAN
Lampiran 5.

DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 6.

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama : M. Mario Hikmat. A

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Kotabaru/ 23 September 1994

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Alamat : BTN Wesabbe Blok C/53, Tamalnrea, Makassar

5. Email/ No. Hp : mariohikmat@gmail.com / 0852 4470 9925

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tamat TK tahun 2000 di TK Pembina Kotabaru

2. Tamat SD tahun 2006 di SD Negeri 2 Batuah Kotabaru

3. Tamat SMP/Sederajat tahun 2009 di MTsN 1 Kotabaru

4. Tamat SMA tahun 2012 di SMA Negeri 1 Kotabaru

5. Sarjana (S1) tahun 2018 di Departemen Epidemiologi Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai