Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN KEPATUHAN TERHADAP SOP, KUALITAS TIDUR DENGAN

KECELAKAAN KERJA DI RUMAH POTONG HEWAN OEBA KOTA KUPANG


Maria Yasinta D. Halu*., Andreas U. Roga**., Jacob M. Ratu**
* Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana , NTT Indonesia
** Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana , NTT Indonesia
Email: janhal13flyni@gmail.com

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dikehendaki yang
dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda serta dapat menyebabkan korban jiwa
yang terjadi dalam suatu pekerjaan. Secara umum kecelakan kerja dipengaruhi oleh faktor
manusia, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik dan faktor risiko kecelakaan kerja di rumah potong hewan oeba kota
kupang. Subyek dalam penelitian ini adalah pekerja di RPH Oeba yang berjumlah 52 orang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan Cross
Sectional. Hasil Penelitian menunjukan bahwa responden yang tidak patuh terhadap SOP lebih
banyak mengalami kecelakaan kerja 78,8% dibandingkan dengan responden yang patuh
terhadap SOP lebih sedikit mengalami kecelakaan kerja 21,2 % dengan p=0,006, responden yang
memiliki kualitas tidur buruk lebih banyak mengalami kecelakaan kerja 87,9% dibandingkan
dengan responden yang kualitas tidurnya baik lebih sedikit mengalami kecelakaan kerja 12,1
dengan p=0,003.Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan kepatuhan terhadap SOP
dengan kecelakaan kerja, ada hubungan kualitas tidur, dengan Kecelakaan Kerja.

Kata Kunci : Kepatuhan Terhadap SOP, Kualitas Tidur , Kecelakaan Kerja.

Pendahuluan memperhatikan K3 demi keselamatan para


pekerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menurut International Labour
merupakan suatu masalah yang sampai saat Organization (ILO), setiap 15 detik terdapat
ini selalu dihadapi oleh para pekerja, 1 tenaga kerja meninggal dunia akibat
semakin masifnya pembangunan diberbagai kecelakaan kerja dan setiap tahun ada lebih
sektor berbanding lurus dengan tingginya dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan
kebutuhan akan para pekerja. Hal ini lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit
menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi,
dan para pelaku industri untuk lebih 1,2 juta pekerja meninggal akibat
kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan
(ILO,2013) kepala Rumah Potong Hewan, dokter
Data kecelakaan kerja di Indonesia hewan, juleha dan beberapa pekerja
berdasarkan Badan Penyelenggara Jaminan pemotong hewan diperoleh bahwa pekerja di
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat RPH pernah mengalami kecelakaan kerja
terjadi 147.000 kasus kecelakaan kerja dengan kategori kecelakaan kerja ringan
sepanjang 2018, atau 40.273 kasus setiap seperti tersayat, terpotong tertendang hewan
hari. Dari jumlah itu, sebanyak 4.678 kasus hal ini disebabkan karena Proses
(3,18 persen) berakibat kecacatan, dan pemotongan hewan dilakukan secara manual
2.575 (1,75 persen) kasus berakhir dengan menggunakan peralatan tajam seperti pisau
kematian. (BPJS 2018). dan parang dan proses pemotongan
Tingginya angka kecelakaan kerja di berlangsung setiap hari dari pukul 01.00 –
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor 06.00 dini hari. Tujuan Penelitian untuk
salah satunya adalah faktor manusia seperti mengetahui hubungan kepatuhan terhadap
kepatuhan terhadap SOP, kualitas tidur. SOP dan kualitas tidur terhadap kecelakaan
Kepatuhan merupakan salah satu bentuk kerja dirumah potong hewan oeba kota
prilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor kupang.
internal dan faktor eksternal. Sedangkan
kualitas tidur merupakan ukuran dimana Metode Penelitian
seseorang dapat kemudahan dalam memulai
tidur dan untuk mempertahankan tidur. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Kualitas tidur seseorang dapat digambarkan penelitian observasional dengan pendekatan
dengan lama waktu tidur, keluhan yang Cross Sectional. Lokasi penelitian
dirasakan saat tidur atau sehabis bangun dilaksanakan di Rumah Potong Hewan Oeba
tidur. (potter dan perry, 2010) Kota Kupang. Waktu penelitian Januari –
Februari 2020 dengan jumlah populasi 52
Menurut Peraturan Menteri Pertanian orang, teknik pengambilan sampel yaitu
(Permentan) Nomor 13 Tahun 2010, Rumah total sampling.
Pemotongan Hewan (RPH) merupakan suatu
bangunan atau kompleks bangunan dengan
desain dan syarat tertentu yang digunakan
sebagai tempat pemotongan hewan bagi Hasil
konsumsi masyarakat umum. RPH sangat  
diperlukan, karena dalam pelaksanaannya Karakteristik Responden
harus dapat menjaga kualitas, baik dari Karakteristik responden berdasarkan umur,
tingkat kebersihan dan kesehatan daging pendidikan, dan masa kerja dijelaskan dalam
untuk dikomsumsi (Bhaskara et al., 2015).. tabel 1 berikut
RPH Oeba merupakan sarana yang
disediakan pemerintah Kota Kupang untuk Tabel 1. karakteristik responden penelitian
melakukan pemotongan hewan yaitu sapi
Karakteristik Kategori
Jumlah(%)
dan babi . RPH Oeba mempekerjakan 2
Responden
orang dokter hewan, 3 orang juleha dan 47 20-30 tahun 21 (40,4%)
orang pekerja dibagain penerimaan hewan, 31-40 tahun 14 (26,9%)
pembersihan, pengulitan dan pemotongan Umur 41-50 tahun 11 (21,2%)
karkas. 51-60 tahun 4 (7,7%)
61-70 tahun 2 (3,8%)
SD 18 (34,6%) Baik 10 (52,6) 4 (12,1) 14 (48,1) 0,003
Buruk 9 (47,4) 29 (87,9) 38 (51,9)
Pendidikan SMP 20 (38,5%)
SMA/SMK 5 (9,6%) Tabel 4 menunjukan bahwa responden
PT 9 (17,3%) dengan kategori tidak patuh lebih banyak
  mengalami kecelakaan kerja 25 orang (58,8)
Berdasarkan tabel 1.karakteristik responden dengan nilai p = 0,006. responden dengan
berdasarkan umur pekerja dapat dilihat kualitas tidur buruk lebih banyak mengalami
bahwa kategori umur 20–30 tahun sebanyak kecelakaan kerja 29 orang (87,9) nilai nilai
21 orang (40,4%), 31–40 tahun sebanyak 14 p = 0,003.
orang (26,9%), 41–50 tahun sebanyak 11
orang (21,2%), 51–60 tahun sebanyak 4 Pembahasan
orang (7,7%), 61–70 tahun sebanyak 2 orang Hasil penelitian menunjukan bahwa
(3,8%). Sedangkan kategori responden jumlah responden terbanyak terdapat pada
berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak kelompok umur 20 – 30 tahun sedangkan
adalah berpendidikan SMP sebanyak 20 paling sedikit terdapat pada kelompok umur
orang (38,5%), SD sebanyak 18 orang 61 – 70 tahun. Hal ini menunjukan bahwa
(34,6%), sedangkan yang paling sedikit juragan pemilik ternak lebih banyak
yaitu Perguruan Tinggi 9 orang (17,3 %), memperkerjakan tenaga kerja dengan umur
dan SMA/SMK 5 orang (9,6%). yang relatif muda, hal ini kemungkinan
dikarenakan kekuatan fisik pekerja muda
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan lebih kuat dibandingkan tenaga kerja yang
Faktor Risiko Kecelakaan Kerja usianya lebih tua.
Variabel Kategori Jumlah(%)
Hasil penelitian menunjukan bahwa
Kepatuhan Tidak Patuh 32 (61,5%)
jumlah responden terbanyak berpendidikan
Terhadap SOP Patuh 20 (38,5%)
SMP dan SD sedangkan yang paling sedikit
Kualitas Tidur Baik 14 (26,9%)
Buruk 38 (73,1%) yaitu SMA dan PT. hal ini menunjukan
Tabel 3 menunjukan bahwa responden yang bahwa mayoritas pekerja memiliki
paling banyak yaitu tidak patuh 32 orang pengetahuan dan kemampuan yang kurang
(61,5%),sedangkan paling sedikit responden tentang kecelakaan kerja.
yang patuh terhadap SOP 20 orang (38,5%). Hasil penelitian menunjukan responden
Pada variabel kualitas tidur responden yang yang mengalami kecelakaan kerja lebih
paling banyak yaitu kualitas tidur buruk 38 banyak daripada responden yang tidak
orang (73,1%), sedangkan paling sedikit mengalami kecelakaan kerja. hal ini
responden dengan kualitas tidur baik 14 disebabkan karena faktor manusia yaitu
orang (26,9%). pekerja tidak mematuhi prosedur kerja,
kualitas tidur pekerja yang buruk, Jenis
Tabel 4. Hubungan kepatuhan terhadap kecelakaan yang dialami oleh pekerja yaitu
prosedur dan kualitas tidur dengan terpotong, tertendang hewan tersayat/teriris,
kecelkaaan kerja. jenis kecelakaan yang paling banyak dialami
Kecelakaan kerja
Variabel Tidak pernah Total P
oleh pekerja yaitu tersayat/teriris ini
pernah value disebabkan karena alat yang digunakan oleh
n (%) n(%) N(%) pekerja berupa benda tajam yaitu pisau dan
Kepatuhan parang. Bagian tubuh yang mengalami
terhadap SOP
Tidak Patuh 7 (36,8) 26(78,8) 32(61,5) 0,006 cidera yaitu badan, tangan dan kaki
Patuh 12(63,2) 7(21,2) 20(38,5) sedangkan yang paling banyak mengalami
Kualitas Tidur kecelakaan kerja yaitu pada bagian tangan,
hal ini dikarenakan pengamanan yang tidak dilakukan dengan menggunakan pisau dan
sempurna atau minimnya sarana parang yang masing – masing dibawa dari
pengamanan, tidak menggunakan APD (Alat rumah oleh pekerja. Minimnya
Perlindungan Diri), pada saat bekerja seperti ketersediaan APD seperti sarung tangan,
sarung Tangan. Berdasarkan penelitian Bird sepatu boot, apron plastik. Pekerja tidak
(1998) dalam siregar (2014) suatu kejadian nyaman menggunakan APD karena
kecelakaan fatal, biasanya didahului dengan menurut sebagaian pekerja menggunakan
adanya 10 kali kecelakaan ringan dan 10 APD dapat menghambat pekerjaannya,
kecelakaan ringan sebelumnya itupun tidak bisa bekerja secara cepat.
sebelumnya didahului oleh adanya 30 Menurut rohyati (2015), Penyembelihan
kecelakaan yang berkaitan dengan rusaknya dilakukan oleh juleha yang telah mengikuti
peralatan. Sedangkan 30 kecelakaan yang pelatihan dan beragama islam tapi
berakibat rusaknya peralatan muncul setelah kenyataan jika juleha yang beragama islam
adanya kejadian near miss. terlambat datang di RPH maka
penyembelihan akan dilakukan oleh pekerja
Hubungan Kepatuhan Terhadap SOP yang tidak memiliki kompeten dan proses
dengan Kecelakaan Kerja pemotongan dilakukan secara tidak halal.
Kepatuhan adalah bagaimana pekerja Proses pengulitan, pemisahan karkas di
yang bersangkutan mematuhi atau RPH oeba dilakukan dilakukan dilantai hal
menjalankan peraturan yang berlaku ini yang mengakibatkan daging dan karkas
berkaitan dengan keselamatan kerja. adanya tidak aman untuk dikonsumsi.
peraturan yang ditetapkan mewajibkan Pemeriksaan Antemortem dan Post
pekerja menjalankan peraturan tersebut Mortem kadang – kadang saja dilakukan,
dengan penuh tanggung jawab. sehingga hewan yang dipotong dan daging
Hasil penelitian menunjukan bahwa yang dihasilkan tidak diketahui status
responden yang tidak patuh terhadap SOP kesehatannya, apakah layak dikonsumsi
lebih banyak daripada responden yang oleh masyarakat atau tidak. Menurut
patuh terhadap SOP. Selain itu responden Herendra (2017), pemeriksaan antemortem
yang tidak patuh terhadap SOP lebih harus dilakukan untuk menyeleksi hewan
banyak mengalami kecelakaan kerja yang akan dipotong untuk mendapatkan
daripada responden yang yang patuh informasi klinis yang dapat dipakai untuk
terhadap SOP. Hasil uji chi square diagnosa penyakit, mencegah penyebaran
menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyakit dari hewan ke manusia.
kepatuhan dengan kecelakaan kerja. Di RPH oeba karkas dan daging yang
Menurut SNI 01-6159-1999 dalam kemas menggunakan karung – karung
rohyati (2015) Peralatan seperti pisau, plastik dan kadang didistribusikan tanpa
parang yang digunakan harus terbuat dari adanya perlakuan pengemasan terlebih
bahan yang tidak mudah korosif, mudah dahulu. Seharusnya karkas dan daging yang
dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dikemas dengan pengemasan yang terbuat
dirawat, alat perlindungan diri untuk dari bahan yang aman, disertai dengan
pekerja pada proses pemotongan dan pemberian label dan cap dibagian luar
penanganan daging seperti apron plastik, kemasan. Distribusi hasil olahan RPH oeba
penutup kepala, sepatu boot, sarung tangan dilakukan menggunakan sepeda motor dan
harus tersedia pada suatu RPH sehingga mobil – mobil bak terbuka, sehingga
daging kualitas ASUH dapat tercapai. Akan kemungkinan kontaminasi daging dan
tetapi pada kenyataan operasional karkas sangat besar. Berdasarkan
pemotongan dan penanganan daging
persyaratan SNI 01- 6159 – 1999, harusnya Hasil penelitian menunjukan bahwa
distribusi hasil olahan RPH dilakukan responden yang Kualitas tidur buruk lebih
dengan menggunakan kendaraan box banyak daripada responden yang kualitas
khusus pengangkut daging yaitu box yang tidur baik. Selain itu responden yang
tertutup, lapisan dalam box pada kendaraan kualitas tidur buruk lebih banyak
bahan yang tidak toksik mudah dibersihkan mengalami kecelakaan kerja daripada
dan disinfeksi, tidak korosif, mudah responden yang kualitas tidur baik. Hasil
dirawat. uji chi square menunjukkan bahwa ada
Gerrel (2001), mengatakan bahwa hubungan antara kualitas tidur dengan
kepatuhan terhadap prosedur kerja kecelakaan kerja.
merupakan prilaku keselamatan spesifik Kualitas tidur buruk yang dialami oleh
terhadap objek lingkungan kerja. kepatuhan pekerja di RPH Oeba ada beberapa hal
mengikuti prosedur kerja memiliki peran yaitu, pertama sebelum pergi bekerja ada
penting dalam menciptakan keselamatan beberapa pekerja yang harus melakukan
ditempat kerja. bentuk ketidak patuhan atau menyelesaikan kegiatan tertentu
terhadap prosedur menurut gerrel antara sebelum berangkat bekerja pada dini hari
lain pengabaikan peringatan dan keamanan, sehingga waktu untuk tidur pada malam
terburu – buru dalam melakukan pekerjaan, hari hanya sekitar 3 - 4 jam. Kedua, ada
tidak menggunakan alat perlindungan diri. beberapa pekerja yang tidak terbiasa tidur
Penelitian ini sesuai dengan penelitian terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja
Arifin (2015) terhadap pekerja di PT ditandai dengan pekerja sering menahan
Bukaka Teknik Utama, Cilengsi kantuk ketika bekerja yang menyebabkan
menyatakan bahwa terdapat hubungan kurangnya berkonsentrasi saat pekerja
antara kepatuhan menjalankan prosedur melakukan tugasnya. Ketiga, pekerja sering
terhadap tingginya kejadian kecelakaan terbangun pada malam hari atau pagi – pagi
kerja dan penelitian ini juga sejalan dengan sekali lantaran harus bekerja pada pukul
penelitian Dewi (2010) yang mengatakan 01.00 dini hari. Beberapa pekerja tidak
ada hubungan antara kepatuhan terhadap dapat tertidur dalam waktu 30 menit
SOP dengan kejadian kecelakaan kerja. diakibatkan karena masih terbebani dengan
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan rumah yang menjadi tanggung
semakin patuh seseorang bekerja maka jawab yang harus dilakukan.
akan semakin rendah kecelakaan kerja yang Health and safety author (2012) dalam
alami sebaliknya semakin tidak patuh saraswati 2018 menjelaskan bahwa ketika
seseorang dalam bekerja maka akan kebutuhan tidur seseorang tidak dapat
semakin tinggi kecelakaan kerja. dengan terpenuhi dengan baik, maka hal itu akan
demikian kepatuhan terhadap prosedur menimbulkan kejadian kelelahan dan
harus diterapkan untuk meminimalisir selanjutkan akan mengarahkan kepada
terjadinya kecelakaan kerja. kejadian kecelakaan kerja. Hal ini
Hubungan Kualitas Tidur Dengan diakibatkan oleh keadaan tubuh dan
Kecelakaan Kerja lingkungan yang tidak selaras. Tidak
Kualitas tidur adalah suatu kondisi terpenuhi kebutuhan tidur tersebut akan
dimana orang tidur dalam keadaan membuat pekerja yang bekerja pada malam
nyenyak. Kualitas tidur dikatakan baik hari merasakan keinginan tidur yang sangat
apabila tidak menunujukan berbagai tanda besar pada saat bekerja.
kekurangan tidur dan mengalami masalah Hasil penelitian ini sejalan dengan
dalam tidurnya. penelitian yang dilakukan oleh daniael, dkk
(2018),dalam jurnal berjudul “Sleep Saran bagi peneliti lain : Melakukan
Deficiency And Motor Vehicle Crash Risk penelitian lebih lanjut mengenai kesehatan
In The General Population, menunjukan kerja dan penyakit akibat kerja, Melanjutkan
hasil ganguan tidur serta tidur hanya dalam penelitian dengan variable lain tentang
beberapa jam memiliki hubungan dengan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kejadian kecelakaan pada kendaraan roda kerja.
dua dengan nilai signifikan 0,004.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Daftar Pustaka
saraswati 2018 yang mengatakan ada
hubungan antara kualitas tidur pada pekerja
malam hari dengan kejadian kecelakaan
kerja
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
semakin buruk kualitas tidur seseorang
maka semakin tinggi risiko kecelakaan
kerja sebaliknya semakin baik kualitas tidur
seseorang maka semakin rendah kecelakaan
kerja. dengan demikian peningkatan
kualitas tidur dapat meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja sehingga angka
kecelakaan kerja di rumah potong hewan
semakin menurun.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan terdapat
hubungan antara Kepatuhan Terhadap SOP
dengan nilai p=0,006, ada hubungan
kualitas Tidur dengan kecelakaan kerja
dengan nilai p=0,003.

Saran
Saran bagi pekerja pekerja RPH :
Diharapkan dapat mengonsumsi makanan
yang bergizi sebelum bekerja untuk
menambah daya tahan tubuh, Lebih menaati
prosedur kerja yang ada dan melaksanakan
dengan penuh tanggung jawab,
Memanfaatkan waktu istirahat seoptimal
mungkin agar tidak terjadi kelelahan yang
mengakibatkan kecelakaan.
Saran bagi dinas terkait : Diharapkan
dapat memberikan informasi tentang cara
mencegah kecelakaan kerja melalui
sosialisasi, pelatihan K3 yang tidak hanya
melibatkan beberapa pekerja saja namun
mengikutsertakan semua pekerja yang
kemudian dilakukan evaluasi,

Anda mungkin juga menyukai