DISUSUN OLEH
KELOMPOK II :
1. Anastasia Kintan 2311416024 | FBS
2. Siti Maysaroh 4201416043 | FMIPA
3. Harrin Pramadhani 1102416027 | TP
4. Ilham Ramadhan 1102416036 | TP
Dengan adanya perubahan suhu politk global yaitu dengan banyak bermunculannya
Negara-negara baru yang telah memperoleh kemerdekaan karena semangat kesadaran untuk
mandiri pada Negara-negara bekas jajahan, termasuk juga kebangkitan di Negara-negara asia
seperti Philipna merdeka pada tahun 1839 yang dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang
atas Rusia di Tsunia (1905). Menjadikan rakyat Indonesia lelah menunggu janji penjajah
Belanda tentang kemerdekaan Indonesia sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret
1940. Hal ini memicu kekesalan dan ketidakpercayaan Indonesia terhadap Belanda.
Pada tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh di tangan Jepang, dan perlawanan Belanda
terhadap Jepang berakhir di Bandung pada tanggal 8 Maret 1942, jendral Ter Poorter sebagai
panglima tertinggi Angkatan Darat sekutu di Jawa menyerah dengan tanpa syarat, yang
diikuti dengan ditawan dan dibawanya keluar Jawa, gubernur Tjarda Van Starkenborgh
Starchouwer dengan para pembesar Belanda lainnya, sehingga terhitung sejak itu secara
formal dimulai masa pendudukan Jepang di Indonesia. Masuknya Jepang ke Indonesia
disambut gembira karena menganggap Jepang akan membebaskan rakyat Indonesia dari
penjajahan dan memberikan kebebasan kepada rakyat Indonesia untuk menunjukkan rasa
nasionalismenya dengan mengibarkan bendera merah putih dan mengumandangkan lagu
Indonesia Raya.
Dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”
diterima dengan sukarela, karena adanya harapan yang cuup besar dari pemerintah Jepang
untuk memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang no.1
tahun 1942, yaitu sebelum pemerintah Hindia Belanda menyerang. Kedatangan Jepang
membawa misi untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia dengan moto Tan Asia. Jepang
merupakan serumpun dengan Indonesia sehingga menganggap dirinya mampu mewujudkan
ketentraman di Asia raya.
Ternyata masuknya Jepang ke Indonesia tidak merubah bentuk imperialisme barat,
yang terjadi justru penyengsaraan kehidupan rakyat menambah penderitaan. Akhirnya, pada
tanggal 7 September 1944 Pemerintah Jepang di Tokyo memberikan janji untuk memberi
kemerdekaan kepada Indonesia sebagai hadiah dari pemerintahan Jepang yang diucapkan
oleh perdana mentri Koiso dihadapan parlemen Jepang, “The Japanese empire (hreby)
annonce the future independence of all Indonesian people” yang artinya kekaisaran Jepang
(dengan ini) mengumumkan kemerdekaan pada masa yang akan datang bagi segenap bangsa
Indonesia. Pemberian janji tersebut tidak terlepas dari perhitungan strategi Jepang yang
melihat Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, yang dapat
dimanfaatkan untuk memeberikan dukungan pada angkatan perang Jepang dalam
memenangkan Perang Dunia II melawan sekutu. Akan tetapi janji itu baru direalisasikan
setelah bala tentara Jepang mengalami kekalahan-kekalahan dengan sekutu, dan area desakan
pemimpin pergerakan bangsa Indonesia yang memaksa pemerintahan Jepang membentuk
Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) yang terwujud pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan ulang tahun kaisar
Jepang Tenno Haika.
Wakil ketua :
1. Raden Panji Soeroso
Ruang lingkup tugas badan ini sangat terbatas yaitu, melakukan penyelidikan usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, menurut Yosio Ichibangase setelah pekerjaan badan ini
selesai maka Jepang membentuk panitia lain yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia. Sehingga ada upaya pemerintah Jepang untuk tidak menggunakan hasil keputusan
lembaga ini sebagai rekomendasi pada Pemerintah Indonesia ketika merdeka.
Selama reses antara 2 Juni—9 Juli 1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk
sebagai panitia kecil yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota
BPUPKI yang telah masuk. Tim kecil ini bertugas untuk melakukan dokumentasi usulan-
usulan yang ada secara tertulis paling lambat tanggal 20 Juni 1945. Anggota panitia kecil
tersebu juga dikenal dengan Panitia yang anggotanya :
1) Ir.Soekarno
2) M.Hatta
3) M.Soetarjo
4) KH.W.Hasyim
5) Ki Bagoes
6) Otista
7) M.Yamin
8) Andre Maramis
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Delapan mengadakan rapat dengan 38 orang
anggota Badan Penyelidik, yaitu anggota-anggota yang menghadiri sidang Chou Sangi
In (sebuah badan penasehat yang dibentuk pemerintah penduduk Jepang) di Jakarta. Dalam
rapat itu, Panitia Delapan berhasil menghimpun usulan para anggota yang menyangkut
beberapa masalah penting yaitu :
1) Permintaan Indonesia merdeka selekas-lekasnya
2) Dasar Negara
3) Unifikasi dan federasi
4) Dearah negara Indonesia
5) Badan perwakilan rakyat
6) Badan penasehat
7) Bentuk negara dan kepala negara
8) Pembelaan Negara, dan
9) Keungan
Tim ini juga mengusulkan kepada pemerintah Jepang terkait dengan: Penetapan
bentuk negara dan hukum dasar Negara, permintaan kemerdekaan secepatnya,
merekomendasi kepada Jepang untuk membuat badan persiapan secepat mungkin dan
pembentukan tentara kebangsaan serta administrasi masalah keuangan.
Di akhir rapat, Panitia Delapan mengambil inisiatif membentuk Panita kecil lain yang
disebut dengan Panitia Sembilan karena kebutuhan untuk mencari modus antara golongan
Islam dan golongan kebangsaan mengenai masalah agama dan negara. Panitia Sembilan
beranggotakan :
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Mohammad Yamin (anggota)
5. KH. Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Rapat Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945, menghasilkan rancangan Hukum Dasar
yang dikenal dengan Piagam Jakarta. Pada bagian akhir dari naskah rancangan Pembukaan
Hukum Dasar (Piagam Jakarta) terdapat rumusan dasar negara sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam
permusyarawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
2.1.3 Masa Persidangan II BPUPKI (10–17 Juli 1945)
keputusan:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945
2. Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)
3.Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila mengalami proses
perumusan yang panjang dan berat, mulai dari persidangan pertama BPUPKI hingga
persidangan kedua BPUPKI. Pancasila disahkan pada persidangan PPKI pada 18 Agustus
1945. Rumusan Pancasila dikumandangkan kepada seluruh bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Dinamika rumusan Pancasila masih terjadi setelah proklamasi kemerdekaan.
Ternyata masih banyak ditemukan perbedaan pemahaman ideologi Pancasila dari masa ke
masa.