PENDAHULUAN
1
hormonal. Faktor lain yang turut berperan yaitu faktor fisik, lingkungan dan
sosial. Di samping itu, efek toksik suatu zat dapat dipengaruhi oleh zat kimia
lain yang diberikan bersamaan. Efek toksik dapat berubah karena berbagai hal
seperti perubahan absorpsi, distribusi, dan ekskresi zat kimia, peningkatan
atau pengurangan biotranformasi, serta perubahahan kepekaan reseptor pada
organ sasaran (Lu, 1995)
b. Sistem Kardiovaskuler
2
Konsumsi alkohol lebih dari 3x dosis harian standar meningkatkan
potensi serangan jantung dan stroke. Risiko lainnya berupa penyakit
jantung koroner, risiko tinggi aritmia jantung dan gagal jantung
kongestif
c. Hipertensi
Sistem Pencernaan
a. Esofagus
Alkohol adalah salah satu faktor dari sekian banyak faktor penyebab
disfungsi esofagus. Etanol juga dikaitkan dengan perkembangan
refluks esofagus, Barret's esofagus, ruptur traumatik esofagus,
Mallory-Weiss tears, dan kanker esofagus.
3
b. Lambung
c. Usus
d. Pankreas
4
pankreatitis hemoragik dapat menyebabkan syok, gagal
ginjal, gagal nafas, dan kematian. Perawatan untuk
kondisi ini dapat meliputi penggantian cairan intravena
dan analgesik opioid. Etiologi pankreatitis akut mungkin
berhubungan dengan efek metabolik toksik
langsung alkohol pada sel-sel asinar pankreas.
e. Hati
5
keracunan sianida, status hemodinamik pasien menjadi tidak stabil,
karena adanya aritmia ventrikel, bradikardia, blok jantung, henti
jantung, dan kematian.
6
Melalui paru-paru karena terhirup melalui mulut atau hidung
(inhalasi). Racun yang berbentuk gas, uap, debu, asap atau spray
dapat terhirup melalui mulut dan hidung dan masuk ke paru-paru.
Hanya partikel-partikel yang sangat kecil yang dapat melewati paru-
paru. Partikel partikel yang lebih besar akan tertahan dimulut,
tenggorokan dan hidung dan mungkin dapat tertelan.
Melalui kulit yang terkena cairan atau spray Orang yang bekerja
dengan zat-zat kimia seperti pestisida dapat teracuni jika zat kimia
tersemprot atau terpercik ke kulit mereka atau jika pakaian yang
mereka pakai terkena pestisida. Kulit merupakan barier yang
melindungi tubuh dari racun, meskipun beberapa racun dapat masuk
melalui kulit.
b. Mekanisme Kronik
Menghirup asap
Menghirup asap selama kebakaran industri atau rumah adalah
sumber utama dari keracunan sianida di Amerika Serikat. Individu
dengan menghirup asap dari kebakaran diruang tertutup, kemudian
pasien menunjukkan adanya jelaga di mulut atau hidung atau saluran
napas, adanya perubahan status mental, atau hipotensi dapat diduga
memiliki keracunan sianida yang signifikan (konsentrasi sianida
darah > 40 mmol/L atau sekitar 1mg/L). Banyak senyawa yang
7
mengandung nitrogen dan karbon dapat menghasilkan gas hidrogen
sianida (HCN) ketika dibakar. Beberapa senyawa alami (misalnya,
wol, sutra) menghasilkan HCN sebagai produk pembakaran. Plastik
rumah tangga (misalnya, melamin di piring, akrilonitril dalam
cangkir plastik), busa poliuretan di bantal furniture, dan banyak
senyawa sintetis lainnya dapat menghasilkan konsentrasi mematikan
dari sianida ketika dibakar di bawah kondisi yang sesuai dengan
konsentrasi oksigen dan suhu.
Paparan industri
Sumber-sumber industri yang mengandung sianida tak terhitung
jumlahnya. Sianida digunakan terutama dalam perdagangan logam,
pertambangan, manufaktur perhiasan, pencelupan, fotografi, dan
pertanian. Proses industri tertentu yang melibatkan sianida termasuk
logam pembersihan, reklamasi, atau pengerasan; pengasapan;
electroplating; dan pengolahan foto. Selain itu, industri
menggunakan sianida dalam pembuatan plastik, sebagai perantara
reaktif dalam sintesis kimia, dan pelarut (dalam bentuk nitril).
Paparan garam dan sianogen kadang-kadang menyebabkan
keracunan; Namun, risiko yang signifikan untuk beberapa korban
terjadi ketika produk ini datang ke dalam kontak dengan asam
mineral karena adanya gas HCN. Sebuah insiden korban massal
dapat berkembang pada kecelakaan industri di mana sianogen
klorida kontak dengan air (misalnya, selama proses pemadaman
kebakaran). Kontainer sianogen klorida dapat pecah atau meledak
jika terkena panas tinggi atau tersimpan terlalu lama.
Paparan iatrogenik
Vasodilator natrium nitroprusside, bila digunakan dalam dosis tinggi
atau selama periode hari, dapat menghasilkan konsentrasi beracun
untuk sianida di darah. Pasien dengan cadangan tiosulfat rendah
(misalnya pasien kurang gizi, atau pasien pasca operasi)
berada pada peningkatan risiko untuk terkena keracunan sianida,
8
bahkan meskipun diberikan pada dosis terapi. Pasien awalnya
mengalami kebingungan dan kemudian dirawat unit perawatan
intensif (ICU). Masalah dapat dihindari dengan pemberian
hydroxocobalamin atau natrium tiosulfat.
9
pusat terutama dalam aktifitas sistem retikular. Aktifitas dari alkohol
sangat kuat dan setara dengan bahan anastetik umum.
Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan
memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat.
Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium
sianida). Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berasa dan
memiliki bau pahit yang seperti bau almond. Kebanyakan orang dapat
mencium baunya, tetapi ada berapa orang yang karena masalah
genetiknya tidak dapat mencium bau HCN. Hidrogen sianida disebut juga
formonitrile, dalam bentuk cairan dikenal sebagai asam
prussit dan asam hidrosianik. Dalam bentuk cairan, HCN tidak berwarna
atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat
volatil dan mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan
bahan peledak juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering
digunakan. Natrium sianida dan kalium sianida berbentuk bubuk putih
dengan bau yang menyerupai almond.
10
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut
organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon
tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana,
piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang
ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa
klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
2. Sifat efek toksik Sianida
11
Manifestasi klinis dari keracunan sianida yang sebagian besar
merupakan gambaran dari hipoksia intraseluler. Terjadinya tanda-tanda
dan gejala ini biasanya kurang dari 1 menit setelah menghirup dan dalam
beberapa menit setelah konsumsi. Awal manifestasi neurologis termasuk
kecemasan, sakit kepala, dan pusing. Pasien kemungkinan tidak bisa
memfokuskan mata dan terjadi midriasis yang dapat disebabkan oleh
hipoksia. Hipoksia yang terus berlanjut akan berkembang menjadi
penurunan tingkat kesadaran, kejang, dan koma.
Setelah terpejan sianida, gejala yang paling cepat muncul adalah iritasi
pada lidah dan membran mukus. Sianida dapat mudah menembus dinding
sel baik jika masuk secara inhalasi,memakan atau menelan garam sianida
atau senyawa sianogenik lainnya.yang diikuti oleh hati kemudian otak.
Sebaliknya, bila sianida masuk melalui sistem pencernaan maka kadar
tertinggi adalah di hati. Dalam jumlah kecil, penggunaan sianida dalam
menyebabkan sakit kepala, pusing, muntah, mual, lemah, peningkatan
denyut jantung, dan gelisah.
12
BAB II
PEMERIKSAAN
13
1. Pra Analitik
Alat dan bahan:
Alat
Peralatan destilasi uap dari dubowskin dan shupe
Penangas air elektrik pada suhu 100 oC atau pada suhu konstan
pada 100 OC dengan cairan yang mudah larut ( cairan UCON
50-HB-280X)
Spektrofotometer ( 450 Nm)
Pipet
Labu ukur yang bertutup gelas
Bahan :
Reaksi pengoksidasi : 0,0214 N kalium dikromat 1,0500
gram K2Cr2O7 dalam 1 liter dari 50 % volume asam sulfat.
1 ml dari reagen setara dengan 0,247 mg etil alkohol.
Larutan natrium Tungstat 10 % w/v
Asam sulfat 2/3 N
larutanasam tartart 10 % w/v
2. Analitik
Prosedur kerja :
Masukan sampel 20 ml, tambahkan aquadest 10 ml
Kemudian di destilasi, hasil dari destilasi sebanyak 2 ml
Kemudiam ambil 1 ml dan tambahkan 5 ml H2SO4 ( 2/3 N)
dan tambahkan 5 ml Na2WO4. 2H2O 10 %
Setelah itu, mengalami perubahan menjadi warna coklat
gelap.
Setelah itu, masukan labu ukur 10 ml hingga vol. < 10 ml.
14
Kemudian di destilasi kembali selama 8-10 menit
menggunakan mikro burner.
Setelah itu, masukan 1 ml destilat dan 5 ml R. pengoksidasi
Setelah itu, masukan kedalam alat spektofotometer selama 8
menit dengan suhu 100 O C.
Kemudian, dinginkan dengan suhu kamar 25 O C dengan air
mengalir.
Setelah itu, masukan kedalam kuvet
dan ukur dengan panjang gelombang 450 Nm.
3. Pasca analitik
Interprestasi hasil :
15
c. Alat dan bahan :
Alat
Labu ukur
Baskom
Labu erlenmeyer
Pipet tetes
Tabung reaksi
Karet penutup dengan gantungannya.
Bahan
singkong
HNO3
AgNO3
Aquadest
Larutan Na2CO3
2. Analitik
Prosedur analisis
Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
Ditimbang ± 20 gram sampel segar di tempatkan kedalam labu
destilasi
Di tambah 10 ml larutan asam tartart 5 % dan 100 ml aquadest
lalu di destilasi
Destilat ditampung dalam labu ukur 100 ml yang telah dipenuhi
dengan 20,0 ml AgNO3 0,02 N + 1ml HNO3 encer.
Disipakankertas saring yang berbentuk lingkaran kemudian
dicelupkan dalam larutan asam pikrat jenuh dan dikeringkan di
udara. Setelah kering dibasahi dengan larutan Na2CO 38 %.
16
Kemudian tetesan destilat disentuhkan pada kertas saring
tersebut.
3. Pasca Analitik
Hasil : jika warna kuning pada kertas menunjukan positif toksik
sianida pada sampel singkong.
2. Analitik :
Prosedur kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
Kertas saring di celupkan kedalam larutan asam pikrat jenuh,
biarkan hingga menjadi lembab.
Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan
sampai agak mengering
Teteskan teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes.
Kemudian kertas saring di celupkan kedalam larutan HNO3 1
%, kemudian di celupkan lagi kedalam larutan kanji 1% dan
keringkan.
Kemudian, kertas saring dipotong-potong seperti kertas
lakmus.
3. Pasca Analitik
17
Hasil :
Uji positif ditandai dengan terjadinya prubahan warna menjadi
warna biru.
Apabila berubah warna menjadi warna biru muda maka ini
meragunakan
Apabila warna tidak berubah ( merah muda) menunjukan
negatif.
BAB III
SOLUSI
18
Secara umum si pemberi pertolongan pertama harus melindungi
dirinya
Kemudian untuk korban yang telah menghirup diupayakan agar
hirup udara segar. Kondisi ini bisa ditangani dengan
memindahkan korban ke tempat udara segar dan diistirahatkan.
Jika napas terhenti maka langsung berikan pernapasan
buatan secara mekanik, jika diperlukan berikan masker oksigen
atau peralatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan.
Segera hubungi dokter terdekat.
Setelah kontak pada kulit: cuci dengan air yang banyak.
Lepaskan pakaianyang terkontaminasi. Segera panggil dokter.
Setelah kontak pada mata: bilaslah dengan air yang banyak. cuci
mata dengan air mengalir yang banyak sambil mata dikedip-
kedipkan sampai dipastikan terbebas dari methanol. Hubungi
dokter mata.
Setelah penelanan: Paksa korban meminum ethanol (misal, 1
gelas minuman yang mengandung 40% alkohol). Hubungi
segera dokter (dan beritahu adanya penelanan methanol).
19
Cara lain membuat korban muntah: dengan cara menyentuh
dinding belakang tenggorokan dengan jari atau pegangan
sendok.
20
Epinephirine, digunakan untuk membantu kerja jantung dan
pembuluh darah dalam mengalirkan oksigen.
Arang aktif, terapi untuk pasien yang kercunan akibat menelan
sianida bila keracunan masih dalam waktu 4 jam.
Natrium dikarbonat, digunakan bila terjadi osidosis
Obat-obatan anti kejang seperti lorazepam, midazolam, dan
fenobardital.
Amil nitrit merupakan antidot sementara yang diberikan dengan
di hirup.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Esofagus
Lambung
Usus
21
Pankreas
Hati
22
Gangguan sistem hormonal
Gangguan sintesis protein
Gangguan sistem transport
Perubahan fungsional sel
Mempengaruhi fungsi organ :
Gangguan pernafasan
Mempengaruhi sistem syaraf
Perubahan struktur sel
Degenerasi : atropi, nekrosis, proliferasi : meningkatkan
pertumbuhan sel inflamasi : peradangan
4.2. Saran
23
24