Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KELOMPOK X DOSEN PENGAMPU :

Dr. Henny Indrawati, SP., MM

MAKALAH

”MASALAH KEMISKINAN”

Disusunoleh :

1. DESKA ELA SUKMA(1705122698)


2. YAKUB TOMMY (1705114588)
3. YUMELDA SARI (1705123029)

UNIVERSITAS RIAU
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2020

1
DAFTAR ISI
                                                                                                                  Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Definisi Kemiskinan dan Garis Kemiskinan................................................5
2.2  Jenis-jenis Kemiskinan……………………………….................................9
2.3  Hubungan pendapatan dengan kemiskinan............................................... 12
2.4  Penyebab Kemiskinan……………………………………….................... 14
2.5 hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan dan kesejahteraan…20
2.6  Kebijakan Mengurangi Kemiskinan………… .......................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 28
3.2 Saran............................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 29

2
KATA PENGANTAR

            Mari kita belajar dari sekarang akan pentingnya pemerataan ekonomi,dan
kemakmuran yang menjadi hak bagi setiap warga negara. Semoga dengan
makalah ini yang menguak sedikit tentang “MASALAH KEMISKINAN” dapat
menjadi motivasi, inovasi dan juga daya kreasi kita untuk dapat memajukan
perekonomian keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Negara baru bisa dikatakan makmur, subur dan sejahtera apabila didalam


negara tersebut kehidupan ekonomis seluruh penduduknya berada pada rata-rata,
atau di atas rata-rata angka kemiskinan. Bagaimanakah dengan Negara kita
Indonesia? Sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam, tentunya kita
bangga dan patut bersyukur kepada Tuhan atas apa yang negara kita miliki.
Namun, dimanakah letak kebanggaan itu seharusnya diletakkan. Apakah
dipundak? Dihati? atau dijiwa kita ?. Janganlah kita berbangga jika kita hanya
menjadi penonton ! Jangan kita berbangga jika kita hanya menjadi penerus! Dan
jangan bangga pula bila kita menjadi penikmat. Bangga yang harusnya ada dalam
benak kita adalah bangga akan apa yang telah kita perbuat dengan alam, dan
bagaimana kita mengelola kekayaan alam ini dengan sebaik-baiknya.

Makalah “MASALAH KEMISKINAN”  yang kami sajikan ini hendaknya


bisa menjadi modal bagi kita untuk membuka mata akan kebenaran dan
keobjektifan pemerintah dalam menjalankan Visi dan Misinya. Adapun
kesempurnaan itu hanya milik Tuhan. Dan kami berharap kita sebagai generasi
kreatif, inovatif dan motivatif mampu menghadirkan informasi-informasi yang
saling melengkapi dan saling menyempurnakan apa yang sesungguhnya bangsa
kita ini alami saat ini. Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena ridho-Nya,
makalah ini dapat terselesaikan.

Pekanbaru,   February 2020

Penulis

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Keadaan Perekonomian dewasa ini sangat memprihatinkan. Yang kita


ketahui khususnya di Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang
menyangkut mengenai kehidupan bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan,
masalah pengangguran, masalah lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut
timbul akibat semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak disesuaikan
dengan kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah kebawah. Hingga
kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling krusial
di dunia ini.

Menurut penelitian Rahadian (2010), salah satu permasalahan yang


dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan.
Dimensi kemiskinan sangatlah luas dan bisa terjadi dimana saja. Kemiskinan bisa
terjadi pada siapa saja, baik ditingkat usia maupun ditingkat pendapatannya.

Menurut penelitian Andika dan Hastarini (2011), kemiskinan merupakan


masalah kompleks tentang kesejahteraan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan 3 masyarakat, pengangguran,
kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender,
dan lokasi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak
mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan
perlakuan bagi seseorang atau kelompok orang dalam menjalani kehidupan secara
bermartabat.

Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan


pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman
tindak kekerasan, dan hak berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.

4
Kemiskinan merupakan permasalah utama dalam pembangunan ekonomi
di negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan Indonesia telah membatasi
hak rakyat untuk memperoleh pekerjaan yang layak, perlindungan hukum, rasa
aman, kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan yang terjangkau,
pendidikan yang layak, layana kesehatan yang layak, keadilan, partisipasi dalam
menata dan mengelola pemerintahan dengan baik.

Karena Indonesia adalah negara berkembang, maka masalah kemiskinan


merupakan masalah yang penting dan pokok dalam upaya pembangunannya.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, untuk mengukur
kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk 4 memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran.

Pada kesempatan ini penulis mencoba memaparkan secara global


kemiskinan negara-negara di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang nota-
benenya ada di belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik
mengenai kemiskinan di Negara Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara
berkembang adalah Negara yang memiliki standar pendapatan rendah dengan
infrastruktur yang relatif terbelakang dan minimnya indeks perkembangan
manusia dengan norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut meliputi
sebagian Negara-negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-
negara pinggiran benua Asia.

5
BAB 11

PEMBAHASAN

MASALAH KEMISKINAN

A. Defenisi Kemiskinan dan Garis Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi


kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini
secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi
moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi


sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-
hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok
orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan
Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun
2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada
mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan pokok/dasar

Menurut Hall dan Midley, menyatakan kemiskinan dapat didefenisikan


sebagai kondisi deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di

6
bawah standar kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami
deprivasi relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.

Kemiskinan adalah permasalahan yang sifatnya multidimensional. Pendekatan


dengan satu bidang ilmu tertentu tidaklah mencukupi untuk mengurai makna dan
fenomena yang menyertainya. Definisi secara umum yang lazim dipakai dalam
perhitungan dan kajian-kajian akademik adalah pengertian kemiskinan yang
diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu sebagai ketidakmampuan mencapai standar
hidup minimum (Word Bank, 1990).

Dari definisi diatas diperoleh pengertian bahwa kemiskinan merupakan


kondisi hidup seseorang yang merujuk pada keadaan kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan hidup pokkoknya dan tidak dapat menikmati kehidupannya
dalam hal kesehatan, ibadah menurut agamanya, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan yang tinggi dan standar hidup yang layak.

Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu pada garis
kemiskinan (poverty line) (Tambunan, 2001). Konsep yang mengacu pada garis
kemiskinan disebut kemiskinan absolute, sedangkan konsep yang pengukurannya
tidak didasarkan kepada garis kemiskinan di sebut kemiskinan relative.

Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan


Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin. GKM merupakan nilai pengeluaran
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita
perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi
(padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-
kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

Garis kemiskinan merupakan salah satu indikator kemiskinan yang


menyatakan rata-rata pengeluaran makanan dan non-makanan per kapita pada
kelompok referensi (reference population) yang telah ditetapkan (BPS, 2004).

7
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat
minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar
hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau
umum masyarakat mengenai garis kemiskinan. Hampir setiap masyarakat
memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai
perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan
mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.

Garis kemiskinan di Indonesia diwujudkan dalam bentuk besarnya nilai rupiah


pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum
makanan dan non makanan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk tetap
berada pada kehidupan yang layak (BPS, 2011b).

Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran


untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non
makanan, atau standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila
dipandang dari sudut konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara
berbeda-beda, sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.

Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penetapan perhitungan garis


kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah
Rp 7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut
berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan
dan non makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100
kilokalori per kapita per hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum
bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan
kesehatan.

8
Untuk mengidentifikasi kemiskinan digunakan beberapa kriteria antara lain
kriteria Bank Dunia, Asian Development Bank, Badan Pusat Statistik serta
perhitungan indeks FGT yaitu Headcount Index, Poverty Gap Index, dan Poverty
Severity Index.

a. Kriteria Bank Dunia Garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia adalah
sebesar USD 2 per kapita/hari. Rumah tangga dengan pendapatan per kapita/ hari
kurang dari tetapan tersebut digolongkan miskin.

b. Kriteria Asian Development Bank Garis kemiskinan yang ditetapkan Asian


Development Bank adalah sebesar USD 1,25 per kapita/hari. Rumah tangga
dengan pendapatan per kapita/hari kurang dari tetapan tersebut digolongkan
miskin.

c. Kriteria BPS Garis kemiskinan yang dipakai adalah nominal yang


ditetapkan oleh BPS Kabupaten Bojonegoro yaitu Rp251.323,00/kapita/bulan.
Rumah tangga dengan pendapatan per kapita/ bulan kurang dari tetapan tersebut
digolongkan miskin.

d. Headcount Index, Poverty Gap Index dan Poverty Severity Index (indeks
FGT) Untuk mengukur tingkat kemiskinan diantara rumah tangga digunakan
indeks FGT yang meliputi Headcount Index, Poverty Gap Index dan Poverty
Severity Index (Haughton and Khandker, 2009).

Indikator – indikator kemiskinan

Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara
detail indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator – indikator kemiskinan
sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :

1.    Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar ( sandang,pangan, papan ).

2.    Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya ( kesehaatan,


pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi ).

9
3.    Tidak adanya jaminan masa depan ( karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga ).

4.    Kerentangan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.

5.    Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya


alam.

6.    Kuranganya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7.    Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.

8.    Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9.    Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial ( anak-anak terlantar,


wanita korban kekerasan rumah tangga,janda miskin,kelompok marginal dan
terpencil ).

B. Jenis-jenis Kemiskinan

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis kemiskinan, terdiri atas:

 Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau


sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup.

Garis kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-


rata untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan.
Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk
menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang
disebut miskin.

10
 Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena


adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh
lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau
ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah
daerah tertinggal.

 Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat


adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal
dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf
hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas,
pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung
pada pihak lain.

 Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena


rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu
tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya
pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki
unsur diskriminatif.

Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan


berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:

1) Kemiskinan Alamiah Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang


terbentuk sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau
ketiadaan pra sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah
yang kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya

11
adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga
menjadi daerah tertinggal.

2) Kemiskinan Buatan Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang


diakibatkan oleh sistem moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan
masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya,
sarana, dan fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah
dampak negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang
umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk
mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak 32 meratanya
pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih
menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor
pertanian.

Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep


pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara sedang
berkembang pada dekade 1970an dan 1980an (Jarnasy, 2004: 8).

Persoalan kemiskinan dan pembahasan mengenai penyebab kemiskinan


hingga saat ini masih menjadi perdebatan baik di lingkungan akademik maupun
pada tingkat penyusun kebijakan pembangunan (Suryawati, 2004: 123). Salah
satu perdebatan tersebut adalah menetapkan definisi terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin.

Pada umumnya, identifikasi kemiskinan hanya dilakukan pada indikator-


indikator yang relatif terukur seperti pendapatan per kapita dan
pengeluaran/konsumsi rata-rata. Ciri-ciri kemiskinan yang hingga saat ini masih
dipakai untuk menentukan kondisi miskin adalah:

1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan


kerja, dan ketrampilan yang memadai.

2) Tingkat pendidikan yang relatif rendah

12
3) Bekerja dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja di
lingkungan sektor informal sehingga mereka ini terkadang disebut juga setengah
menganggur

4) Berada di kawasan pedesaan atau di kawasan yang jauh dari pusat-pusat


pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di perkotaan (slum area)

5) Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan


kebutuhan pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan dan pendidikan sesuai dengan standar kesejahteraan pada umumnya.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ciri-ciri kemiskinan di atas


tidak memiliki sifat mutlak (absolut) untuk dijadikan kebenaran universal
terutama dalam menerangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan ataupun terbentuknya kemiskinan. Sifat-sifat kemiskinan di atas
hanya merupakan temuan lapangan yang paling banyak diidentifikasikan atau
diukur.

C. Hubungan pendapatan dengan Kemiskinan

Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat


adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum
apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Apabila
pengangguran di suatu negara sangat buruk, maka akan menimbulkan efek yang
buruk juga kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek ekonomi dalam jangka
panjang (Sukirno, 2009).

Ketimpangan pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas, dari


istilah yang kayak semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini sangat
berdampak pada pendapatan tersebut tidak cukup hanya bicara mengenai subsidi
modal terhadap kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan ( ketrampilan )
tenaga kerja di Indonesia. Lebih penting dari itu ,persoalan yang terjadinya
sesungguhnya adalah akibat kebijakan pembangunan ekonomi yang kurang tepat

13
dan bersifat struktural. Maksudnya kebijakan masa lalu yang begitu menyokong
sektor industri dengan mengorbankan sektor lainnya patut direvisi karena telah
mendorong munculnya ketimpangan sektoral yang berujung kepada kesenjangan
pendapatan.

Dari perspektif ini agenda mendesak bagi Indonesia adalah memikirkan


kembali secara serius model pembangunan ekonomi yang secara serius model
pembangunan ekonomi yang secara serentak bisa memajukan semua sektor
dengan melibatkan seluruh rakyat sebagai partisipan. Sebagian besar ekonom
meyakini bahwa strategi pembangunan itu adalah modernisasi pertanian dengan
melibatkan sektor industri sebagai unit pengolahnya.

Ketimpangan atau kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan distribusi


pendapatan masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu. Kaitan
kemiskinan dengan ketimpangan pendapatan ada beberapa pola yaitu :

·         Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin)


tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.

·         Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin)


tetapi ketimpangan pendapatannya rendah ( ini yang paling baik).

·         Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah ( semuanya miskin)


tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.

·         Semua anggota masyarakat mempunyai income yang rendah (semuanya


miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah.

·         Tingkat income masyaraka bervariasi ( sebagian miskin,sebagian tidak


miskin)tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.

·         Tingkat income masyarakat bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak


miskin)tetapi ketimpangan  pendapatannya rendah.

14
Indikator - indikator Kesenjangan Pendapatan

Adapun indikator – indikator kesenjangan pendapatan antara lain sebagai beikut :

1.    UMR yang ditentukan pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai


Pemerintah yang berbeda.

2.    PNS ( golongan atas ) lebih sejahtera dibandingkan petani.

3.    Pertanian kalah jauh dalam menyuplai Produk Domestik Bruto ( PDB ) yang
hanya sekitar 9.3 % di tahun 2011, padahal Indonesia merupakan Negara agraris.

D. Penyebab Kemiskinan

Yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :

1.    Kemiskinan alamiah.

Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan


teknologi yang rendah,dan bencana alam.

2.    Kemiskinan buatan.

Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat


sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan
berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.

Berikut ini terdapat beberapa penyebab kemiskinan, terdiri atas:

 Laju pertumbuhan penduduk

Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk


suatu negara menjadi besar. Bila laju pertumbuhan ini tidak sebanding dengan

15
pertumbuhan ekonomi, maka hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan akan
semakin meningkat di suatu negara.

 Angka pengangguran tinggi

Lapangan kerja yang terbatas menyebabkan angka pengangguran di suatu


negara menjadi tinggi. Semakin banyak pengangguran maka angka kemiskinan
juga akan meningkat. Peningkatan angka pengangguran juga dapat menimbulkan
masalah lain yang meresahkan masyarakat. Misalnya munculnya pelaku tindak
kejahatan, pengemis dan lain-lain.

 Tingkat pendidikan yang rendah

Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah cenderung tidak memiliki


keterampilan, wawasan dan pengetahuan yang memadai. Sehingga mereka tidak
bisa bersaing dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi di dunia kerja
maupun dunia usaha hal ini kemudian membuat angka pengangguran dan
kemiskinan menjadi bertambah.

 Bencana alam

Bencana alam merupakan faktor penyebab kemiskinan yaang tidak dapat


dicegah karena berasal dari alam. Bencana alam seperti tsunami, banjir, tanah
longsor dan lain-lain. Akan menimbulkan kerusakan pada infrastruktur maupun
psikologis. Peristiwa bencana alam yang besar dapat mengakibatkan masyarakat
mengalami kemiskinan karenaa kehilangan harta.

 Distribusi yang tidak merata

Ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya akan menimbulkan


ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Pada umumnya, masyarakat yang
hanya memiliki sumber daya terbatas da berkualitas rendah berada di bawah garis
kemiskinan.

16
Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan dinegara
berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

(1)  perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan,

(2)  perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh Negara yang berlainan,

(3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya
manusianya

(4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara,

(5) perbedaan struktur industri,

(6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik


negara lain

 (7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam


negeri.

Tingginya angka pengangguran disebabkan oleh tingginya tingkat


pertumbuhan tenaga kerja dan rendahnya investasi perkapita, dan tingginya
pertumbuhan tenaga kerja disebabkan oleh penurunan tingkat kematian dan
rendahnya investasi perkapita disebabkan oleh tingginya ketergantungan terhadap
teknologi asing yang hemat tenaga kerja. Selanjutnya rendahnya tingkat
pendapatan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, kesempatan pendidikan,
pertumbuhan tenaga kerja dan investasi perkapita.

Studi empiris Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian


(1995) yang dilakukan pada tujuh belas propinsi di Indonesia, menyimpulkan
bahwa ada enam faktor utama penyebab kemiskinan, yaitu:

17
1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia, hal ini ditunjukkan dengan
rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka ketergantungan, rendahnya tingkat
kesehatan, kurangnya pekerjaan alternatif, rendahnya etos kerja, rendahnya
keterampilan dan besarnya jumlah anggota keluarga.

2. Rendahnya sumber daya fisik, hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kualitas
dan aset produksi serta modal kerja.

3. Rendahnya penerapan teknologi, ditandai oleh rendahnya penggunaan input


mekanisasi pertanian.

4. Rendahnya potensi wilayah yang ditandai dengan oleh rendahnya potensi


fisik dan infrastruktur wilayah.

 5. Kurang tepatnya kebijaksanaan yang dikukan oleh pemerintah dalam


investasi dalam rangka pengentasan kemiskinan.

6. Kurangnya peranan kelembagaan yang ada.

Menurut Ginanjar (1996) ada 4 faktor penyebab kemiskinan, faktor-faktor


tersebut antara lain:

a.    Rendahnya taraf pendidikan

b.    Rendahnya taraf kesehatan.

c.    Terbatasnya lapangan kerja.

d.    Kondisi keterisolasian.

Pendapat Ginanjar (1996) bahwa kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor


antara lain:

 a. Sumber daya alam yang rendah.

 b. Teknologi dan unsur penduduknya yang rendah.

 c. Sumber daya manusia yang rendah.

18
 d. Saran dan prasarana termasuk kelembagaan yang belum baik.

Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah


Kuraiyyim, yang antara lain adalah:

1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.

Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-
kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan
naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka
pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:

 Naiknya standar perkembangan suatu daerah.

 Politik ekonomi yang tidak sehat.

 Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:

 Rusaknya syarat-syarat perdagangan

 Beban hutang

 Kurangnya bantuan luar negeri, dan

 Perang

2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.

19
Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal

3. Biaya kehidupan yang tinggi.

Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat


dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan
oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan
publik dan banyaknya pengangguran.

4. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.

Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan
sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh
pajak negara.

Selain itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini,
diantaranya :

 Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan

 Terbatasnya akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan,


dan sempitnya lapangan pekerjaan

 Kurangnya pengawasan serta perlindungan terhadap asset usaha

 Kurangnya penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan


pekerjaan yang dilakukan seseorang

 Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam

20
 Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga.

 Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan


inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya
jaminan sosial terhadap masyarakat.

E. Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan dan


kesejahteraan

Salah satu indikator yang penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian
dan juga untuk menganalisis tentang hasil dari pembangunan ekonomi yang
telah dilaksanakan suatu negara atau daerah ialah pertumbuhan ekonomi.
Apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya maka bisa
dikatakan bahwa ekonomi suatu Negara atau derah tersebut mengalami
pertumbuhan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi memperlihatkan
sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Jika
suatu Negara atau suatu wilayah selalu mengalami peningkatan pada
pertumbuhan ekonominya maka itu menggambarkan bahwa perekonomian
Negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik (Alfista et al., 2019)

Faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.


Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai pemerataan hasil pertumbuhan
keseluruh sektor usaha sangat dibutuhkan dalam upaya menurunkan tingkat
kemiskinan. Pengangguran mempunyai hubungan berbalikan (hubungan negatif)
dengan kelebihan permintaan akan tenaga kerja. Dengan demikian apabila dalam
pasar tedapat kelebihan penawaran, ini akan tercermin pada banyaknya orang
yang (menganggur) mencari pekerjaan. Namun demikian Lipsey mengakui
adanya kenyataan bahwa pasar tenaga kerja secara nasional itu tidak sempurna.
Artinya, meskipun total penawaran sama dengan penerimaan akan tenaga namun
mesti masih ada pengangguran. Inilah yang disebut Frictional/natural
unemployment (Nopirin, 2010).

21
Menurut Sukirno (2011) pertumbuhan ekonomi merupakan kemajuan
dari kegiatan perekonomian yang menyebabkan bertambahnya barang dan
jasa yang diproduksi dalam masyarakat (Ii and Pustaka, 2011). Pertumbuhan
ekonomi merupakan peningkatan PNB rill atau PDB, sejak lama ahli-ahli
ekonomi telah menganalisis bahwa kekayaan sumber alam dan tanahnya,
barang-barang modal yang tersedia, jumlah dan mutu tenaga kerja,tingkat
teknologi yang digunakan dan system social dan sikap masyarakat adalah
faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berlaku
diberbagai Negara.

Menurut (Jayadi and Brata, 2016) hubungan dari pertumbuhan


ekonomi dengan kemiskinan ialah hubungan yan kontroversional dan
kompleks.Secara umum.pertumbuhan ekonomi adalah prakondisi dari
berkurangnya kemiskinan. Namun ini tidaklah cukup, karena berbagai studi
telah melakukan analisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan
secara metodologi dapat dibagi menjadi dua kelompok (Lemoine, 2014).
Kelompok pertama berfokus pada hubungan antara kemiskinan, distribusi
pendapatan dan pertumbuhan pendapatan. Sedangkan kelompok kedua
berfokus pada elastisitas kemiskinan terhadap indikator dari perekonomian
secara makro yaitu PDB.

Menurut Sadono Sukirno (2006) pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan


sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah.

Faktor-faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi.

Menurut Todaro (1997) ada tiga faktor atau komponen utama dalam
pertumbbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiganya adalah :

1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia

2. Pertumbuhan penduduk

22
3. Kemajuan teknologi

Menurut Sadono Sukirno (2006) terdapat empat factor yang menentukan


pertumbuhan ekonomi, ke empat faktor tersebut adalah :

1. Tanah dan kekayaan alam lainnya

2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja

3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi

4. Sistem sosial dan sikap masyarakat

Menurut Tambunan (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa


dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan
ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris
paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi
dengan peningkatan kemiskinan.

Pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena


pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat
dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskinn
berangsur-anggsur berkurang (Tambunan, 2011).

F. Kebijakan mengurangi kemiskinan

Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah


menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum
pemerintah sendiri adalah program pembangunan yang berfokus pada
pengentasan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan
lapangan kerja.

Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi


berbagai macam masalah kemiskinan, antara lain adalah sebagai berikut :

1.    Kebijaksanaan tidak langsung

23
Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang
menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang
dimaksudkan antara lain adalah suasana sosial politik yang tentram, ekonomi yang
stabil dan budaya yang berkembang.

2.    Kebijaksanaan langsung

Kebijaksanaan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan


produktifitas sumber daya manusia ,khususnya golongan masyarakat
berpendapatan rendah. Melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti
sandang,pangan dan papan, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan
kegiatan – kegiaatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong
kemandirian golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.

Selain dari pihak pemerintah, dari pihak masyarakaat yang bersangkutan pun juga
mengatasi kemiskinan di negeri ini ,langkah-langkah tersebut adalah :

1.    Usaha individu

Seseorang boleh berusaha untuk menyelesaikan maslah kemiskinan yang


dihadapinya oleh dirinya. Pada lazimnya seseorang itu dapat mengatasi
kemiskinan dirinya dengan cara penerusan pendidikan ke jenjang yang tinggi.

2.    Penyedekahan

Penyedekahan merupakan saru cara yang baik untuk membantu golongan


termiskin dalam masyarakat .Tetapi ia tidak dapat mengatasi masalah kemiskinan 
secara keseluruhan.

3.    Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi dengan cara penambahan barang-barang dan


perkhidmatan yang ditawarkan dalam pasaran di sebuah negara, pembangunan

24
ekonomi merupakan cara yang paling berkesan untuk mengatasi masalah
kemiskinan.

4.    Pembangunan Masyarakat

5.    Pasaran Bebas

Jika ada pembangunan ekonomi ada pula pengurangan kemiskinan. Jika KDNK
tumbuh dengan 1% kemiskinan akan dikurangi dengan lebih kurang 1%.

Selain dengan cara –cara diatas , kemiskinan juga dapat diatasi dengan cara
sebagai berikut :

1.    Bantuan kemiskinan atau membantu secara langsung kepada orang miskin.


Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman
pertengahan.

2.    Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang


dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan
termasuk hukuman,pendidikan,kerja sosial,pencarian krja,dan lain-lain.

3.    Persiapan bagi yang lemah . daripada memaberikan bantuan secara langsung


kepada orang miskin ,banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang
yang dikategorikan sebagai oran g yang lebih miskin, seperti orang tua atau orang
dengan ketidakmampuan , atau keasdaan yang membuat orang miskin, seperti
kebutuhan akan perawatan kesehatan.

Rendahnya beberapa faktor di atas menyebabkan rendahnya aktivitas


ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan rendahnya aktivitas
ekonomi yang dapat dilakukan berakibat pada rendahnya produktivitas dan
pendapatan yang diterima yang pada gilirannya pendapatan tersebut tidak mampu
memenuhi kebutuhan fisik minimum yang menyebabkan terjadinya proses
kemiskinan.

Strategi oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan adalah :

25
a). Jangka pendek yaitu membangun sektor pertanian,usaha kecil dan ekonomi
pedesaan.

b).  Jangka menengah dan panjang mencakup :

            * Pembangunan dan penguatan sektor swasta

            * Kerjasama regional

            * Manajemen APBN dan administrasi

            * Desentralisasi

            * Pendidikan dan kesehatan

            * Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan

            * Pembagian tanah pertanian yang merata.

Penanganan Masalah Kurang Gizi dan Kekurangan Pangan

            Penanganan masalah kurang gizi dan kekurangan pangan meliputi:

·         Perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas: penanggulangan


kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang
vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya pada rumah tangga miskin.

·         Peningkatan ketahanan pangan dengan kegiatan prioritas: penyaluran beras


bersubsidi untuk keluarga miskin.

2)      Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin Atas Pendidikan

            Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan meliputi


kegiatan prioritas sebagai berikut :

·         Penyediaan bantuan operasional sekolah untuk SD, SMP, Pesantren


Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara SD dan SMP.

·         Beasiswa siswa miskin jenjang SMA.

26
·         Pengembangan pendidikan untuk dapat membaca.

3)      Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan

            Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan meliputi kegiatan


prioritas sebagai berikut :

·         Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas

·         Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di


daerah perbatasan, terpencil, tertinggal, dan kepulauan.

·         Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk penanganan


penyakit menular dan berpotensi wabah, pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi
buruk dan pelayanan ke gawat darurat.

·         Pelatihan teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk mengurangi tingkat


kematian pada kelahiran.

4)      Perluasan Kesempatan Berusaha

            Perluasan kesempatan berusaha meliputi peningkatan dukungan


pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan kegiatan pokok:

·         Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah rumah tangga miskin.

·         Penasehat penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan petani.

·         Penyediaan sarana dan prasarana untuk usaha.

·         Pelatihan ketrampilan untuk menjalankan usaha.

·         Peningkatan pelayanan koperasi sebagai modal usaha

      Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan


menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci

27
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai
acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan tahunan.

      Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai
Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan
(SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah
kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah
(KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD)
sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong
gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.

      Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai
berikut:

·         Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana


irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air
bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal.
(iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan
rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK).

·         Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana


stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan
investasi dan revitalisasi industri.

·         Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan


pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9
tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii) jaminan
pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah
sakit kelas tiga.

28
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

      Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
dapat disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari
sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang
alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak.
Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah,
melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah
tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

3.2  Saran

      Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

1.      Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan


bertanggung jawab agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia

29
2.      Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua
program pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan
negara Indonesia terbebas dari kemiskinan.

3.      Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu


saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfista, M. et al. (2019) ‘Analisis Tingkat Kemiskinan Di Indonesia’.


Bappenas, 2004. Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia,
Jakarta.
BPS (Badan Pusat Statistik).2016. Jumlah Penduduk miskin Indonesia.
BPS, 2004. Monitoring dan Kajian Terhadap Program Kemiskinan di Indonesia,
Jakarta.
Jarnasy, Owin.2004. Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan. Belantika.
Jakarta
Jayadi, D. S. and Brata, A. G. (2016) ‘Peran Pertumbuhan Ekonomi Dalam
Menurunkan Kemiskinan di Tingkat Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2012’,
Modus, 28(1), p. 91. doi: 10.24002/modus.v28i1.669.
Kartasasmita Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertum
buhan dan Pemerataan. PT. Pustaka Cidesindo ; Jakarta
Santoso Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Unsoed : Purwokerto.
Santoso, Djoko. 2007. Wawasan Kebangsaan. Yogyakarta. The Indonesian Army
Press.
Sukirno,Sadono, 2016, Makro ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali express
Tambunan, Tulus T.H, 2001, Perekonomian Indonesia Teori dan Temua Empiris,
Jakarta: Ghalia Indonesia.

30
Todaro, Michael dan Smith, 2006, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Kedua, Terjemahan Haris Munandar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2004
http://yulliasurriaunnes.blogspot.com/2012/07/permasalahan-sosial-makalah-
kemiskinan.html

31

Anda mungkin juga menyukai