Skor Nilai :
Rekayasa Ide
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan rekayasa ide yang berjudul
“Pentingnya Profesionalisasi Guru Dalam Pendidikan” ini dengan baik. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan. Penulis sangat berharap hasil makalah ini
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................................... 3
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN................................................................................................. 3
BAB III................................................................................................................................................... 9
BAB IV..................................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................12
4.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
pendidikan. Bisa dilihat dari jumlah anak didik yang tidak lulus ujian nasional selalu
bertambah setiap tahunnya. Hal ini menujukan bahwa pendidikan di Indonesia mengalami
kemunduran yang drastis. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu pembelajaran adalah profesionalisme yang dimiliki oleh pendidik, dalam
hal ini adalah guru. Tidak semua orang bisa menjadi guru. Kurangnya profesioalisme guru
saat ini, mungkin disebabkan ketidaktahuan tentang apa yang disebut sebagai guru yang
profesional, apa saja kriterianya dan bagaimana cara menjadi seorang guru yang profesional
dalam bidangnya.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu penjelasan yang lebih rinci mengenai
pentingnya profesionalisme guru dalam suatu pembelajaran. Makalah ini akan membahas
motivasi bagi para guru untuk lebih meningkatan profesionalisme yang dimilikinya guna
4. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru
dalam mengajar?
1
1.3 Tujuan Penulisan
4. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
4. Dapat mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
2
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Menurut Husnul Chotimah (2008),”guru adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu
pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik”. Memfasilitasi berarti seorang guru
berperan sebagai jembatan penghubung ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Hal ini
berarti peran seorang guru sangat menentukan keberhasilan dari suatu pendidikan,
disamping orang tua. Oleh karena itu guru sering disebut sebagai orang tua kedua di
sekolah. Guru adalah kunci keberhasilan anak didiknya. Seorang guru tidak hanya mengajar,
namun juga mendidik. Mengajar hanya sebatas memberikan ilmu, namun mendidik adalah
mentransformasikan ilmu pengetahuan sekaligus nilai-nilai moral kepada anak didik. Untuk
itu seorang guru harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Jadi syarat yang paling utama
yang harus dimiliki oleh guru adalah memiliki keahlian dalam bidang tertentu dan mampu
mentranformasikan ilmu tersebut kepada anak didikya. Oleh karena itu, tidak semua orang
Guru yang pandai belum tentu bisa menjadi guru ideal. Menurut Wijaya Kusumah
(2009),”guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan
keteladaan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih
airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang
meminumnya”.
Pada dasarnya seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian dalam
bidangnya, namun seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya. Menurut
Desi Reminsa (2008),” syarat untuk menjadi guru ideal antara lain harus memiliki
kemampuan intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan,
3
Dari beberapa pendapat para pakar diatas, guru ideal adalah sosok seorang guru
yang memiliki profesionalisme yang tinggi dalam mengajar anak didiknya. Oleh karena
sangat penting bagi seorang guru untuk memiliki prefesionalisme yang tinggi dalam
mengajar.
Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan oleh keberhasilan murid-
muridnya dalam studi berupa prestasi belajarnya. Guru dapat dipandang sebagai sutradara
sekaligus sebagai pemain dan penonton. Sebagai sutradara guru hendaknya mampu
menyusun skenario dan rencana yang akan dilaksanakan sendiri di saat bertugas sebagai
Sebagai penonton, guru berkewajiban mengevaluasi proses dan hasil belajar (MD.
Dahlan, 1982: 14). Pengertian guru secara etimologi adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru dalam arti profesi mempunyai tugas mengajar
dan mendidik dalam konteks pendidikan (belajar-mengajar) sebab sementara ada guru yang
menjemukan sehingga perlu dikaji mengenai hakikat guru yang sebenarnya (Imam Syafi'ie,
1992: 30). Thomas Gordon, dalam rangka memahami masalah yang dihadapi guru,
mengemukakan definisi "guru ideal" yang kebanyakan dianut para guru, yaitu diambil dari
mitos umum tentang guru dan pengajaran. Ia mengembangkan 8 mitos guru yang
1. Guru yang baik adalah guru yang kalem, tidak pernah berteriak, selalu
bertemperamen baik, selalu tenang, dan tidak pernah menunjukkan emosi yang
tinggi.
2. Guru yang baik tidak pernah berprasangka buruk. Guru yang baik tidak pernah
muridnya.
4
4. Guru yang baik menerima semua anak dengan pandangan yang sama. Guru
yang baik tidak pernah punya favorit dan tidak pilih kasih.
6. Guru yang baik selalu konsisten. Guru yang baik tidak pernah merasa tinggi,
rendah, tidak pernah lupa atau membuat kesalahan, tidak pernah menunjukkan
7. Guru yang baik selalu tahu jawaban. Guru yang baik mempunyai pengetahuan
8. Guru yang baik selalu membantu satu sama lain, selalu menjadi barisan dalam
Dari kedelapan mitos tersebut, bila disimpulkan guru yang baik adalah harus lebih
baik, lebih mengerti, lebih memiliki ilmu pengetahuan, lebih sempurna dari pada anak
didiknya. Orang yang menganut mitos ini berarti guru dituntut untuk mengatasi kelemahan
manusia itu sendiri. Guru dituntut untuk berbuat sesuai dengan idealismenya, sehingga ia
akan berperan pura-pura sebagai seorang yang ideal di satu sisi, dan di sisi lain ia harus
berperan sebagai pribadi ada adanya (Imam Syafi'I, 1992: 32). Pandangan lain tentang guru
yang baik juga dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1973: 60). Menurutnya guru yang
baik dan disukai adalah guru yang mempunyai sifat ramah dan bersedia memahami setiap
orang, bersifat sabar dan suka membantu memberi perasaan tenang, bersifat adil dan tidak
memihak namun tegas, cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam (luas), memiliki
rasa humor dan kesegaran pergaulan, dan memperlihatkan tingkah laku dan lahiriyah yang
menarik.
5
Guru pada dasarnya harus mempunyai idealisme dan kepribadian yang baik, sebab
diharapkan guru mampu menjadi suri tauladan dalam semua tindakannya. Adapun hakikat
guru adalah seorang yang memberikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada orang
lain dan harus mempunyai kepribadian yang baik serta mampu menjalankan tugas dan
penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi,
ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu
kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi
sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah
pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum
profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu.
Pemahaman secara scientific profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat
yang dimiliki oleh guru sebagi tenaga pendidik. Yang harus memiliki kemampuan
pedagogic, emosional, serta kemampuan sosial guru juga diharapkan mampu menjadi tenaga
UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan bagian
berada di dalam diri seseorang berupa kemampuan atau kecakapan untuk melakukan
sesuatu,yang berkaitan dengan pola-pola perilaku yang dapat diamati Harris dalam Mantja
(2007:219).
6
2.5 Tantangan Profesionlisme Guru
revolusi teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan
secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah
sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat. Untuk
itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi oleh ilmu pendidikan
sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan menjadi
satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan
waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak
sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.
Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak
sosial, dan lain-lain. Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi
penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula
disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran yang
diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh siapapun dari
manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru. Apakah perannya akan digantikan
oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi untuk
7
Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar
Ekonomi ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi,
tapi juga sektor-sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun
sumber daya manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh
dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi
Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan inovasi
sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pada
sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya sekolah
pertanian, sekolah peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin, sekolah teknik
Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena siswa akan diajarkan
bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan kompetensi membangun
jaringan dilakukan dengan pengembanga sikap dan mengelola sumber daya manusia seperti,
8
BAB III
Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak hanya
bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja, melainkan juga
harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya. Tugas tersebut meliputi
mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan dalam menjalani hidup (life skills),
dan nilai serta beliefs (Purwanto, 2004). Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka
sudah selayaknya bila kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka
mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau
membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di samping harus
selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan standar profesi
yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena:
2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara
global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik.
Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus
menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar
yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini
dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh
sertifikasi.
9
Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan
guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa
yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai
sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru
pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan
profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan
pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai
stakeholder . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang
didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru
bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga
Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi
dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan
artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa harus kesejahteraan guru
yang harus ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi yang sangat luas. Di satu sisi,
dengan kesejahteraan guru yang memadai akan mampu mendukung kinerja guru secara
optimal. Guru tidak lagi memikirkan bagaimana mencari "pekerjaan sampingan" untuk
10
Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab semata dari guru
tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam tugas guru. Berbagai masalah
dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan kondusi tersebut
apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap kualitas pendidikan di
mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru sudah berkembang dengan pesat.
Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru merupakan prioritas,perbaikan
dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru, misalnya dalam
merupakan hal yang sangat penting, melihat perkembangan teknologi informasi yang sangat
pesat pada saat ini. Perkembangan tersebut tentunya berdampak pula pada dunia
mampu beradaptasi pula. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu
beradaptasi juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru
instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi.
Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi,
tentunya juga harus didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan
kemampuan guru dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu
Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk
menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya
manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala
terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai
dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan
profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja
profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme
adalah bagaimana guru mampu menguasai teknologi dan informasi, desentralisasi dan
menggeluarkan kemempuannya. Dan tantangan yang paling besar adalah adanya MEA yang
mengharuskan SDM di Indonesia mampu bersaing dengn SDM dari luar yang kan masuk ke
Indonesia.
4.2 Saran
baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus
dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat
tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling bahu
12
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta: UT.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas.
13