Anda di halaman 1dari 16

Rekayasa Ide

MK. Profesi Pendidikan


PRODI PGSD

Skor Nilai :

Rekayasa Ide

Pentingnya Profesionalisasi Guru Dalam Pendidikan

Nama Mahasiswa : Oktavia R. Napitupulu (1193311024)

Vinka Simanjuntak (1193311011)

Riska Aulika (1195011003)

Windy Utami (1193311008)

Alya Novita (1193311006)

Dosen Pengampu : Sani Susanti, S.Pd., M.Pd

Mata Kuliah : Profesi Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
April 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan rekayasa ide yang berjudul

“Pentingnya Profesionalisasi Guru Dalam Pendidikan” ini dengan baik. Makalah ini ditulis

untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan. Penulis sangat berharap hasil makalah ini

dapat berguna bagi semua orang.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang

lain. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang

berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.

Medan, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

1.1 Rasionalisasi Permasalahan / Isu............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................................... 3

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN................................................................................................. 3

2.1 Definisi Guru...............................................................................................................................3

2.2 Definisi Guru Ideal.....................................................................................................................3

2.3 Masalah Pada Guru....................................................................................................................4

2.4 Profesionalisme Guru............................................................................................................... 6

2.5 Tantangan Profesionlisme Guru............................................................................................. 7

2.6 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA...................................................................7

BAB III................................................................................................................................................... 9

SOLUSI DAN PEMBAHASAN...........................................................................................................9

BAB IV..................................................................................................................................................12

PENUTUP............................................................................................................................................12

4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................12

4.2 Saran..........................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan / Isu

Saat ini Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya dalam bidang

pendidikan. Bisa dilihat dari jumlah anak didik yang tidak lulus ujian nasional selalu

bertambah setiap tahunnya. Hal ini menujukan bahwa pendidikan di Indonesia mengalami

kemunduran yang drastis. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan suatu pembelajaran adalah profesionalisme yang dimiliki oleh pendidik, dalam

hal ini adalah guru. Tidak semua orang bisa menjadi guru. Kurangnya profesioalisme guru

saat ini, mungkin disebabkan ketidaktahuan tentang apa yang disebut sebagai guru yang

profesional, apa saja kriterianya dan bagaimana cara menjadi seorang guru yang profesional

dalam bidangnya.

Oleh karena itu, perlu adanya suatu penjelasan yang lebih rinci mengenai

pentingnya profesionalisme guru dalam suatu pembelajaran. Makalah ini akan membahas

pentingnya profesionalisme guru dalam mengajar, sehingga diharapkan mampu menjadi

motivasi bagi para guru untuk lebih meningkatan profesionalisme yang dimilikinya guna

menghasilkan anak didik yang berkualitas tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan guru?

2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal?

3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru dalam mengajar?

4. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru

dalam mengajar?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu guru

2. Untuk mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal

3. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar

4. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

profesionalisme guru dalam mengajar

1.4 Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui apa itu guru

2. Dapat mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal

3. Dapat mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar

4. Dapat mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

profesionalisme guru dalam mengajar

2
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Definisi Guru

Menurut Husnul Chotimah (2008),”guru adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu

pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik”. Memfasilitasi berarti seorang guru

berperan sebagai jembatan penghubung ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Hal ini

berarti peran seorang guru sangat menentukan keberhasilan dari suatu pendidikan,

disamping orang tua. Oleh karena itu guru sering disebut sebagai orang tua kedua di

sekolah. Guru adalah kunci keberhasilan anak didiknya. Seorang guru tidak hanya mengajar,

namun juga mendidik. Mengajar hanya sebatas memberikan ilmu, namun mendidik adalah

mentransformasikan ilmu pengetahuan sekaligus nilai-nilai moral kepada anak didik. Untuk

itu seorang guru harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Jadi syarat yang paling utama

yang harus dimiliki oleh guru adalah memiliki keahlian dalam bidang tertentu dan mampu

mentranformasikan ilmu tersebut kepada anak didikya. Oleh karena itu, tidak semua orang

bisa menjadi guru.

2.2 Definisi Guru Ideal

Guru yang pandai belum tentu bisa menjadi guru ideal. Menurut Wijaya Kusumah

(2009),”guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan

keteladaan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih

airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang

meminumnya”.

Pada dasarnya seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian dalam

bidangnya, namun seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya. Menurut

Desi Reminsa (2008),” syarat untuk menjadi guru ideal antara lain harus memiliki

kemampuan intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan,

keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran, mampu memahami

konsep perkembagan anak/psikologi perkembangan, kemampuan mencari problem solving

(pemacahan masalah), kreatif dan memiliki seni dalam megajar”.

3
Dari beberapa pendapat para pakar diatas, guru ideal adalah sosok seorang guru

yang memiliki profesionalisme yang tinggi dalam mengajar anak didiknya. Oleh karena

sangat penting bagi seorang guru untuk memiliki prefesionalisme yang tinggi dalam

mengajar.

2.3 Masalah Pada Guru

Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan oleh keberhasilan murid-

muridnya dalam studi berupa prestasi belajarnya. Guru dapat dipandang sebagai sutradara

sekaligus sebagai pemain dan penonton. Sebagai sutradara guru hendaknya mampu

menyusun skenario dan rencana yang akan dilaksanakan sendiri di saat bertugas sebagai

pemain. Sebagai pemain, guru berkewajiban melaksanakan rencana yang dibuatnya,

berinteraksi dalam situasi belajar mengajar.

Sebagai penonton, guru berkewajiban mengevaluasi proses dan hasil belajar (MD.

Dahlan, 1982: 14). Pengertian guru secara etimologi adalah orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru dalam arti profesi mempunyai tugas mengajar

dan mendidik dalam konteks pendidikan (belajar-mengajar) sebab sementara ada guru yang

mengajar menganggap sebagai pekerjaan yang menyenangkan, menyebalkan, dan

menjemukan sehingga perlu dikaji mengenai hakikat guru yang sebenarnya (Imam Syafi'ie,

1992: 30). Thomas Gordon, dalam rangka memahami masalah yang dihadapi guru,

mengemukakan definisi "guru ideal" yang kebanyakan dianut para guru, yaitu diambil dari

mitos umum tentang guru dan pengajaran. Ia mengembangkan 8 mitos guru yang

dianggapnya baik. Kedelapan mitos tersebut adalah:

1. Guru yang baik adalah guru yang kalem, tidak pernah berteriak, selalu

bertemperamen baik, selalu tenang, dan tidak pernah menunjukkan emosi yang

tinggi.

2. Guru yang baik tidak pernah berprasangka buruk. Guru yang baik tidak pernah

membeda-bedakan anak atas dasar suku, ras dan lain jenis.

3. Guru yang baik menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya kepada murid-

muridnya.

4
4. Guru yang baik menerima semua anak dengan pandangan yang sama. Guru

yang baik tidak pernah punya favorit dan tidak pilih kasih.

5. Guru yang baik menyediakan lingkungan belajar yang menarik, merangsang,

tenang, bebas, dan sesuai dengan aturan pada setiap saat.

6. Guru yang baik selalu konsisten. Guru yang baik tidak pernah merasa tinggi,

rendah, tidak pernah lupa atau membuat kesalahan, tidak pernah menunjukkan

sebagiansebagian dan tidak pernah beraneka ragam.

7. Guru yang baik selalu tahu jawaban. Guru yang baik mempunyai pengetahuan

yang lebih banyak dibandingkan dengan muridmuridnya.

8. Guru yang baik selalu membantu satu sama lain, selalu menjadi barisan dalam

menghadapi anakanak tanpa memperhitungkan perasaan nilai atau hukuman.

Dari kedelapan mitos tersebut, bila disimpulkan guru yang baik adalah harus lebih

baik, lebih mengerti, lebih memiliki ilmu pengetahuan, lebih sempurna dari pada anak

didiknya. Orang yang menganut mitos ini berarti guru dituntut untuk mengatasi kelemahan

manusia itu sendiri. Guru dituntut untuk berbuat sesuai dengan idealismenya, sehingga ia

akan berperan pura-pura sebagai seorang yang ideal di satu sisi, dan di sisi lain ia harus

berperan sebagai pribadi ada adanya (Imam Syafi'I, 1992: 32). Pandangan lain tentang guru

yang baik juga dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1973: 60). Menurutnya guru yang

baik dan disukai adalah guru yang mempunyai sifat ramah dan bersedia memahami setiap

orang, bersifat sabar dan suka membantu memberi perasaan tenang, bersifat adil dan tidak

memihak namun tegas, cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam (luas), memiliki

rasa humor dan kesegaran pergaulan, dan memperlihatkan tingkah laku dan lahiriyah yang

menarik.

5
Guru pada dasarnya harus mempunyai idealisme dan kepribadian yang baik, sebab

diharapkan guru mampu menjadi suri tauladan dalam semua tindakannya. Adapun hakikat

guru adalah seorang yang memberikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada orang

lain dan harus mempunyai kepribadian yang baik serta mampu menjalankan tugas dan

kewajibannya secara baik.

2.4 Profesionalisme Guru

Supriyadi (1999) mengatakan bahwa bahwa profesionalisme menunjuk pada derajat

penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi,

ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu

kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi

dan kode etik profesi.

Dengan demikian profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus

sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru

sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah

pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum

profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu.

Pemahaman secara scientific profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat

bahwa suatu profesi harus dilksanakan oleh profesional denganmengacu kepada

profesionalisme (Wirawan: 2003).

Berbicara tentang profesionalisme guru tentunya berhubungan dengan kompetensi

yang dimiliki oleh guru sebagi tenaga pendidik. Yang harus memiliki kemampuan

pedagogic, emosional, serta kemampuan sosial guru juga diharapkan mampu menjadi tenaga

pendidik yang professional. Seperti yang teramanat pada

UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan bagian

dari sebuah profesi dan dituntut untuk dapat professional”. Kompeten

berada di dalam diri seseorang berupa kemampuan atau kecakapan untuk melakukan

sesuatu,yang berkaitan dengan pola-pola perilaku yang dapat diamati Harris dalam Mantja

(2007:219).

6
2.5 Tantangan Profesionlisme Guru

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya

revolusi teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan

secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah

pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara

keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu.

Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh bidang pendidikan

sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat. Untuk

itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi oleh ilmu pendidikan

dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi pendidikan di lapangan.

Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan peranan

sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan menjadi

satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan

waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak

sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.

Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak

dapat tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi

mengembangkan kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi

sosial, dan lain-lain. Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi

penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula

disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran yang

diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh siapapun dari

manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru. Apakah perannya akan digantikan

oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi untuk

menunjang peran profesinya.

2.6 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA

7
Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar

Ekonomi ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi,

tapi juga sektor-sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun

sumber daya manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh

dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi

persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain.

Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan inovasi

(45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), serta kekayaan

sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pada

tiga kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemajuan di Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan sekolah-

sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya sekolah

pertanian, sekolah peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin, sekolah teknik

bangunan, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar mampu membekali

kompetensi untuk berinovasi dan untuk membangun jaringan/networking. Kompetensi

berinovasi dapat dilakukan dengan peningkatan berbagai ketrampilan yang ada.

Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena siswa akan diajarkan

bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan kompetensi membangun

jaringan dilakukan dengan pengembanga sikap dan mengelola sumber daya manusia seperti,

kepemimpinan, kerja sama serta komunikasi.

8
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak hanya

bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja, melainkan juga

harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya. Tugas tersebut meliputi

mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan dalam menjalani hidup (life skills),

dan nilai serta beliefs (Purwanto, 2004). Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka

sudah selayaknya bila kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka

mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau

membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di samping harus

pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapanmasyarakat.

Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus

selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan standar profesi

yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena:

1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara.

2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara

global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik.

Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus

menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat

perkembangan baru di bidangnya.

Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan

dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar

yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini

dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh

sertifikasi.

9
Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat

organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan

guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa

yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai

sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru

memperoleh akses terhadap inovasiinovasi di bidang profesinya.

Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan

pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan

profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan

pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai

stakeholder . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang

didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan

teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam

kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru

bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga

pendekatanpendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies) .

Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi

dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan

artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa harus kesejahteraan guru

yang harus ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi yang sangat luas. Di satu sisi,

dengan kesejahteraan guru yang memadai akan mampu mendukung kinerja guru secara

optimal. Guru tidak lagi memikirkan bagaimana mencari "pekerjaan sampingan" untuk

mempertahankan dan membiayai kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam membina anak didiknya.

10
Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab semata dari guru

tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam tugas guru. Berbagai masalah

dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan kondusi tersebut

apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap kualitas pendidikan di

Indonesia. Sementara saat ini, negara-negara di sekitar Indonesia memendang peningkatan

mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru sudah berkembang dengan pesat.

Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru merupakan prioritas,perbaikan

dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru, misalnya dalam

kemampuan penguasaan teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi saat ini

merupakan hal yang sangat penting, melihat perkembangan teknologi informasi yang sangat

pesat pada saat ini. Perkembangan tersebut tentunya berdampak pula pada dunia

pendidikan, bagaimana pendidikan mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut.

Hal tersebut akan terwujud apabila komponen-komponen di dalam pendidikan

mampu beradaptasi pula. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu

beradaptasi juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru

terhadap teknologi informasi melalui stimulus-stimulus yang mengharuskan guru

berhubungn langsung dengan teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan

instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi.

Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi,

tentunya juga harus didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan

kemampuan guru dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu

disaiapkan adalahkepemimpinan, public speaking, penguasaan bahasa asing, dan jaringan.

Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk

menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta

mempunyai profesionalisme yang baik dalam bekerja.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya

manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala

tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM

terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai

dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan

bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan profesional.

Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan

perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru sebagai

profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja

profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme

menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu.

Tantangan yang menghadang di depan dalam mewujudkan profesionalisme guru

adalah bagaimana guru mampu menguasai teknologi dan informasi, desentralisasi dan

sentralisasi dalam pendidikan sehingga terkadnag membatasi gerak guru untuk

menggeluarkan kemempuannya. Dan tantangan yang paling besar adalah adanya MEA yang

mengharuskan SDM di Indonesia mampu bersaing dengn SDM dari luar yang kan masuk ke

Indonesia.

4.2 Saran

Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder pendidikan,

baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus

dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat

tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling bahu

membahu dalam perbaikan profesionalisme guru.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan supervise


pengajaran. Malang : Elang Mas.

Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta: UT.

Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas.

13

Anda mungkin juga menyukai