Anda di halaman 1dari 5

Makrozoobenthos di Sugai Wonorejo, Surabaya

Lutfi Irviandi Nugraha1, Aunurohim, S.Si., DEA1


1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: aunurohim@bio.its.ac.id

Abstrak

Penelitian tentang makrozoobenthos di sungai Wonorejo, Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan
mengetahui kesamaan komunitas makrozoobentos di setiap stasiun. Pengambilan sampel makrozoobentos dan sedimen
menggunakan metode survey dengan penentuan area sampling melalui metode Purposive Random Sampling. Hasil yang
diperoleh dari pengamatan diperoleh indeks keanekaragaman makrozoobenthos yaitu antara 1.70 – 1.93, sehingga struktur
komunitas termasuk stabil hingga lebih stabil. Nilai indeks keseragaman makrozoobenthos antara 0.93 – 0.95. Dari hasil analisa
data, stasiun 1 hingga stasiun 3 memiliki nilai indeks keseragaman tinggi yaitu mendekati nilai 1 dimana pada ke tiga stasiun
tesebut keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi sama. Dan nilai indeks dominasi makrozoobenthos antara 0.14 –
0.16. Dari hasil analisa data, stasiun 1 hingga stasiun 3 memiliki nilai indeks dominasi rendah yaitu mendekati nilai 0, dimana
dominasi rendah menggambarkan tidak ada individu yang mendominasi sehingga pembagian jumlah individu pada masing –
masing jenis seragam atau merata mengakibatkan keutuhan tingkat kompleksitas jalur energi dan nutrisi (jaring – jaring
makanan). Dari hasil analisa, diketahui bahwa kesamaan komunitas makrozoobenthos pada ekosistem stasiun 1 dengan stasiun 2
terdapat keterkaitan paling erat (0.88) dibandingkan dengan perbandingan stasiun lainnya.

Kata Kunci : Purposive Random Sampling, Makrozoobenthos, Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominasi, Indeks Keseragaman,
dan Indeks Kesamaan Komunitas

Abstract

The research about macrozoobenthos in Wonorejo river was done in order to know the community structure and similarity of
macrozoobenthos community in each station. Macrozoobenthos sample and sediment was taken using Purposive Random
Sampling Methode. The result showed that macrozoobenthos diversity index were 1.70-1.99, so community structure belonging
to stabil up to more stabil. The value of macrozoobenthos diversity index were about 0,93-0,95. Station 1 up to station 3 had high
diversity index. It was near to index value 1 whereas exixtency of each biota in the waters was in same condition.
macrozoobenthos dominancy index were about 0.14-0.16. Station 1 up to station 3 had low dominancy index. It was near to 0
whereas low dominancy showed that there were no dominated individu, so distribution of total individu was same and it caused
the whole of complexity level of energy and nutrition track (food webs). Result showed that similarity of macrozoobenthos
community in ecosystem station 1 and station 2 had the most close relation (0.88) compared to another station

Keywords : Purposive Random Sampling, Makrozoobenthos, Diversity Index, Dominancy Index, Similarity Index, Similarity
Community Index
tangga. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan kualitas
I. PENDAHULUAN perairan yang selanjutnya akan berdampak pada kehidupan
biota air salah satunya perubahan pola struktur komunitas
S ungai Wonorejo merupakan salah satu sungai yang
terdapat di kecamatan Rungkut Kota Surabaya Provinsi
Jawa Timur. Aliran sungai ini melewati kawasan pabrik
makrozoobentos.
Makrozoobenthos merupakan salah satu hewan bentos yang
hidupnya terdapat pada substrat dasar suatu perairan, baik
Industri dan pemukiman masyarakat. Dengan adanya aktivitas
yang bersifat sesil (melekat) maupun vagil (bergerak bebas)
tersebut limbah langsung dibuang ke badan perairan, sehingga
(Barus, 2004). Menurut Lalli dan Pearsons (1993),
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairannya.
makrozoobentos yang dikelompokkan berdasarkan ukuran
Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan air limbah
tubuh yang ± berukuran 1.0 mm dan bisa melewati lubang
merupakan dampak dari aktifrtas masyarakat terhadap
saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari
lingkungan yang dapat menyebabkan pencemaran, sehingga
sedimennya. Kelompok ini adalah hewan bentos yang
akan berakibat buruk bagi kehidupan organisme air. Hasil
terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini adalah
pemantauan dari Ecoton mengatakan bahwa kualitas air di
molusca, annelida, crustaceae, beberapa insekta air dan larva
sungai Wonorejo – Rungkut, sangat buruk, dan dari hasil
dari diptera, odonata dan lain sebagainya. Makrozoobentos
pengukuran yang dilakukan, terlihat kalau air di sungai
telah dipertimbangkan sebagai bioindikator untuk memonitor
Wonorejo, tercemar limbah berat, dari industri dan rumah
dampak pencemaran terhadap kualitas lingkungan karena III. ANALISA DATA
bentos memiliki habitat yang relatif tetap dengan sifat yang
A. Indeks Keanekaragaman Shannon – Wiener (H’)
mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan kualitas air
dan substrat tempat hidup bentos. Keanekaragaman jenis menunjukkan jumlah jenis
Adanya perubahan faktor–faktor lingkungan yaitu, organisme yang terdapat dalam suatu area. Untuk menentukan
Salinitas, pH, DO, BOD, COD dan TSS sangat mempengaruhi keanekaragaman makrozoobenthos yang ada dalam suatu
komposisi maupun kemelimpahannya. Sehingga setiap komunitas digunakan Indeks Shannon – Wiener dengan rumus
komunitas memberikan respon terhadap perubahan kualitas sebagai berikut :
habitat dengan cara penyesuaian diri pada struktur komunitas
(Nybakken, 1992). Beragamnya aktivitas di sungai Wonorejo H’ = -∑[(ni/N) X ln (ni/N)]
perlu diperhatikan kondisinya terhadap lingkungan dan Keterangan :
masyarakat. Aktivitas tersebut secara tidak langsung akan H’ : Indeks Diversitas Shannon Wiener
mempengaruhi makrozoobentos yang selama ini belum ni : Jumlah individu dalam satu spesies
banyak diketahui. Sehubungan dengan hal tersebut maka N : Jumlah total individu spesies yang ditemukan
dilakukanlah penelitian tentang makrozoobentos di sungai
Wonorejo Surabaya. Kriteria penilaian pembobotan kualitas lingkungan
berdasarkan indeks keanekaragaman benthos dapat dilihat
pada Tabel 1.
II. URAIAN PENELITIAN Tabel 1. Indeks keanekaragaman benthos

A. Waktu dan Tempat Penelitian Indeks Struktur


Keanekaragaman (H’) Komunitas
Pengambilan sampel makrozoobenthos dan sampel kualitas
> 2.41 Sangat Stabil
air dilakukan pada bulan Oktober–Nopember 2012.
1.81 – 2.4 Lebih Stabil
Berdasarkan hasil survey, ditetapkan lokasi dan stasiun
1.21 – 1.8 Stabil
pengambilan sampel sebagai berikut. Stasiun ke satu pada
0.61 – 1.2 Cukup Stabil
koordinat S 070 18`37.0”, E 1120 47`27.4” tepatnya terletak di
< 0.6 Tidak Stabil
belakang rumah susun wonorejo, karena pada stasiun ini
sebagai tempat pembuangan limbah domestik secara langsung (Wibisono, 2005).
dari rumah susun wonorejo. Stasiun kedua pada koordinat S Keanekaragaman Makrozoobenthos di sungai Wonorejo
070 18`34.1” , E 1120 47`48.6” tepatnya terletak di debit Surabaya dihitung dengan menggunakan indeks Shannon –
saluran air dan tempat penampungan sampah, karena pada Wiener. Didapatkan hasil, stasiun 1 mempunyai indeks
keanekaragaman 1.71, dengan struktur komunitas yang stabil.
titik stasiun ini banyaknya sampah plastik yang sulit diurai
Sedangkan pada stasiun 2 memiliki indeks keanekaragaman
sehingga mengakibatkan perubahan kualitas air. Stasiun ketiga
pada koordinat S 070 18`34.4” , E 1120 48`28.7”, tepatnya 1.70, dengan struktur komunitas stabil. Pada stasiun 3
terletak di daerah pertambakan udang, karena pada titik memiliki indeks keanekaragaman 1.93, dengan struktur
stasiun ini merupakan titik awal keluar masuknya air untuk komunitas lebih stabil (Tabel 2). Secara keseluruhan, indeks
sirkulasi tambak. Untuk analisa sampel makrozoobenthos keanekaragaman (H`) gastropoda pada ke tiga stasiun
pengamatan tinggi, dengan struktur komunitas antara stabil
dilakukan di lab Ekologi FMIPA ITS.
Sampling pengambilan makrozoobenthos menggunakan hingga lebih stabil. Dengan demikian struktur komunitas
metode terkonsentrasi (Purposive Random Sampling) dengan sungai Wonorejo disusun oleh banyak spesies, dimana
cara membuat garis transek dengan jarak ±10 m. Pada garis beberapa spesies memiliki jumlah individu yang hampir
transek dengan jarak ±10 m dilakukan pengamatan selama sama.
maksimal 100 menit dengan 3 kali pengambilan sampel.
Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman`Shannon - Wiener
Pengamatan dilakukan pada pagi hari (07.00 WIB) Hingga makrozoobenthos pada setiap ulangan di tiga stasiun pengamatan
selesai (12.00 WIB). sungai Wonorejo Surabaya.
Keanekaragaman
Transek
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Total 1.71 1.70 1.93
Struktur Lebih
Stabil Stabil
Komunitas Stabil
Apabila jumlah spesies dan variasi jumlah individu tiap
spesies relatif kecil berarti terjadi ketidakseimbangan
ekosistem yang disebabkan gangguan atau tekanan dari
Gambar 1. Lokasi pengambilan data Struktur Komunitas Makrozoobenthos lingkungan, hal ini menjelaskan bahwa hanya jenis spesies
di aliran Sungai Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya tertentu saja yang dapat bertahan hidup. Tidak meratanya
jumlah individu untuk setiap spesies berhubungan dengan pola
adaptasi masing-masing spesies, seperti tersedianya berbagai
tipe substrat, makanan, dan kondisi lingkungan. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan Soegianto (1994), bahwa suatu
komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi C. Indeks keseragaman (E)
jika komunitas tersebut disusun oleh banyak jenis dengan Indeks keseragaman dapat dikatakan sebagai keseimbangan
kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya yaitu dengan menunjukan pola sebaran biota atau komposisi
jika komunitas tersebut disusun oleh sangat sedikit jenis dan individu tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas.
jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman Jika nilai indeks keseragaman relative tinggi maka keberadaan
jenisnya rendah. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi sama (Ferianita,
bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena 2005). Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan Indeks
dalam komunitas tersebut terjadi interaksi jenis yang tinggi Keanekaragaman dengan nilai maksimumnya, seperti rumus :
pula. Dengan demikian dalam suatu komunitas yang
mempunyai keanekaragaman jenis tinggi akan terjadi interaksi H’
E=
jenis yang melibatkan transfer energi (jaring-jaring makanan), Hmaks
predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis Keterangan :
lebih kompleks Hmaks = (ln S) : Jumlah Spesies
B. .Indeks dominansi (D) E : Indeks Keseragaman
H` : Indeks Keanekaragaman
Untuk mengetauhi ada tidaknya dominasi dari spesies
tertentu. Untuk melihat dominansi makrozoobenthos pada
Brower dan Zarr (1977) menyatakan kriteria keseragaman
setiap stasiun yang berbeda, Untuk menentukan Indeks
sebagai berikut:
Dominansi dapat digunakan rumus sebagai berikut (Brower
Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1. Jika indeks
dan Zarr, 1977)
keseragaman mendekati nilai 0, hal tersebut menunjukkan
ni 2 bahwa penyebaran individu tiap spesies tidak sama dan di
D=∑
N dalam ekosistem tersebut terdapat kecenderungan terjadinya
dominasi spesies yang disebabkan oleh adanya ketidakstabilan
Keterangan :
faktor – faktor lingkungan maupun populasi. Jika indeks
C : Nilai indeks dominasi
keseragaman mendekati nilai 1, hal tersebut menunjukkan
ni : Jumlah individu dalam satu spesies
bahwa ekosistem tersebut berada dalam kondisi relative stabil,
N : Jumlah total individu spesies yang ditemukan
yaitu jumlah individu tiap spesies ralatif sama.
Indeks keseragaman dapat dikatakan sebagai keseimbangan
Brower dan Zarr (1977) menyatakan kriteria dominansi
yaitu dengan menunjukan pola sebaran biota atau komposisi
sebagai berikut:
individu tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas
Nilai indeks dominasi berkisar antara 0 – 1. Jika indeks
(Ferianita, 2005). Menurut Krebs (1989) dalam Odum (1993)
dominasi mendekati nilai 0, dapat dikatakan bahwa hampir
nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0 – 1. Jika nilai
tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti
indeks keseragaman mendekati 0 berarti penyebaran individu
dengan indeks keseragaman yang besar. Sementara jika indeks
tiap spesies tidak sama dan di dalam ekosistem tersebut
dominasi mendekati nilai 1, berarti terdapat salah satu genera
terdapat kecenderungan terjadinya dominasi spesies yang
yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin
disebabkan oleh adanya ketidak stabilan faktor – faktor
kecil.
lingkungan maupun populasi. Bila nilai mendekati 1, hal
Nilai dominasi memperlihatkan kekayaan jenis komunitas
tersebut menunjukkan bahwa ekosistem tersebut berada dalam
serta keseimbangan jumlah individu setiap jenis. Menurut
kondisi relative stabil, yaitu jumlah individu tiap spesies ralatif
Odum (1993) nilai dominasi (D) berkisar antara 0 – 1. Jika
sama. Dari sampling yang telah dilakukan didapatkan hasil
indeks dominasi mendekati nilai 0, dapat dikatakan bahwa
keseragaman makrozoobenthos pada stasiun 1 mempunyai
hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya
indeks keseragaman 0.95. Untuk stasiun 2 mempunyai indeks
diikuti dengan indeks keseragaman yang besar. Sementara jika
keseragaman 0.94. Untuk stasiun 3 mempunyai indeks
indeks dominasi mendekati nilai 1, berarti terdapat salah satu
keseragaman 0.93. Dari hasil analisa data yang telah dilakukan
genera yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman
dari stasiun 1 hingga stasiun 3 memiliki nilai indeks
semakin kecil.
keseragaman tinggi yaitu mendekati nilai 1 dimana pada ke
Dari sampling yang telah dilakukan didapatkan hasil
tiga stasiun tesebut keberadaan setiap jenis biota di perairan
dominasi makrozoobenthos pada stasiun 1 indeks dominasi
dalam kondisi sama (Ferianita, 2005).
0.14. Untuk stasiun 2 indeks dominasi 0.16. Dan stasiun 3
indeks dominasi 0.15. Nilai indeks dominasi yang tertinggi D. Indeks Kesamaan Komuniatas (Morisita Horn)
terdapat pada stasiun 2 sebesar 0.36 dan terendah pada stasiun Indeks kesamaan komunitas digunakan untuk mengetahui
1 sebesar 0.21. Dari hasil analisa data yang telah dilakukan kesamaan relatif komposisi jenis dari dua komunitas yang
dari stasiun 1 hingga stasiun 3 memiliki nilai indeks dominasi dibandingkan (Magguran, 1988). Indeks ini berdasarkan pada
rendah yaitu mendekati nilai 0, dimana dominasi rendah data kuantitatif. Indeks Morishit – Horn pada dasarnya adalah
menggambarkan tidak ada individu yang mendominasi perbandingan antara nilai probalitas satu individu yang
sehingga pembagian jumlah individu pada masing – masing diambil dari sampel A dan satu individu yang diambil dari
jenis sangat seragam atau merata. Hal ini dapat dilaht dari sampel B yang merupakan satu jenis yang sama dibagi dengan
kondisi bahan organik (kandungan BOD dan COD) yang nilai probalitas dari dua individu yang diambildari sampel A
masuk ke perairan cukup tinggi sihingga menimbulkan atau B akan memiliki jenis yang sama. Indeks ini tidak
dampak tercemar terhadap kualitas perairan. dipengaruhi oleh ukuran sampling sehingga biasanya hampir
tidak ada (Krebs, 1989). Satu – satunya kekurangan atau mempunyai indeks kesamaan komunitas makrozoobenthos
kelemahan dari indeks ini adalah sangat sensitif terhadap antara 0.55 – 0.88. Dari hasil analisa data, dari masing –
kelimpahan jenis paling melimpah (Magurran, 1988). masing perbandingan stasiun untuk stasiun 1 dengan stasiun 2
Digunakan analisis kesamaan komunitas menggunakan memiliki indeks kesamaan komunitas tertinggti dibandingkan
Morisita – Horn : dengan indeks kesamaan komunitas stasiun 1 dengan stasiun 3
dan stasiun 2 dengan stasiun 3. Karena stasiun 1 dengan
CMH = 2∑(ani x bni) / (da + db)aN x bN stasiun 2 termasuk dalam katagori kesamaan komunitas sama /
erat yaitu mendekati nilai 1. Tingginya nilai indeks kesamaan
Keterangan : komunitas dari perbandingan kedua stasiun menggambarkan
CMH : Koefisien Morisita – Horn keterkaitan ekosistem yang sama / erat. Dari hasil penelitian
ani : Jumlah total individu pada tiap-tiap spesies di komunitas mengelompoknya jenis gastropoda diduga karena sifatnya
a yang hidup bergerombol, seragam dan menempel pada satu
bni : Jumlah total individu pada tiap-tiap spesies di komunitas tempat sepanjang waktu (Suwondo et al.,, 2004). Dari ke tiga
b stasiun penelitian menunjukan kondisi habitat dapat
aN : Jumlah individu di komunitas a mendukung kehidupan makrozoobenthos tersebut dan tidak
bN Jumlah individu di komunitas b ditemukan kelas insecta pada stasiun tersebut. Menurut
da : ∑ ani 2 / aN2 dan db = ∑ bni2 / bN2 Barbour (1987) kondisi mikrositus yang relatif homogen akan
ditempati oleh individu dari jenis yang sama karena spesies
Dengan Kriteria sebagai berikut : tersebut secara alami telah mengembangkan mekanisme
CMH = 0 : Kesamaan Komunitas rendah adaptasi dan toleransi terhadap habitatnya. Selain itu fakor
CMH = 1 : Kesamaan Komunitas sama / erat fisika dan kimia yang hampir merata pada suatu habitat serta
Berdasarkan penelitian di aliran sungai wonorejo Surabaya tersedianya makanan bagi organisme yang hidup berkelompok
yang dilakukan pada tiga stasiun yang berbeda, ditemukan 10 atau acak maupun normal (Suin, 2002).
spesies makrozoobenthos. Dari 10 spesies makrozoobenthos
yang ditemukan di ketiga stasiun yang berbeda, telah
ditemukan 6 spesies makrozoobenthos di stasiun satu yang IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
letaknya di aliran sungai wonorejo tepatnya dibelakang rumah Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Sungai Wonorejo
susun wonorejo Surabaya. Ditemukan 6 spesies Surabaya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
makrozoobenthos di stasiun kedua yang letaknya di aliran 1. Struktur komunitas makrozoobentos di aliran Sungai
sungai wonorejo tepatnya di debit saluran air dan tempat Wonorejo Surabaya memiliki Indeks
penampungan sampah. Dan ditemukan 8 jenis keanekaragaman makrozoobenthos antara 1.70 –
makrozoobenthos di stasiun ketiga yang letaknya di aliran 1.93, dengan struktur komunitas antara stabil hingga
sungai wonorejo tepatnya di daerah pertambakkan udang. lebih stabil. Dengan demikian struktur komunitas
Jenis dan distribusi makrozoobenthos pada masing - masing sungai Wonorejo disusun oleh banyak spesies,
stasiun pengamatan dapat dilihat pada tabel 3. dimana beberapa spesies memiliki jumlah individu
Tabel berikut menyajikan nilai indeks kesamaan komunitas yang hampir sama. Untuk indeks keseragaman
makrozoobenthos yang berada di aliran sungai wonorejo makrozoobenthos antara 0.93 – 0.95. Dari hasil
Surabaya. Dengan menggunakan indeks kesamaan komunitas analisa data, stasiun 1 hingga stasiun 3 memiliki nilai
Morishita – Horn antara stasiun satu dengan stasiun dua, indeks keseragaman tinggi yaitu mendekati nilai 1
stasiun satu dengan stasiun tiga, dan stasiun dua dengan dimana pada ke tiga stasiun tesebut keberadaan setiap
stasiun tiga, maka kesamaan jenis di hitung dengan jenis biota di perairan dalam kondisi sama. Dan nilai
memasukkan unsur kelimpahan jenis (Morishita - horn). indeks dominasi makrozoobenthos antara 0.14 – 0.16.
Dari hasil analisa data, stasiun 1 hingga stasiun 3
Tabel 3. Nilai indeks kesamaan komunitas Morishita - Horn stasiun 1 memiliki nilai indeks dominasi rendah yaitu
– 2, 1 – 3, dan 2 – 3 mendekati nilai 0, dimana dominasi rendah
Stasiun 1 Stasiun 1 Stasiun 2 menggambarkan tidak ada individu yang
dengan dengan dengan mendominasi sehingga pembagian jumlah individu
stasiun 2 stasiun 3 stasiun 3 pada masing – masing jenis seragam atau merata
Morishita – mengakibatkan keutuhan tingkat kompleksitas jalur
0.88 0.61 0.55
Horn energi dan nutrisi (jaring – jaring makanan).
2. Analisa kesamaan komunitas (Morishita-Horn)
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan indeks menunjukkan bahwa antara ekosistem stasiun 1
kesamaan komunitas Morishita – Horn dari makrozoobenthos dengan stasiun 2 mempunyai keterkaitan yang erat
pada masing – masing lokasi penelitian yang diamati, dapat dengan nilai (0.88) dibandingkan antara ekosistem
dibuat klasifikasi lokasi penelitian sebagai berikut (Bengen, stasiun 1 dengan stasiun 3 dengan nilai (0.61) dan
1998): ekosistem stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan nilai
CMH = 0 : Kesamaan Komunitas rendah (0.55)
CMH = 1 : Kesamaan Komunitas sama / erat

Terlihat dalam tabel di atas, sungai Wonorejo Surabaya


DAFTAR PUSTAKA
Barbour, M.G., J.H.Burk., W.D.Pitts. 1987. Terresterial Plant Ecology. The
Benjamin/Cumming Publishing Company. Inc. California

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air


Daratan. Medan: USU Press.

Bengen, D.G. 1998. Sinopsis Analisis Statistik


Multivariabel/Multidimensi. Program Pasca Sarjana
IPB, Bogor.
Brower, J. E. H. Z.Jerrold & car. I. N. Von Ende. 1990. Field and
Laboratory Methods for General Ecology. Third
Edition. New York: Wm. C. Brown Publisher. pp. 198
– 223.

Ferianita,Fachrul, M., H. Haeruman, L. C. Sitepu. 2005. Komunitas


Fitoplankton Sebagai Bio-Indikator Kualitas Perairan
Teluk Jakarta. Seminar Nasional MIPA 2005. UI Press;
Jakarta

Krebs, C. J. 1989. Experimental Analysis of Distribution and


Abundanc. Third Edition. Harper Row and Publisher.
New York. Hlm. 186 – 187, 310 – 315.

Lalli, C. M. & T. R. Parsons. 1993. Biological Oceanography An


Introduction. New York: Pergamon Press.

Magurran, A. E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement.


Princeton University Press. New Jersey.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pengantar Ekologi


Terjemahan Dalam, Indonesia (oleh: M. Eidman,
Koesobiono, D. G. Bengen, H. Malikusworo dan
Sukristijono) PT. Gramedia. Jakarta.

Odum, Eugene P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah


Mada Universty Press. Yogyakarta. 687 hlm.

Sugianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Metode Analisis Populasi dan


Komunitas. Usaha Nasional : Surabaya.

Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang.

Suwondo, Febrita, E. Sumanti, F. 2004. Struktur Komunitas


Gastropoda pada Hutan Mangrove di Pulau Sipora
Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat.
Jurnal Biogenesis 2(1) 2005. Hlm. 25-29.

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai