Anda di halaman 1dari 17

Investasi Jangka Panjang

Investasi Saham
Penyajian dan Analisis Investasi Jangka Panjang Saham

Oleh:
Kelompok 4
Akuntansi Keuangan II B2

Ni Putu Indah Berliana (1807531014)


Gede Surya Wibawa (1807531021)
Lidia Ayu Karuniasari (1807531038)
Made Mas Ananda Adibaswara (1807531073)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2019/2020
A. PENGERTIAN INVESTASI DALAM SAHAM
Menurut beberapa ahli, pengertian investasi saham adalah sebagai berikut:
a. Mulyadi
Menurut Mulyadi, Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk
mendapatkan hasil laba di masa yang akan datang.
b. Sadono Sukirno
Menurut Sadono Sukirno, Investai adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam
suatu modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan juga
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan juga jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Tujuan investasi dalam saham yang dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang,
yaitu:

a. Untuk mengawasi perusahaan lain


b. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode
c. Untuk membentuk suatu dana khusus
d. Untuk menjamin kontinuitas suplai bahan baku
e. Untuk menjaga hubungan antarperusahaan

Investasi dalam saham dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu:

1. Saham prioritas
Apabila investasinya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang tetap
setiap periode.
2. Saham Biasa
Apabila investasinya dilakukan dengan tujuan untuk mengawasi perusahaan lain.

B. METODE PENCATATAN INVESTASI DALAM SAHAM


Menurut SFAS 115, metode yang digunakan untuk pencatatan investasi dala saham tergantung
dari persentase pemilikan saham. Persentase pemilikan saham adalah jumlah lembar
saham yang dimiliki oleh seorang investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham
yang beredar. Persentase pemilikan dan metode pencatatannya, yaitu:

Persentase Pemilikan Metode Pencatatan

Kurang dari 20 % Metode Nilai Wajar (Fair Value Method)

20 % sampai dengan 50 % Metode Ekuitas (Equity Method)

Lebih dari 50 % Dibuat laporan keuangan yang dikonsolidasikan untuk


kedua perusahaan itu

Dari persentase pemilikan saham tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang
memiliki saham perusahaan lain lebih dari 50 % dari jumlah saham yang beredar disebut
induk perusahaan (parent company). Sedangkan, perusahaan yang sahamnya dimiliki
disebut anak perusahaan (subsidiary company. Selanjutnya akan dibuat laporan keuangan
kedua perusahaan yang dikonsolidasikan menjadi satu laporan.

C. PERSENTASE PEMILIKAN SAHAM KURANG DARI 20 %

Perlakuan akuntansi atas investasi dalam saham yang persentase pemilikannya kurang
dari 20 %, yaitu:

a. Investasi dalam saham tersedia untuk dijual (available for sale)


b. Investasi dalam saham untuk diperdagangkan (trading)

Berdasarkan PSAK No. 50, investasi yang masuk dalam kelompok tersedia untuk dijual
dapat disajikan sebagai aktiva lancer atau aktiva tidak lancer dalam neraca berdasarkan
keputusan manajemen. Sedangkan, apabila pembelian saham sangat tinggi (sangat sering
dilakukan) dan dimiliki dalam rangka mendapatkan laba dari perbedaan harga jangka
pendek maka investasi dikelompokkan dalam kelompok diperdagangkan (trading) di
neraca dan disajikan dalam aktiva lancar.

Kepemilikan yang persentasenya kurang dari 20 % akan menggunakan nilai wajar (fair
value method)yang dapat diartikan sebagai jumlah yang dapat diperoleh dari pertukaran
instrument keuangan dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas bukan karena paksaan
atau likuidasi. Jika terdapat harga pasar untuk instrument tersebut, nilai wajar dihitung
dengan cara mengalikan volume saham yang diperdagangkan dengan harga pasar per
unit.

Pencatatan Transaksi Investasi Dalam Saham:

1. Pembelian Saham
Saham dapat diperoleh dengan cara dibeli tunai atau ditukar dengan aktiva. Jika saham
diperoleh dengan dibeli secara tunai, maka harga pokoknya dalah jumlah semua uang
yang dibayarkan dalam pembelian tersebut yang terdiri dari harga kurs, biaya-biaya
komisi, materai dan lain-lain yang dicatat dengan mendebit rekening investasi dalam
saham. Sedangkan, jika saham diperoleh dengan cara ditukar dengan aktiva maka
harga pokok saham akan dicatat sebesar harga pasar aktiva yang digunakan sebagai
penukar.
Jurnal untuk mencatat investasi saham yang dibeli secara tunai, yaitu:

Tersedia untuk dijual Diperdagangkan

Investasi Saham Tersedia Untuk Dijual xx Investasi Saham Diperdagangkan xx

Kas xx Kas xx

Saham prioritas yang dibeli tidak pada tanggal pembayaran dividen, secara legal tidak
menimbulkan masalah dividen yang terutang (accrued dividend). Tetapi karena saham
prioritas itu jumlahnya sudah pasti maka biasanya salam transaksi jual beli saham
prioritas akan diperhitungkan dividen yang terhutang sampai tanggal
pembelian.Berdasarkan ilustrasi, pencatatan saham yang akan dibeli sebagai berikut :

Pada tanggal 1 april Nona Risa membeli 100 lembar saham prioritas PT Bermuda,6 %
nominal Rp 10.000,00 per lembar dengan kurs 105. Biaya pembelian saham (termasuk
materai dan komisi) sebesar Rp 50.000,00. Dividen saham PT Bermuda dibayarkan
setiap tanggal 31 Desember. Pencatatan jurnal transaksi tersebut yaitu :

1 April

Investasi dalam saham prioritas Rp 1.100.000,00

Pendapatan Dividen Rp 15.000,00

Kas Rp 1.115.000,00

Perhitungan:

Harga beli saham = 100 x Rp 10.000,00 x 105/100 =Rp 1.050.000,00

Biaya pembelian =Rp 50.000,00

Harga beli saham =Rp 1.100.000,00

Dividen yang terutang 1 Januari sampai 1 April

3/12 x 6 % x Rp 1.000.000,00 =Rp 15.000,00

Jumlah uang yang dibayarkan =Rp 1.115.000,00

Dividen terutang sebesar Rp 15.000,00 dalam jurnal tersebut didebitkan ke rekening


pendapatan dividen. Hal tersebut mengakibatkan seluruh dividen yang diterima pada
tanggal 31 Desember akan dikreditkan ke rekening pendapatan dividen

31 Desember

Kas Rp 60.000,00

Pendapatan dividen Rp 60.000,00

Perhitungan :

Pendapatan dividen = 6% x Rp 1.000.000,00 = Rp 60.000,00

Selain itu, dividen terutang dapat dicatat dengan mendebit rekening piutang dividen.
Hal tersebut mengakibatkan dividen yang diterima pada tanggal 31 Desember akan
mengkreditkan dua reking yaitu rekening piutang pendapatan dividend an rekening
pendapatan dividen.
31 Desember

Kas Rp 60.000,00

Piutang pendapatan dividen Rp 15.000,00

Pendapatan dividen Rp 45.000,00

Alokasi harga beli dapat dilakukan dengan dasar sebagai berikut :

a. Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli diketahui, alokasi didasarkan
pada perbandingan jumlah relative masing-masing saham.
b. Jika yang diketahui harga pasarnya hanya satu jenis saham, maka harga pasar
saham yang diketahui diperlakukan sebagai harga pokok saham tersebut dan
sisanya merupakan harga pokok saham jenis yang lain
c. Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli itu tidak diketahui, maka alokasi
harga pokoknya ditangguhkan sampai salah satu saham dapat diketahui harga
pasarnya

Contoh: Pembelian Lumpsum

A. Harga pasar masing-masing jenis saham diketahui

Pak Budi membeli 50 blok saham dengan harga Rp. 25.000 per blok. Tiap blok
terdiri dari 1 lembar saham prioritas dan 3 lembar saham biasa. Alokasi harga
pokok saham untuk masing-masing jenis dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Misalnya harga saham pasar saham prioritas Rp. 12.500 per lembar dan harga
pasar saham biasa Rp. Rp. 4.500 per lembar saham.

Nilai saham prioritas        = 50 x Rp. 12.500              = Rp. 625.000


Nilai saham biasa             = 50 x 3 x Rp. 4.500          = Rp. 675.000

Harga pokok saham prioritas


= (Rp. 625.000/1.300.000) x Rp. 1.250.000
= Rp. 600.960
Harga pokok saham biasa
= (Rp. 675.000/1.300.000) x Rp. 1.250.000
= Rp. 649.040
Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi di atas sebagai berikut :

Penanaman Modal Dalam Saham Prioritas          Rp. 600.960


Penanaman Modal Dalam Saham Biasa              Rp. 649.040
Kas                                                                            Rp. 1.250.000
B. Haga pasar yang diketahui hanya saham prioritas

Misalnya harga pasar saham prioritas = Rp. 12.500 per lembar sedang harga pasar
saham biasa tidak diketahui.

Harga pokok saham dihitung sebagai berikut:

Harga beli saham prioritas dan saham biasa                          Rp. 1.250.000


Harga pasar saham prioritas = 50 x Rp. 12.500                      Rp.    625.000

Harga pokok saham biasa                                                       Rp.    625.000

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembelian saham di atas adalah
sebagai berikut :

Penanaman Modal Dalam Saham Prioritas              Rp. 625.000


Penanaman Modal Dalam Saham Biasa                   Rp. 625.000

Kas                                                                               Rp. 1.250.000

C. Harga pasar masing-masing saham tidak diketahui

Karena harga pasarnya tidak ada yang diketahui maka tidak ada dasar yang dapat
digunakan untuk mengalokasikan harga beli saham-saham tersebut.

Alokasi harga beli saham ditangguhkan sampai diperoleh dasar yang kuat.

Transaksi pembelian saham di atas jika harga pokoknya tidak dialokasikan akan
dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Penanaman Modal Dalam Saham Biasa dan Prioritas    Rp. 1.225.00


Kas                                                                      Rp. 1.250.000

Penyesuaian Akhir Tahun

Setiap akhir periode, apabila nilai wajar saham yang dimiliki oleh investor berbeda
dengan harga perolehannya, maka perbedaannya akan dicatat dalam rekening “laba atau
rugi belum direalisasi”. Dalam hal nilai wajar lebih tinggi dari harga perolehannya, maka
selisihnya dicatat sebagai laba dengan jurnal berikut:

Investasi Dalam Saham Tersedia Untuk Dijual Rp. Xxx

Laba Belum Direalisasi Rp. xxx

Atau,
Investasi saham diperdagangkan Rp. xxx

Pendapatan Dari Kenaikan Nilai Wajar Rp. Xxx

Investasi Saham Diperdagangkan

Sebaliknya bila nilai wajar lebih rendah dari harga perolehannya, maka selisihnya dicatat
sebagai kerugian dengan jurnal:

Rugi belum direalisasi Rp. xxx

Investasi Dalam Saham Rp. xxx

Tersedia Untuk Dijual

Atau,

Rugi Penurunan Nilai Wajar Rp. xxx

Investasi Saham Diperdagangkan Rp. xxx

Penjualan dan Pelunasan Kembali Saham

Penjualan saham tentunya dapat membawa laba atau rugi. Penjualan saham dicatat oleh
investor dengan mendebit kas dan mengkredit investasi saham. Selisihnya dicatat sebagai
laba atau rugi penjualan saham. Berikut ini contoh pencatatan pembelian dan penjualan
saham.

Tuan Iwan pada tanggal 20 Februari 2005 membeli 500 lembar saham (1lot) PT XYX
yang nominalnya @Rp1.000,00 dengan harga Rp.2000,00. Biaya pembelian sebesar
0,5% sehingga jumlah harga perolehannya sebesar (500 x Rp.2000,00) + (0.5% x 500 x
Rp2.000,00) = Rp1.005.000,00

Jurnal untuk mencatat pembelian saham ini adalah:

Investasi Saham Tersedia Untuk Dijual Rp1.005.000

Kas Rp1.005.000

Pada tanggal 29 april 2005, saham tersebut dijual dengan harga Rp2.200,00 per lembar
dan dikenai biaya penjualan sebesar 0,5%. Jumlah uang yang diterima sebesar (500 x
Rp2.200,00) – (500 x Rp2.200,00 x 0,5%) = Rp1.094.500,00

Jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah:

Kas Rp1.094.500

Investasi Saham Tersedia Untuk Dijual Rp1.005.000


Laba Penjualan Saham Rp 89.500

Perhitungan:

Harga jual: 500 x Rp2.000,00 Rp1.100.000,00

Biaya penjualan: 0,5% x Rp1.100.000,00 Rp 5.500,00

Harga jual bersih Rp1.094.500,00

Harga perolehan Rp1.005.000,00

Laba penjualan saham Rp 89.500,00

Jika saham itu tetap dimiliki sampai tahun berikutnya dan baru dijual pada bulan Februari
tahun 2006, maka Tuan Iwan harus mengganti harga perolehannya menjadi nilai wajar
tanggal 31 Desember 2005. Misalnya nilai wajar saham PT XYZ tanggal 31 Desember
2005 sebesar Rp2.200,00 per lembar, maka jurnal penyesuaian yang harus dilihat untuk
mencatat nilai wajar pada tanggal 31 Desember 2005 sebagai berikut:

Investasi Saham Tersedia Untuk Dijual Rp100.000,00

Laba Belum Direalisasi Rp100.000,00

(500 x (Rp2.200,00 – Rp2.000,00) = Rp100.000,00

Penjualan saham PT XYZ pada bulan Februari 2006 dengan harga Rp2.200,00 per lembar
dan biaya penjualan 0.5% dicatat sebagai berikut:

Kas Rp1.094.500,00

Laba belum direalisasi Rp 100.000,00

Investasi saham tersedia untuk dijual Rp1.105.000,00

Laba penjualan saham Rp 89.500,00

D. PERSENTASE PEMILIKAN 20% - 50%


Pemegang saham yang kepemilikannya sebesar 20% sampai 50% dari seluruh saham
yang beredar akan mencatat investasinya dengan metode ekuitas dimana metode ini
merupakan metode yang mencatat investasi saham sebesar harga perolehannya dan
selanjutnya menyesuaikan dengan perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas
aktiva bersih perusahaan dengan perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas
aktiva bersih perusahaan yang terjadi setelah perolehan. Laporan laba rugi investor
mereflesikan bagian laba atau rugi investor atas hasil usaha perusahaan (investee).
Dengan demikian, setiap periode akuntansi harga pokok surat berharga harus disesuaikan
dengan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan investee sebanding dengan presentase
pemilikannya. Dividen yang diterima dicatat mengurangi saldo rekening investasi saham.
Perolehan Saham

jurnal pencatatannya untuk pembelian saham secara tunai adalah:

investasi saham Rp. xxx

Kas Rp. xxx

Laba/Rugi Yang Dilaporkan Oleh Perusahaan Investee

Laba yang dilaporkan oleh perusahaan investee akan menambah saldo rekening investee
saham yang besarnya sebanding (proporsional) dengan presentase pemilikan saham.
Sebaliknya, jika investee menderita kerugian, maka investor akan mencatatnya dengan
mengkredit rekening investasi saham yang besarnya juga sebanding dengan persentase
pemilikan saham. Jurnal yang dibuat oleh investor adalah sebagai berikut:

Apabila investee memperoleh laba:

Investasi Saham Rp. xxx

Pendapatan Investasi Rp. xxx

Apabila Investee Rugi

Rugi Investasi Saham Rp. xxx

Investasi Saham Rp. xxx

Penerimaan Deviden

Investor yang memiliki saham 20% sampai dengan 50% akan mencatat dividen yang
diterimanya sebagai pengurang rekening investasi saham dengan jurnal sebagai berikut:

Kas Rp. xxx

Investasi Saham Rp. xxx

Penyesuaian Akhir Tahun

Apabila pada akhir tahun terdapat perbedaan antara nilai wajar dengan harga
perolehannya, dalam metode ekuitas tidak diperlukan jurnal penyesuaian.

E. PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT-UP)


Suatu perusahaan dapat memperbanyak sahamnya yang beredar dengan cara mengurangi nilai
nominal sahamnya. Pengurangan nilai nominal atau nilai yang dinyatakan ini dapat
menambah jumlah lembar tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba tidak
dibagi. Bagi pemegang saham, pengurangan nilai nominal ini tidak mengubah nilai buku
investasi sahamnya, satu-satunya perubahan yang ada hanyalah pertambahan jumlah
lembar. Keadaan ini tidak memerlukan jurnal tetapi cukup dengan catatan memo.
Misalnya PT Monita mengumumkan pemecahan saham dimana tiap satu lembar dipecah
menjadi 2 lembar. Dengan adanya pemecahan saham ini, para pemegang saham akan
menerima dua lembar saham untuk menukar tiap-tiap lembar yang dimiliki. Jumlah harga
pokok saham tidak mengalami perubahan, tetapi karena jumlah lembarnya bertambah dua
kali lipat maka harga pokok per lembar saham turun menjadi setengah harga pokok mula-
mula. Dalam hal pemecahan saham tidak ada pendapatan yang diakui oleh pemegang
saham. Kebalikan dari pemecahan saham adalah keadaan dimana perusahaan mengurangi
jumlah lembar sahamnya dengan cara memperbesar nilai nominal atau nilai yang
dinyatakan. Akibat dari pengurangan jumlah lembar saham ini hanya dicatat dalam memo
untuk menunjukan perubahan jumlah lembar dan harga pokok per lembar saham.

F. HAK BELI SAHAM


Hak beli saham merupakan hak yang diberikan kepada para pemegang saham untuk membeli
saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Setiap
lembar saham yang beredar akan menerima satu lembar hak beli saham, sehinga apabila
seseorang memiliki 100 lembar saham, maka ia akan menerima 100 lembar hak beli
saham.

Pemberian hak beli saham kepada pemegang saham dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada pemegang saham agar dapat mempertahankan proporsi pemilikan
sahamnya. Proporsi pemilikan dari pemegang saham tidak berubah jika pemegang saham
tadi menggunakan haknya untuk membeli saham baru. Jumlah saham yang dapat dibeli
dengan menggunakan hak beli saham tidak selalu sama dengan jumlah hak beli saham,
tetapi tergantung pada ketentuan-ketentuan yang ada.

Harga beli saham baru dengan menggunakan hak beli saham biasanya lebih rendah
daripada harga saham di bursa, perbedaan ini menyebabkan adanya nilai untuk hak beli
saham. Karena hak beli saham itu mempunyai nilai, maka penerimaannya dicatat sebagai
suatu investasi hak beli saham. Hak beli saham ini diterima karena pemilikan saham,
oleh karena itu harga pokok investasi saham dialokasikan sebagian sebagai harga pokok
hak beli saham. Pembagian ini dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Harga pokok hak beli saham :

harga pasar hak beli saham


+ Harga Pokok Saham
harga pasar saham tanpa hak beli saham+harga pasar hak beli saham

Harga Pokok Baru Untuk Saham :

harga pasar sahamtanpa hak beli


+ Harga pokok saham
harga pasar saham tanpa hak beli+harga pasar hak beli saham
Dari rumus diatas jika harga pokok hak beli saham sudah dapat ditentukan maka hasilnya
dikurangkan pada harga pokok saham dan akan dapat ditentukan berapa harga pokok baru
untuk saham.

Hak beli saham yang dimiliki dapat digunakan untuk membeli saham baru atau dijual. Jik
a digunakan untuk membeli saham baru maka harga pokok hak beli saham yang
digunakan merupakan tambahan terhadap harga pokok saham yang dibeli. Tetapi apabila
hak beli saham tadi dijual, maka selisih harga jual dengan harga pokoknya merupakan
laba atau rugi. Kadang-kadang hak beli saham tidak digunakan untuk membeli saham
baru dan tidak bisa dijual sehingga lewat batas waktu (daluwarsa). Dalam keadaan ini
harga pokok hak beli saham yang daluwarsa dihapuskan dan dicatat sebagai kerugian.

G. NILAI TEORITIS HAK BELI SAHAM


Nilai teoritis hak beli saham ialah harga jual yang diharapkan dari hak beli saham. Nilai
teoritis ini dihitung dalam dua keadaan, yaitu (1) bila saham masih dijual dengan hak beli
saham, dan (2) sesudah tanggal dimana hak beli saham menjadi milik pemilik dan sahan
dijual hak beli saham.
a. Nilai Teoritis Bila Saham Dijual dengan Hak Beli Saham

Dalam keadaan dimana saham-saham dijual di pasar masih berhak atas hak beli
saham yang akan dikeluarkan maka nilai teoritis hak beli saham dihitung sebagai berikut :

nilai saham dengan HBS−hargabeli saham


=Nilai satulembar HBS
jumlah lembar HBS yang diperlukanuntuk membeli satu lembar saham+1

b. Perhitungan Nilai Teoritis Hak Beli Saham

Apabila saham dijual tanpa hak beli saham, perbedaan antara harga pasar saham
dengan harga beli saham di perusahaan dengan menggunakan hak beli saham merupakan
nilai hak beli saham yang digunakan untuk membeli saham baru tersebut. Rumus
perhitungan nilai teoritis hak beli saham dalam keadaan seperti ini adalah :

nilai sahamtanpa HBS −hargabeli saham


=Nilai satulembar HBS
jumlah lembar HBS yang diperlukanuntuk membeli satu lembar saham

H. PENJUALAN ATAU PELUNASAN KEMBALI SAHAM


Pada saat penjualan saham atau pelunasan kembali, investor mencatat transaksi tersebut dengan
debit kas dan kreditnya rekening penanaman modal dalam saham. Selisih antara harga
perolehan dengan jumlah uang yang diterima, kalau rugi dicatat dengan mendebit
rekening rugi penjualan saham atau rugi pelunasan kembali saham atau kalau selisihnya
laba akan dikreditkan ke rekening laba penjualan saham atau laba pelunasan kembali
saham.
I. PERTUKARAN SAHAM
Apabila sahan-saham yang dimiliki sebagai investasi jangka panjang ditarik kembali oleh
perusahaan untuk ditukar oleh saham jenis lain, maka saham baru yang diterima dicatat
sebesar harga pasarnya. Pada waktu terjadinya pertukaran, biasanya terdapat perbedaan
antara harga pasar saham baru dengan harga perolehan saham lama, perbedaan ini dicatat
sebagai laba atau rugi dalam buku-buku investor.

J. LABA PELUNASAN SAHAM PRIORITAS


Dana pelunasan saham prioritas biasanya dibentuk untuk menarik kembali saham prioritas yang
beredar. Pada waktu saham prioritas tersebut dijual, harganya mungkin di atas nilai
nominal atau mungkin juga lebih rendah, sehingga jumlah uang yang dikeluarkan untuk
membayar kembali saham prioritas tersebut mungkin lebih besar atu lebih kecil daripada
harga jualnya dulu.
a. Jumlah uang yang dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih besar daripada
harga jual saham tersebut.

Apabila saham prioritas dilunasi dengan jumlah lebih besar daripada harga jualnya
maka kelebihan pembayaran ini dianggap sebagai pembagian laba pada saat
pelunasan saham. Misalnya, pada tanggal Januari 2005 PT Risa Fadila menjual
saham prioritas, nominal per lembar Rp10.000,00 dengan harga Rp11.000,00 per
lembar. Pada tanggal 15 Desember 2009, 100 lembar saham prioritas dilunasi dengan
harga Rp12.000,00 per lembar. Jurnal yang dibuat oleh PT Risa Fadila untuk
mencatat pelunasan kembali 100 lembar saham prioritas pada tanggal 15 Desember
2009 adalah sebagai berikut:

Modal saham prioritas Rp1.000.000,00

Agio saham prioritas Rp100.000,00

Laba tidak dibagi Rp100.000,00

Kas Rp1.200.000,00

b. Jumlah uang yang dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih kecil daripada
harga jual saham tersebut.
Pelunasan kembali dengan jumlah yang lebih kecil menimbulkan selisih yang oleh
perusahaan tetap dicatat sebagai modal disetor. Rekening modal saham dan agio atau
disagio saham ditutup dan selisihnya dicatat dalam rekening modal yang
menunjukkan asal modal tersebut. Misalnya PT Risa Fadila pada tanggal 5 Januari
2005 menjual saham prioritas, nominal perlembar Rp10.000,00 dengan harga
Rp12.500,00 per lembar. Pada harga Rp11.000,00 per lembar. Jurnal yang dibuat
oleh PT Risa Fadila untuk mencatat pembelian kembali saham prioritas tanggal 15
Desember 2009 sebagai berikut:
Modal saham prioritas Rp1.000.000,00
Agio saham prioritas Rp250.000,00

Kas Rp1.100.000,00

Modal disetor dari pelunasan kembali saham prioritas Rp 150.000,00

K. UANG MUKA
Uang muka diperlakukan sebagai investasi jangka panjang, jika tidak, akan segera diterima
kembali. Uang muka seperti ini dalam neraca dicantumkan sebagai tambahan pada
penanaman modal dalam saham. Uang muka investasi adalah suatu pembayaran uang
kepada pihak yang mempunyai saham sebagai tanda bukti kita telah menjadi investor di
perusahaannya sehingga dapat memperoleh keuntungan dari saham tersebut.
lni terjadi karena selama periode waktu menunggu itu terdapat kejadian yang menyimpang dari
yang diharapkan. lnilah, yang disebut risiko. Uang muka adalah advance down payment
yaitu pembayaran uang kepada pihak lain yang belum memberikan prestasi atau
memenuhi kewajiban, misalnya kepada kontraktor pada saat kontrak ditandatangani atau
kepada penjual yang belum menyerahkan barangnya.

L. PEMILIKAN DALAM FIRMA


Pemilikan dalam firma atau joint venture dicatat sebagai penanaman modal dalam buku masing-
masing anggota (partner). Rekening penanaman modal dalam firma ini akan bertambah
jumlahnya bila ada setoran baru ke dalam firma atau bila firma memperoleh laba. Apabila
firma menanggung kerugian atau pemilik mengambil uang ke firma saldo rekining ini
berkurang.

Persentase Pemilikan Lebih dari 50%

Jika kepemilikan saham investor lebih dari 50% dari seluruh saham beredar, maka
perusahaan investor disebut sebagai induk perusahaan. Laporan keuangan induk
perusahaan (parent company) harus dikonsolidasikan dengan laporan investee (anak
perusahaan / subsidiary company).

M. DIVIDEN
Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham. Dividen yang dibagi
dapat berbentuk uang tunai, aktiva (selain kas dan saham sendiri), dan saham baru.
a. Dividen yang Berbentuk Uang
Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah
lembar yang dimiliki. Keputusan pembagian dividen diambil dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS).
Contoh:
PT Eka Karya mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp10.000.000,00 dengan
ketentuan 30% merupakan pembagian laba dari 70% pengembalian modal. Ibu Tara
adalah salah seorang pemegang saham dari 10 orang pemegang saham lainnya di PT
Eka Karya, maka Ia mencatat di pembukuannya sebagai berikut:

Kas Rp1.000.000,00
Penghasilan dividen Rp300.000,00
Investasi dalam Saham PT Eka Karya Rp700.000,00

Apabila dalam pembagian dividen disebutkan bahwa dividen yang dibagikan itu sebagian
merupakan pembagian laba dan sebagian lagi merupakan pembagian modal, dividen
seperti itu disebut dividen likuidasi. Perusahaan yang membagikan dividen likuidasi
biasanya merupakan perusahaan yang ingin menghentikan usahanya, misal dalam
bentuk joint ventures. Karena usahanya akan dihentikan, maka tidak perlu
memperbesar modal.
Bagi pemegang saham yang menerima dividen likuiditas akan mencatatnya sebagai
penghasilan dan sebagiannya lagi sebagai pengembalian modal.

b. Dividen yang Berbentuk Aktiva (Selain Kas dan Saham Sendiri)


Dividen tidak hanya dibagikan dalam bentuk uang, tetapi ada juga yang dalam bentuk
benda/aktiva. Pemegang saham yang menerima dividen seperti ini mencatat dalam
bukunya dengan jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya.
Contoh:
Ibu Ani menerima pembagian dividen dari PT Makmur Jaya berupa saham PT Sentosa
sebanyak 50 lembar. Pada saat pembagian tersebut, harga pasar per lembar saham PT
Sentosa adalah sebesar RP12.000,00.
Penerimaan dividen ini dicatat oleh pemegang saham dengan jurnal sebagai berikut:

Investasi dalam saham PT Sentosa Rp600.000,00


Penghasilan Dividen Rp600.000,00

c. Dividen Saham (Stock Dividend)


Dividen saham adalah penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang
membagi saham. Bagi pemegang saham, dividen seperti ini berarti penambahan
jumlah lembar saham tanpa ada pengeluaran baru.

Contoh :
Misalnya Tuan Iwan pada bulan Agustus 2005 membeli 100 lembar saham biasa dari PT
Bermuda dengan harga Rp900.000,00. Pada bulan Desember 2005 diterima dividen
saham biasa 50%. Pada bulan Januari 2006, dijual 20 lembar saham dengan harga
Rp170.000,00.
Transaksi-transaksi diatas dicatat dalam buku Tuan Iwan dengan jurnal sebagai berikut:
Agustus 2005 Investasi dalam saham biasa Rp900.000,00
Kas Rp900.000,00

Desember 2005
Memo: diterima 50 lembar saham biasa sebagai dividen, jumlah saham dan harga pokoknya
menjadi: 100 lembar + 50 lembar = 150 lembar
Harga pokok per lembar = Rp900.000,00 : 150 = Rp6.000,00

Januari 2006 Kas Rp170.000,00

Investasi dalam saham biasa Rp120.000,00

Laba penjualan saham Rp50.000,00


Perhitungan :
Harga Jual Rp170.000,00
Harga Pokok = 20 lembar x Rp6.000,00 Rp120.000,00
Laba Penjualan Saham Rp 50.000,00

Apabila dividen saham yang diterima berupa saham yang berbeda dengan saham yang
dimiliki, maka harga pokok saham yang dimilik dibagikan kepada tiap macam saham
dengan dasar nilai relatifnya.

Misalnya Tuan Iwan memiliki 50 lembar saham biasa PT Bermuda, nominal Rp10.000,00
perlembar, dibeli dengan harga Rp750.000,00. Pada bulan Desember 2005 diterima
dividen saham prioritas sebanyak 25 lembar dengan nilai nominal Rp5.000,00
perlembar. Pada saat penerimaan dividen, harga pasar saham biasa Rp14.000,00
perlembar dan saham prioritas Rp4.000,00 per lembar.

Pembagian harga pokok saham dan pencatatan penerimaan dividen sebagai berikut :
Nilai saham biasa = Rp14.000,00 x 50 = Rp700.000,00
Nilai saham prioritas = Rp 4.000,00 x 25 = Rp100.000,00

Rp800.000,00

Harga pokok saham biasa = Rp700.000,00 : Rp800.000,00 x Rp750.000,00

= Rp656.250,00

Harga pokok saham prioritas = Rp100.000 : Rp800.000,00 x Rp750.000,00

= Rp93.750,00
Maka Jurnalnya:

Investasi dalam saham prioritas Rp93.750,00

Investasi dalam saham biasa Rp93.750,00

Daftar Pustaka

Baridwan,Zaki. Intermediate Accounting Edisi 8. Yogyakarta: Penerbit BPFE –


YOGYAKARTA, 2004.
Harjo (25 Maret 2015). Penanaman Modal dalam Saham dan Dana. Dikutip pada 28 September
2019 dari Kumpulan Artikel dan Makalahku: http://harjo820.blogspot.com/2015/03/penanaman-
modal-dalam-saham-dan-dana.html

Sanata Dharma University (2019). Uang Muka Investasi Adalah Penempatan. Dikutip 30
September 2019 dari Laman Course Hero: Https://Www.Coursehero.Com/File/P1bjo31/C-Uang-
Muka-Investasi-INVESTASI-ADALAH-PENEMPATAN-UANG-TAU-DANA-DENGAN-
HARAPAN/

Anda mungkin juga menyukai