Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Multiple Intelligence

1. Teori Multiple Intelligence

Teori Howard Gardner tentang multiple intelligences memanfaatkan aspek


kognitif dan perkembangan psikologi, antropologi, dan sosiologi untuk menjelaskan
kecerdasan manusia (Rofiah & Hidayati, 2016). inteligensi merupakan sesuatu yang
fungsional sehingga tingkat perkembangan individu dapat diamati dan dinilai
berdasarkan kriteria tertentu. Apakah seorang anak cukup inteligen atau tidak, dapat
dinilai berdasarkan pengamatan terhadap cara dan kemampuan anak melakukan
tindakan dan kemampuan mengubah arah tindakan apabila diperlukan.

Kecerdasan, menurut paradigma multiple intelligences (Gardner, 1993), dapat


didefinisikan sebagai kemampuan yang mempunyai tiga komponen utama, yakni:

1. kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata


sehari- hari.
2. kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru yang dihadapi untuk
diselesaikan.
3. kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan
menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Menurut Julia Yasmine (2012: 5-7) teori multiple intelligences adalah validasi
tertinggi, gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam
pendidikan sangat tergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan penghargaan
terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, di samping pengenalan,
pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing
pembelajar.

Rose Mini (2007: 4) menjelaskan bahwa Dalam teori multiple intelligences


setidaknya ada Sembilan kecerdasan, dan hal ini pun bisa kemungkinan untuk
bertambah. Sembilan kecerdasan inilah yang kemudian disebutnya sebagai multiple
intelligence (kecerdasan ganda).

Dengan demikian teori multiple intelligences adalah gagasan bahwa perbedaan


individu sangat penting. Pemakaian dalam pendidikan sangat tergantung pada
pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa
belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan
bakat masing-masing pembelajar (Sukitman, 2013). Dalam pemakaiannya multiple
intelligences digunakan untuk mengetahui kecerdasan yang paling menonjol pada diri
peserta didik. multiple intelligences juga dapat digunakan agar seorang pendidik dapat
mengetahui gaya belajar yang cocok untuk peserta didiknya. Dari yang kita ketahui,
bahwa pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan gaya belajar peserta didik maka

1
pembelajaran akan lebih menjadi kondusif dan menyenangkan sehingga pelajaran
mampu diterima dengan mudah oleh peserta didik.

Edward Lee Thorndike, seorang ahli psikologi pendidikan, mengklasifikasi


inteligensi ke dalam tiga bentuk kemampuan, yakni:

1. kemampuan abstraksi yakni kemampuan untuk “beraktivitas” dengan


menggunakan gagasan dan simbol-simbol secara efektif.
2. kemampuan mekanik, yakni kemampuan untuk “beraktivitas” dengan
menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk kegiatan yang memerlukan
aktivitas indra-gerak.
3. kemampuan sosial, yakni kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru dengan cara-cara yang cepat dan efektif.

Inteligensi menurut Piaget lain lagi. Pandangan ahli perkembangan ini melihat
inteligensi secara kualitatif, berdasarkan aspek isi, struktur, dan fungsinya. Untuk
menjelaskan ketiga aspek tersebut, Piaget mengaitkan inteligensi dengan periodisasi
perkembangan biologis, meliputi sensorimotorik, praoperasional, konkret operasional,
dan abstrak operasional. Pembagian ini dimaksudkan juga sebagai periode
perkembangan kognitif. Di dalam perkembangan tersebut terkandung konsep
kecerdasan atau inteligensi anak(Musfiroh, n.d.).

lligences sendiri tidak hanya mempunyai satu macam kecerdasan saja tetapi
terdapat delapan kecerdasan. Seorang tentunya tidak hanya memiliki satu kecerdasan
saja tetapi delapan kecerdasan tersebut ada didalam otaknya akan tetapi dalam
delapan kecerdasan tersebut hanya terdapat satu kecerdasan yang menonjol dalam diri
anak tersebut.

2. Macam-Macam Multiple Intelligence

multiple intelligences memiliki 8 macam kecerdasan. Seorang manusia tidak


hanya memiliki satu kecerdasan saja seperti yang kita ketahui bahwa orang akan
mengklaim orang itu pintar atau jenius jika mereka mampu menyelesaikan soal
perhitungan seperti matematika, fisika, kimia dan lain sebagainya. Namun pendapat
tersebut salah, pemikiran seperti membuat seorang orang tua tidak bisa melihat
kecerdasan yang dimiliki oleh anaknya.

Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner, yaitu:

1. Kecerdasan Verbal (Linguistic Intelligence)

Adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara


efektif baik secara lisan maupun tertulis. Ciri-ciri anak dengan kecerdasan
linguistic yang menonjol biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang
menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa asing, mempunyai
perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, suka menulis surat atau e- mail,
senang membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan

2
kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata (utak-atik kata,
kata-kata tersembunyi, scrabble atau teka-teki silang, bolak-balik kata, plesetan
atau pantun) dan senang membaca tentang ide-ide yang menarik minatnya.
Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi
yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya. Cara belajar terbaik bagi anak-
anak yang cerdas dalam verbal-linguistik adalah

dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik


memotivasi mereka adalah mengajak mereka berbicara, menyediakan banyak
buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluang mereka untuk menulis. Guru
perlu menyediakan peralatan membuat tulisan, menyediakan tape recorder,
menyediakan mesin ketik atau keyboard untuk belajar mengidentifikasi huruf
dalam kata-kata. Selain itu, berikan dongeng pada mereka dan lakukan tanya
jawab. Sesekali, membawa anak-anak ke toko buku atau perpustakaan merupakan
langkah yang tepat. Menurut Gardner (via Armstrong, 1996:7), kecerdasan
linguistik “meledak”

pada awal masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut. Kaitannya
dengan sistem neurologis, kecerdasan ini terletak pada otak bagian kiri dan lobus
bagian depan. Kecerdasan linguistik dilambangkan dengan kata-kata, baik
lambang primer (kata-kata lisan) maupun sekunder (tulisan)(Musfiroh, 2004).
Kegiatan yang cocok bagi orang yang memiliki intelegensi linguistik antara lain;
pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, dan
orator.

2. Kecerdasan logis matematis (Logical – Mathematical Intelligence)

Adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika


secara efektif. Menurut Gardner, kecerdasan logika-matematika bersemayam di
otak depan sebelah kiri dan parietal kanak. Kecerdasan ini dilambangkan dengan,
terutama, angka-angka dan lambang matematika lain. Kecerdasan ini memuncak
pada masa remaja dan masa awal dewasa. Beberapa kemampuan matematika
tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun. .Anak-anak dengan kecerdasan
logical–mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap
kegiatan eksplorasi. Kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yaitu kepekaan pada pola
hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis dan abstraksi lain.

Seseorang dengan kecerdasan matematis logis yang tinggi biasanya memiliki


ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah
mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang
menghitung, suka membuat perkiraan, menerka jumlah (seperti menerka jumlah
uang logam dalam sebuah wadah), mudah mengingat angka-angka serta skor-skor,
menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau games
strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan

3
sebab-akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otak
atau teka-teki logika, senang menemukan cara kerja komputer, senang mengelola
informasi kedalam tabel atau grafik dan mereka mampu menggunakan komputer
lebih dari sekedar bermain games.

3. Kecerdasan visual spasial (Visual – Spatial Intelligence)

Adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti


dimiliki para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator.Anak-anak dengan
kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang dan
hubungan antarunsur tersebut. Menurut Howard Gardner (1993), kecerdasan
visual-spasial mempunyai lokasi di otak bagian belakang hemisfer kanan.
Kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan imajinasi anak. Pola pikir
topologis (bersifat mengurai bagian-bagian dari suatu objek) pada awal masa
kanak-kanak memungkinkan mereka menguasai kerangka pikir euclidean pada
usia 9-10 tahun. Kepekaan artistik pada kecerdasan ini tetap bertahan hingga
seseorang itu berusia tua.

Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam spasial biasanya lebih


mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau
membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam
bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, dia
juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang membongkar pasang,
senang membaca atau menggambar peta, senang melihat foto-foto/gambar-gambar
serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia disekelilingnya, senang
mencorat-coret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan realistis,
mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar
dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak hal, senang
memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi optik dan suka membangun
model-model atau segala hal dalam 3 dimensi. Anak dengan kecerdasan visual
biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imajinatif.

4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Bodily – Kinesthetic Intelligence)

Adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk


mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari,
pemahat, dan ahli bedah. Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di
atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada
gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka
mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Anak dengan kemampuan kecerdasan
kinestetis biasanya cocok menjadi olahragawan, penari pematung, aktor dokter
bedah(chatib, 2018).

Guru dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan


memberi kesempatan pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran dirancang

4
sedemikian rupa sehingga anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk
mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Pembelajaran dapat dilakukan di luar
ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap, dan lari
jarak pendek. Permainan yang bermuatan akademis sangat membantu anak-anak
menyalurkan kebutuhan mereka untuk bergerak.

5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

Adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati


bentu-bentuk musik dan suara. Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol
mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan
kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka
pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai
menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau
warna suara dalam sebuah komposisi musik.

Menurut Gardner, musikal merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal


dan muncul secara tidak terduga dibandingkan dengan bidang lain pada inteligensi
manusia. Kecerdasan musikal mampu bertahan hingga usia tua. Kecerdasan
musikal mempunyai lokasi di otak bagian kanan (Gardner, 1993; Armstrong,
1996:7).

Riset mengenai otak menunjukkan bahwa otak bagian depan memegang peran
yang sangat penting dalam pengetahuan interpersonal. Kerusakan pada bagian ini
dapat menyebabkan perubahan kepribadian yang besar (Gardner, 1993:23).
Kecerdasan interpersonal ini bersemayam, terutama pada hemisfer kanan dan
sistem limbik Kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan
kasih sayang selama masa kritis tiga tahun pertama (Armstrong, 1996:7). Maka
dari itu anak tidak boleh dipisahkan dari ibunya saat pertumbuhan awal karena
dapat mengalami permasalahan yang sangat serius. Selain itu kecerdasan
intrapersonal anak juga dapat mempanguruhi dia dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.

6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

Adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan,


intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Anak dengan kecerdasan
interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain,
pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan
beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran,
tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama denganm orang
lain. Anak dengan kecedarsan interposanal lebih peka dengan lingkungan sekitar.

Anak dengan kecerdesan interpesonam memiliki ciri-ciri,

1. pandai untuk berkomunikasi baik didalam kelas maupun diluar kelas klas
seperti lingkungan. Anak dengan kecerdasan ini sangat suka berinteraksi

5
dengan orang lain. Pekerjaan apapun mengharuskan anak dengan
kecerdasan ini untuk lebih banyak berkomunikasi.
2. Pandai menyapaikan pendapat, anak dengan kecerdasan ini jika diminta
untuk menyampaikan pendapat maka akan menyampaikan pendapat
dengan baik. Anak dengan kecerdasan ini mampu memberikan pendapat
dengan jelas dan sangat baik.
3. Cocok bekerja dalam kelompok, anak dengan kecerdasan ini dapat dilihat
dengan bagaimana cara dia bekerja dengan tim. Karena dia dapat
berkomunikasi dengan sangat mudah.
4. Percaya diri, anak dengan kecerdasan ini bukan berarti dia lebih pandai.
Namun mereka sangat percaya diri untuk menggunakan bakatnya. Anak
ini sangat menghargai orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain,
bahkan didalam kelompok besar sekalipun mereka sangat mudah untuk
menyesuaikan.
5. Pendengar yang baik, anak dengan kecerdasan ini memiliki banyak sekali
teman baru karena kemampuannya sebagai pendengar yang baik. Stimulasi
yang tepat untuk anak ini yaitu dengan memberikan mereka pengalaman
emosional yang membekas di ingatan mereka.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intra personal Intelligence)

Adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri. Anak
dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan
dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu
mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat
dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka
mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.

Anak dengan kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :

1. Sangat suka mengenai pengembangan diri sendiri dan sangat suka


menghadiri acara konseliing atau kepribadian.
2. Anak dengan kecerdasan ini mampu menghadapi dan hambatan dengan
sangat baik.
3. Mampu menganalisa dan mengamati kekurangan dan kelebihan diri yang
dilihat dari pandangan orang lain.
4. Lebih suka menghabiskan waktu sendiri daripada menghabiskan waktu
dikeramaian.
5. Memiliki semangat yang kuat untuk mewujudkan setiap keinginan yang
mereka miliki.

8. Kecerdasan Natural (Naturalist Intelligence)

Adalah kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik. Anak-
anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang

6
besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini.
Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam,
misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan
tanaman(Amir & Si, 2013).

Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan naturalis :

1. Mereka sangat suka menjelajah alam dan mempelajarinya.


2. Memiliki minat dalam pelajaran bidang biologi, ekologi, dan kimia.
3. Bisa mengenali jenis-jenis flora dan fauna.
4. Sangat observatif terhadap lingkungan disekitarnya.
5. Menyayangi berbagai jenis binatang.
6. Sangat suka mencari musik yang berhubungan erat dengat alam.

B. GAYA BELAJAR

1. Teori Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan cara termudah yang dimiliki oleh individu dalam
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya belajar yang
sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar(Bire et al., 2014). Dunn dan
Dunn, mendefinisikan gaya belajar sebagai cara seseorang untuk berkonsentrasi,
memproses, dan menguasai informasi-informasi baru dan sulit pada saat
pembelajaran. Menurut Felder gaya belajar merupakan kecenderungan siswa dalam
mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Honey dan Mumford, menyatakan
bahwa gaya belajar merupakan sesuatu yang mendeskripsikan sikap dan tingkah laku
dalam belajar(Rofiqoh, 2015).

Gunawan (2004) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah cara yang lebih kita
suka dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Lebih lanjut, dalam bukunya Genius Learning Strategy Gunawan mengemukakan
bahwa garis besar, ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka
referensi yang berbeda, dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasi
masing-masing(Andri Astutie, 2003).

Nasution (2000) gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh
seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir,
dan memecahkan masalah.

Samples (2002) gaya belajar adalah kebiasaan yang mencerminkan cara


memperlakukan pengalaman dan informasi yang diperoleh.

Sukadi (2008) gaya belajar adalah kombinasi antara cara seseorang dalam
menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah informasi atau pengetahuan
yang didapat.

7
Deporter dan Hernacki (2013) gaya belajar adalah satu kombinasi dari bagaimana
ia menyerap dan kemudia mengatur serta mengolah informasi. [ CITATION Mar19 \l 1057
]

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah
cara seorang peserta didik, sikap, dan tingkah laku mengumpulkan dan mengolah
sebuah informasi yang diberikan oleh pendidik. Menurut De Poter & Hernacki
(1999), menjelaskan secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik(Papilaya & Huliselan, 2016).

2. Macam-Macam Gaya Belajar


a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati,
memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera
penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling
peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Ciri-Ciri
individu yang memiliki tipe gaya belajar visual yaitu menyukai kerapian dan
ketrampilan, jika berbicara cenderung lebih cepat, suka membuat perencanaan
yang matang untuk jangka panjang, sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail
sifatnya, mementingkan penampilan baik dalam berpakaian maupun presentasi,
lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, mengingat
sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual, tidak mudah terganggu dengan
keributan saat belajar, pembaca yang cepat dan tekun, lebih suka membaca sendiri
dari pada dibacakan orang lain.

Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah sebelum secara
mental merasa pasti, suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon
atau dalam rapat, lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) daripada
berpidato, lebih menyukai seni daripada musik, seringkali mengetahui apa yang
harus dikatakan akan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, serta kadang- kadang
suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

b. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Individu
dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran
untuk melakukan aktivitas belajar.Individu mudah belajar, mudah menangkap
stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga).
Individu dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya
untuk mendengar.

Ciri-Ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar audiotorial yaitu saat
bekerja sering berbicara pada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan atau
hiruk pikuk disekitarnya, sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan

8
dibuku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan
sesuatu, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
dengan mudah, merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita,
pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni yang lainnya, lebih mudah
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat, suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang
lebar, dan lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan
gerakan-gerakan fisik. Individu dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap
pelajaran apabila bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Ciri-ciri individu
yang memiliki tipe gaya belajar kinestetik yaitu berbicara dengan perlahan,
menyentuh untuk mendapatkan perhatian, berdiri dekat ketika berbicara dengan
orang, selalu berorientasi dengan fisik dan banyak bergerak, menghafal dengan
cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca,
banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama,
memungkinkan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai
permainan yang menyibukkan.

Anda mungkin juga menyukai