KAJIAN PUSTAKA
A. Multiple Intelligence
Menurut Julia Yasmine (2012: 5-7) teori multiple intelligences adalah validasi
tertinggi, gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam
pendidikan sangat tergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan penghargaan
terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, di samping pengenalan,
pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing
pembelajar.
1
pembelajaran akan lebih menjadi kondusif dan menyenangkan sehingga pelajaran
mampu diterima dengan mudah oleh peserta didik.
Inteligensi menurut Piaget lain lagi. Pandangan ahli perkembangan ini melihat
inteligensi secara kualitatif, berdasarkan aspek isi, struktur, dan fungsinya. Untuk
menjelaskan ketiga aspek tersebut, Piaget mengaitkan inteligensi dengan periodisasi
perkembangan biologis, meliputi sensorimotorik, praoperasional, konkret operasional,
dan abstrak operasional. Pembagian ini dimaksudkan juga sebagai periode
perkembangan kognitif. Di dalam perkembangan tersebut terkandung konsep
kecerdasan atau inteligensi anak(Musfiroh, n.d.).
lligences sendiri tidak hanya mempunyai satu macam kecerdasan saja tetapi
terdapat delapan kecerdasan. Seorang tentunya tidak hanya memiliki satu kecerdasan
saja tetapi delapan kecerdasan tersebut ada didalam otaknya akan tetapi dalam
delapan kecerdasan tersebut hanya terdapat satu kecerdasan yang menonjol dalam diri
anak tersebut.
2
kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata (utak-atik kata,
kata-kata tersembunyi, scrabble atau teka-teki silang, bolak-balik kata, plesetan
atau pantun) dan senang membaca tentang ide-ide yang menarik minatnya.
Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi
yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya. Cara belajar terbaik bagi anak-
anak yang cerdas dalam verbal-linguistik adalah
pada awal masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut. Kaitannya
dengan sistem neurologis, kecerdasan ini terletak pada otak bagian kiri dan lobus
bagian depan. Kecerdasan linguistik dilambangkan dengan kata-kata, baik
lambang primer (kata-kata lisan) maupun sekunder (tulisan)(Musfiroh, 2004).
Kegiatan yang cocok bagi orang yang memiliki intelegensi linguistik antara lain;
pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, dan
orator.
3
sebab-akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otak
atau teka-teki logika, senang menemukan cara kerja komputer, senang mengelola
informasi kedalam tabel atau grafik dan mereka mampu menggunakan komputer
lebih dari sekedar bermain games.
4
sedemikian rupa sehingga anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk
mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Pembelajaran dapat dilakukan di luar
ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap, dan lari
jarak pendek. Permainan yang bermuatan akademis sangat membantu anak-anak
menyalurkan kebutuhan mereka untuk bergerak.
Riset mengenai otak menunjukkan bahwa otak bagian depan memegang peran
yang sangat penting dalam pengetahuan interpersonal. Kerusakan pada bagian ini
dapat menyebabkan perubahan kepribadian yang besar (Gardner, 1993:23).
Kecerdasan interpersonal ini bersemayam, terutama pada hemisfer kanan dan
sistem limbik Kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan
kasih sayang selama masa kritis tiga tahun pertama (Armstrong, 1996:7). Maka
dari itu anak tidak boleh dipisahkan dari ibunya saat pertumbuhan awal karena
dapat mengalami permasalahan yang sangat serius. Selain itu kecerdasan
intrapersonal anak juga dapat mempanguruhi dia dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.
1. pandai untuk berkomunikasi baik didalam kelas maupun diluar kelas klas
seperti lingkungan. Anak dengan kecerdasan ini sangat suka berinteraksi
5
dengan orang lain. Pekerjaan apapun mengharuskan anak dengan
kecerdasan ini untuk lebih banyak berkomunikasi.
2. Pandai menyapaikan pendapat, anak dengan kecerdasan ini jika diminta
untuk menyampaikan pendapat maka akan menyampaikan pendapat
dengan baik. Anak dengan kecerdasan ini mampu memberikan pendapat
dengan jelas dan sangat baik.
3. Cocok bekerja dalam kelompok, anak dengan kecerdasan ini dapat dilihat
dengan bagaimana cara dia bekerja dengan tim. Karena dia dapat
berkomunikasi dengan sangat mudah.
4. Percaya diri, anak dengan kecerdasan ini bukan berarti dia lebih pandai.
Namun mereka sangat percaya diri untuk menggunakan bakatnya. Anak
ini sangat menghargai orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain,
bahkan didalam kelompok besar sekalipun mereka sangat mudah untuk
menyesuaikan.
5. Pendengar yang baik, anak dengan kecerdasan ini memiliki banyak sekali
teman baru karena kemampuannya sebagai pendengar yang baik. Stimulasi
yang tepat untuk anak ini yaitu dengan memberikan mereka pengalaman
emosional yang membekas di ingatan mereka.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intra personal Intelligence)
Adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri. Anak
dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan
dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu
mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat
dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka
mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.
Adalah kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik. Anak-
anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang
6
besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini.
Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam,
misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan
tanaman(Amir & Si, 2013).
B. GAYA BELAJAR
Gaya belajar merupakan cara termudah yang dimiliki oleh individu dalam
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya belajar yang
sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar(Bire et al., 2014). Dunn dan
Dunn, mendefinisikan gaya belajar sebagai cara seseorang untuk berkonsentrasi,
memproses, dan menguasai informasi-informasi baru dan sulit pada saat
pembelajaran. Menurut Felder gaya belajar merupakan kecenderungan siswa dalam
mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Honey dan Mumford, menyatakan
bahwa gaya belajar merupakan sesuatu yang mendeskripsikan sikap dan tingkah laku
dalam belajar(Rofiqoh, 2015).
Gunawan (2004) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah cara yang lebih kita
suka dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Lebih lanjut, dalam bukunya Genius Learning Strategy Gunawan mengemukakan
bahwa garis besar, ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka
referensi yang berbeda, dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasi
masing-masing(Andri Astutie, 2003).
Nasution (2000) gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh
seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir,
dan memecahkan masalah.
Sukadi (2008) gaya belajar adalah kombinasi antara cara seseorang dalam
menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah informasi atau pengetahuan
yang didapat.
7
Deporter dan Hernacki (2013) gaya belajar adalah satu kombinasi dari bagaimana
ia menyerap dan kemudia mengatur serta mengolah informasi. [ CITATION Mar19 \l 1057
]
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah
cara seorang peserta didik, sikap, dan tingkah laku mengumpulkan dan mengolah
sebuah informasi yang diberikan oleh pendidik. Menurut De Poter & Hernacki
(1999), menjelaskan secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik(Papilaya & Huliselan, 2016).
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati,
memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera
penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling
peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Ciri-Ciri
individu yang memiliki tipe gaya belajar visual yaitu menyukai kerapian dan
ketrampilan, jika berbicara cenderung lebih cepat, suka membuat perencanaan
yang matang untuk jangka panjang, sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail
sifatnya, mementingkan penampilan baik dalam berpakaian maupun presentasi,
lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, mengingat
sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual, tidak mudah terganggu dengan
keributan saat belajar, pembaca yang cepat dan tekun, lebih suka membaca sendiri
dari pada dibacakan orang lain.
Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah sebelum secara
mental merasa pasti, suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon
atau dalam rapat, lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) daripada
berpidato, lebih menyukai seni daripada musik, seringkali mengetahui apa yang
harus dikatakan akan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, serta kadang- kadang
suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Individu
dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran
untuk melakukan aktivitas belajar.Individu mudah belajar, mudah menangkap
stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga).
Individu dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya
untuk mendengar.
Ciri-Ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar audiotorial yaitu saat
bekerja sering berbicara pada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan atau
hiruk pikuk disekitarnya, sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan
8
dibuku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan
sesuatu, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
dengan mudah, merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita,
pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni yang lainnya, lebih mudah
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat, suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang
lebar, dan lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan
gerakan-gerakan fisik. Individu dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap
pelajaran apabila bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Ciri-ciri individu
yang memiliki tipe gaya belajar kinestetik yaitu berbicara dengan perlahan,
menyentuh untuk mendapatkan perhatian, berdiri dekat ketika berbicara dengan
orang, selalu berorientasi dengan fisik dan banyak bergerak, menghafal dengan
cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca,
banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama,
memungkinkan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai
permainan yang menyibukkan.