PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
panjang yang harus dimulai sejak janin dalam kandungan hingga berusia lanjut,
tantangan jaman. Terciptanya manusia yang berkualitas ditentukan oleh satus gizi
yang baik. Status gizi yang baik dapat terwujud bila makanan yang dikonsumsi
dapat memenuhi kecukupan yang diperlukan baik dalam jumlah maupun mutu
bulan dianjurkan hanya diberikan ASI tanpa makanan pendamping ASI (ASI
pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan (Budi, 2004). Setelah 6 bulan bayi mulai
dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2
juga dengan kesepakatan global antara lain: deklarasi innocenti (Italia) tahun
disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada
bayi usia 0-6 bulan, mulai dari tahun 2007 yaitu (28,6%) kemudian menurun
pada tahun 2008 menjadi (24,3%) namun pada tahun 2009 meningkat menjadi
terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI (BPS, Susenas 2009).
pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan yaitu 52,2%. Rendahnya cakupan pemberian
tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif. Dari hasil rekapitulasi
laporan ASI eksklusif di Dinas Kesehatan Kota Semarang, bayi yang diberikan
ASI eksklusif tahun 2006 (40.07%) kemudian menurun pada tahun 2007
(38,44%) dan menurun lagi pada tahun 2008 (15,33%) kemudian naik pada tahun
2010 dari 521 bayi usia 0-6 bulan, hanya 91 bayi (17,4%) yang diberi ASI
eksklusif, sedangkan yang lainnya tidak diberi ASI secara eksklusif, hal ini juga
masih jauh dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 70%. Puskesmas
bayi (0-6 bulan) sebanyak 132 bayi hanya 15 bayi (11,3%) yang diberi ASI
kelurahan tersebut. Dari informasi petugas kesehatan bahwa dari 91 bayi yang
diberi ASI eksklusif semuanya barasal dari ibu yang tidak bekerja (laporan
tahunan Puskesmas).
yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibagi atas tiga besar, yaitu faktor
seperti kondisi kesehatan fisik ibu, psikologis ibu serta kondisi kesehatan fisik
bayi.
menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu berupa tindakan. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
(Notoatmodjo, 2003).
macam sumber, salah satunya yaitu dari petugas kesehatan. Pengetahuan akan
April 2011 total jumlah bayi usia 0-6 bulan yang ada di Kelurahan Bandarharjo
sebanyak 43 bayi, tapi yang mendapat ASI eksklusif hanya 12 bayi (27%).
Berdasarkan data ini dilihat dari geografis tempat yang akan dijadikan penelitian
bekerja sebagai buruh pabrik kurang lebih sekitar 8 jam/hari sehingga menarik
untuk diteliti.
April 2011 pada 35 pekerja wanita yang memiliki bayi usia 0-6 bulan, 26 orang
diantaranya memiliki bayi usia 0-2 bulan dan ibu masih mempunya masa cuti
bersalin sehingga masih bisa memberikan ASI secara eksklusif, kemudian setelah
bayi berusia lebih dari 2 bulan ibu sudah kembali bekerja seperti biasa, sehingga
pemberian ASI mulai berkurang bahkan ada yang tidak diberi ASI sama sekali
dengan berbagai macam alasan. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10
responden yang mempunyai bayi usia lebih dari 2 bulan di dapatkan ibu yang
baralasan terlalu lelah 1 orang (10%), tidak ada waktu untuk menyusui 4 orang
(40%) dan bayi tidak mau menyusu 5 orang (50%). Penulis juga memberikan
pertanyaan tentang pengertian ASI eksklusif dan manfaat ASI eksklusif. 4 orang
(40%) mengerti tentang pengertian ASI eksklusif, dan 3 orang (30%) yang
informasi akan menimbulkan masalah antara lain ibu tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya dan bayi akan mudah terserang penyakit. (Suradi &
pengetahuan ibu bekerja tentang ASI eksklusif sebelum dan sesudah dilakukan
B. Rumusan Masalah
ibu bekerja tentang ASI eksklusif sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktik
a. Untuk Masyarakat
eksklusif
2. Manfaat Teoritis
E. Keaslian Penelitian
pendidikan kesehatan ini adalah pengetahuan ibu bekerja tentang ASI eksklusif, yang