PT. KERJATERUS
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya
lah kami dapat dengan tepat waktu menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Profesi
1 yang berjudul “Simulasi Penyelenggaraan Proyek”.
Selain menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Profesi 1, tugas laporan penelitian
ini juga bertujuan agar mahasiswa arsitektur dapat memahami dengan baik proses
penyelenggaraan sebuah proyek.
Kami sebagai penyusun laporan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-
orang yang telah berkontribusi dalam penyusunan tugas laporan ini:
1. Bapak Bambang Irawan sebagai dosen pengajar mata kuliah Studi Profesi
Arsitektur I
2. Bapak Suryadi sebagai dosen pembimbing mata kuliah Studi Profesi
Arsitektur I
3. Anggota kelompok yang telah berkontribusi dan membantu dalam
penyusunan
tugas ini.
Kami berharap agar laporan ini dapat menjadi laporan yang berguna bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan dan kesalahan, serta masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kami berharap adanya saran dan masukan yang kondusif dari pembaca, sehingga
kami bisa menyusun laporan yang lebih baik lagi di masa mendatang. Kami juga
memohon maaf apabila ada kesalahan dan hal yang kurang berkenan bagi para
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pembaca.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
3.1.5 Tanda Daftar Perusahaan…………………………………...26
Daftar pustaka………………………………………………………………….44
Lampiran…………………………………………………………………….….45
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi arsitek sudah dikenal dari jaman dahulu sebagai profesi yang sangat
kompleks. Dimulai dari proses desain yang rumit sampai proses pengerjaan di
dalam lapangan yang Panjang dan banyak timbul hal yang tidak terduga
merupakan bumbu sehari – hari dalam profesi arsitek. Kantor Pemerintahan
merupakan salah satu tipe bangunan rancangan yang memerlukan perhatian
khusus dalam merancang karena banyak hal detail yang perlu diperhatikan.
Dimulai dari tingkat jabatan orang-orang yang memakai bangunan, kegiatan
dan aktivitas yang terjadi dalam bangunan tersebut, sampai
bentuk/facadebangunan yang didesainnya juga harus sesuai dengan
tema/konsep bangunan tersebut. Dalam bahasan kali ini, kita sebagai arsitek
diminta untuk merancang sebuah kantor pemerintahan yang berisikan ruangan-
ruangan yang bisa menunjang kegiatan utama maupun kegiatan pendukung
yang terjadi didalam kantor pemerintahan.
1
- Memaparkan data yang berasal dari perusahaan kita kedalam proposal –
proposal pendirian bangunan
BAB I: Pendahuluan
Bab ini membahas tentang teori di bidang arsitektur serta kode etik
di bidang arsitektur
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Arsitek
Arsitek adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau
ahli lingkungan binaan. Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai
seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan,
merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk
memandu keputusan yang memengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi
astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena
lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior
ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan
lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek
sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau
lingkungan binaan.
Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton
(master pembangun), arkhi (ketua) + tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari
pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan
di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah dibuat.
Dalam proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak
untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi
penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan
perbaikan atau membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang
disepakati
3
merancang itu sendiri. Seorang arsitek disewa oleh klien untuk melakukan studi
kelayakan, audit bangunan, mendesain bangunan. Arsitek dapat berperan di
dalam mendukung Perencanaan Kota (Urban Planning), dapat berperan di
dalam mendukung Perancangan Kota (Urban Design), dapat berperan di dalam
Perencanaan dan Perancangan Lingkungan/Kawasan, dapat berperan di dalam
Perencanaan dan Perancangan Bangunan, Perancangan Interior (Ruang Dalam)
Bangunan, Perancangan Taman, Perancangan Meubel, dapat berperan di dalam
Perusahaan Perabot (Meubel), dapat berperan sebagai Surveyor dan/atau
Quantity Surveyor untuk memprakirakan anggaran dan biaya pembangunan,
dapat berperan sebagai Tenaga Pendidik, dapat berperan sebagai Peneliti,
arsitek dapat berperan di dalam Industri Bahan Bangunan, dan dapat berperan
di dalam bidang jasa konstruksi lain. Sesuai dengan fungsinya sebagai
pengontrol dan/atau pengawas, maka arsitek adalah tidak dibenarkan untuk
berperan sebagai Pelaksana Pembangunan (kontraktor), atau secara gamblang
dapat disampaikan bahwa Arsitek tidak boleh berpraktik sebagai Kontraktor.
4
Pemahaman tentang teknologi bangunan diperlukan dalam merencanakan
strategi pelaksanaan proyek dan metoda pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Engineer arsitek harus mampu mengidentifikasi permasalahan, terutama
pada pekerjaan finishing, sehingga dapat merumuskan metoda pelaksanakan
yang tepat, sehingga dicapai mutu pekerjaan yang optimal dengan tahapan
pelaksanaan yang efektif dan efisien.
Engineer arsitek dengan dibantu oleh drafter, harus mampu menyajikan shop
drawing, sebagai penterjemahan gambar desain, sehingga mudah dipahami
oleh pihak lapangan. Kriteria shop drawing yang baik adalah:
Penggunaan skala yang tepat untuk setiap shop drawing, sehingga terbaca
dengan mudah.
5
Menampilkan ukuran dimensi yang lengkap dan detail, sesuai dengan bahan
dan material yang digunakan, sehingga tidak terjadi kesalahan ukuran.
6
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap
perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan
dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap
- tahap proyek sebagai berikut
7
- Kemajuan teknologi yang sangat pesat
8
penugasan profesionalnya di bidang arsitektur dengan sebaik-baiknya.
Secara umum, para arsitek memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk
selalu menjunjung tinggi dan meningkatkan nilai-nilai budaya dan
arsitektur, serta menghargai dan ikut berperan serta dalam
mempertimbangkan segala aspek sosial dan lingkungan untuk setiap
kegiatan profesionalnya, dan menolak hal-hal yang tidak profesional.
9
semata-mata menggunakan pendekatan teknis-ekonomis tetapi juga
menyertakan asas pembangunan berkelanjutan.
10
menjalankan kegiatan profesionalnya, arsitek bersikap tidak membeda-
bedakan seseorang/golongan atas dasar penilaian ras/suku,agama,
kebangsaan, cacat,atau orientasi gender.
11
mempromosikan/merekomendasikan bahan-bahan bangunan atau
pertengkapan/peralatan bangunan.
12
o Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi
sebagai pengawas bangunan atau petugas lain yang terkait untuk meninjau
kembali, terkecuali arsitek penerima tugas dapat memberikan jalan keluar
pemecahan lain.
13
Uraian: Kepatuhan arsitek terhadap hukum adalah merupakan syarat
utama untuk melindungi pengguna jasa, masyarakat, dan arsitek sendiri.
Bila perlu dalam melaksanakan tugasnya arsitek dapat mencari
pendamping yang secara tepat memahami pengertian akan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Lingkup Penugasan
2. Pembagian wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
3. Batas-batas wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
4. Perhitungan lmbalan Jasa
14
5. Tata cara penyelesaian penugasan.
15
kembali, terkecuali arsitek penerima tugas dapat memberikan jalan keluar
pemecahan lain.
16
pendamping yang secara tepat memahami pengertian akan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Lingkup Penugasan
2. Pembagian wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
3. Batas-batas wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
4. Perhitungan lmbalan Jasa
5. Tata cara penyelesaian penugasan.
17
Arsitek tidak dibenarkan untuk mengubah atau mengganti lingkup
ataupun target program kerja suatu penugasan tanpa persetujuan
pengguna jasa.
Seorang profesional sejati adalah seorang yang siap untuk menerima dan
menjalankan profesi beserta seluruh prinsip-prinsip etika dalam kegiatan
sehari-hari.
18
Seorang profesional di samping harus memiliki komitmen beretika, atau
berupaya secara pribadi untuk bertindak sesuai etika, juga harus memiliki
kepedulian dan kompetensi beretika. Kepedulian beretika ini adalah
kemampuan seseorang untuk membedakan tindakan yang salah dari yang
benar, sedangkan kompetensi beretika adalah kemampuan seorang
profesional untuk menegakkan nilai-nilai moral dan mempertimbangkan
secara lebih seksama dampak berbagai tindakannya.
19
(3) Solidaritas dan Kemampuan Bekerja Sama
Setiap tenaga profesional berkewajiban untuk mendukung
organisasi/asosiasi profesionalnya. Setiap anggota berkewajiban
untuk mengutamakan kepentingan bersama dari profesi, di atas
kepentingan atau ambisi perorangan. Melalui solidaritas, kerja sama,
dan organisasi/asosiasi profesi yang padu, setiap anggota juga
berkewajiban mencermati praktik-praktik etika dan senantiasa
mengupayakan pengembangan profesi serta memperbesar/mendalami
tanggung jawab sosial kepada masyarakat umum.
20
merupakan kekayaan yang harus dihormati dan dijaga, namun
keanekaragaman tingkat kapasitas dan kepentingan profesi arsitek
yang masih ada hendaknya dihadapi dengan semangat silih asah, asih,
dan asuh yang merupakan kekuatan moral dan budaya yang dapat
mengurangi atau menghilangkan berbagai kesenjangan profesional
itu.
Tidak ada satu pun kelompok profesi yang lebih penting, superior,
atau di atas lainnya. Dalam melayani masyarakat, seluruh profesi
harus mampu tampil bersama dengan kekhasannya masing-masing.
Dalam pandangan keprofesian, semua profesi sama dan karena itu
setiap orang harus memperlakukan profesi lainnya dengan hormat dan
adil.
21
BAB III
Profil Perusahaan
Visi
Misi
22
Website (www.kejaterusarch.co.id)
1.4 Banker
23
1.5 Keanggotaan
24
Komisaris
Direktur Utama
25
Manajer Arsitek Biro Manajer Manajer Kabag
Estimaor Logistik Proyek Pemasaran Keuangan
26
Nama Perusahaan : PT. Kerjaterus
Alamat Lengkap : Jl. Pondok Kopi 1A Blok A6 No. 12, RT007/RW008,
Jakarta Timur, Jakarta 12330
Nomor dan tanggal pengesahan badan hukum: Nomor K.B.2/387/9 tanggal 20
Agustus 2019 dan dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas dengan ini
menerangkan, bahwa dengan tidak mengurangi izin dari pihak yang berwenang
telah sepakat dan setuju untuk bersama-sama mendirikan suatu perseroan terbatas
dengan anggaran dasar sebagaimana yang termuat dalam akta ini.
27
PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, PEMISAHAN DAN
PEMBUBARAN
Pasal 13
1. a. Dengan mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan
atau pembubaran hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS
yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 (tiga
perempat) dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan
keputusan disetujui lebih dari 3/4 (tiga perempat) bagian dari seluruh
saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS.
b. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a di
atas tidak tercapai, dapat diselenggarakan RUPS kedua. RUPS kedua
sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat jika dihadiri oleh
pemegang saham atau kuasanya yang sah yang memiliki/mewakili
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah dan keputusan disetujui lebih dari 3/4 (tiga
per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir
dalam RUPS.
c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b di
atas tidak tercapai, RUPS ketiga dapat diadakan dengan ketentuan
RUPS ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri oleh
pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam -
kuorum kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan atas permohonan Perseroan 2. Direksi wajib
mengumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian yang terbit atau
berperedaran di tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha
Perseroan mengenai rancangan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan pemisahan atau pembubaran Perseroan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS.
DIREKSI
Pasal 14
1. Direksi terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih anggota Direksi. Apabila
diangkat lebih dari seorang anggota Direksi, maka seorang diantaranya
dapat diangkat sebagai Direktur Utama.
2. Anggota Direksi diangkat oleh RUPS, masing-masing untuk jangka waktu
terhitung sejak pengangkatannya sampai penutupan RUPS Tahunan
tahun kelima berikutnya, dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk
memberhentikannya sewaktu-waktu.
28
3. Yang boleh diangkat sebagai anggota Direksi adalah Warga Negara
Indonesia dan/atau Warga Negara Asing yang telah memenuhi syarat
untuk diangkat sebagai Direksi Perseroan berdasarkan ketentuan
undang-undang Negara Republik Indonesia yang berlaku.
4. Anggota Direksi yang masa jabatannya telah berakhir dapat diangkat
kembali.
5. Seseorang yang diangkat untuk menggantikan anggota Direksi yang
berhenti atau dihentikan dari jabatannya atau untuk mengisi lowongan
harus diangkat untuk jangka waktu yang merupakan sisa jabatan anggota
Direksi lain yang menjabat.
6. Jika oleh suatu sebab apapun jabatan seorang atau lebih atau semua
anggota Direksi lowong yang mengakibatkan jumlah anggota Direksi
kurang dari 2 (dua) orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
maka dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak terjadi lowongan
harus diselenggarakan RUPS, untuk mengisi lowongan itu dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.
7. Jika oleh sebab apapun semua jabatan anggota Direksi lowong, untuk
sementara Perseroan diurus oleh anggota Dewan Komisaris yang
ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris.
8. Anggota direksi berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan -
memberitahukan secara tertulis kepada Perseroan paling kurang 60
(enam puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
9. a. Sebelum pengunduran diri diputuskan oleh RUPS, anggota Direksi
yang bersangkutan tetap berkewajiban menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan
perundang -undangan yang berlaku.
b. Terhadap anggota Direksi yang mengundurkan diri sebagaimana
tersebut diatas tetap dapat dimintakan pertanggung jawabannya
sebagai anggota Direksi sejak pengangkatan yang bersangkutan hingga
tanggal disetujuinya pengunduran dirinya dalam RUPS.
c. Anggota Direksi yang mengundurkan diri baru bebas dari tanggung
jawab setelah RUPS menerima pengunduran dirinya serta -
membebaskannya dari tanggung jawab.
10 Perseroan wajib menyelenggarakan RUPS untuk memutuskan
permohonan pengunduran diri anggota Direksi dalam jangka waktu paling
29
lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah diterimanya surat pengunduran
diri.
11 Dalam hal anggota Direksi mengundurkan diri sehingga mengakibatkan
jumlah anggota Direksi menjadi kurang dari 2 (dua) orang, maka
pengunduran diri tersebut sah apabila telah ditetapkan oleh RUPS dan
telah diangkat anggota Direksi yang baru sehingga memenuhi
persyaratan minimal jumlah anggota Direksi.
12 Dalam hal terdapat anggota Direksi yang diberhentikan sementara oleh
Dewan Komisaris, maka perseroan wajib menyelenggarakan RUPS
dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
tanggal -pemberhentian sementara.
13 Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud dalam ayat (12) di atas tidak -
dapat mengambil keputusan atau setelah lewatnya jangka waktu
dimaksud RUPS tidak diselenggarakan, maka pemberhentian sementara
anggota Direksi menjadi batal.
14 Gaji, uang jasa dan tunjangan lainnya (jika ada) dari para anggota -Direksi
dari waktu ke waktu harus ditentukan oleh RUPS dan wewenang tersebut
oleh RUPS dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.
15 Jabatan anggota Direksi berakhir, jika:
a. Dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan
suatu putusan pengadilan; atau
b. Mengundurkan diri sesuai ketentuan ayat (8) pasal ini;
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan;
d. Meninggal dunia;
e. Diberhentikan berdasarkan keputusan rups.
30
jumlahnya melebihi jumlah yang dari waktu ke waktu ditentukan
oleh Dewan Komisaris;
b. mendirikan suatu usaha atau turut serta pada perusahaan lain baik
didalam maupun di luar negeri;
c. menjual atau dengan cara lain melepaskan hak-haknya atas harta
tetap atau menjaminkan harta tetap Perseroan:
d. mengikat Perseroan sebagai Penjamin;
e. Harus dengan persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Komisaris.
2. Perbuatan hukum untuk mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan
-jaminan utang yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen)
jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam satu tahun buku, baik dalam
satu -transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri sendiri ataupun
yang berkaitan satu sama lain harus mendapat persetujuan RUPS yang
dihadiri atau diwakili para pemegang saham yang memiliki paling sedikit
3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah dan disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga per empat) bagian dari
seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS dengan
mengingat peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar
Modal.
3. a. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama
Direksi serta mewakili Perseroan.
b. Dalam hal Direktur Utama tidak hadir atau berhalangan karena sebab
apapun juga, hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka
seorang anggota Direksi lainnya berhak dan berwenang bertindak untuk
dan atas nama Direksi serta mewakili Perseroan.
4. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh
RUPS. Dalam hal RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan
wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.
5. Tanpa mengurangi tanggung jawab Direksi, Direksi dapat memberi kuasa
tertulis kepada seorang atau lebih kuasa untuk dan atas nama Perseroan
melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam
surat kuasa.
31
RAPAT DIREKSI
Pasal 16
1. Rapat Direksi wajib diselenggarakan secara berkala paling kurang 1
(satu) kali dalam setiap bulan:
a. Oleh seorang atau lebih anggota Direksi;
b. Atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Dewan
Komisaris; atau
c. Atas permintaan tertulis dari 1 (satu) orang atau lebih pemegang
saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau
lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.
2. Direksi wajib mengadakan Rapat Direksi bersama Dewan Komisaris
secara berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam 4 (empat) bulan.
3. Panggilan Rapat Direksi dilakukan oleh anggota Direksi yang berhak
bertindak untuk dan atas nama Direksi menurut ketentuan Pasal 15
Anggaran Dasar ini.
4. Panggilan Rapat Direksi disampaikan dengan surat tercatat atau dengan
-surat yang disampaikan langsung kepada setiap anggota Direksi dengan
-mendapat tanda terima paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat
diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat.
5. Panggilan rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu dan tempat
rapat.
6. Rapat Direksi diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau tempat
kegiatan usaha Perseroan. Apabila semua anggota Direksi hadir atau
diwakili, panggilan terlebih dahulu tersebut tidak disyaratkan dan Rapat
Direksi dapat diadakan dimanapun juga dan berhak mangambil
keputusan yang sah dan mengikat.
7. Rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama, dalam hal Direktur Utama
tidak dapat hadir atau berhalangan yang tidak perlu dibuktikan kepada
pihak - ketiga, Rapat Direksi dipimpin oleh seorang anggota Direksi yang
dipilih oleh dan dari antara anggota Direksi yang hadir.
8. Seorang Anggota Direksi dapat diwakili dalam Rapat Direksi hanya oleh
anggota Direksi lainnya berdasarkan surat kuasa.
32
9. Rapat Direksi adalah sah dan berhak mangambil keputusan yang
mengikat apabila lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah anggota
Direksi hadir atau diwakili dalam rapat.
10. Keputusan Rapat Direksi harus diambil berdasarkan musyawarah untuk
mufakat. Apabila tidak tercapai maka keputusan diambil dengan
pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit lebih dari 1/2
(satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan dalam rapat.
11. Apabila suara yang setuju dan tidak setuju berimbang, ketua rapat Direksi
yang akan menentukan.
12. a. Setiap anggota Direksi yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara
dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap anggota Direksi lain yang
diwakilinya.
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara
tertutup tanpa tandatangan sedangkan pemungutan suara mengenai
hal-hal lain dilakukan secara lisan, kecuali ketua rapat menentukan lain
tanpa ada keberatan dari yang hadir.
c. Suara blanko dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan
secara sah dan dianggap tidak ada serta tidak dihitung dalam
menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
13. a. Selain penyelenggaraan Rapat Direksi sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan ayat (6) Pasal ini, Rapat Direksi dapat juga dilakukan melalui
media telekonferensi, video konferensi atau melalui sarana media
elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta Rapat Direksi
saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam
Rapat Direksi.
b. Risalah rapat hasil penyelenggaraan Rapat Direksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (13) huruf a di atas harus dibuat secara tertulis
oleh seorang yang hadir dalam Rapat yang ditunjuk oleh Ketua Rapat,
serta kemudian ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi yang hadir
dalam Rapat tersebut
14. Direksi dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan
Rapat Direksi, dengan ketentuan semua anggota Direksi telah diberitahu
secara tertulis dan semua anggota Direksi memberikan persetujuan -
mengenai usul yang diajukan secara tertulis dengan menandatangani
persetujuan tersebut. Keputusan yang diambil dengan cara demikian
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan
sah dalam Rapat Direksi.
33
DEWAN KOMISARIS
Pasal 17
1. Dewan Komisaris terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih anggota Dewan
Komisaris termasuk Komisaris Independen yang jumlahnya disesuaikan
dengan persyaratan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
di bidang Pasar Modal. Seorang anggota Dewan Komisaris Perseroan
dapat diangkat sebagai Komisaris Utama.
2. Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu
terhitung sejak pengangkatannya sampai penutupan RUPS tahun kelima
berikutnya dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan
sewaktu-waktu.
3. Jika oleh suatu sebab jabatan anggota Dewan Komisaris lowong, maka
dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari setelah terjadinya jabatan
lowong yang mengakibatkan jumlah anggota Dewan Komisaris kurang
dari 2 (dua) orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, harus
diselenggarakan RUPS untuk mengisi jabatan lowong itu dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.
Seseorang yang diangkat untuk menggantikan anggota Komisaris yang
berhenti atau diberhentikan dari jabatannya atau untuk mengisi jabatan
lowong harus diangkat untuk jangka waktu yang merupakan sisa jabatan
anggota Komisaris lain yang menjabat.
4. Seorang anggota Dewan Komisaris berhak mengundurkan diri dari -
jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud
tersebut kepada Perseroan sekurangnya 60 (enam puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya.
5. Perseroan wajib menyelenggarakan RUPS untuk memutuskan
permohonan pengunduran diri anggota Dewan Komisaris dalam jangka
waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah diterimanya surat
pengunduran diri.
6. a. Sebelum pengunduran diri diputuskan oleh RUPS, anggota Dewan
Komisaris yang bersangkutan tetap berkewajiban menyelesaikan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
34
b. Terhadap anggota Dewan Komisaris yang mengundurkan diri
sebagaimana tersebut di atas tetap dapat dimintakan -pertanggung
jawabannya sebagai anggota Direksi sejak pengangkatan yang
bersangkutan hingga tanggal disetujuinya pengunduran dirinya dalam
RUPS.
c. Anggota Dewan Komisaris yang mengundurkan diri baru bebas dari
tanggung jawab setelah RUPS menerima pengunduran dirinya serta
membebaskannya dari tanggung jawab.
7. Dalam hal anggota Dewan Komisaris mengundurkan diri sehingga -
mengakibatkan jumlah anggota Dewan Komisaris masing-masing
menjadi kurang dari 2 (dua) orang, maka pengunduran diri tersebut sah
apabila telah ditetapkan oleh RUPS dan telah diangkat Dewan Komisaris
yang baru sehingga memenuhi persyaratan minimal jumlah anggota
Dewan Komisaris.
8. Gaji atau honorarium dan tunjangan lainnya (jika ada) dari para anggota
Dewan Komisaris dari waktu ke waktu harus ditentukan oleh RUPS.
9. Jabatan anggota Dewan Komisaris berakhir apabila:
a. Dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu
putusan pengadilan; atau
b. Mengundurkan diri sesuai dengan ketentuan ayat (3) pasal ini;
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku;
d. Meninggal dunia;
e. Diberhentikan berdasarkan keputusan rups.
35
keadaan uang kas dan lain-lain serta berhak untuk mengetahui segala
tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.
3. Dalam menjalankan tugas pengawasannya, Dewan Komisaris dapat
membentuk komite.
4. Dewan Komisaris berhak memperoleh penjelasan dari Direksi atau setiap
Anggota Direksi tentang segala hal yang diperlukan oleh Dewan
Komisaris
5. Rapat Dewan Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk
sementara seorang atau lebih anggota Direksi, apabila anggota Direksi
tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau merugikan maksud
dan tujuan Perseroan atau melalaikan kewajibannya.
6. Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan kepada yang -
bersangkutan disertai alasannya.
7. Dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sesudah pemberhentian
sementara itu, Dewan Komisaris diwajibkan untuk menyelenggarakan
RUPS Luar Biasa yang akan memutuskan apakah anggota Direksi -yang
bersangkutan akan diberhentikan seterusnya atau dikembalikan kepada
kedudukannya semula, sedangkan anggota Direksi yang diberhentikan
sementara itu diberi kesempatan untuk hadir guna membela diri.
8. Rapat tersebut dalam ayat (7) Pasal ini dipimpin oleh Komisaris Utama
dan apabila Komisaris Utama tidak hadir, yang tidak perlu dibuktikan
kepada pihak lain, maka RUPS dipimpin oleh salah seorang anggota
Dewan Komisaris lainnya yang ditunjuk oleh RUPS tersebut dan
pemanggilan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang termaktub
dalam Pasal 10 Anggaran Dasar ini.
9. Apabila RUPS tersebut tidak diadakan dalam jangka waktu 90 (sembilan
puluh) hari setelah pemberhentian sementara itu, maka -pemberhentian
sementara itu menjadi batal demi hukum, dan yang bersangkutan berhak
menjabat kembali jabatannya semula.
10. Apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan sementara dan Perseroan
tidak mempunyai seorangpun anggota Direksi maka untuk sementara
Dewan Komisaris diwajibkan untuk mengurus Perseroan, dalam hal
demikian Rapat Dewan Komisaris berhak untuk - memberikan kekuasaan
36
sementara kepada seorang atau lebih - diantara mereka atas tanggungan
mereka bersama, satu dan lain dengan memperhatikan ketentuan Pasal
18 ayat (7).
37
seorang anggota Dewan Komisaris yang dipilih oleh dan dari antara
Dewan Komisaris yang hadir.
8. Seorang anggota Dewan Komisaris dapat diwakili dalam Rapat Dewan
Komisaris hanya oleh anggota Dewan Komisaris lainnya berdasarkan
surat kuasa.
9. Rapat Dewan Komisaris adalah sah dan berhak mangambil keputusan
yang mengikat apabila lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah
anggota Dewan Komisaris hadir atau diwakili dalam rapat.
10. Keputusan Rapat Dewan Komisaris harus diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat. Apabila tidak tercapai makan keputusan
diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling
sedikit lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang
dikeluarkan dalam rapat.
11. Apabila suara yang setuju dan yang tidak setuju berimbang, ketua rapat
Dewan Komisaris yang akan menentukan.
12. a. Setiap anggora Dewan Komisaris yang hadir berhak mengeluarkan 1
(satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap anggota -Dewan
Komisaris lain yang diwakilinya;
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat -
suara tertutup tanpa tandatangan sedangkan pemungutan suara
mengenai hal-hal lain dilakukan secara lisan, kecuali ketua rapat
menentukan lain tanpa ada keberatan dari yang hadir;
c. Suara blanko dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan
secara sah dan dianggap tidak ada serta tidak dihitung dalam
menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
13. a. Selain penyelenggaraan Rapat Dewan Komisaris sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan ayat (6) Pasal ini, Rapat Dewan Komisaris
dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi atau
melalui sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua
peserta Rapat Dewan Komisaris saling -melihat dan mendengar secara
langsung serta berpartisipasi dalam Rapat Dewan Komisaris.
b. Risalah Rapat hasil penyelenggaraan Rapat Dewan Komisaris -
sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) huruf a di atas harus dibuat
secara tertulis oleh seorang yang hadir dalam Rapat yang ditunjuk oleh
Ketua Rapat, serta kemudian ditandatangani oleh seluruh anggota
Dewan Komisaris yang hadir dalam Rapat tersebut.
38
14. Dewan Komisaris dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan Rapat Dewan Komisaris, dengan ketentuan semua -
anggota Dewan Komisaris telah diberitahu secara tertulis dan semua
anggota Dewan Komisaris memberikan persetujuan mengenai usul yang
diajukan secara tertulis dengan menandatangani persetujuan tersebut.
Keputusan yang diambil dengan cara demikian mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat
Dewan Komisaris.
39
PENGGUNAAN LABA DAN PEMBAGIAN DIVIDEN
Pasal 21
1. Laba bersih Perseroan dalam suatu tahun buku seperti tercantum -dalam
neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan oleh - RUPS
tahunan dan merupakan saldo laba yang positif, dibagi menurut cara
penggunaannya yang ditentukan oleh RUPS tersebut.
2. Dalam hal RUPS tahunan tidak menentukan penggunaan lain, maka laba
bersih setelah dikurangi dengan cadangan yang diwajibkan oleh Undang-
Undang dan Anggaran Dasar, dibagi sebagai dividen.
3. Jika perhitungan laba rugi pada suatu tahun buku menunjukkan - kerugian
yang tidak dapat ditutup dengan dana cadangan, maka -kerugian itu akan
tetap dicatat dan dimasukkan dalam perhitungan laba rugi dan dalam
tahun buku selanjutnya Perseroan dianggap tidak mendapat laba selama
kerugian yang tercatat dan dimasukkan dalam perhitungan laba rugi itu
belum sama sekali tertutup seluruhnya.
4. Laba yang dibagikan sebagai dividen yang tidak diambil dalam waktu 5
(lima) tahun setelah disediakan untuk dibayarkan, dimasukkan ke dalam
dana cadangan yang khusus diperuntukkan untuk itu. Dividen dalam dana
cadangan khusus tersebut, dapat diambil oleh pemegang saham yang
berhak sebelum lewatnya jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan
menyampaikan bukti haknya atas dividen tersebut yang dapat diterima
oleh Direksi Perseroan. Dividen yang tidak diambil setelah lewat waktu 10
(sepuluh) tahun akan menjadi hak Perseroan.
5. Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku
Perseroan berakhir sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6. Dalam hal terdapat keputusan RUPS terkait dengan pembagian dividen,
Perseroan wajib melaksanakan pembayaran dividen kepada pemegang
saham yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
40
PENGGUNAAN CADANGAN
Pasal 22
1. Penyisihan laba bersih untuk cadangan dilakukan sampai mencapai 20%
(dua puluh persen) dari jumlah modal ditempatkan dan disetor, dan hanya
boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dipenuhi oleh
cadangan lain.
2. Jika jumlah cadangan telah melebihi jumlah 20% (dua puluh persen),
RUPS dapat memutuskan agar jumlah kelebihannya digunakan untuk
keperluan Perseroan.
3. Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini yang belum
dipergunakan untuk menutup kerugian dan kelebihan cadangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini yang penggunaannya
belum ditentukan oleh RUPS harus dikelola oleh Direksi dengan cara
yang tepat menurut pertimbangan Direksi, setelah memperoleh
persetujuan Dewan Komisaris dan memperhatikan peraturan perundang-
undangan agar memperoleh laba.
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Segala sesuatu yang tidak atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar,
maka RUPS yang akan memutuskannya.
41
PERNYATAAN SUSUNAN KEPEMILIKAN SAHAM
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Garreth Malcolm Rolland
Jabatan : Direktur Utama PT. KERJATERUS
Alamat : Jl. Kepu Selatan no. 1, Kemayoran, Jakarta Pusat,
10620
Telp/Fax : (021) 9348862 / (021) 9348872
Email : garrethmalcolm28@gmail.com
Diketahui oleh :
Nama : Dennis
Jabatan : Komisaris Utama PT. KERJATERUS
Alamat : Jl. Jelambar Aladin No. 51, Penjaringan, Jakarta Utara,
14450
Telp/Fax : (021) 6679444 / (021) 6679890
Email : kucingsuper123@gmail.com
42
BAB IV
PORTFOLIO PROYEK
43
Daftar Pustaka
iai.or.id/tentang-iai/kode-etik
44
Lampiran
45
46
47
48
49
50
51
SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
52
53
TANDA DAFTAR REKANAN
54
55
56
57
NPWP
58