A. Assessment
data diri pasien dengan tujuan mengetahui kondisi pasien (Permenkes RI, Nomor
1. Subjective Assessment
yang akan dipasangkan (Permenkes RI, Nomor 27 Tahun 2015). Berikut adalah
Gambar 3.1
(1) Nama pasien Sri Rahayu (2) Tempat tanggal lahir Boyolali, 12 September
1980 (3) Usia 39 tahun (4) Agama Islam (5) Tinggi/berat badan 145 cm/45 kg (6)
Jenis Kelamin perempuan (7) Status sudah kawin (8) Alamat Ngablak, rt 15 rw 4,
Tanjung, Klego, Boyolali (9) Pekerjaan penjahit (10) Lingkungan tempat tinggal
tahun, ditandai dengan demam dan panas tinggi terkadang muntah. Kemudian
Pasien juga mengalami lemas pada tubuhnya dan sering dibawa ke tukang urut
untuk dipijat.
Pasien tidak pernah mengalami penyakit serius yang pernah diderita dimasa
jenis konvensional dengan drop lock knee joint serta pengontrol knee. Pasien
sudah menggunakan KAFO konvensional sejak 2004 dan masih sering
2. Objective Assessment
Dari hasil inspeksi diperoleh data berupa pasien mengalami paralysis pada
tungkai kiri, atrofi otot tungkai kiri, dan terdapat talipes valgus dengan high
Dari hasil palpasi diperoleh data berupa pasien tidak memiliki nyeri tekan,
sensitivitas dan fungsi sensorik pasien masih baik serta struktur tulang pasien
masih lengkap.
Tabel 3.1
Ekstensi 0˚ - 10˚ 0˚ 0˚
Gambar 3.2
Gambar 3.4
Gambar 3.6
dan hip sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan prescription yang
Kriteria yang digunakan untuk penilaian kekuatan otot adalah menurut oxford
scale:
Tabel 3.2
(Ningsih, 2017)
Dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.3
1.
Fleksi 5 5 2
Ekstensi 5 5 2
Hip
Abduksi 5 5 2
Adduksi 5 5 1
2.
Fleksi 5 5 1
Knee
Ekstensi 5 5 2
Dorsi fleksi 5 5 4
Plantar fleksi 5 5 5
a
Inversi 5 5 0
Eversi 5 5 5
(data pribadi, 2020)
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Hip joint stability dilakukan untuk mengetahui masih stabil atau tidaknya hip
joint.
2) Knee Stability
Hasil pemeriksaan valgus dan valgus test diperoleh data bahwa pasien tidak
Hasil pemeriksaan anterior dan posterior drawer test yang dilakukan terhadap
Cruciate Ligament) dan PCL (Posterior Cruciate Ligament) pada knee pasien
masih bagus.
e. Pemeriksaan Khusus
1) Thomast Test
Thomast test adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hip flexion contacture. Dari hasil assessment diketahui bahwa pasien
Gambar 3.10
Leg length discripancy atau LLD merupakan tes untuk mengetahui selisih
panjang tungkai pasien. Dari hasil assessment diperoleh data bahwa pasien
f. Gait Assessment
Gait assesment adalah proses pemeriksaan dengan cara melihat pola jalan
terdapat trendenburg gait dan pasien sudah tidak merasa nyaman dengan alat
tersebut. Dan hasil gait assesment pasien dengan tanpa menggunakan orthosis
Dari hasil assessment yang telah dilakukan pasien mengalami post polio
paralysis tungkai kiri dengan kriteria deformitas sebagai berikut : (1) pasien
mengalami paralysis tungkai kiri (2) pasien mengalami atrofi otot pada tungkai
kiri (3) sensitivitas baik (4) kekuatan otot pasien lemah pada knee flexor (5)
kontraktur hip fleksi (6) talipes valgus (7) pes cavus (8) knee joint stabil (9)
Orthosis yang diberikan yaitu KAFO custom moulded dengan design anterior
Bahan yang digunakan dalam pembuatan KAFO ini antara lain yaitu plastic
polypropylene 4 mm untuk body, dan side bar dengan drop lock yang terbuat dari
Alasan dalam pemilihan bahan untuk body yaitu, bahan tersebut mudah
ditemukan, fleksibel atau mudah dibentuk, kuat, tahan lama atau memiliki
Alasan diberikan orthosis desain tersebut yaitu (1) custom moulded dipilih
karena berdasarkan keinginan pasien yang ingin mencoba dari bahan yang
berbeda dari orthosis sebelumnya, sensitivitas pasien baik, berat badan pasien
tidak fluktuatif, tidak ada oedema atau luka (2) anterior shell dipilih karena
kondisi pasien yang memiliki kontraktur fleksi knee joint (3) drop lock knee joint
dipilih karena pasien memiliki kekuatan otot knee ekstensi ˂ 3 dan hip ekstensi ˂
3 serta pasien memiliki fungsi tangan yang baik (4) ankle joint dibuat fleksibel
karena membantu mengkontrol ankle joint sekaligus melatih otot-otot area ankle
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat proses casting antara lain : pensil
air, ember, gunting gips, midline, plastik strip, cutter, bed, jangka bengkok,
plastik alas, blangko ukur, cleaning tools, kain bersih/tisu, POP 5 roll, air
secukupnya, stockynet.
2. Persiapan Pasien
tentang apa saja yang akan dilakukan terhadap pasien seperti tungkai dibalut
dengan gips, meminta pasien menggunakan celana ketat agar hasil casting sesuai
3. Tahapan Casting
a. Posisi Pasien
wrap dan stockynet pada tungkai pasien yang terkena deformitas dan pastikan
tidak bergeser.
b. Teknik Penandaan
thigh terbesar dan terkecil, (3) (MTP) medial tibial plateau, (4) calf terbesar
dan terkecil, (5) malleolus medial, (6) distal tip medial malleolus, (7)
naviculare, (8) head of MTP 1, (9) head of MTP 5, (10) base of MTP 5, (11)
cuboid, (12) mallelus lateral, (13) apex lateral malleolus, (14) head of fibula,
Gambar 3.11
c. Measurement
floor dan panjang tungkai dari 4 cm di bawah perineum – floor, (7) panjang
MTP (medial tibial plateu) – floor, (8) panjang malleollus – floor, (9)
diameter knee joint, ankle joint dan MTP I-V, malleolus, (10) panjang foot,
Gambar 3.12
d. Teknik Casting
proses membuka negatif cast, rendam POP kedalam ember yang berisi air
casting wrap, balut pada bagian ankle dan foot lebih tebal, ratakan dengan
tangan pada semua area casting agar hasilnya bagus dan POP tidak tergulung,
dan melakukan koreksi pada ankle dimana subtalar joint dalam keadaan
netral yaitu 90˚, menjaga posisi forefoot, jika cast sudah setengah mengeras
beri tanda untuk membuka negatif cast pada plastik strip di bagian anterior,
kemudian lepas negatif cast menggunakan cutter atau gunting gips, lepas
negatif cast dari tungkai pasien, kemudian lakukan penandaan ulang pada
negatif cast.
Gambar 3.13
Gambar 3.14
D. Filling
Filling merupakan proses pengecoran yang bertujuan untuk mendapatkan
positif gips. Alat dan bahan yang di gunakan (1) hasil negative cast, (2) Plaster
of Paris (POP), (3) powder gips, (4) air, (5) ember, (6) tangkai besi, (7) penjepit.
Tahapan filling meliputi (1) memeriksa hasil negative cast guna memastikan
agar tidak terdapat lubang pada negative cast, (2) melakukan koreksi pada
negative cast yaitu melakukan pemotongan pada bagian anterior dan posterior
knee, dimana knee dikoreksi hingga 10° ekstensi knee dan ankle harus posisi 90°,
(3) tutup negative cast dengan POP, (4) memberikan cairan sabun pada negative
cast, (5) memasukkan tangkai besi dan penjepit pada negative cast, (6) membuat
adonan gips, (7) memasukkan adonan gips ke dalam negative gips sampai bagian
proksimal.
Gambar 3.15
mencapai ukuran yang sesuai dengan blangko ukur untuk pembuatan ortosis
Alat dan bahan yang digunakan saat proses rectifikasi yaitu (1) blangko ukur,
(2) surfom, (3) spatula, (4) mangkok, (5) midline, (6) pensil air, (7) plastik alas,
(8) kawat kassa, (9) jangka bengkok, (10) paku, (11) palu, (12) powder gips, (13)
2. Tahapan Rectification
hasil filling, kemudian tebalkan bagian penandaan dengan pensil air agar
kembali ukuran positive gips agar sesuai dengan ukuran blanko ukur.
b. Rectification Foot
cm, pembuatan roll over foot dengan cara memberi tanda pada MTP 1 dan 5,
membuat garis dari MTP 1 ke MTP 5, membuat garis dengan menaikkan titik
titik ini dihubungkan, pengurangan pada bagian anterior sebagai roll over.
Gambar 3.16
mengurangi pada bagian (1) proksimal thigh diratakan, (2) pengurangan area
supracondylus (3) pengurangan pada thigh section sekitar 1-2 cm (4) melakukan
Melakukan penambahan pada area (1) malleolus, (2) base metatarsal ke-5, (3)
knee axis, (4) greater trochantor, (5) penambahan panjang foot (2 cm).
Gambar 3.17
knee joint dengan lebar disesuaikan dengan contour positif gips, hal ini bertujuan
agar tungkai pasien tidak terjepit saat melakukan gerakan knee fleksi. Selanjutnya
d. Pembuatan Insole
yang akan diletakkan pada foot plate. Hal ini bertujuan untuk mengakomodasi
pes cavus pasien serta agar kaki pasien tidak langsung kontak/mengenai plastic
KAFO dan juga distribusi gaya merata. Insole terbuat dari spons 4 mm kemudian
dibentuk sesuai countur foot sampai bentukan archus tertutup rata, lalu haluskan
e. Finishing Rectification
reinforcement pada bagian proximal thigh dan tendon archiles. Kemudian lapisi
Gambar 3.20
Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain : (1) mesin oven, (2) ragum, (3)
tali/kain kasa, (4) suction, (5) plastik PP, (6) stockynet, (7) solasi/plaster, (8)
b. Tahapan Moulding
Tahapan yang dilakukan dalam proses moulding adalah (1) Siapkan potongan
ditambah 10 cm dan lebar dikur seusai pada bagian positif gips terbesar ditambah
5 cm, (2) Pasang positif gips pada ragum yang sudah dihubungkan dengan
suction, (3) plaster stockynet dengan sambungan suction supaya tidak ada udara
yang masuk, (4) berikan bedak secara merata pada positif gips yang sudah diberi
stockynet, (5) masukkan potongan plastik PP kedalam mesin oven dengan suhu
170˚, (6) bila potongan plastik PP sudah bening merata angkat dan letakkan pada
positif gips dengan membentuk bagian ankle dan arcus bersamaan bagian thigh
direkatkan lalu tali menggunakan kain yang telah disiapkan agar pada saat proses
suction tidak ada udara yang masuk kedalam postif gips, (8) setelah semua
bagian direkatkan lalu nyalakan mesin suction, secara perlahan hasil mouldingan
akan membentuk sesuai dengan countur positif gips, (9) potong sisa plastik
moulding yang tersisa pada bagian anterior dan proksimal positif gips bersamaan
memutih lalu lepaskan positif gips yang sudah di moulding dari ragum.
Gambar 3.21
Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan antar lain: (1) Iron
bending, (2) spidol, (3) ragum, (4) obeng, (5) mesin bor, (6) side bar 1 pasang,
(7) spons, (8) plaster, (9) hasil moulding, (10) laser level, (11) gergaji, (12)
b. Tahapan Bending
Tahap yang telah dilakukan saat proses bending side bar antara lain : (1)
buka plastik pada bagian mechanical axis knee joint menggunakan gergaji atau
cast cutter, (2) buat garis tegak lurus pada bagian posterior knee dan ankle, (3)
letakkan KAFO yang telah di moulding pada permukaan yang rata agar axis knee
joint dapat sejajar, (4) tandai side bar sebagai titik bending dengan jarak 5 cm
dari titik axis untuk dibengkokan ke dalam dan setelahnya mengikuti bagian yang
sudah menempel, (5) bending side bar sesuai dengan countur plastik KAFO
sampai menempel, (6) setelah side bar sesuai dan menempel pada countur
selanjutnya sesuaikan panjang side bar, (7) jika side bar terlalu panjang maka
potong dan haluskan bagian ujungnya dengan menggunakan gerinda, (8) gambar
side bar yang sudah sesuai countur dan panjangnya agar mempermudah proses
pemasangan dan pengeboran, (9) tentukan titik pengeboran pada side bar atau
lakukan penandaan pada side bar bagian proksimal thigh yakni pada 2 cm
dibawah tepi atas side bar, bagian distal thigh titiknya terletak pada bagian side
bar yang pertama menyentuh KAFO hasil mouldingan, bagian proksimal calf
terletak pada side bar yang pertama kali menyentuh mouldingan, bagian distal
calf titiknya terletak pada 2 cm diatas tepi bawah side bar, (10) Plaster side bar
3. Pemotongan Trimeline
Alat dan bahan yang digunakan antara lain : (1) KAFO hasil moulding, (2)
b. Tahapan Trimeline
Tahapan trimline yang telah dilakukan antara lain : (1) membuat garis batas
pada KAFO yang sudah di moulding, (2) cek ukuran sesuai pada blangko ukur,
(3) pada bagian foot buat garis pemotongan bagian medial lebih tingi dari lateral
lalu garis secara menurun mendatar di depan MTPJ, (4) pada bagian malleolus
untuk KAFO fleksibel yaitu dipotong di belakang malleolus, (5) pada bagian calf
gastrocnemius sampai bisa fleksi maksimal minimal 90˚, (6) pada bagian thigh
cutter dan keluarkan positive gips (8) merapikan dan menghaluskan dengan
mesin router.
Alat dan bahan yang dibutuhkan antar lain : (1) spons hitam, (2) anti
slip, (3) lem aibon, (4) gunting, (5) cutter, (6) mesin router, (7) bolpoin, (8)
Tahapan pembuatan: (1) buat pola ukuran foot pada anti slip, (2)
potong anti slip sesuai pola, (3) kasarkan anti slip dan foot KAFO kemudian
beri lem, (4) tempelkan anti slip ke foot KAFO yang telah dikasari lalu pukul
G. Alignment
Bench Alignment adalah merakit benda kerja (komponen ortosis) menjadi satu
bagian di ruang kerja agar bagian-bagian orthosis seperti thigh section, AFO
1. Bench Alignment
Alat yang digunakan yaitu kunci pas dan obeng, bahan yang digunakan yaitu
Hal yang diperhatikan pada saat bench alignment adalah mechanical axis knee
joint berada pada 2 cm diatas medial tibial plateu dan 60% anterior dan 40%
posterior knee. Knee joint harus parallel pada kedua sisi. Pasangkan kembali
baut dan mur menggunakan kunci pas dan obeng pada titik pengeboran yang
telah dilakukan pada saat bending side bar, yaitu : pasang pada side bar bagian
proksimal thigh yakni pada 2 cm dibawah tepi atas side bar, bagian distal thigh
titiknya terletak pada bagian side bar yang pertama menyentuh KAFO hasil
mouldingan, bagian proksimal calf terletak pada side bar yang pertama kali
menyentuh mouldingan, bagian distal calf titiknya terletak pada 2 cm diatas tepi
2. Static alignment
menggunakan orthosis dalam keadaan duduk dan berdiri. Tujuan dari static
alignment yaitu (1) mengetahui apakah trimline sudah sesuai atau belum, (2)
orthosis saat berdiri, (4) apakah knee axis dan ketinggian orthosis sudah sejajar.
Gambar 3.23
3. Dynamic alignment
alignment yaitu : (1) apakah pasien dapat berjalan menggunakan KAFO, (2)
dapatkah pasien berjalan dengan atau tanpa memakai alat bantu berjalan berupa
crutch ataupun paralel bar, , (3) mengecek apakah ada gait deviasi yang muncul
pada saat pasien berjalan, (4) melakukan perbaikan jika terdapat suatu gait
H. Fitting
Fitting merupakan proses pengepasan alat yang telah dibuat pada tungkai
pasien. Adapun langkah – langkah yang telah dilakukan dalam proses fitting :
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses fitting meliputi (1) blanko ukur
& assessment, (2) gunting, (3) midline, (4) spidol, (5) kamera, (6) bed, (7) kunci
pas, (8) obeng, (9) mesin router, (10) mesin gerinda, (11) bor, (12) gergaji, (13)
heat gun, (14) alat tulis, (15) ragum, (16) paralel bar, (17) Spons, (18) lem, (19)
2. Persiapan Orthosis
pasien dan berikan penjelasan mengenai alat yang akan dipakaikan, serta jelaskan
tentang apa saja yang akan dilakukan selama proses fitting seperti mencobakan
alat jika alat sudah benar maka dilanjutkan berjalan di paralel bar, meminta
4. Proses Fitting
a. Static Fitting
Beberapa hal yang telah dilakukan pada saat proses static fitting antara lain :
(1) Mempersiapkan pasien dalam keadaan duduk pada bed, (2) pasangkan KAFO
pada pasien dalam posisi duduk, (3) mengecek apakah trimline terlalu tinggi,
apakah terdapat bagian yang tidak nyaman, trimline menjepit, apakah terdapat
bagian yang terlalu longgar, mengecek apakah mechanical knee axis sudah tepat
dengan knee axis pasien dengan cara meminta pasien untuk memfleksikan knee,
cek knee joint drop lock apakah dapat berfungsi dengan baik, cek apakah pasien
dapat memfleksikan lututnya 90°, (4) selanjutnya meminta pasien berdiri dengan
tumpuan penuh pada kedua tungkai, pada saat pasien berdiri cek apakah ortosis
sudah pas dan nyaman pada kaki pasien, (5) cek trimline keseluruhan, cek
ketinggian ortosis, cek kesejajaran knee joint, dan cek panjang foot.
b. Dynamic Alignment
5. Evaluasi Fitting
a. Hasil Evaluasi
Pada saat fitting pertama didapatkan hasil : (1) pasien tidak dapat memasukan
kakinya pada bagian calf dikarenakan trimeline kurang terbuka pada area
(2) di atas bagian medial malleolus kurang terbuka, sehingga terjadi penekanan
pada bagian tersebut, agar trimline lebih terbuka ortosis di heat gun pada bagian
– bagian yang masih kurang terbuka, (3) pada bagian proximal thigh terlalu
longgar sehingga dilakukan pengecilan dengan cara di heat gun lalu tekan ke
dalam menggunakan kain agar ukuran KAFO pada bagian tersebut tidak terlalu
longgar, (4) pada bagian lateral proximal thigh terlalu panjang sehingga
Pada saat fitting kedua orthosis sudah fit dengan tungkai pasien dan pasien
tidak mendapatkan penekanan pada setiap sisinya, pada saat pasien mulai
finishing yaitu : (1) mengganti semua baut biasa menjadi baut yang kencang
(dikeling), (2) merapikan orthosis dan menghaluskan trimline, (3) menutup baut
dan keling menggunakan spons agar tidak melukai kulit pasien, (4) memasang
strap dan keling sesuai dengan yang sudah ditentukan (5) membersihkan sisa –
sisa proses fabrikasi (lem, spidol, atau kotoran lain) menggunakan tiner.
Gambar 3.25
2) Edukasi
pasien yang belum diketahui oleh pasien dan keluarganya sedangkan hal tersebut
pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami, membantu pasien
perawatan yang harus dijalani, dan agar pasien serta keluarga berpartisipasi
harus disertai dengan kemauan untuk dapat kembali berjalan dengan pola
jalan yang baik, agar dapat memberikan suatu keberhasilan dalam program
dengan cara membuka strap, kemudian keluarkan tungkai dari badan KAFO.
air karena pada bagian spons apabila terkena air dapat menimbulkan jamur.
kerusakan pada alat orthosis untuk datang kembali menemui ortotis prostetis
agar dapat mengerti masalah yang terjadi pada alat dan diperbaiki kembali.