Anda di halaman 1dari 15

Analisis Perputaran Modal Kerja dan Rentabilitas Usaha Dagang (Studi Kasus Pada UD

ABG)

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin pesat, terlihat dari
banyaknya usaha yang muncul dan semakin besar volume kegiatan ekonomi. Semakin pesatnya
kegiatan ekonomi saat ini menuntut semua badan usaha untuk bekerja keras agar dapat
mempertahankan usaha yang dijalankan serta terus mengembangkannya. Hal ini merupakan
tantangan yang sangat besar bagi semua bidang usaha dalam mencapai tujuannya.

Usaha Dagang akan melakukan berbagai aktivitas yang ditargetkan untuk mencapai
tujuan, namun setiap kegiatan yang dilakukan sudah tentu membutuhkan dana, baik untuk
membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai kegiatan operasional pada
masa mendatang. Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan usaha dagang disebut
modal kerja. Diantara banyaknya usaha ekonomi saat ini, baik yang berskala kecil, menengah,
dan skala besar, masih terdapat usaha yang tidak mampu mengembangkan dan meneruskan
kegiatan usahanya oleh kerena rendahnya perputaran modal kerja. Suatu perusahaan sangat
dianjurkan untuk melakukan analisis perputaran modal kerja yang digunakannya untuk melihat
apakah modal kerja yang digunakan selama ini telah berkontribusi aktif dalam memperoleh laba.
Jika tidak dilakukan, maka suatu usaha bisa mengalami kelebihan modal kerja sementara tidak
efektif dalam memperoleh laba. Atau sebaliknya, suatu usaha mengalami kekurangan modal
kerja sementara target laba diharuskan meningkat setiap periodenya.

Perputaran modal kerja dapat dilihat dari tiga elemen, yaitu perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan. Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk
mendanai operasi perusahaan. Perputaran kas merupakan berputarnya kas menjadi kas kembali.
Seperti halnya dengan perputaran modal kerja, maka yang dimaksud dengan kas berputar satu
kali berarti bahwa sejak kas tersebut digunakan untuk proses produksi (barang atau jasa) dan
akhirnya menjadi kas kembali. Efesiensi penggunaan kas dalam perusahaan dapat dilihat dari
jumlah kas yang ada dalam perusahaan dan bagaimana kas tersebut dapat diputar untuk
diinvestasikan. Semakin tinggi perputaran kas, maka akan dapat menunjukkan peningkatan
efisiensi penggunaan kas dan dapat meningkatkan rentabilitas perusahaan. Piutang merupakan
elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus-menerus. Menurut
Agus (2011) dalam Priantiningtias (2017:3) mengatakan bahwa perputaran piutang merupakan
periode terikatnya piutang sejak terjadinya piutang tersebut sampai piutang dapat ditagih dalam
bentuk uang kas dan akhirnya dapat dibelikan kembali menjadi persediaan dan dijual secara
kredit menjadi piutang kembali.

Perputaran modal kerja merupakan salah satu indikator untuk menilai sejauh mana efektifnya
modal kerja suatu perusahaan dalam periode tertentu. Apabila perputaran modal kerja rendah
dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja yang disebabkan oleh rendahnya
perputaran persediaan, perputaran piutang, dan saldo kas yang terlalu besar, demikian juga
sebaliknya. Pada umumnya perusahaan maupun usaha dagang memiliki tujuan utama yaitu
memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan atas usaha yang dilakukan
perusahaan pada periode tertentu. Perusahaan dikatakan kinerja keuangannya baik apabila
mampu mengelola modal kerja yang dimiliki secara tepat sehingga akan tercermin dalam
pencapaian laba yang maksimal, dimana kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
ditunjukkan dengan tingkat rentabilitas.
Rentabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan
total aktiva (rentabilitas ekonomi/aset), dan laba setelah pajak dengan modal (rentabilitas modal
sendiri). Rentabilitas ekonomi/aset merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan mengandalkan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan rentabilitas modal
sendiri adalah kemampuan perusahaan untuk bisa menghasilkan laba yang berasal dari modal
keuangan milik pribadi. Rasio rentabilitas ini sangat berkaitan erat dengan kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Jika nilai rasionya bagus berarti perusahaan dalam keadaan sehat
keuangannya.

UD. ABG adalah salah satu usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan. Hasil
pengamatan didapatkan informasi bahwa UD. ABG masih belum melakukan analisis perputaran
modal kerja dan rentabilitas. Oleh karena itu, pemilik UD. ABG masih belum mengetahui
apakah perputaran modal kerja yang digunakan selama ini telah efektif dan efisien serta belum
mengetahui apakah usaha yang digeluti sudah rentabel atau tidak dan juga pemilik merasa modal
usaha yang dijalaninnya tidak berputar dengan efektif. Peneliti menggunakan kesempatan ini
untuk membantu Pemilik UD. ABG dalam meneliti dan melihat apakah perputaran modal kerja
telah efektif dan usaha yang dijalankan UD. ABG rentable atau tidak.

B. Identifikasi Masalah

1. UD. ABG masih belum melakukan analisis perputaran modal kerja.

2. Pemilik UD. ABG belum mengetahui apakah usaha yang digeluti selama ini rentable
atau tidak.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perputaran modal kerja UD. ABG ?

2. Bagaimanakah rentabilitas UD.ABG?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan perputaran modal kerja UD. ABG.

2. Untuk menjelaskan rentabilitas Usaha Dagang ABG.

E. Manfaat Penelitian

1. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk mencapai


keberhasilan usaha pada masa mendatang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

a) Konsep Modal Kerja


Secara umum modal kerja adalah keseluruhan dari aktiva lancar yang digunakan
dalam operasional perusahaan sehari-hari, seperti persekot pembelian bahan baku,
pembayaran upah/gaji pegawai, buruh, dan sebagainya, dimana dana yang telah
dikeluarkan kembali untuk masuk ke dalam perusahaan dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama dalam melalui hasil penjualan perusahaan. Untuk suatu perusahaan yang baru
saja dimulai, modal kerja dapat digambarkan sebagai pengeluaran yang bukan untuk harta
tetap baik langsung maupun tidak langsung yang harus dikeluarkan terus menerus
sebelum hasil penjualan dapat ditagih dan diterima dari langganan. Jadi modal kerja
sebelumnya merupakan jumlah yang terus menerus menjembatani antara saat
pengeluaran uang untuk memperoleh uang (jasa) dengan saat penerimaan penjualan.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa periode modal kerja sebenarnya dimulai
dari saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat menjadi
uang kas kembali, makin pendek terikatnya modal kerja berarti makin lama waktu
terikatnya modal kerja.
Modal kerja merupakan bagian dari harta yang dapat digunakan untuk mendanai kegiatan
usaha. Seperti pernyataan Kasmir (2012:249) bahwa “Dana sebagai modal kerja
merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan”.
Brigham (2001:150) mengatakan bahwa “Modal kerja adalah aktiva lancar yang
digunakan dalam operasi. Modal kerja terdiri dari empat komponen yaitu kas, surat
berharga, persediaan, dan piutang usaha”. Sedangkan menurut Silaban (2010:339) bahwa
“Modal kerja adalah investasi yang dilakukan perusahaan pada aktiva lancar, sering juga
disebut dengan modal kerja kotor”.
b) Konsep Rentabilitas
Rentabilitas merupakan tolak ukur suatu perusahaan dalam kemampuannya
memperoleh laba. Munawir (2014:33) bahwa “Rentabilitas suatu perusahaan dapat dapat
diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut”. Sementara Kasmir
(2012:196) mengatakan bahwa “rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan”. Pendapat searah oleh Fahmi (2017:68) bahwa “rentabilitas ini
mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya
tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun
investasi”.
Besar kecilnya nilai rentabilitas tergantung dari kekuntungan yang diperoleh dan modal
yang dimiliki dalam menjalankan usaha dagang. Pada umumnya masalah rentabilitas
lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan
ukuran bahwa usaha dagang telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah menghitung rentabilitas. Maka
baik perusahaan
maupun usaha dagang tidak hanya berusaha untuk memperbesar laba tetapi yang lebih
penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.
B. Kerangka Teori

a) Perputaran Modal Kerja


Dalam perputaran modal kerja, suatu perusahaan perlu memperhatikan tentang efektivitas
penggunaan modal kerjanya. Menurut Munawir (2014:116) Tersedianya modal kerja
yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva
lancar yang dimiliki seperti: Kas, Effek, Piutang, dan Persediaan. Tetapi modal kerja
harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran
atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan
menguntungkan bagi perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk
beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan
keuangan. Pendapat yang dikemukakan oleh Kasmir (2012:250) bahwa:
Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva
jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga piutang, sediaan, dan aktiva lancar
lainnya. Penggunaan modal kerja biasa dilakukan untuk :
a) Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya.
b) Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan.
c) Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga.
d) Pembentukan dana.
e) Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain).
f) Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang.
g) Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar.
h) Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi.
i) Penggunaan lainnya.
Menurut Silaban (2010:339) bahwa jumlah uang yang ditanamkan dalam modal kerja
diharapkan masuk kembali ke dalam perusahaan setelah produk yang dihasilkan
perusahaan menghasilkan dijual dan menghasilkan uang kas. Setelah itu, perusahaan akan
menginvestasikan kembali uang tersebut untuk membiayai kegiatan operasi lanjutan, dan
seterusnya. Modal kerja ini akan berputar selama perusahaan menjalankan kegiatan
operasinya.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama
perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Riyanto (1984:56) mengatakan
bahwa:
``Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja merupakan keseluruhan atau
jumlah dari periode-periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama
penyimpanan bahan mentah digudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi
disimpan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang``.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja
merupakan proses berputarnya modal kerja dalam operasional perusahaan selama periode
tertentu.
b) Manfaat Modal Kerja
Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional suatu perusahaan. Di
samping itu, manajemen modal kerja juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Modal kerja yang baik sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memudahkan
perusahaan untuk beroperasi dengan lancar dan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Seperti yang dikemukakan oleh Kasmir (2010:253-254) bahwa tujuan dan manfaat modal
kerja bagi perusahaan adalah:
a) Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan;.
b) Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban pada waktunya.
c) Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelanggannya.
d) Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor,
apabila rasio keuangannya memenuhi syarat.
c) Jenis – Jenis Modal Kerja
Modal kerja terdiri dari beberapa jenis, seperti yang dikemukakan oleh Sawir (2005:132)
mengenai jenis-jenis modal kerja, dapat digolongkan dalam:
1. Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan lagi
dalam:
``Modal Kerja Primer, yaitu minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjamin dan Modal Kerja Normal, yaitu modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis``.
2. Modal Kerja Variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara:
``Modal Kerja Musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
karena fluktuasi musim, Modal Kerja Siklus, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur, Modal Kerja Darurat, yaitu
modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya``.
d) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan sangat berpengaruh dengan kegiatan
operasional perusahaan.Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
perusahaan tidak selalu tersedia sesuai yang diinginkan. Hal ini disebabkan terpenuhi
tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Seperti yang dikatakan Kasmir (2010:254-256) ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi modal kerja yaitu:
1. Jenis kegiatan perusahaan, dalam praktiknya meliputi dua macam yaitu: perusahaan
yangbergerak dalam bidang jasa dan non jasa. Di perusahaan industri, investasi dalam
bidang kas, piutang, dan sediaan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan
perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan
kebutuhan akan modal kerjanya.
2. Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil
(angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan
bisa dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan secara
kredit.
3. Waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin
lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin
besar modal kerja yang dibutuhkan.
4. Tingkat perputaran sediaan. Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja
cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran,
kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.

e) Sumber Dana Penggunaan Modal Kerja


Kebutuhan akan modal kerja dapat disediakan perusahaan dalam bentuk apapun.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan sumber- sumber modal
kerja yang dapat dicari dari berbagi sumber yang tersedia. Beberapa sumber modal kerja
yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu:
(a). Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah pendapatan atau laba yang diperoleh
pada periode tertentu.
(b). Keuntungan penjualan surat-surat berharga,
(c). Penjualan saham,
(d). Penjualan aktiva tetap.
(e). Penjualan obligasi.
(f). Memperoleh pinjaman,
(g). dana hibah, (Kasmir, 2010).
Setelah memperoleh modal kerja yang dibutuhkan, maka modal kerja tersebut dapat
digunakan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Kasmir (2010:259) mengatakan
bahwa penggunaan modal kerja biasanya dilakukan perusahaan untuk:
1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya;
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan;
3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga;
4. Pembentukan dana;
5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain);
6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang);
7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar;
8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi.

f) Rentabilitas
Rentabilitas atau profitability menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk
memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai
sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat
keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau profitabilitas yang
dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas, Kasmir (2012:196). Pendapat yang
dikemukakan oleh Margaretha (2007:61) bahwa “Analisis rasio rentabilitas adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio rentabilitas terdiri dari return on
assets (ROA), return on equity (ROE), rasio biaya operasional, dan net profit margin
(NPM)”.

g) Jenis - Jenis Rasio Rentabilitas


Menurut Sawir (2005:31-34), rasio rentabilitas terdiri dari :
1. Gross Profit Margin, rasio ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari operasi usahanya.
2. Net Profit Margin, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memnghasilkan net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut operating
income-nya.
3. Return on Equity Capital, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari Equity Capital-nya.
4. Return on Total Asset, rasio ini mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan income.
5. Interest Margin on Earning Assets, rasio ini untuk mengukur kemampuan earning
assets atas hasil pendapatannya.
6. Interest Margin on Loans, rasio ini untuk mengukur kemampuan perkreditan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan pendapatannya.
7. Return on Investment, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
mengelola aktivanya untuk menghasilkan laba setelah pajak (EAT).
8. Operating Profit Margin Ratio, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba kotor dari pendapatan usaha tersebut.
9. Earning per Share, rasio ini untuk mengetahui berapa besar laba bersih per lembar
saham.
h) Tujuan Dan Manfaat Rasio Rentabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan adalah memperoleh laba. Untuk
mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas yang
dikenal juga dengan rasio rentabilitas. Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi,
(Fahmi, 2017:68). Seperti yang dikatakan Kasmir (2010:197-198), bahwa tujuan dan
manfaat rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas bagi perusahaan atau bagi pihak luar
perusahaan, yaitu:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
tertentu;
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.

Hal yang dikemukakan oleh Sawir (2005:31) bahwa “Rasio rentabilitas bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu,
juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaannya”.
i) Analisis Perputaran Modal Kerja
Efektivitas perputaran modal kerja sangat berpengaruh terhadap tujuan perusahaan.
Menurut Kuswadi dalam Fatimah (2006:13) bahwa rasio perputaran kas berguna untuk
mengetahui sampai seberapa jauh efektivitas perusahaan dalam mengelola dana kasnya
untuk menghasilkan pendapatan/penjualan. Rasio perputaran kas berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan
penjualan, (Kasmir, 2012:140).
Dalam mengukur perputaran modal kerja dapat digunakan rasio aktivitas. Rasio aktivitas
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini untuk
mengukur tingkat efisiensi sumber daya perusahaan. Efesiensi yang dilakukan misalnya
dibidang penjualan, sediaan, penagihan piutang. Rasio aktivitas yang dapat digunakan
dalam hal ini adalah rasio perputaran piutang dan perputaran persediaan. Perputaran
piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang
selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanan dalam piutang berputar dalam
satu periode. Sedangkan perputaran persediaan merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan berputar dalam
satu periode. Apabila rasio yang diperoleh tinggi, maka ini menunjukkan perusahaan
bekerja secara efesien dan likuid persediaan semakin baik, (Kasmir, 2012:180).

BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana efektivitas atau efisiensi
perputaran modal kerja yang dilihat dari aspek perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan dalam menilai rentabilitas pada UD ABG.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu di UD. ABG yang
beralokasi di Jl Gajah Mada RT 26 Pasar Baru Kelurahan Klandasan Ilir Kecamatan
Balikpapan Kota. Proses penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019.
C. Subjek Dan Objek Penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah UD. ABG. Sedangkan yang menjadi
objek penelitian yaitu Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi pada UD. ABG periode
tahun 2016 sampai dengan tahun 2018.
D. Data Penelitian
1. Data umum
a. Gambaran umum perusahaan
b. Struktur organisasi perusahaan
2. Data Khusus
a. Laporan keuangan dua belas priode terakhir (Neraca, laporan Laba/Rugi,
Laporan Perubahan Modal).
b. Data – data dan informasi lainnya yang dapat penelitian.
E. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Yaitu data yang telah diolah dalam bentuk laporan keuangan meliputi neraca,
laporan laba rugi UD. ABG dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dan juga hasil
wawancara dengan pemilik toko.
F. Teknik Dan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, wawancara dan studi pustaka. Teknik dokumentasi ini dengan cara
mengumpulkan data sekunder yang tersedia di UD. ABG, yaitu data keuangan berupa
neraca dan laba rugi periode tiga tahun (2016-2018). Dokumentasi ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan bukti tertulis dari pihak terkait. Metode wawancara dilakukan
untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan lisan dengan pemilik
UD ABG untuk mendapatkan informasi dan keterangan. Sedangkan metode studi pustaka
yang dilakukan penulis yaitu dengan membaca literatur-literatur dan catatan lainnya yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan berbagai referensi untuk
memperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat ahli.

G. Metode Analisis Data


Untuk mengetahui perputaran modal kerja dan rentabilitas UD. Jordan, metode analisis
data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Perputaran Modal Kerja


Untuk menganalisis perputaran modal digunakan rumus rasio perputaran kas, rasio
perputaran persediaan, dan rasio perputaran persediaan.
a. Rasio Perputaran Kas
Perputaran Kas dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Indikator penilaian efektivitas dan efisiensi perputaran kas menurut Kasmir (2012:143)
adalah 10%. Artinya, jika rasio perputaran kas pada UD. ABG mencapai 10% atau
lebih, maka usaha dagang tersebut dapat dikatakan rentabel.
b. Rasio Perputaran Piutang
Perputaran Piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Indikator penilaian efektivitas dan efisiensi perputaran piutang menurut Kasmir


(2012:187) adalah 15 kali. Artinya, jika rasio perputaran piutang pada UD. ABG
mencapai 15 kali atau lebih, maka usaha dagang tersebut dapat dikatakan rentabel.
c. Rasio Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Indikator penilaian efektivitas dan efisiensi perputaran persediaan menurut Kasmir
(2012:187) adalah 20 kali. Artinya, jika rasio perputaran persediaan pada UD. ABG
mencapai 20 kali atau lebih, maka usaha dagang tersebut dapat dikatakan rentabel.
2. Rentabilitas
Untuk menganalisis rentabilitas digunakan rumus rasio return on asset di bawah ini :

Indikator penilaian efektivitas dan efisiensi return on asset menurut Kasmir (2012:209)
adalah 30%. Artinya, jika rasio return on asset pada UD. ABG mencapai 30% atau lebih,
maka usaha dagang tersebut dapat dikatakan rentabel.

Anda mungkin juga menyukai