Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI BENIH

“ PENGOLAHAN BENIH BAWANG MERAH PADA KEGIATAN


PENGERINGAN”

OLEH :

MUHAMMAD YUSUF FEBRIYANDA

D1A017077

KELAS H

DOSEN PENGAMPU

DR. SOSIAWAN NUSIFERA, S.P., M.P.

HAJAR SETYAJI, S. TP., M. P

IR. JASMINARNI, M.SI.

DR. IR. ARYUNIS, M.P.

PROGGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata’ala, karena


atas berkat rahmat dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kami
mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak serta kerja keras, alhamdulillah makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.

Atas bantuan, bimbingan serta dukungannya, kami ucapkan terimakasih


kepada dosen mata kuliah Teknologi Benih, kami juga menyadari penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam segi isi, maupun penulisan.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat
membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Dan kami juga berharap
semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..

Jambi, 18 MEI  2020

    

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1 Pengeringan ........................................................................................3

2.2 Bawang merah mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan
lama dan Penanganan pasca panen..........................................................3

2.3 Secara Tradisional....................................................................................4

2.4 Secara Modern..........................................................................................5

2.5 Teknik - Teknik Pengeringan..................................................................5

2.5.1 Pengeringan/penjemuran dengan sinar matahari..............................5

2.5.2 Pengeringan dengan pengasapan ........................................................5

2.5.3 Pengeringan dengan tekanan vakum...................................................6

2.5.4 Pengeringan dengan Insore Drying.....................................................7

2.6 Ide Atau Inovasi........................................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.............................................................................................8

3.2 Saran........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu


jenis tanaman semusim (annual) yang termasuk dalam famili Liliaceae.
Tanaman ini seperti yang telah disebutkan yaitu sebagai bumbu penyedap
masakan, juga sebagai sumber vitamin B dan C, protein, lemak,
karbohidrat, yang sangat diperlukan oleh tubuh. Bawang merah (Alium
ascalonicum L) merupakan komoditas hortikultura yang tergolong sayuran
rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap
bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan.
Tanaman bawang ini membentuk umbi, umbi tersebut dapat membentuk
tunas baru, tumbuh dan membentuk umbi kembali. Karena sifat
pertumbuhannya yang demikian maka dari satu umbi dapat membentuk
rumpun tanaman yang berasal dari peranakan umbi (Fatmawaty et al., 2015).

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas holtikultura


yang penting baik ditingkat petani, masyarakat, maupun negara (Triharyanto
et al., 2013). Hindarti (2015) menambahkan bawang merupakan salah satu
komoditas yang memiliki fluktuasi yang relatif tinggi. Fluktuasi harga bawang
dapat disebabkan oleh pasokan impor, harga impor bawang merah, dari
ketiga faktor tersebut yang memberikan pengaruh paling besar adalah harga
impor bawang merah. Selain itu yang menyebabkan harga bawang merah
berfluktuasi adalah masa panen dimana saat panen besar produksi melimpah
harga menjadi rendah, sebaliknya saat produksi rendah harga menjadi tinggi.

Bawang merah, merupakan komoditas penting bagi kebutuhan aneka


masakan khas stok bahan yang dapat memenuhi target kebutuhan dalam
negeri (Komar et al., 2001). Bawang merah merupakan komoditi jenis
sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dari kandungan
gizi maupun nilai ekonominya (Bancin et al., 2016). Sehingga petani banyak
membudidayakan bawang merah terutama pada daerah yang cocok untuk
dibudidayakan bawang merah tersebut untuk menambah pendapatan petani,
dari segi nilai ekonomi bawang merah memiliki nilai ekonomi yang tinggi
terutama pada saat produksi bawang merah menurun. Desa Tunggulo
Kecamatan Limboto Barat merupakan Desa yang banyak petani yang melakukan
budidaya bawang merah. Petani membudidayakan tidak bergantung pada musim
tanam. Petani membudidayakan bawang secara kontinyu.

Bawang merah mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama
sehingga penangan pasca panen sangat diperlukan. Penangan pascapanen
bawang merah bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan pasca panen,
meningkatkan daya simpan, meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan
pendapatan petani. Komar et al., (2001) mengatakan Penanganan pasca panen
yang penting, adalah tahapan cara penyimpanan bawang merah yang baik sangat
diperlukan dalam pengendalian stok secara kontinyu.

1
1.2 Rumusan Masalah

 Apa maksud dari pengeringan pada bawang merah.

 Bagaimana Bawang merah mempunyai sifat mudah rusak dan tidak


tahan lama sehingga penangan pasca panen sangat diperlukan.

 Bagaimana pengeringan bawang merah secara tradisional

 Bagaimana pengeringan bawang merah secara modern(Ruang pengering


hibrida).
 Apa saja teknik-teknik pengeringan bawang merah.

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui pengeringan pada bawang merah.

 Untuk mengetahui suhu rendah dapat memperlambat proses metabolism


dan Untuk mengetahui cara penanganan pasca panen bawang merah.

 Untuk mengetahui pengeringan secara tradisional dan.

 Untuk mengetahui pengeringan secara Modern (Ruang pengering hibrida).

 Untuk mengetahui teknik-teknik pengeringan bawang merah.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengeringan

Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian


menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada tingkat
kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dijaga dari serangan jamur,
aktivitas serangga dan enzim. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pengeringan dengan sinar matahari (sun drying) dan pengeringan
dengan buatan/modern (artificial drying). Biasanya cara pengeringan yang
dilakukan oleh para petani yaitu dengan menggunakan sinar matahari (sun
drying) atau yang disebut dengan pengeringan tradisional (Zamharir et al.,
2016).

2.2 Bawang merah mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama
dan Penanganan pasca panen

Penurunan kadar air Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan selama pengeringan karena dapat mempengaruhi kualitas pada bahan
pangan. Bawang merah yang di keringkan dapat disimpan pada suhu 0, 5 dan
10oC mengalami penurunan kadar air hingga akhir pengeringan, baik untuk benih
bawang merah umbi ukuran besar, sedang maupun benih bawang merah ukuran
kecil. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar air tertinggi pada benih
ukuran besar, sedang dan kecil selama penyimpanan pada suhu 10oC masing-
masing sebesar 2.39, 5.06 dan 3.26% sedangkan penurunan kadar air benih
bawang merah yang terendah pada suhu 0oC masing-masing sebesar 0.19%,
2.21% serta pada suhu 5oC sebesar 0.95%. Hal ini terjadi karena adanya proses
transpirasi dan respirasi selama penyimpanan sehingga menyebabkan kadar air
mengalami penurunan hingga akhir penyimpanan. Adapun perubahan kadar air
benih bawang merah selama penyimpanan.

Bawang merah merupakan produk hidup berbentuk umbi lapis, dan memiliki
sifat mudah sekali mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi berupa
pelunakan umbi, keriput, keropos, busuk, pertunasan, pertumbuhan akar dan
tumbuhnya jamur. Kerusakan-kerusakan semacam itu pada proses penyimpanan
akan menyebabkan turunnya kualitas umbi bawang merah di samping kehilangan
berat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga bawang merah di pasaran.

Penanganan pasca panen yang banyak dilakukan oleh para petani pada
umumnya masih secara sederhana/tradisional. Caranya adalah umbi bawang
disebarkan di tempat bebas menerima sinar matahari dengan alas terpal atau
dibuatkan para-para pakai bambu. Cara ini dianggap paling murah dan dapat
diterapkan secara luas namun diketahui ada beberapa kendala antara lain dapat
menurunkan mutu dan meningkatkan kehilangan produksi.

3
2.3 Secara Tradisional

Pengeringan tradisional dapat menggunakan panas dari sinar matahari untuk


mengeringkan bawang merah. Namun dengan cuaca dan iklim Indonesia saat ini
dimana hujan tidak menentu, menjadikan pengeringan dengan metode ini
kurang efektif. Selain itu, sinar matahari langsung menurunkan kualitas
dari komoditas yang dikeringkan. Sinar atau cahaya dapat merusak
kandungan vitamin dan warna bahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
petani bawang merah bahwa sistem pengeringan pada bawang adalah dengan cara
pengeringan tradisional dengan menggunakan sinar matahari yang dilakukan
selama kurang lebih 2 bulan dengan tidak diganggu oleh hujan dalam proses
pengeringan, sehingga bawang merah benar-benar kering dan kadar
airnya sesuai dengan standar kadar air yang berlaku. Pengeringan dilakukan pada
saat bawang merah dipanen dan langsung diikat daunnya dengan
menggunakan tali rapia kemudian digantung pada tempat yang terkena
dengan sinar matahari. Biasanya petani membuat tempat khusus untuk
pengeringan bawang merah.

Petani bawang merah biasanya masih menggunakan proses pengeringan


secara tradisional, karena belum ada pengeringan bawang merah yang
modern seperti pada negara-negara yang pertaniannya sudah modern.
Dengan memanfaatkan sinar matahari dalam proses pengeringan, petani
mengharapkan agar memperoleh hasil produksi bawang merah yang
maksimal. Maksimal tidaknya hasil produksi bawang merah ditentukan pada
proses pengeringan, sebab jika pengeringan tidak maksimal akan membuat
bawang merah rusak atau busuk.

2.4 Secara Modern

Hasil dari desain rumah pengering hibrida ini telah dibuat sedemikian rupa
sehingga didalam rumah pengering hibrida dapat meningkatkan suhu berkali lipat
daripada suhu di kondisi luar juga di dalam ruang pengering hibrida terdapat
exhaust fan yang di gunakan untuk mengakumulasi sirkulasi udara lembab pada
ruang pengering hibrida.

Untuk melakukan pengujian sistem dalam waktu 24 jam secara continue maka
dilakukan pengujian sensor terlebih dahulu untuk mengetahui apakah sensor ini
teruji dalam menentukan pembacaan nilai kelembaban udara di dalam ruang
pengering hibrida.

4
Pada malam hari hampir di setiap percobaan nilai Kp tidak berpengaruh
terhadap sistem pengendalian, hal ini di sebabkan karena pada malam hari
kelembaban udara di dalam ruang pengering yang tinggi membuat exhaust fan
tidak bekerja, maka untuk menurunkan kelembaban udara di dalam ruang
pengering hibrida ini digunakan lampu sebagai pemanas juga sebagai media
untuk menurunkan kelembaban udara di dalam ruang pengering hibrida.

Kelembaban udara di dalam ruang pengering hibrida ini memiliki kelembaban


udara yang lebih rendah di bandingkan dengan kelembaban udara di luar ruang
pengering hibrida pada malam hari, dan dari beberapa hasil percobaan,
kelembaban udara di dalam ruang pengering hibrida ini dapat mencapai
kelembaban udara idealnya meskipun pada siang atau malam hari atau pada saat
kondisi hujan.

2.5 Teknik - Teknik Pengeringan

2.5.1 Pengeringan/penjemuran dengan sinar matahari

Setelah panen, biasanya petani langsung membawa pulang bawang merah ke


rumahnya untuk di keringkan. Titik kritis kegagalan penanganan pascapanen
bawang merah adalah apabila panennya terjadi pada musim penghujan sehingga
proses pengeringan daun atau pelayuan dan pengeringan umbi tidak bisa
dilakukan. Kegagalan proses pelayuan daun dapat menyebabkan infeksi bakteri
pembusuk, sedangkan kegagalan pengeringan umbi dapat menyebabkan
rendahnya daya simpan, umbi cepat busuk, bertunas dan keluar akar. Kehilangan
hasil akibat kerusakan ini bisa mencapai 20 – 40%.

Selama ini teknik pengeringan yang biasa dilakukan petani adalah menjemur
bawang merah di bawah sinar matahari yang membutuhkan waktu antara 7-9 hari
(sumber). Pengeringan dengan teknik ini sangat tergantung dengan kondisi cuaca.
Saat cuaca cerah penjemuran dapat berlangsung dengan baik, tetapi pada saat
cuaca mendung atau hujan, penjemuran sama sekali tidak dapat dilakukan
sehingga umbi bawang merah menjadi cepat busuk. Pengeringan merupakan
teknik yang mudah di lakukan, relatif tidak mengeluarkan biaya, sehingga seluruh
petani bisa melakukanya.

Teknik pengeringan dengan sinar matahari sebenarnya kurang efektif


dikarenakan iklim saat ini yang tidak menentu. Selain itu sinar matahari juga bisa
menurunkan kualitas dari bawang merah. Sinar atau cahaya dapat merusak
beberapa vitamin seperti: riboflavin, vitamin A, vitamin C, dan warna produk
(Mirzarohman, 2013). Saat penjemuran, bagian umbi bawang merah tidak boleh
terkena sinar matahari secara langsung untuk menghindari terjadinya sengatan
luka bakar pada umbi, umbi bawang diletakkan di bagian bawah dengan daunnya
di bagian atas.

5
2.5.2 Pengeringan dengan pengasapan

Pengasapan dilakukan apabila kondisi cuaca sedang buruk. dan tidak mungkin
dilakukan penjemuran. Pengasapan dilakukan di tempat khusus dengan membuat
tungku-tungku berbahan bakar kayu atau sekam. Untuk mengatur suhu, tempat
pengasapan dilengkapi dengan jendela yang dapat dibuka dan thermometer
sebagai pengatur suhu. Agar bawang merah kering secara merata, perlu dilakukan
pembalikan atau pertukaran tempat. Bila panas ruangan dipertahankan secara
normal, dalam 12 jam umbi sudah cukup kering.

2.5.3 Pengeringan dengan tekanan vakum

Pengeringan vakum merupakan salah satu cara pengeringan bahan dalam


suatu ruangan yang tekanannya lebih rendah dibanding tekanan udara atmosfir.
Pengeringan dapat berlangsung dalam waktu relatif cepat walaupun pada suhu
yang lebih rendah daripada pengeringan atmosfir. Dengan tekanan uap air dalam
udara yang lebih rendah, air pada produk akan menguap pada suhu rendah (Aman
et al., 1992). Untuk memperpanjang masa simpan, pengeringan bawang merah
hendaknya mencapai kadar air di bawah 14 %, padahal bawang merah yang
dikeringanginkan masih mengandung air 65- 70 %. Akibatnya, umbi mudah rusak
dan tumbuh tunas terutama bila udara lembap (Asgar dan Sinaga 1992). Di
sampingmenurunkan kadar air,

Pengeringan juga dapat memperkecil volume produk, sehingga


mempermudah penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa alat pengering untuk
produk pertanian adalah oven kabinet, pengering semprot, pengering drum,
pengering vakum, dan pengering beku (Aman et al., 1992). Pengeringan
menggunakan tekanan vakum yang tinggi dan suhu beku tertentu dapat
menghasilkan produk dengan tekstur, warna, rehidrasi yang lebih baik (Eshtiaghi
et al., 1994).

6
Pada beberapa jenis sayuran, pengeringan beku dapat mempertahankan
kandungan tokoferol (Manullang dan Mercylia 1995). Pengeringan bawang merah
dengan tekanan vakum dan suhu rendah akan memberikan manfaat kepada petani
ataupun pengusaha, karena dapat menghasilkan bawang merah kering bermutu
tinggi sehingga menambah nilai ekonomi, serta bawang merah dapat disimpan
lebih lama dibandingkan pengeringan dengan dijemur dengan sinar matahari.

2.5.4 Pengeringan dengan Insore Drying

Tahun 2007 BB Pascapanen telah mengintroduksikan suatu teknologi sistem


pengeringan-penyimpanan bawang merah menggunakan Instore Drying, dalam
sistem ini kondisi ruang dapat diatur sesuai kondisi optimum untuk proses
pengeringan- penyimpanan bawang merah. Ukuran bangunan penyimpanan 6 m x
6 m x 2,5 m dapat menampung 6 ton bawang merah. Atapbangunan terdiri dari
fibre glass transparan yang dilengkapi dengan aerasi udara (ballwindow), dinding
bangunan dari fibre glass, rak pengering – penyimpanan berupa rak gantung
dengan sumber pemanas dari kompor sekam (Nugraha et al., 2007). menunjukkan
bahwa system pengeringan bawang merah yang dilakukan di dalam gudang
pengeringan dan penyimapanan (instore drying) menunjukkan hasil yang sangat
baik, proses pelayuan dan pengeringan dapat berlangsung cepat selama 3 hari
pada suhu 380 C dengan relative humidity antara 55 – 70 %.

Tingkat kekeringan merata dan kualitas bawang yang dihasilkan cukup baik.
Artinya pengeringan dengan instore drying lebih cepat jika dibandingkan dengan
pengeringan dengan menjemur dibawah sinar matahari yang membutuhkan waktu
hingga 9 hari. Selain itu pengeringan dengan instore drying juga tidak
menyebabkan kerusakan yang berarti yaitu hanya berkisar antara 0,24%-0.72%
jauh lebih bila dibandingkan dengan penjemuran, dimana kerusakannya bisa
mencapai 1,68% .

2.6 Ide Atau Inovasi

Di zaman modern ini yang serba memakai teknologi canggih untuk membantu
atau mempercepat pekerjaan manusia. Jadi ide atau inovasi yang saya pikirkan
ialah menggunakan software perangkat lunak computer.Jadi dengan adanya
perangkat lunak digital atau aplikasi ini dapat mengetahui berapah jumlah kadar
air yang tersisa dan bisa mengatur suhu secara otomatis. Sehingga dalam
pengeringan bawang tersebut dapat efisien.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan dengan


sinar matahari (sun drying) dan pengeringan dengan buatan/modern
(artificial drying). Biasanya cara pengeringan yang dilakukan oleh para
petani yaitu dengan menggunakan sinar matahari (sun drying) atau yang disebut
dengan pengeringan tradisional.

Penurunan kadar air Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan selama pengeringan karena dapat mempengaruhi kualitas pada bahan
pangan. Bawang merah merupakan produk hidup berbentuk umbi lapis, dan
memiliki sifat mudah sekali mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi
berupa pelunakan umbi, keriput, keropos, busuk, pertunasan, pertumbuhan akar
dan tumbuhnya jamur.

Didalam rumah pengering hibrida dapat meningkatkan suhu berkali lipat


daripada suhu di kondisi luar juga di dalam ruang pengering hibrida terdapat
exhaust fan yang di gunakan untuk mengakumulasi sirkulasi udara lembab pada
ruang pengering hibrida.

Teknik - Teknik Pengeringan

 Pengeringan/penjemuran dengan sinar matahari

 Pengeringan dengan pengasapan

 Pengeringan dengan tekanan vakum

 Pengeringan dengan Insore Drying

Jadi ide atau inovasi yang saya pikirkan ialah menggunakan software
perangkat lunak computer.Jadi dengan adanya perangkat lunak digital atau
aplikasi ini dapat mengetahui berapah jumlah kadar air yang tersisa dan bisa
mengatur suhu secara otomatis

3.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut kedepannya disarankan untuk para peneliti


agar bisa melakukan pengembangan lagi terutama di skala nasional, agar dapat
mendapat inovasi baru lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, E. (2016). Teknik Pengeringan untuk meningkatkan mutu Bawang Merah


(Allium cepa L) di provinsi Aceh. URL:www. Litbangpertanian.go, id
Akses tanggal 18 Mei 2020.

Alamsyah, R., Pohan, G., & Herman, A. S. (2008). Kajian penerapan alat pengering
bawang merah di sentra produksi Brebes-Jawa tengah. Journal of
Industrial Research (Jurnal Riset Industri), 2(1).

Djibran, M. M., & Biki, S. J. Penanganan Pascapanen Komoditas Bawang Merah


(Allium ascalonicum L) Di Desa Tunggulo Kecamatan Limboto
Barat. JURNAL ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, 95.

Sangian, J. R., Poekoel, V. C., Litouw, J., & Robot, R. F. (2019). Pengendalian
Kelembaban Ruang Pengering Hibrida Pada Proses Pengeringan Bawang
Merah. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 8(2), 51-58.

Ummah, N., Purwanto, Y. A., & Suryani, A. (2018). Penentuan Konstanta Laju
Pengeringan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Iris Menggunakan
Tunnel Dehydrator. Warta Industri Hasil Pertanian, 33(02), 49-56.

Anda mungkin juga menyukai