MAKALAH TEKNOLOGI BENIH Muhammad Yusuf Febriyanda (D1A017077)
MAKALAH TEKNOLOGI BENIH Muhammad Yusuf Febriyanda (D1A017077)
OLEH :
D1A017077
KELAS H
DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Jambi, 18 MEI 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.2 Bawang merah mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan
lama dan Penanganan pasca panen..........................................................3
3.1 Kesimpulan.............................................................................................8
3.2 Saran........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bawang merah mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama
sehingga penangan pasca panen sangat diperlukan. Penangan pascapanen
bawang merah bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan pasca panen,
meningkatkan daya simpan, meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan
pendapatan petani. Komar et al., (2001) mengatakan Penanganan pasca panen
yang penting, adalah tahapan cara penyimpanan bawang merah yang baik sangat
diperlukan dalam pengendalian stok secara kontinyu.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengeringan
2.2 Bawang merah mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama
dan Penanganan pasca panen
Penurunan kadar air Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan selama pengeringan karena dapat mempengaruhi kualitas pada bahan
pangan. Bawang merah yang di keringkan dapat disimpan pada suhu 0, 5 dan
10oC mengalami penurunan kadar air hingga akhir pengeringan, baik untuk benih
bawang merah umbi ukuran besar, sedang maupun benih bawang merah ukuran
kecil. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar air tertinggi pada benih
ukuran besar, sedang dan kecil selama penyimpanan pada suhu 10oC masing-
masing sebesar 2.39, 5.06 dan 3.26% sedangkan penurunan kadar air benih
bawang merah yang terendah pada suhu 0oC masing-masing sebesar 0.19%,
2.21% serta pada suhu 5oC sebesar 0.95%. Hal ini terjadi karena adanya proses
transpirasi dan respirasi selama penyimpanan sehingga menyebabkan kadar air
mengalami penurunan hingga akhir penyimpanan. Adapun perubahan kadar air
benih bawang merah selama penyimpanan.
Bawang merah merupakan produk hidup berbentuk umbi lapis, dan memiliki
sifat mudah sekali mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi berupa
pelunakan umbi, keriput, keropos, busuk, pertunasan, pertumbuhan akar dan
tumbuhnya jamur. Kerusakan-kerusakan semacam itu pada proses penyimpanan
akan menyebabkan turunnya kualitas umbi bawang merah di samping kehilangan
berat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga bawang merah di pasaran.
Penanganan pasca panen yang banyak dilakukan oleh para petani pada
umumnya masih secara sederhana/tradisional. Caranya adalah umbi bawang
disebarkan di tempat bebas menerima sinar matahari dengan alas terpal atau
dibuatkan para-para pakai bambu. Cara ini dianggap paling murah dan dapat
diterapkan secara luas namun diketahui ada beberapa kendala antara lain dapat
menurunkan mutu dan meningkatkan kehilangan produksi.
3
2.3 Secara Tradisional
Hasil dari desain rumah pengering hibrida ini telah dibuat sedemikian rupa
sehingga didalam rumah pengering hibrida dapat meningkatkan suhu berkali lipat
daripada suhu di kondisi luar juga di dalam ruang pengering hibrida terdapat
exhaust fan yang di gunakan untuk mengakumulasi sirkulasi udara lembab pada
ruang pengering hibrida.
Untuk melakukan pengujian sistem dalam waktu 24 jam secara continue maka
dilakukan pengujian sensor terlebih dahulu untuk mengetahui apakah sensor ini
teruji dalam menentukan pembacaan nilai kelembaban udara di dalam ruang
pengering hibrida.
4
Pada malam hari hampir di setiap percobaan nilai Kp tidak berpengaruh
terhadap sistem pengendalian, hal ini di sebabkan karena pada malam hari
kelembaban udara di dalam ruang pengering yang tinggi membuat exhaust fan
tidak bekerja, maka untuk menurunkan kelembaban udara di dalam ruang
pengering hibrida ini digunakan lampu sebagai pemanas juga sebagai media
untuk menurunkan kelembaban udara di dalam ruang pengering hibrida.
Selama ini teknik pengeringan yang biasa dilakukan petani adalah menjemur
bawang merah di bawah sinar matahari yang membutuhkan waktu antara 7-9 hari
(sumber). Pengeringan dengan teknik ini sangat tergantung dengan kondisi cuaca.
Saat cuaca cerah penjemuran dapat berlangsung dengan baik, tetapi pada saat
cuaca mendung atau hujan, penjemuran sama sekali tidak dapat dilakukan
sehingga umbi bawang merah menjadi cepat busuk. Pengeringan merupakan
teknik yang mudah di lakukan, relatif tidak mengeluarkan biaya, sehingga seluruh
petani bisa melakukanya.
5
2.5.2 Pengeringan dengan pengasapan
Pengasapan dilakukan apabila kondisi cuaca sedang buruk. dan tidak mungkin
dilakukan penjemuran. Pengasapan dilakukan di tempat khusus dengan membuat
tungku-tungku berbahan bakar kayu atau sekam. Untuk mengatur suhu, tempat
pengasapan dilengkapi dengan jendela yang dapat dibuka dan thermometer
sebagai pengatur suhu. Agar bawang merah kering secara merata, perlu dilakukan
pembalikan atau pertukaran tempat. Bila panas ruangan dipertahankan secara
normal, dalam 12 jam umbi sudah cukup kering.
6
Pada beberapa jenis sayuran, pengeringan beku dapat mempertahankan
kandungan tokoferol (Manullang dan Mercylia 1995). Pengeringan bawang merah
dengan tekanan vakum dan suhu rendah akan memberikan manfaat kepada petani
ataupun pengusaha, karena dapat menghasilkan bawang merah kering bermutu
tinggi sehingga menambah nilai ekonomi, serta bawang merah dapat disimpan
lebih lama dibandingkan pengeringan dengan dijemur dengan sinar matahari.
Tingkat kekeringan merata dan kualitas bawang yang dihasilkan cukup baik.
Artinya pengeringan dengan instore drying lebih cepat jika dibandingkan dengan
pengeringan dengan menjemur dibawah sinar matahari yang membutuhkan waktu
hingga 9 hari. Selain itu pengeringan dengan instore drying juga tidak
menyebabkan kerusakan yang berarti yaitu hanya berkisar antara 0,24%-0.72%
jauh lebih bila dibandingkan dengan penjemuran, dimana kerusakannya bisa
mencapai 1,68% .
Di zaman modern ini yang serba memakai teknologi canggih untuk membantu
atau mempercepat pekerjaan manusia. Jadi ide atau inovasi yang saya pikirkan
ialah menggunakan software perangkat lunak computer.Jadi dengan adanya
perangkat lunak digital atau aplikasi ini dapat mengetahui berapah jumlah kadar
air yang tersisa dan bisa mengatur suhu secara otomatis. Sehingga dalam
pengeringan bawang tersebut dapat efisien.
7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penurunan kadar air Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan selama pengeringan karena dapat mempengaruhi kualitas pada bahan
pangan. Bawang merah merupakan produk hidup berbentuk umbi lapis, dan
memiliki sifat mudah sekali mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi
berupa pelunakan umbi, keriput, keropos, busuk, pertunasan, pertumbuhan akar
dan tumbuhnya jamur.
Jadi ide atau inovasi yang saya pikirkan ialah menggunakan software
perangkat lunak computer.Jadi dengan adanya perangkat lunak digital atau
aplikasi ini dapat mengetahui berapah jumlah kadar air yang tersisa dan bisa
mengatur suhu secara otomatis
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R., Pohan, G., & Herman, A. S. (2008). Kajian penerapan alat pengering
bawang merah di sentra produksi Brebes-Jawa tengah. Journal of
Industrial Research (Jurnal Riset Industri), 2(1).
Sangian, J. R., Poekoel, V. C., Litouw, J., & Robot, R. F. (2019). Pengendalian
Kelembaban Ruang Pengering Hibrida Pada Proses Pengeringan Bawang
Merah. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 8(2), 51-58.
Ummah, N., Purwanto, Y. A., & Suryani, A. (2018). Penentuan Konstanta Laju
Pengeringan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Iris Menggunakan
Tunnel Dehydrator. Warta Industri Hasil Pertanian, 33(02), 49-56.