Laprak Iut 7,8

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

Laboratorium Survey dan Pemetaan

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

Anggota Kelompok : 1. R.M.Buchori.A.P – 1806187101


2. M.Alem Sinatrya – 1806187114
3. Abraham Mulia – 180187083
4. Syifa Carrisa – 1806187096
5. Rizky Nurafriandi – 1806187070
Kelompok : E3
Tanggal Praktikum : Selasa, 5 November 2019
Judul Praktikum : 07- Measurement Of Horizontal Angle By Repetition Method
Nama Asisten : Glenaldi

Nilai : Paraf :

A. TUJUAN
Untuk mengukur sudut horizontal dengan metode pengulangan.

B. DASAR TEORI
Dalam praktikum pengukuran sudut ini, intrument utama yang digunakan
adalah theodolite. Theodolite merupakan instrumen dasar yang digunakan
dalam surveying. Theodolite digunakan untuk menukur sudut horizontal dan
sudut vertikal. Terdapat dua jenis theodolite, yaitu theodolite digital dan non-
digital. Theodolite digital terdiri dari teleskop dan layar pembacaan hasil
pengukuran sudut horizontal maupun sudut vertikal.
Sudut Horizontal, pada topografi, merupakan sudut yang dibuat oleh
pengukuran garis secara horizontal. Sudut Horizontal pada umunya
dinyatakan dalam bentuk derajat atau degree. Satu lingkaran penuh dibagi
menjadi 360 derajat. Setiap sudut akan dibagi menjadi unit yang lebih kecil
yaitu, 1 derajat sama dengan 60 menit (60’) dan 1 menit sama dengan 60
detik (60”). Unit yang lebih kecil ini hanya bisa diukur dengan intrument
yang memiliki tingkat instrument yang tinggi.
Pengukuran suatu sudut horizontal terdiri dari empat cara, yaitu :
1. Pengukuran Sudut Tunggal
Sudut tunggal merupakan suatu sudut yang terbentuk dari dua arah.
Pengukuran dilakukan dengan sekali pembacaan skala lingkaran terhadap
masing-masing arah.
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2. Pengukuran Sudut Seri Rangkap
Pengukuran sudut horizontal pada metode seri rangkap dilakukan dua kali
terhadap sudut tunggal dalam keadaan teropong pada keadaan biasa (B) dan
luar biasa (LB).
3. Pengukuran Sudut Repetisi
Pengukuran sudut repetisi merupakan pengukuran sudut tunggal yang
dilakukan berulang kali dengan penguncial bacaan skala tertentu terhadap
arah pertama.
4. Pengukuran Sudut Reiterasi
Pengukuran sudut dengan penambahan suatu sudut pada skala pembacaan
horizontal.

C. PERALATAN
1. Theodolite + Tripod
2. Levelling staff
3. Pasak

D. PROSEDUR

O
E. Figure 1. Illustration of POQ positioning

1. Menyiapkan alat pada titik O dan memastikan sudah pada posisi yang tepat
2. Mengarahkan teleskop tepat ke titik P
3. Mangatur sudut horizontal menjadi 0o
4. Memutarkan dengan searah jarum jam ke Q. Mencatat sudut horizontal untuk
mendapatkan sudut POQ
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

5. Memutarkan kembali perangkat ke titik P


6. Memutarkan perangkat searah jarum jam pada Q. Mencatat pembacaan sudut
horizontal
7. Mengulangi proses pengukuran sampai tiga kali. Rata-rata sudut pada bagian kiri
akan sama dengan jumlah dari semua pekbacaan dibagi dengan tiga
8. Mengubah arah dari pengukuran dan melakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
Mencari sudut rata-rata padaa bagian kanan dengan jumlah dari seluruh
pembacaan dibagi dengan tiga
9. Rata-rata sudut horizontal digitung dengan menjumlahkan rata-rata kedua sudut,
bagian kanan dan kiri dibagi dua
No. Face Angle Average
1 QOP 32°18’15”
2 POQ 32°34’5”
3 QOP 33°12’50”
1 PRO 58°22’25”
E. DATA PRAKTIKUM
2 ORP 59°28’0”
3 PRO 57°14’10”
1 PRS 28°26’35”
2 SRP 28°17’15”
3 PRS 28°26’35”
1 RPO 32°38’45”
2 OPR 33°07’55”
3 RPO 33°32’42”

F. PENGOLAHAN
DATA

No. Face Angle Average


1 QOP 32.304167°
2 POQ 32.568056°
3 QOP 33.21389° 32.6954°
1 PRO 58.37361°
2 ORP 59.46667°
3 PRO 57.23611° 58.3588°
1 PRS 28.4430°
2 SRP 28.2875°
3 PRS 28.4430° 28.39116°
1 RPO 32.64583°
2 OPR 33.13194°
3 RPO 33.545° 33.10759°

1. <QOP = (32.304167° + 32.568056° + 33.21389°) : 3

<QOP = 32.6954°

2. <PRO = (58.37361° + 59.46667° + 57.23611°) : 3

<PRO = 58.3588°
3. <PRS = (28.4430° + 28.2875° + 28.4430°) : 3

<PRS = 28.39116°

4. <RPO = (32.64583° + 33.13194° + 33.545° ) : 3

<RPO = 33.10759°
G. ANALISIS
a. Analisis Percobaan
Percobaan yang berjudul Mengukur Sudut Horizontal denga Metode
Repetisi ini memiliki tujuan yaitu untuk mengukur sudut horizontal dengan
metode pengulangan. Dalam melakukan percobaan ini praktikan menggunakan
beberapa alat yang khusus digunakan untuk percobaann Ilmu Ukur Tanah. Alat
tersebut diantaranya yang pertama adalah theodolite, alat yang akan memberikan
hasil pengukuran sudut. Alat kedua yaitu pasak, digunakan sebagai patokan titik
yang membentuk poligon tertutup. Alat terakhir yaitu leveling stuff, berguna
untuk memudahkan praktikan yang melakukan pengukuran melihat titik yang
dicari.

Langkah yang pertama dilakukan adalah menempatkan theodolite di titik


yang sudutnya ingin dicari. Dalam kasus ini salah satu sudut yang ingin dicari
adalah <QOP, maka praktikan meletakkan theodolite persis di titik O. Pastikan
gelembung pada nivo telah mencapai titik pusat atau ditengah lingkaran,
tujuannya untuk memastikan theodolite sudah berdiri tegak lurus dengan tanah
agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Setelah posisi theodolite sudah
setimbang, praktikan dapat langsung melakukan pengukuran. Praktikan yang lain
akan berdiri pada titik Q dengan membawa levelling staff. Kemudian praktikan
memperhatikan posisi levelling staff terhadap titik tengah yang terlihat pada
teleskop, bila posisi belum ditengah, praktikan dapat memutar pengatur sudut
horizontal sampai menemukan titik tengah yang tepat berada di tengah levelling
staff. Bila posisi sudah tepat, praktikan mengatur sudut horizontal di 0°.
Kemudian praktikan yang sebelumnya berdiri di titk Q berpindah posisi ke titik
P. Praktikan yang melakukan pengukuran juga mengubah posisi theodolite
menghadap titik P dan mencatat hasil pengukuran. Setelah itu arahkan lagi
theodolite ke ttik Q dan ulangi kembali pengukuran sudutnya.

Selanjutnya ulangi pengukuran sudut horizontal dengan cara yang sama


untuk mengukur sudut <PRO, <PRS, dan <RPO. Pembacaan berulang ini memiliki
tujuan agar praktikan dapat mendapatkan besar sudut rata-rata yang hampir akurat.
b. Analisis Hasil
Dari praktikum ini, didapatkan 12 data dimana tiap keempat sudut yang
diukur memiliki tiga data. Data yang didapatkan merupakan hasil perhitungan
theodolite yang di reset pada setiap perhitungan sudut sehingga praktikan tidak
perlu mengurangi sudut yang didapat dengan sudut yang telah diukur
sebelumnya. Hasil pengukuran yang memiliki satuan menit dan detik tersebut
kemudian dikonversi menjadi satuan derajat. Selanjutnya dari ketiga data pada
setiap sudutnya dihitung rata-ratanya agar memperoleh sudut yang lebih
akurat. Untuk memperoleh rata-rata, praktikan menghitung jumlah ketiga data
dari tiap sudut yang kemudian dibagi tiga. Sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut.

<QOP = (32.304167° + 32.568056° + 33.21389°) : 3

<QOP = 32.6954°

<PRO = (58.37361° + 59.46667° + 57.23611°) : 3

<PRO = 58.3588°

<PRS = (28.4430° + 28.2875° + 28.4430°) : 3

<PRS = 28.39116°

<RPO = (32.64583° + 33.13194° + 33.545° ) : 3

<RPO = 33.10759°
c. Analisis Kesalahan

Pada praktikum pengkuran sudut horizontal dengan metode pengulangan,


terdapat beberapa kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran.
Kesalahan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1. Ketidaktepatan meletakkan nivo pada pusat lingkaran, sehingga lensa
berada pada posisi yang tidak sejajar
2. Praktikan yang memegang levelling staff tidak tepat berdiri pada titik
pasak sehingga mempengaruhi pembacaan sudut
3. Ketidakfokusan dan ketidaktepatan pembacaan leveling stuff pada lensa
4. Ketidaktelitian melakukan penghitungan dalam pengolahan data, sehingga hasil
yang didapatkan kurang akurat

H. APLIKASI
Pengukuran sudut horizontal dalam aplikasinya dapat berupa:

 Perancangan suatu bangunan

 Para insinyur sangat memerlukan data yang akurat untuk pembangunan


jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan udara, dll

 Mengukur besarnya sudut horizontal suatu bangunan terhadap bench mark.

I. KESIMPULAN

Pada praktikum mengukur sudut horizontal dengan metode repetisi ini dapat diperoleh
kesimpulan yaitu :

 Praktikum ini memiliki tujuan untuk menghitung besarnya sudut horizontal dengan
metode repetisi
 Didapatkan besarnya sudut rata-ratanya sebesar :
<QOP = 32.6954°

<PRO = 58.3588°

<PRS = 28.39116°

<RPO = 33.10759°
J. REFERENSI

 https://www.scribd.com/doc/294812358/Materi-6-Aplikasi-Pengukuran-Dan-
Pemetaan
 https://slideplayer.info/slide/11620637/
 https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-CIV-104-PERTEMUAN-6-METODE-
PENGUKURAN-SUDUT.pdf

K. LAMPIRAN

Gambar 1. Praktikan mengatur sudut 0° pada theodolite di titik Q


Gambar 2. Praktikan mengukur sudut horizontal dari titik Q ke titik P

Gamvar 3. Poisi berdiri praktikan yang kurang tepat saat pengukuran mempengaruhi kesalahan pada
hasil praktikum
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Anggota Kelompok : 1. Atika Yuliana S / 1406532192

2. Dita Dwi Astuti / 1406532293

3. Firsta Hilwa / 14065432274

4. Monica Agnes / 1406532173

5. Rohana Carolyne / 1406577404

Kelompok : B2

Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 Maret 2016

Judul Praktikum : 08-Mengukur Sudut Horizontal dengan Metode Reiteritasi

Nama Asisten : Adian Muhammad Ridho

Nilai : Paraf :

I. TUJUAN

Untuk mengukur sudut horizontal dengan metode reiterasi

II. DASAR TEORI

Dalam mengukur jarak pada Ilmu Ukur Tanah tidak dapat menggambarkan lokasi
dari suatu objek. Kita perlu menentukan lokasi dalam 3 dimensi. Untuk
mencapainya kita memerlukan :
1. Panjang horizontal (jarak)
2. Perbedaan ketinggian (elevasi)
3. Petunjuk arah atau besar sudut

Sudut dapat didefinisikan sebagai perbedaan arah antara dua garis konvergen.
Sudut horizontal terbentuk dengan jarak antara dua objek pada bidang horizontal.
Sudut vertical terbentuk dengan jarak antara dua garis yang berpotongan pada
bidang vertical, di mana salah satu dari garis ini adalah garis horizontal. Zenith
angle adalah sudut pelengkap dari sudut vertical, sudut ini terbentuk dari
perpotongan antara dua garis pada bidang vertical, salah satu dari garis ini
mengarah pada zenith.

Tipe – Tipe Pengkuran Sudut :

1. Interior angle
Sudut ini dapat diukur searah dengan jarum jam atau tidak searah
dengan jarum jam di antara dua garis yang berdekatan yang terdapat di
dalam gambar polygon tertutup.
2. Exterior angle
Sudut ini dapat diukur searah dengan jarum jam atau tidak searah
dengan jarum jam di antara dua garis yang berdekatan yang terdapat di
luar gambar polygon tertutup.
3. Angles to the right
Sudut yang berputar searah dengan jarum jam, atau searah tangan
kanan. Ini yang disebut standar ODOT.
4. Angles to the left
Sudut yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam, atau
mengikuti arah tangan kiri.

Sudut pada umumnya dapat diukur dengan alat yang disebut Transit dan
Theodolite. Keduanya merupakan alat untuk mengukur sudut pada Ilmu Ukur Tanah.
Dalam pengukurannya Transit dibagi menjadi ukuran derajat sudut, menit, dan detik.
Alat ini digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan vertical. Theodolite banyak
memiliki kelebihan yang sama dengan transit, yaitu mampu mengukur sudut vertical
dan horizontal. Perbedaan dari kedua alat ini adalah Theodolite dapat melakukan
pembacaan sudut dengan lebih presisi dan akurat jika dibandingkn dengan Transit.
III. PERALATAN

1. 1 buah Theodolite dan Tripod


2. Pasak (Pegs)
3. 1 buah Leveling Stuff atau Ranging Rod

IV. PROSEDUR

1. Menyiapkan seluruh peralatan yang diperlukan


2. Menentukan lokasi yang akan dilakukan pengukuran
3. Mendirikan Theodolite hingga posisi seimbang
4. Memasang pasak pada 4 titik hingga membentuk polygon tertutup
5. Membawa Leveling Stuff (oleh salah satu praktikan) kemudian berdiri di
belakang pasak
6. Memastikan gelembung pada waterpass telah berada pada pusat lingkaran,
dan praktikan tidak bergerak selama memegang Leveling Stuff
7. Memastikan gelembung pada Theodolite juga berada pada pusat lingkaran,
caranya dengan memutar pengatur nivo berwarna hitam
8. Memastikan kestabilan dan kelurusan bagian dasar (meja) lensa agar tidak
miring, caranya dengan memutar pengatur nivo hingga elevasi kedua sisinya
sejajar
9. Pengukuran sudut dimulai ketika tiga langkah sebelumnya sudah tercapai
10. Lakukan pengecekan pada lensa kecil, pastikan terdapat segitiga putih di
dalamnya
11. Mengarahkan segitiga tersebut searah dengan lokasi berdirinya Leveling Stuff
12. Mengunci pengukuran dengan lensa kecil dengan memutar pengatur nivo
besar berwarna hitam pada sisi kanan Theodolite, apabila sudah cukup jelas
penguncian dilanjutkan dengan memutar pengatur nivo kecil
13. Pengukuran selanjutnya menggunakan lensa besar, pastikan angka pada
Leveling Stuff dapat terbaca oleh mata dengan jelas melalui lensa
14. Putar pengatur nivo pada lensa apabila penglihatan pada Leveling Stuff masih
belum focus dan jelas
15. Apabila sudah terbaca dengan jelas, kunci pembacaan dengan menekan
tombol hold pada bagian bawah lensa besar
16. Leveling stuff berpindah tempat pada pasak selanjutnya dan pastikan
geleumbun berada di tengah lingkaran dengan stabil
17. Tekan tombol reset untuk membuat pengukuran kembali dari 0°
18. Lakukan kembali tahap di atas untuk titik B,C,dan D hingga kembali lagi ke A

V. DATA PRAKTIKUM

Tabel 1. Data Hasil Percobaan

Angle Angle Angle Angle


Angle
Face Reading of Reading of Reading of Reading of
Reading of B
A C D A
Right 0 68°25’50’’ 117°11’15’’ 253°02’40’’ 0°00’30’’
Left 359°58’55’’ 291°35’10’’ 242°42’00’’ 106°57’00’’ 0

VI. PENGOLAHAN DATA

Face : Right

Before Correction
Sudut AOB = 68°25’50’’ – 0 = 68°25’50’’
Sudut BOC = 117°11’15’’ - 68°25’50’’ = 48°45’25’’
Sudut COD = 253°02’40’’ - 117°11’15’’ = 135°51’25’’
Sudut DOA = 0°00’30’’ - 253°02’40’’ = 106°57’50’’
Total Sudut = 68°25’50’’ + 48°45’25’’ + 135°51’25’’ + 106°57’50’’
= 359°59’30’’

Correction = 360°00’00’’ - 359°59’30’’ = 00°00’30’’

Corrected Angle = (00°00’30’’) (1/4) = 00°00’7,5’’

After Correction
Sudut AOB = 68°25’50’’ + 00°00’7,5’’ = 68°25’57,5’’
Sudut BOC = 48°45’25’’ + 00°00’7,5’’ = 48°45’32,5’’
Sudut COD = 135°51’25’’ + 00°00’7,5’’ = 135°51’32,5’’
Sudut DOA = 106°57’50’’ + 00°00’7,5’’ = 106°57’57,5’’

Before Correction After Correction

Face : Left

Before Correction
Sudut AOB = 359°58’55’’ – 291°35’10’’ = 68°23’45’’
Sudut BOC = 291°35’10’’ - 242°42’00’’ = 58°53’10’’
Sudut COD = 242°42’00’’ - 106°57’00’’ = 135°45’00’’
Sudut DOA = 106°57’00’’ - 0°0’0’’ = 106°57’50’’
Total Sudut = 68°23’45’’ + 58°53’10’’ + 135°45’00’’ + 106°57’50’’
= 369°58’55’’
Correction = 369°58’55’’ - 360°00’00’’ = 9°58’55’’
Corrected Angle = ( 9°58’55’’) (1/4) = 2°29’43,75’’

After Correction
Sudut AOB = 68°23’45’’ - 2°29’43,75’’ = 65°54’1,25’’
Sudut BOC = 58°53’10’’ - 2°29’43,75’’ = 56°23’26,25’’
Sudut COD = 135°45’00’’ - 2°29’43,75’’ = 133°15’16,25’’
Sudut DOA = 106°57’50’’ - 2°29’43,75’’= 104°27’16,25’’

Before Correction After Correction


VII. ANALISIS

1. Analisa Percobaan

Percobaan yang berjudul Mengukur Sudut Horizontal denga Metode


Reiterasi ini memiliki tujuan yaitu untuk mengukur sudut horizontal dengan
metode reiterasi. Dalam melakukan percobaan ini praktikan menggunakan
beberapa alat yang khusus digunakan untuk percobaann Ilmu Ukur Tanah, alat
tersebut diantaranya adalah Theodolite, leveling stuff, dan pasak. Pasak
digunakan sebagai patokan titik, pada titik-titik tersebut akan dilakukan
pengukuran besar sudut antar pasaknya, leveling stuff digunakan sebagai acuan,
dimana untuk dapat melakukan pengukuran sudut diperlukan pengoperasian
antara Theodolite dengan leveling stuff agar dapat terukur dan terbaca sudut yang
terbentuk pada tiap pasak. Yang terakhir adalah Theodolite, alat inilah yang akan
memberikan hasil pengukuran sudut. Untuk dapat memperoleh data hasil
percobaan maka dilakukan beberapa tahapan untuk menyelesaikan percobaan ini.

Yang pertama adalah pastikan seluruh alat tersedia denga lengkap dan
suda berada pada kondisi siap pakai, pilih lokasi yang akan dijadikan tempat
pengukuran. Dalam kesempatan ini, lokasi yang kami pilih adalah lapangan hijau
di belakang Engineering Center atau lebih tepatnya lapangan hijau disamping
Kantin Teknik. Kami memilih lokasi ini karena lokasi ini memenuhi standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan percobaan ini, di lokasi ini terdapat timbulan
tanah yang tidak rata, dan luas lapangan ini cukup besar, sehingga cukup
mewakili fungsi alat yang digunakan, apabila kita mengukur sudut pada area yang
kecil maka tidak perlu sampai menggunakan Theodolite. Selain itu, Theodolite ini
dapat berdiri tegak apabila ditancapkankan ke dalam tanah, lapangan ini adalah
area yang beralaskan tanah sehingga dapat dikatakan sesuai antara pengaplikasian
alat dan pemilihan tempat, sehingga tidak mempersulit atau menghambat jalannya
percobaan. Selanjutnya, tancapkan pasak ke tanah pada empat titik berbeda yang
membentuk polygon tertutup. Lakukan pembagian tugas antara mengukur dengan
Theodolite dan berdiri memegang leveling stuff agar tiap praktikan mendapat
pembelajaran yang sama. Bagi orang yang memegang leveling stuff, maka dia
akan berdiri di belakang titik pasak yang telah ditancapkan. Pastikan waterpass
pada leveling stuff telah mencapai titik pusat atau ditengah lingkaran wadah,
tujuannya untuk memastikan leveling stuff sudah berdiri tegak lurus dengan tanah
agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Pertahankan posisi eveling stuff
dan tunggu hingga pengukuran sudut selesai dilakukan. Apabila pemegang
leveling stuff bergerak maka akan sulit untuk dilakukan pengukuran dengan
Theodolite. Bagi orang yang mengoperasikan Theodolite, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah membuat nivo pada alat tersebut mencapai titik pusat atau
berada di tengah lingkaran wadah, caranya dengan memutar pengatur nivo hingga
memiliki ketinggian yang sejajar antar kedua sisi. Hal ini penting untuk dilakukan
agar hasil pengukuran yang terbaca di akhir merupakan data yang akurat. Apabila
letak penampang lensa sudah sejajar maka pengukuran denga lensa bias
dilakukan. Pertama mengukur dengan lensa kecil, arahkan alat pada leveling stuff
dan sesuaikan posisi segitiga di dalam lensa kecil agar tepat mengarah pada
leveling stuff. Kunci poisisi lensa kecil dengan memutar pengatur besar dan
kemudian pengatur kecilnya. Alihkan pandangan pada lensa besar dan sesuaikan
lagi arah alat agar dapat membaca angka yang terdapat pada leveling stuff.
Apabila penglihatan kurang focus bias diperjelas dengan mengatur pemutar
fokusnya. Pembacaan ini harus jelas agar sudut yang terbentuk juga akurat.
Apabila dirasa sudah focus maka tekan tombol hold dan catat pembacaan sudut
yang terbaca pada alat. Pengukuran sudut seperti ini dilanjutkan hingga titik B,
C, dan D hingga kembali lagi ke titik
A. Setiap kali akan mengukur sudut pada titik yang baru, selalu tekan tombol
reset untuk mengatur sudut kembali dari 0°

2. Analisa Hasil

Setelah melakukan percobaan ini maka diperoleh dua jenis pengukuran


sudut, yang pertama adalah pengukuran sudut yang searah jarum jam kemudia
yang
berlawanan arah jarum jam. Pengukuran sudut dilakukan secara akumulasi untuk
dapat melihat bagaimana hasil sudut yang terbaca saat dibandingkan dengan sudut
1 lingkaran sempurna, yaitu 360°. Berikut hasil yang diperoleh setelah dilakukan
pengolaan data :

Right :

 Total Sudut = 68°25’50’’ + 48°45’25’’ + 135°51’25’’ + 106°57’50’’


= 359°59’30’’
 Correction = 360°00’00’’ - 359°59’30’’ = 00°00’30’’

 Corrected Angle = (00°00’30’’) (1/4) = 00°00’7,5’’

 Sudut Sebelum dan Sesudah Dikoreksi :

Nama Sudut Sebelum Dikoreksi Sesudah Dikoreksi


AOB 68°25’50’’ 68°25’57,5’’
BOC 48°45’25’’ 48°45’32,5’’
COD 135°51’25’’ 135°51’32,5’’
DOA 106°57’50’’ 106°57’57,5’’

Left :

 Total Sudut = 68°23’45’’ + 58°53’10’’ + 135°45’00’’ + 106°57’50’’


= 369°58’55’’
 Correction = 369°58’55’’ - 360°00’00’’ = 9°58’55’’
 Corrected Angle = ( 9°58’55’’) (1/4) = 2°29’43,75’’
 Sudut Sebelum dan Sesudah Dikoreksi :
Nama Sudut Sebelum Dikoreksi Sesudah Dikoreksi
AOB 68°23’45’’ 65°54’1,25’’
BOC 58°53’10’’ 56°23’26,25’’
COD 135°45’00’’ 133°15’16,25’’
DOA 106°57’50’’ 104°27’16,25’’

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, pada pengukuran sudut


yang searah dengan jarum jam dan berlawanan jarum jam dapat dikatakan
memiliki ketidaktepatan yang cukup kecil, artinya praktikan cukup berhasil dalam
melakukan percobaan ini sehingga hasil yang didapat mendekati akurat, dan alat
yang digunakan dalam percobaan ini terbukti memiliki kondisi dan kualitas yang
baik.

3. Aplikasi dalam Teknik Sipil

Pengitungan sudut bidang Teknik Sipil, khususnya dalam pekerjaan


konstruksi sangatlah penting, karena dalam membangun suatu struktur dalam
bentuk yang diperuntukkan untuk fungsi apapun, dibutuhkan ketepatan
pengukuran sudut. Salah satu contoh yang sering ditemui adalah, tiang yang
berdiri menopang bangunan. Dalam pembuatannya, seorang engineer harus dapat
memastikan agar tiang ini berdiri tegak lurus dengan tanah atau lantai tempat dia
didirikan. Cara memastikan tiang ini berdiri tegak lurus adala dengan mengukur
sudut yang terbentuk antara tiang dan bidang horizontalnya, yaitu tana atau lantai.
Apabila terbaca angka 90° maka tiang sudah berdiri dengan tegak, apabila sudut
yang terbaca lebih atau kurang dari 90°, maka bangunan tersebut tidak berdiri
tegak (memiliki kemiringan). Apabila tiang ini di desain seharusnya berdiri
dengan tegak, maka dapat dikatakan bangunan ini tidak memiliki struktur yang
kuat, sehingga berpotensi membahayakan manusia yang akan menghuninya.
Dari contoh yang sederhana ini sudah dapat tergambarkan betapa
pentingnya melakukan pengukuran sudut dalam pembangunan suatu struktur.
4. Analisis Kesalahan

Selama melakukan percobaan ini dimungkinkan terjadi kesalahan, terbukti


dengan ketidaktepatan sudut akhir yang diperoleh. Kesalahan yang terjadi dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
5. Ketidaktepatan meletakkan nivo pada pusat lingkaran, sehingga lensa berada
pada posisi yang tidak sejajar
6. Ketidaktepatan posisi leveling stuff sehingga waterpass tidak berada di pusat
lingkaran
7. Ketidakfokusan dan ketidaktepatan pembacaan leveling stuff pada lensa
8. Ketidaktelitian melakukan penghitungan dalam pengolahan data
9. Kesalahan dalam melakukan pembulatan angka, sehingga hasil yang
didapatkan kurang akurat

VIII. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dan pengolahan data maka diperoleh beberapa


kesimpulan, yaitu :
1. Metode reiterasi dapat digunakan untuk mengukur sudut
2. Pengukuran sudut dapat dilakukan dengan searah maupun berlawanan arah
jarum jam, keduanya sama-sama harus memiliki total sudut 360°
3. Total sudut pada pengukura yang searah jarum jam adalah sebesar 359°59’30’’
4. Total sudut pada pengukura yang berlawanan arah jarum jam adalah sebesar
369°58’55’’
5. Koreksi sudut pada pengukuran yang searah jarum jam adalah sebesar
00°00’7,5’’
6. Koreksi sudut pada pengukuran yang berlawanan arah jarum jam adalah sebesar
2°29’43,75’’
IX. REFERENSI

Civil Engineering Department. 2015. Modul Surveying Lab Manual


Oregon Department of Transportation. 2000. Basic Surveying – Theory and Practice

X. LAMPIRAN

Pengaturan leveling stuff agar Lakukan pembacaan sudut dengan


Theodolite diatur agar letak
waterpass berada di tengah Theodolite sesuai tahapan yang
lensa sejajar
benar

Anda mungkin juga menyukai