Anda di halaman 1dari 22

Makalah

STRATEGI EKONOMI UNTUK KEMAKMURAN UMAT

Rusdi Hamka Lubis


rusdi_lubis17@mhs.uinjkt.ac.id
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Doktor Pengkajian Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017

Makalah pada mata kuliah Contemporary Islamic World

Dosen :

Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA

Prof. Dr. Sri Edi Swasono

Prof. Dr. Masykuri Abdillah

Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA

Sekolah Pascasarjana Tahun 2017

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta
DAFTAR ISI

Abstrak............................................................................................................................ 3

A. Pendahuluan ....................................................................................................... 4
B. Perumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Metodologi ......................................................................................................... 6
D. Pembahasan
1. Pengertian Strategi .......................................................................................6
2. Pengertian Ekonomi Islam ........................................................................... 7
E. Pandangan Ekonom Muslim mengenai Strategi Ekonomi Umat :
1. Abu Yusuf ..................................................................................................... 8
2. Al-Ghazali .................................................................................................... 10
3. Ibnu Taimiyah .............................................................................................. 11
4. M. Umer Chapra............................................................................................ 12
5. Pandangan Pemerintah Republik Indonesia.................................................. 12
5.1. Rencana dan Strategi ............................................................................ 12
5.2.
F. Definisi Kemakmuran Umat .............................................................................. 16
G. Analisis Kritis Perekonomian saat ini................................................................. 17
H. Kesimpulan ......................................................................................................... 18
I. Referensi ............................................................................................................. 18
J. Plagiarism scan report ........................................................................................ 19

2
Abstrak:
Penduduk Indonesia berjumlah sekitar 261 juta jiwa lebih dan mayoritas beragama
Islam. Sedangkan tingkat kemiskinan sebesar 10.64%. Hal ini secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kondisi perekonomian umat masih berada dalam posisi di bawah garis
kemiskinan.
Tema Strategi Ekonomi untuk kemakmuran Umat ini mengkaji permasalahan
ekonomi ummat saat ini, khususnya permasalahan tingkat kemiskinan. Banyak pengamat
mengemukakan bahwa pengembangan ekonomi umat terkendala oleh struktural. Dipandang
perlu perubahan konsep struktural agar memudahkan mereka dalam mengembangkan usaha.
Bilamana pengembangan pemberdayaan ekonomi terwujud, akan ada daya saing tinggi
sehingga dapat meningkatkan perekonomian.
Pandangan para ekonom klasik dan kontemporer menyatakan pendapat dan
mengembangkan pemikiran ekonomi untuk menjadi maslahat bagi umat.

Keywords : Strategi, Ekonomi Islam, Kemakmuran, Kesejahteraan


A. Pendahuluan

Tantangan terbesar bagi negara-negara dunia ketiga adalah masalah kemiskinan,


termasuk Indonesia. Kesenjangan yang terus-menerus terjadi sejak tahun 1960-an hingga
puncak krisis ekonomi pada tahun 1997 sampai 1998 menyebabkan kemiskinan terus
menjadi problematika yang tak kunjung selesai. Kondisi ini menjadikan daya saing
Indonesia melemah terhadap dunia internasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei pada Maret 2017, Jumlah penduduk
miskin di Indonesia sebanyak 27.77 juta jiwa atau 10.64 persen dari total jumlah penduduk
Indonesia. Hasil survei ini menunjukkan penduduk miskin bertambah 6,90 ribu jiwa bila
dibandingkan dengan hasil survei September 2016. Bila dicermati dari data yang dirilis,
penduduk miskin didominasi penduduk pedesaan yaitu 17.10 juta jiwa atau 13.93 persen dari
total penduduk di desa. Adapun penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar10.67 jiwa
atau 7.73 persen dari total penduduk kota1.

1
Badan Pusat Statistik “Laporan Bulanan Ekonomi September 2017” www.bps.go.id

3
Sumber : Data BPS maret 2017 www.bps.go.id

Banyak hal yang menjadi kendala perekonomian diantaranya tingkat kemiskinan


masih menghantui bangsa ini. Ini fakta bahwa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan tahun
2008 masih menyisakan pekerjaan rumah yang belum kunjung selesai. Pengaruh dari krisis
tersebut : pertama, masih melambungnya harga berbagai jenis barang yang dibutuhkan oleh
produsen dan konsumen, terutama sembilan bahan pokok. Kedua, kebijakan pemerintah
mencabut subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan dalih subsidi tidak tepat
sasaran menyebabkan para pengusaha angkutan umum bus kota, angkot, dan taksi serta jasa
antar ojek (sepeda motor) mengalami penurunan pendapatan dan mengurangi laba bagi
pengusaha dan para sopir. Untuk menyesuaikan kenaikan harga BBM tersebut, beberapa
pengusaha angkutan umum menaikkan tarifnya secara sepihak. Tindakan seperti ini
sepertinya akan memberatkan para konsumen pengguna jasa angkutan. Ketiga,
permasalahan distribusi. Jalur distribusi barang dan jasa yang panjang akan mengakibatkan
tingkat harga barang menjadi tinggi dan mahal ketika sampai ke tangan konsumen.
Pemerintah sebagai regulator seyogyanya mencari jalan pintas untuk dapat menyelesaikan
masalah kenaikan harga karena distribusi yang terlalu panjang seperti sekarang ini.
Keempat, masalah birokrasi juga masih menjadi penghambat jalannya perekonomian,
diantaranya masalah itu adalah perizinan. Seringkali perizinan terutama izin usaha tidak
punya landasan serta petunjuk dan teknis yang jelas. Belum lagi masalah biaya yang tidak

4
ada acuan dan banyaknya oknum calo dilingkungan pemerintah dengan dalih membantu
proses tetapi hanya sekedar mencari celah supaya mendapat tambahan penghasilan.
Terakhir, pungutan liar meskipun sudah mulai berkurang tapi belum hilang sama sekali.
Masih banyak produsen dan konsumen yang mengeluhkan ada saja pungutan liar. Pungutan
liar ini tentu berdampak negatif bagi perekonomian. Beban akan bertambah bila pungutan
liar ini masih ada.

Bila mencermati permasalahan perekonomian diatas, maka pemberdayaan ekonomi


masyarakat adalah salah satu strategi menghadapi kemiskinan. Hal ini mendorong penduduk
miskin untuk bersama-sama terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam
menanggulangi kemiskinan yang mereka alami. Masyarakat miskin dijadikan subjek dalam
pemberdayaan, yang mana persepsi pemberdayaan selama ini selalu masyarakat miskin
dijadikan objek. Indikator telah berdayanya masyarakat miskin dapat dilihat dari semakin
luasnya lapangan kerja yang dapat mereka ciptakan sendiri secara kolektif dan akan
menambah penghasilan bagi mereka. Meringankan biaya konsumsi, serta meningkatnya
kualitas hidup serta dapat mengelola pembangunan.

B. Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah Kemiskinan adalah tantangan


besar negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia serta adanya peningkatan rasio
kemiskinan menurut data Badan Pusat Statistik melalui laporan survey tahun 2017 Maka
pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi pemberdayaan ekonomi Islam terhadap permasalahan


perekonomian untuk mewujudkan kemakmuran umat di Indonesia?
C. Metodologi Penelitian

Penulis makalah ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan cara


pendekatan kajian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya persepsi, perilaku, tindakan dan
lainnya2 atau penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi
atau kejadian-kejadian.3 Fenomena yang dimaksud adalah kondisi perekonomian umat Islam

2
Meleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif . Edisi Revisi. Bandung : PT Rosda Karya hal 6
3
Sumadi Suryabrata, 2002, Metodologi penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 18

5
Indonesia dan strategi ekonomi Islam untuk kemakmuran umat di Indonesia selanjutnya
mendeskripsikan fenomena tersebut dalam bentuk kata-kata atau bahasa secara holistik.

D. PEMBAHASAN
1. Pengertian Strategi

"strategi" adalah Kata turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos. Adapun
stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi Athena.
Strategi dapat diartikan sebagai pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan ide maupun gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu. 4

Menurut A S Hornby yang dimaksud strategi adalah, “a plan designed for a


particular purpose” yang dapat diartikan bahwa strategi adalah Sebuah rencana yang
dirancang untuk tujuan tertentu. Jadi menurut hemat penulis bahwa kata strategi bila
disandingkan dengan kata ekonomi akan memiliki makna “suatu bentuk perencanaan yang
disusun untuk mencapai tujuan-tujuan dalam suatu kegiatan ekonomi”.

2. Pengertian Ekonomi Islam

Pamor serta kekuasaan Institusi gereja (kristen) menurun secara drastis setelah
adanya revolusi ilmu pengetahuan yang terjadi di Eropa sejak abad ke-16 Masehi. Penyebab
utamanya adalah karena dogma yang dipegang teguh dan diajarkan oleh tokoh-tokoh gereja
bertentangan dengan temuan fakta-fakta yang dihasilkan ilmu pengetahuan.5 Diantara titik
balik itu adalah ketika Copernicus menggugat dogma gereja yang mengatakan bumi adalah
pusat alam semesta, dan matahari berputar mengelilingi bumi. Hasil penelitian astronomi
ketika itu malah menemukan fakta sebaliknya dari dogma.

Proses sekulerisasi di dunia Eropa-Barat dalam segala bidang tidak terkecuali ilmu
pengetahuan. Hasilnya lahirlah pengetahuan yang bersifat positivistik. Artinya tugas ilmu
pengetahuan hanya menjelaskan fakta apa adanya (hubungan antarvariabel) dan meramalkan
kejadian di masa yang akan datang dengan teori yang mereka miliki. Saat itu belum ada
pertanyaan normatif “apa yang terbaik” atau apa yang seharusnya dilakukan. Inilah yang
dikenal dengan semangat renaissance-humanisme (kebangkitan manusia) di Eropa Barat.

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi
5
Adiwarman Karim,2008. Ekonomi Mikro Islami. Raja Grafindo, hal 27

6
Bila kita telaah paradigma yang menjadi dasar ekonomi konvensional dengan
paradigma yang mendasari ekonomi Islam, terlihat keduanya tidak akan pernah
dikompromikan, karena masing-masing berbeda pandangan dunia (world view). Ekonomi
konvensional bersifat sekuler atau hanya melihat serta berorientasi hanya pada kehidupan
duniawi), sama sekali tidak memasukkan keyakinan kepada tuhan serta tanggung jawab
manusia kepada tuhan di akhirat nanti. Disinilah pada kesimpulan bahwa ekonomi
konvensional bebas nilai (Posivistik).

Salah satu aspek utama kehidupan yang tidak akan lepas dari manusia adalah aspek
ekonomi. Proses yang terjadi dalam hal tukar-menukar dengan kesepakatan tertentu
menciptakan sistem yang kemudian kita sebut dengan transaksi perekonomian. Transaksi
tersebut tidak lain adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pola pikir dan
pandangan alam (worldview) individu tersebut yang akan menentukan Tindakan individu
dalam perekonomian secara khusus, maupun tindakan dalam bidang lainnya secara umum.
Islam sebagai agama yang Universal telah mengatur dan memberikan pola tindakan
yang benar dalam menjalankan kehidupan, baik secara sosial, budaya, dan ekonomi. Akan
tetapi, era saat sekarang ini masyarakat global telah teracuni oleh pandangan (worldview)
Barat yang bersifat kapitalis, dan imperialis. Tidak banyak yang memahami konsep
kehidupan Islami dan tidak banyak pula yang memiliki worldview yang Islami pada sisi
inilah kenapa pandangan barat lebih dominan pada dunia Islam.
Ekonomi Islam atau bisa juga disebut Ekonomi Islami adalah pandangan ekonomi
yang di dalamnya dan tujuannya mengikuti cara Islam mengatur kehidupan perekonomian
dengan apa yang dimiliki dan ditujukan (maqa>sid Syariah), yaitu tentang ketelitian cara
berpikir yang terdiri atas nilai-nilai moral Islam dan nilai-nilai ilmu ekonomi atau nilai-nilai
sejarah yang berhubungan dengan permasalahan perekonomian maupun yang berhubungan
dengan uraian sosial masyarakat. Ada juga pendapat bahwa ekonomi Islam merupakan
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-Qur’an dan al-Sunnah dan
merupakan bangunan perekonomian yang didirikan atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai
dengan lingkungan dan masanya. Atau sebagai ilmu yang mengarahkan kegiatan ekonomi
dan mengaturnya sesuai dengan dasar-dasar dan siasat ekonomi Islam. 6

6
Dian Iskandar Jaelani, Pemberdayaan Ekonomi Umat, Sebuah Upaya dan Strategi Jurnal Eksyar, Volume 01,
Nomor 01, Maret 2014: 018-034 hal 26

7
E. Pandangan Ekonom Muslim tentang Strategi Ekonomi Islam :
1. Pandangan Ekonomi Abu Yusuf (113-182H/731-798M)

Abu Yusuf atau yang bernama lengkap Ya’qub bi Ibrahim bin Habib bin Khunais bi
Sa’ad Al-Anshari Al-Jalbi Al-Kufi Al-Baghdadi, dilahirkan di Kufah pada tahun 113 H (731
M) dan wafat di Baghdad tahun 182 H (798 M). Abu Yusuf adalah murid Abu Hanifah
selama tujuh belas tahun. Dalam aktivitas belajar dan mengajarnya beliau menghasilkan
banyak karya. Beberapa karyanya : Al-Jawami’ ar-Radd’ala Siyar al-Auza’i, al-Atsar,
Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila, Adab al-Qadhi, dal al-Kharaj.

Menurut Abu Yusuf kebutuhan rakyat dan pengembangan berbagai proyek


infrastruktur yang berorientasi kepada kesejahteraan umum adalah prioritas utama. Beliau
mengatakan bahwa negara atau pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memenuhinya
agar dapat mengusahakan atau meningkatkan produktivitas lahan/tanah, kemakmuran rakyat
serta pertumbuhan ekonomi. Ia berpendapat bahwa semua biaya yang dibutuhkan bagi
pengadaan proyek publik, harus ditanggung oleh negara. Pemikiran syekh Abu Yusuf yang
bersinggungan dengan pengadaan barang-barang yang dibutuhkan oleh publik tersebut jelas
menyatakan bahwa proyek irigasi sungai-sungai besar atau bendungan yang manfaatnya
digunakan untuk kepentingan umum harus dibiayai oleh negara atau pememerintah. Abu
Yusuf berpendapat agar negara menunjuk pejabat atau penanggung jawab yang jujur dan
amanah dalam berbagai tugas pemerintahan untuk melayani publik.7

Abu Yusuf juga mengatakan bahwa negara harus memberikan ujrah (upah) dan
jaminan hari tua untuk dipergunakan di masa pensiun mereka dan keluarganya yang telah
mengabdi dan berjasa dalam menjaga wilayah negara atau mendatangkan sesuatu yang baik
dan bermanfaat bagi kaum muslim dan masyarakat keseluruhan.

Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf ada pada masalah keuangan publik. Beliau
memiliki daya observasi dan analisis yang tinggi. Menguraikan permasalahan keuangan dan
menunjukkan beberapa kebijakan yang harus diadopsi bagi kesejahteraan rakyat seperti
Prinsip canons of taxtion telah ditelurkan oleh buah pikiran Abu Yusuf. Prinsip tersebut
antara lain : kesanggupan membayar pajak, pemberian waktu yang longgar, bagi pembayar

7
https://www.kompasiana.com/aurits/relevansi-pemikiran-ekonomi-islam-abu-yusuf_55842b0ce122bda20e8b4569

8
pajak, dan sentralisasi pembuatan keputusan dalam administrasi pajak. Sebelum dunia barat
mempelajari keuangan publik secara sistematis sebagaimana yang kita lihat perkembangan
pengetahuan sekarang di dominasi oleh mereka, Abu Yusuf telah banyak menganalisis
tentang kemampuan untuk membayar pajak dan kenyamanan dalam hal membayar pajak.
Tentang penetapan pajak, Abu Yusuf cenderung menyetujui pemerintah atau negara
mengambil sebahagian dari hasil pertanian dari para penggarap daripada menarik sewa dari
lahan pertanian. Cara ini dianggap lebih adil dan sepertinya akan memberikan kontribusi
hasil produksi yang lebih besar tentunya dengan memberikan kemudahan dalam
memperluas tanah garapan pertanian atau dengan kata lain, ia lebih merekomendasikan
penggunaan sistem Muqasamah (Proporsional Tax) daripada sistem Misahah (fixed Tax)
yang telah lama berlaku sejak masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab hingga
periode awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

2. Pandangan Ekonomi Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)

Al-Ghazali atau Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Tusi Al-Ghazali yang
lahir di sebuah desa di Tus di daerah Khurasan Iran. Sumbangan besar yang telah dia berikan
adalah pengembangan dan pemikiran dalam dunia Islam. Dia mempunyai pemikiran tentang
fungsi kesejahteraan sosial Islam. 8

Konsep Maslahat atau kesejahteraan sosial atau utilitas adalah sebuah konsep yang
beliau bangun untuk yang berkaitan dengan urusan manusia, tidak saja urusan ekonomi dan
sosial tetapi mencakup segala yang berkaitan dengan individu dan masyarakat.

Bila diperhatikan pemikiran ekonomi al-Ghazali didasarkan pada pendekatan


tasawuf karena pada masa itu orang-orang kaya, sangat berkuasa, dan sarat prestise sehingga
sulit menerima pendekatan fiqh dan filosofis. Corak pemikiran ekonominya dipaparkan
dalam kitab-kitabnya Ihya’Ulum ad-Din, al-Mustasfa, Mizan Al-‘Amal, serta al-Tibr al-
Masbuk fi Nasihat al-Muluk9.

Menurut Al-Ghazali bahwa kesejahteraan dari suatu masyarakat tergantung kepada


usaha dan pemeliharaan terhadap lima tujuan dasar : Pertama adalah Agama, Kedua Jiwa
atau Hidup, ketiga keluarga dan keturunan Keempat Harta dan Kekayaan , sedangkan
kelima Aqal atau intelek . penjelasan tentang ini Al-Ghazali memberikan point penting
8
Adiwarman Karim, 2008, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 314
9
Lilik Rahmawati, Konsep Ekonomi Al-Ghazali, Jurnal Maliyah, Vol. 02, No. 01, Juni 2012 hal 332

9
bahwa kebaikan dunia ini dan akhirat merupakan tujuan utama. Dia menyimpulkan kerangka
segala aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosial dalam sebuah hirarki utilitas individu
yang tripatrit meliputi kebutuhan : pertama : Kebutuhan (daruriyat), kedua : Kesenangan
dan kenyamanan (hajiyat), ketiga: Kemewahaan (tahsiniyat).

Al-Ghazali juga berpendapat bahwa perkembangan ekonomi sebagai bagian dari


tugas-tugas kewajiban sosial (fard al-Kifayah) yang sudah menjadi ketetapan Allah :
bilamana hal ini tidak terpenuhi, kehidupan dunia akan runtuh dan kemanusiaan akan binasa.

3. Pandangan ekonomi Ibnu Taimiyah (661-728 H/1263-1328 M)

Ibnu Taimiyah bernama lengkap Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim lahir di kota
Harran pada 22 Januari 1263 M (10 Rabiul Awwal 661 H). Beliau terlahir dari keluarga
ulama besar mazhab Hanbali.

Pemikiran ekonomi ibnu Taimiyah banyak diambil dari karya-karyanya antara lain :
Majmu’ fatawa syaikh al-Islam, as-Siyasah asy-Syari’iyyah fi Islah ar-Ra’i wa ar-Ra’iyyah
dan al-Hisbah fi al-Islam.

Konsep Harga yang Adil

Pada kitab Majmu’ Fatawa Syaikh al- Islam, Ibnu Taimiyah menaruh perhatian
khusus terhadap permasalahan harga yang adil. Istilah yang sering dipakai oleh Ibnu
Taimiyah terkait harga yang adil adalah kompensasi yang setara (‘iwadh al-mitsl)
sedangankan harga yang setara (tsaman al-mitsl). Pernyataan beliau ;

“kompensasi yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan inilah
esensi keadilan (nafs al-‘adl) 10

Pada kitab al-Hisbah fi al-Islam, Ibnu Taimiyah menbedakan antara dua jenis harga,
yakni harga yang tidak adil dan dilarang serta harga yang adil dan disukai. Menurutnya
harga yang setaralah harga yang adil, sehingga kedua istilah ini sering beliau pergunakan
secara bergantian.

Kompensasi yang setara tidak sama dengan harga yang adil. Persoalan tentang
kompensasi yang adil atau setara muncul ketika mengupas persoalan kewajiban moral dan
hukum.
10
Adiwarman Karim, 2008, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, RajaGrafindo, Jakarta, hal 358

10
Konsep Upah yang Adil

Menurut Ibnu Taimiyah konsep Upah yang Adil mengacu pada tingkat harga yang
berlaku di pasar tenaga kerja (ta’sir fil a’mal) dan menggunakan istilah upah yang setara
(ujrah al-mitsl)11

Upah yang setara diatur dengan menggunakan aturan yang sama dengan harga yang
setara. Tingkat upah ditentukan oleh tawar menawar antara pekerja dengan pemberi kerja.
Dengan kata lain pekerja diberlakukan sebagai barang dagangan yang harus tunduk pada
hukum ekonomi tentang permintaan dan penawaran. Dalam kasus pasar yang tidak
sempurna, upah yang setara ditentukan ditentukan dengan menggunakan cara yang sama
sebagai harga yang setara. Pada posisi ini pemerintah mengambil peran menetapkan harga
yang setara.

Pada kitabnya Tentang upah yang setara ditentukan, Ibnu Taimiyah menjelaskan,

“Upah yang setara akan ditentukan oleh upah yang diketahui (musamma) jika ada,
yang dapat menjadi acuan bagi kedua belah pihak. Seperti halnya dalam kasus jual
atau sewa, harga yang telah diketahui (tsaman musamma) akan diperlakukan sebagai
harga yang setara”

4. Pandangan ekonomi M. Umer Chapra

M. Umer Chapra adalah seorang ekonom kelahiran Pakistan, pada 1 Februari 1933.
Dia meneruskan pendidikan strata satu dan magister di Karachi, Pakistan. Kemudian meraih
gelar Ph.D pada bidang ekonomi pada tahun 1961 dengan predikat cum laude di Universitas
Minnesota, Minneapolis,Amerika Serikat.12
Karya pemikiran ekonomi Chapra dituliskan dalam buku yang berjudul The
Economic System of Islam: A Discussion of Its Goals and Nature, buku ini ditulis saat aktif
melakukan penelitian kajian yang sistematis terhadap gagasan- gagasan dan prinsip-prinsip
tradisi islam untuk mewujudkan sistem ekonomi yang sehat pada lembaga Central Institute
of Islamic Research. Kemudian pada bukunya Islam and The Islamic Challenge yang
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Islam dan Tantangan
Ekonomi“ M. Umer Chapra menjelaskan bahwa setiap individu pelaku ekonomi sudah pasti

11
Ibid
12
Anindya Aryu Inayati , Pemikiran M. Umer Chapra, Jurnal Ekonomi Islam Vol. 2, No. 1, Desember 2013

11
didominasi dengan worldview (pandangan) maupun asumsinya mengenai alam, dan hakikat
kehidupan manusia di dunia. Chapra menawarkan tiga strategi solusi bagi permasalahan-
permasalahan ekonomi yang dialami negara-negara muslim. Antara lain: 1) mekanisme filter
terhadap kepentingan penggunaan sumber daya langka, sehingga tercipta efisiensi. 2) sistem
motivasi penggunaan agar sesuai dengan mekanisme filter. 3) rekonstruksi sosioekonomi
yang akan menegakkan kedua elemen sebelumnya dan mengaktualisasikan hayatan
thayyibatan.

5. Pandangan Pemerintah Republik Indonesia


1. Rencana dan Strategi Ekonomi Pemerintah

Secara umum aktivitas perekonomian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan


kemakmuran dan kesejahteraan melalui penciptaan kemajuan di berbagai bidang. Meski
bersifat multidimensi faktor ekonomi nampak menjadi sebuah determinan. Indikator
kemajuan ekonomi yang paling sering dijadikan tolak ukur adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi (growth rate) yang tinggi, diwakili angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB).

Demi mencapai kemajuan ekonomi yang tangguh dan kemakmuran umat yang
berkesinambungan sebuah keniscayaan terhadap perkembangan (development) seluruh aspek
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, disamping itu perlu regulasi yang jelas dan
terukur, kelembagaan, dan yang tidak kalah penting dari semua itu adalah Sumber Daya
Insani yang tangguh baik dalam ilmu pengetahuan (iptek) dan iman dan takwa (imtak).

Untuk mencapai tujuan kemakmuran umat diperlukan strategi yang tepat. Strategi
menjadi koridor bagi berbagai langkah sistematis yang konsisten untuk mencapai tujuan
ataupun visi dan misi membangun perekonomian. Didalamnya tersusun prioritas-prioritas
yang harus dilaksanakan sebagai kunci keberhasilan dengan mempertimbangkan segala
sumberdaya internal dan eksternal yang ada. Strategi pembangunan nasional sejak era orde
baru dikenal dengan Trilogy Pembangunan, yang terdiri dari Pertumbuhan, Pemerataan, dan
Stabilitas. Penekanan ditetapkan secara dinamis sesuai dengan situasi dan kondisi aktual
yang dihadapi. Perujudan jaminan keadilan ekonomi ditempuh melalui 8 (delapan) jalur
pemerataan.13

13
Syahrituah Siregar, “Strategi Pembangunan Daerah dengan pendekatan Total Faktor Productivity”

12
Pemerintahan Jokowi saat ini menetapkan strategi pembangunan Indonesia 2014-
2019 dengan program prioritas14 :

1. Perubahan Fokus anggaran 2015 untuk mencapai sasaran :


a. Meningkatkan fiscal space bagi program-program yang lebih produktif:
 Meningkatkan penerimaan pajak dan PNBP;
 Efesiensi belanja dengan penghematan belanja perjalanan dinas untuk
direlokasikan kepada kegiatan yang lebih prioritas dan lebih produktif sesuai
usulan K/L (refocusing).
b. Meminimalkan kerentanan fiskal akibat fluktuasi harga minyak mentah dan nilai
tukar :
 Reformasi subsidi BBM dengan skema kebijakan Fixed Subsidy untuk solar
dengan subsidi maksimum Rp.1000/liter untuk setiap level harga dan
kebijakan harga keekonomian yang ditetapkan pemerintah untuk premium.
c. Memperbaiki postur anggaran APBN agar lebih produktif dan berkualitas dalam
mendukung pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan
dalam Nawacita dan Trisakti.
 Pengalokasian penambahan anggaran untuk berbagai program prioritas
(sesuai visi serta misi pemerintah) meliputi dukungan sektor pendorong
pertumbuhan (pangan, maritim, pariwisata, energi, dan industri) pemenuhan
kewajiban dasar (pendidikan, kesehatan dan perumahan), pengurangan
kesenjangan antar kelas pendapatan serta antar wilayah, pembangunan
infrastruktur konektivitas.
2. Peningkatan pendapatan pajak melalui ekstensifikasi (meningkatkan jumlah
pembayar pajak), ada 3 (tiga) intensi yang diberikan presiden kepada direktorat
jenderal (dirjen) pajak untuk mendorong peningkatan pendapatan pajak yaitu :
a. Peningkatan kompensasi;
b. Peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia;
c. Perlindungan hukum.
3. Peningkatan anggaran infrastruktur

14
Presiden RI, “Strategi Pembangunan Nasional 2014-2015”

13
Anggaran Pendapatan Belanja Negara – Perubahan (APBN-P) tahun 2015
mengalokasikan sebesar Rp. 290 Trilyun anggaran infrastruktur, lebih dua kali lipat
dari anggaran subsidi energi
4. Peningkatan anggaran Pembangunan Manusia
 Sebelumnya Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2015
mengalokasikan untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(KEMENDIKBUD) sebesar Rp. 46,8 Trilyun, sedangkan pada APBN-P
sebesar Rp. 53,3 Trilyun.
 Sebelumnya Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2015
mengalokasikan untuk Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
(KEMENRISTEK DIKTI) sebesar Rp. 42,3 Trilyun, sedangkan pada APBN-
P sebesar Rp. 43,6 Trilyun.
 Sebelumnya Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2015
mengalokasikan untuk Kementerian Agama (KEMENAG) sebesar Rp. 56,4
Trilyun, sedangkan pada APBN-P sebesar Rp. 60,3 Trilyun.
 Sebelumnya Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2015
mengalokasikan untuk Kementerian Kesehatan (KEMENKES) sebesar Rp.
47,6 Trilyun, sedangkan pada APBN-P sebesar Rp. 51,3 Trilyun.

5. Mendorong investasi baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri.


a. Realisasi investasi per 31 Maret 2015 mencapai Rp 124.6 trilyun, naik sekitar
16.9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 3.5% dibandingkan
triwulan IV 2014.
b. Pencapaian tersebut cukup baik jika memperhitungkan perekonomian dunia
dan domestik yang sedang melambat saat ini.
c. Peningkatan investasi ini mengindikasikan prospek pertumbuhan yang akan
membaik dimasa mendatang
d. Salah Satunya Melalui Kemudahan Perizinan Untuk Investasi

Mencermati laporan IMD World Competitiveness Centre 2017 dengan strategi yang
telah dibuat dan disusun oleh presiden diatas dan setelah dua tahun lebih pemerintahan
kabinet kerja ini bekerja, terlihat ada kemajuan yang sedikit menggembirakan dengan
bergesernya rangking Indonesia dari posisi 48 pada tahun lalu tergerek naik ke posisi 42

14
meskipun sebenarnya ini posisi yang sama pada tahun 2015 yang lalu. Semoga saja ini tren
untuk dapat kembali pada posisi di masa pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2014
yang pada saat itu bisa menempati posisi ke 37 dari 63 negara yang disurvey15.

F. Definisi Kemakmuran Umat

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa kemakmuran


nasional itu apabila semua harta milik dan kekayaan potensi yang dimiliki negara untuk
keperluan seluruh rakyat; atau bila keadaan kehidupan negara yang rakyatnya merasakan
serta memperoleh kebahagiaan lahir dan bathin, inilah pentingnya terpenuhi kebutuhan
hidupnya;16

Dari penjelasan singkat tentang kemakmuran rakyat diatas penulis memandang


bahwa ukuran kemakmuran umat adalah pengelolaan harta milik negara dengan seluruh
potensinya demi untuk rakyat dan dengan terpenuhinya kebutuhan rakyat maka rakyat akan
bahagia.

Di dalam Al-Qur’an, istilah kemakmuran sepadan dengan istilah “falāh”. Falāh


(aflah, yuflihu) memiliki arti menyuburkan, membuat bahagia, mencapai kesuksesan atau
keberhasilan. Setelah ditelaah lebih dalam khususnya dalam kontek ekonomi islam
keberadaan falah ini menjadi sebuah prinsip dasar, namun kalau hal itu menjadi tujuan maka
akan timbul menjadi sebuah penegasan. hemat penulis falah bukanlah suatu tujuan namun
falah merupakan salah satu instrumen yang perlu untuk mencapai tujuan. tujuannya yaitu
mardotillah. sehingga jelas bahwa manusia itu rakhmatan lil alamin yang mampu bercirikan
akhlaqul karimah dengan muara insan kamil. dalam kegiatan ekonomi, sosial, budaya,
politik, dan hal lainnya keberadaan falah ini terkadang hanya dilihat dari sisi material saja,
hal ini menjadi paradoks ketika misalnya seorang manusia berbahagia akibat kesengsaraan
yang di deritanya, namun jelas dalam hal ini tidak ada manusia yang menginginkan
kesengsaraan makanya diharuskan untuk berusaha.

15
http://www.imd.org/wcc/world-competitiveness-center-rankings/world-competitiveness-yearbook-ranking/
16
https://www.kbbi.web.id/makmur

15
G. Analisis Kritis Perekonomian Umat Islam Saat ini

Konsep pemberdayaan sebenarnya lahir sebagai suatu antitesis terhadap model


pembangunan dan model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas.
Konsep ini dibangun dari kerangka logika sebagai berikut17 :

1. Bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan penguasaan faktor


produksi,
2. Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan
masyarakat yang pengusaha pinggiran,
3. Bahwa Kekuasaan kapan pun akan membangun bangunan (infrastruktur atau sistem
pengetahuan, sistem politik, sistem legal/hukum, dan ideologi manipulatif untuk
memperkuat dan melegitimasi,
4. Koopotasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik, dan ideologi, secara
sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya
dan masyarakat tunadaya.

Dinamika diatas pada akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu sebagian
manusia yang berkuasa dan sebagian lagi yang dikuasai. Untuk membebaskan kondisi dan
situasi tersebut maka harus dengan proses pemberdayaan bagi mereka yang dikuasai atau
disebut empowerment of the powerless.

Penulis berpandangan bahwa Tantangan yang akan dihadapi cukup berat untuk
memperkuat struktur perekonomian baik di regional maupun nasional. Prioritas pembinaan
pengusaha mikro dan kecil harus lebih diarahkan agar dapat meningkatkan taraf usaha
menjadi menengah. Walaupun kita mengerti bahwa pengembangan usaha mikro dan kecil
(UMK) menghadapi beberapa masalah serta kendala seperti tingkat kemampuan dasar (basic
skill), ketrampilan, keahlian, kewirausahaan, manajemen sumber daya manusia, pemasaran
dan keuangan. Pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik karna
Lemahnya kemampuan manajerial dan Sumber Daya Insani. Secara lebih menjurus, masalah
pokok yang dihadapi masyarakat adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh
kesempatan atau peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam

17
Mardi Yatmo Hutomo. “Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi’’
Makalah Seminar Sehari Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan Bappenas, tanggal 6 Maret
2000 di Jakarta-red hal 1

16
capital atau struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-
sumber permodalan karena banyak hal. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan
manajemen Sumber Daya Insani. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar
pengusaha kecil yang diback up teknologi (sistem informasi pemasaran). Kelima, kurang
kondusifnya iklim usaha, disebabkan persaingan yang saling mematikan. Keenam,
pembinaan yang telah dilaksanakan dirasakan masih kurang holistik dan kurangnya
kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha mikro dan kecil.

2. Kesimpulan

Mengambil hikmah pandangan ekonomi dari tokoh-tokoh ekonom muslim klasik


dan kontemporer serta menelisik kebijakan ekonomi pemerintah saat ini maka penulis
melihat bahwa Suatu masyarakat dikatakan berdaya jika memiliki strategi berikut ini
berikut ini :

1. Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan perekonomian


yang stabil.
2. Memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
3. Memiliki kemampuan dalam hal menghadapi segala ancaman dan serangan dari
internal maupun eksternal.
4. Memiliki kemampuan berkreasi dan berinovasi dalam mengaktualisasikan diri dan
menjaga ko-eksistensinya bersama bangsa dan negara lain.

Relevansi Pemikiran Tokoh-tokoh Ekonomi dengan pelaksanaan pembangunan


Pemberdayaan ekonomi umat dalam mengentaskan kemiskinan dapat dilihat dari tiga sisi:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat


berkembang. Titik tolak pemikirannya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, dan
setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya.
2. Menjadikan semakin kuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu. Untuk
menguatkan potensi ekonomi umat ini, upaya yang sangat perlu dan pokok adalah
peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta terbukanya kesempatan untuk
memanfaatkan peluang-peluang ekonomi.

17
3. Mengembangkan dan memberdayakan ekonomi umat juga mengandung arti
melindungi rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat dan tidak
seimbang serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang mapan atas yang
lemah. Upaya melindungi ekonomi rakyat tersebut tetap dalam rangka proses
pemberdayaan dan pengembangan sebagai prakarsanya.

Melalui langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar pertumbuhan ekonomi


umat berlangsung secara cepat. Strategi utama berpusat pada upaya untuk mendorong
percepatan kinerja dan perubahan struktural yang selanjutnya dapat memperkuat kedudukan
dan peran ekonomi umat dalam perekonomian nasional.

Daftar Pustaka

Anindya Aryu Inayati, “Pemikiran ekonomi M. Umer Chapra” Pascasarjana Universitas


Muhammadiyah Surakarta Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 2, No. 1, Desember 2013
Badan Pusat Statistik “Laporan Bulanan Ekonomi September 2017” www.bps.go.id
Meleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif . Edisi Revisi. Bandung : PT
Rosda Karya hal 6
Marcellus, Ikeanyibe Okey, 2003-2007 Development Planning in Nigeria: Reflections
on the National Economic Empowerment and Development Strategy (NEEDS)
Department of Public Administration and Local Government Studies, University
of Nigeria, Nsukka, Nigeria
Sumadi Suryabrata, 2002, Metodologi penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 18
Raihanah Daulay, “”Pengembangan Usaha Mikro Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat
Islam Di Kota Medan”, miqot vol. Xl no. 1 januari-juni 2016
Swasono, Sri-Edi Prof. Dr. “Kemandirian Ekonomi: Menghapus Sistem Ekonomi
Subordinasi Membangun Ekonomi Rakyat “ makalah pada Kongres Kebudayaan
V, Bukittinggi, tgl 20– 22 Oktober 2003-red.
Kurniawati, Tri , 2003 “Analisis Dan Pilihan Strategi: Membangun Esksistensi
Perusahaan Di Masa Krisis” Jurnal Ekonomi Bisnis Th14 No.3 Sfakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
Referensi Website
http://www.bps.go.id Data BPS maret 2017 diakses pada tanggal 18 Nov 2017
http://www.imd.org/wcc/world-competitiveness-center-rankings/world competitiveness-
yearbook-ranking/ diakses pada tanggal 18 Nov 2017
https://www.kompasiana.com/aurits/relevansi-pemikiran-ekonomi-islam-abu-
yusuf_55842b0ce122bda20e8b4569 diakses pada tanggal 18 Nov 2017

18
LEMBAR HASIL CEK PLAGIARISME PADA :
https://smallseotools.com/plagiarism-checker/

19
20
21
Plagiarism Scan Report
Discription Unique Plagiarism Amount
Bab I 95 5 100
Bab II 100 0 100
Bab III 83 17 100
Bab IV 100 0 100
total of Result 378 22 400
Percent 94,5% 5,5%

22

Anda mungkin juga menyukai