Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi secara umum yaitu suatu proses mencari data infomasi tentang objek atau
subjek yang dilaksanakanuntuk tujuan pengambilan keputusan terhadap objek atua subjek
tersebut. Evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yakni evaluasi
pembelajaran, yang digunakan unutk menentukan tingkat penguasaan tentang materi
pembelajaran siswa. Yang kedua evaluasiprogram yaitu untuk menentukan tingkat
ketercapaian program terhadap tujuan yang telah ditetepkan dan yang terakhir evaluasi
system yang kegunaannya adalah untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan lembaga dan
komitmen kepemimipinan para pengelolanya terhadap tujuan pokok dan fungsi lembaga
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Hakikat dari Model Evaluasi?
2. Model-model apa yang digunakan dalam evaluasi program?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apakah hakikat dari model evaluasi
2. Untuk Mengetahui model-model apa yang digunakan dalam evaluasi program

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Evaluasi Program

Keberadaan evaluasi program secara konsep terintegrasi dengan evaluasi pendidikan


pada umumnya. Hal ini dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan bagian penting dalam
proses belajar mengajar yang lokasinya berada di kelas dengan guru sebagai aktor utama
bersama peserta didik.1

Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar di kelas


antara guru dengan peserta didik. Evaluasi program digunakan untuk menentukan
tingkat ketercapaian program mengenai tujuan yang telah ditetapkan.

a. Definisi Evaluasi Program

Evaluasi program menurut Sukardi (2009) merupakan evaluasi yang berkaitan erat
dengan suatu program atau kegiatan pendidikan, termasuk diantaranya tentang
kurikulum, sumber daya manusia, penyelenggara program, proyek penelitian dalam
suatu lembaga. 2

Evaluasi program merupakan evaluasi yang berhubungan dengan suatu


kegiatan pendidikan, yaitu berkaitan dengan proses belajar mengajar di dalam
kelas antara guru dengan peserta didik.

Seperti uraian Blaine R. Worten dan James R. Sanders (1973:27-30) dalam


Murzyanah (2011:1.2-1.3) mengatakan evaluasi program merupakan proses deskripsi,
pengumpulan data dan penyampaian informasi kepada pengambil keputusan yang akan
dipakai untuk pertimbangan apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau
diteruskan.3

1
Sukardi, Evaluasi program pendidikan dan kepelatihan, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 6
2
Sukardi, Evaluasi program pendidikan dan kepelatihan, h. 3
3
Ashiong P. Munthe, ”PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI PENDIDIKAN: Sebuah Pengantar,
Pengertian, Tujuan dan Manfaat”

2
Dalam evaluasi program dilakukan sebuah pengumupulan data dan
penyampaian informasi untuk menetapkan sebuah keputusan. Keputusan yang
telah diambil akan dipertimbangkan kembali kemudian dilakukan perbaikan
apabila dirasa masih kurang baik sehingga keputusan itu bias diambil atau
dihentikan.

Merujuk pada Arikunto dan Jabar (2009:7) menyatakan bahwa evaluasi program
dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk penelitian, yaitu penelitian evaluatif. Oleh
karena itu, dalam pembicaraan evaluasi program, pelaksana berpikir dan menentukan
langkah-langkah sebagaimana melaksanakan penelitian.4

Evaluasi program sama dengan suatu bentuk penelitian karena di dalam


evaluasi program para evaluator menggunakan langkah-langkah atau cara proses
yang sama dalam melakukan sebuah penelitian, seperti menentukan focus dari
suatu program, membuat desain programnya, mengumpulkan berbagai data dan
informasi, kemudian menganalisis data dan informasi itu, melaporkan hasilnya.

Paulson mengartikan evaluasi program sebagai proses untuk memeriksa suatu


program berdasarkan standar-standar nilai tertentu dengan tujuan membuat keputusan
yang tepat.5

Evaluasi program adalah suatu evaluasi yang digunakan untuk melakukan


penilaian terhadap suatu program sebelum diambil sebuah keputusan yang tetap
agar tujuan atau sasaran dari program itu terlaksana dengan baik yang sesuai
dengan standar nilai tertentu.

b. Pentingnya Evaluasi Program

Dalam rencana pembelajaran, ketika guru hendak mengukur pencapaian atau


tidaknya tujuan mengajar yang telah ditetapkan, prinsip evaluasi yang di dalamnya
mencakup mengevaluasi, menilai, bisa diterapkan untuk menilai tujuan tersebut. 6

4
Ibid,...
5
Egon G. Guba dan Yvonna S. Lincoln, “Countenances of Fourth-Generation Evaluation: Description, Judgment,
and Negotiation” dikutip oleh Ihwan Mahmudi, CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan, Vol. 6, No. 1, Juni
2011
6
Sukardi, Evaluasi program pendidikan dan kepelatihan, hlm. 6

3
Jadi evaluasi sangat penting digunakan dalam proses belajar mengajar antara
guru dengan peserta didik karena guru bisa mengukur apakah tujuan mengajar
yang telah ditetapkan dalam silabus atau perencanaan pembelajran telah tercapai
atau masih masih dirasa kurang. Sehingga guru bisa memperbaiki lagi cara
mengajarnya dan proses belajar mengajar terlaksana dengan baik.

Keberadaan evaluasi program juga penting ketika seseorang penyelenggara


lembaga kependidikan dan kepelatihan mengambil kebijakan untuk menilai program
atau proyek telah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.7

Evaluasi program juga penting dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan


dan pelatihan pengambilan kebijakan untuk menilai suatu program apakah
program yang telah menjadi kebijakan telah tercapai dengan baik atau belum.
Sehingga program memiliki harga nilai.

Roswati  (2008:66-67) memaparkan tentang manfaat dari evaluasi program: 1)


memberikan masukan apakah suatu program dihentikan atau diteruskan, 2)
memberitahukan prosedur mana yang perlu diperbaiki, 3) memberitahukan stategi, atau
teknik yang perlu dihilangkan/diganti, 4) memberikan masukan apakah program yang
sama dapat diterapkan di tempat lain, 5) memberikan masukan dana harus dialokasikan
ke mana, 6) memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program dapat
diterima/ditolak.8

Evaluasi program juga penting untuk menentukan sebuah keputusan tentang


prosedur dan strategi yang akan diperbaiki, dihentikan, atau diteruskan.
Digunakan juga untuk menetapkan dana yang akan digunakan. Dll sehingga
program tertata secara sistematis dan terstruktur.

c. Tujuan- tujuan Evaluasi Program

7
Ibid,... hlm. 7
8
Ashiong P. Munthe, PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI PENDIDIKAN: Sebuah Pengantar,
Pengertian, Tujuan dan Manfaat

4
Arikunto dan Jabar (2009:18) mengatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi
program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah
mengetahui keterlaksanaan kegiatan program.9

Tujuan dari evaluasi program adalah untuk melihat apakah tujuan program
telah tercapai atau belum, juga untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah
sesuai niai-nilai yang berlaku serta proses pelaksanaannya.

Tujuan evaluasi program seperti yang duraikan oleh Roswati (2008:66-67) adalah
sebagai berikut: 1) menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program
di masa depan, 2) penundaan pengambilan keputusan, 3) penggeseran tanggung jawab,
4) pembenaran/justifikasi program, 5) memenuhi kebutuhan akreditasi, 6) laporan
akutansi untuk pendanaan, 7) menjawab atas permintaan pemberi tugas, informasi yang
diperlukan, 8) membantu staf mengembangkan program, 9) mempelajari dampak/akibat
yang tidak sesuai dengan rencana, 10) mengadakan usaha perbaikan bagi program yang
sedang berjalan, 11) menilai manfaat dari program yang sedang berjalan, 12)
memberikan masukan bagi program baru. 10

Tujuan evaluasi program ada banyak diantaranya : digunakan untuk


menentukan pelaksanaan program di masa mendatang, membantu para staf dalam
pendidikan untuk mendukung, mengembangkan atau memperbaiki program yang
dilaksanakan. Menilai manfaat serta masukan bagi program agar tujuan program
tercapai.

B. Model-model Evaluasi Program


1. Model evaluasi menurut eko putro widoyoko
a. Evaluasi Model Kirkpatrick
Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh ahli
evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pencetus modelnya maupun
sesuai dengan tahapan evaluasinya. Ada banyak model evaluasi yang
dikembangkan oleh para ahli yang dipakai dalam proses evaluasi, Kirkpatrik
salah satunya.

9
Ibid
10
Ibid

5
Sepertihalnya yang dikutip Prof. Dr. S. Eko Putro dalam bukunya Evaluasi
Program Pembelajaran bahwa model evaluasi yang dikembangkan Kirkpatrick telah
mengalami beberapa penyempurnaan, Model evaluasi ini dikenal dengan Evaluating
Trining Programs: The Four levels atau Kirkpatrick’s evaluation model. Evaluasi
terhadap program trining mencakup empat level evaluasi, yaitu reaction, learning,
behavior dan result.11
1. Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)
Evaluasi terhadap reaksi ini sepertihalnya mengukur kepuasan
peserta trining dimana program ini dirasa efektif jika peserta trining
merasa puas sehingga mereka tertarik untuk belajar dan mengikuti lebih
lanjut dan begitupun sebaliknya.
Menurut Center Partner dalam artikelnya yang berjudul Implementing the
Kirkpatrick Evaluation model plus yang dikutip oleh Eko Putro dalam buku
Evaluasi Program Pembelajaran yang mengatakan bahwa the interest, attention
and motivation of the participants are critical to the success of any trining
program. People learn better when they react positively to the learning
environment. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa keberhasilan proses
kegiatan trining tidak terlepas dari minat, perhatian serta motivasi peserta
trining dalam mengikuti jalannya trining. Orang akan belajar lebih baik
manakala mereka member reaksi positif terhadap lingkunagn belajar.12
2. Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)
Peserta trnining dapat dikatakan berhasil jika telah mengalami
perubahan sikap baik dari peningkatan pengetahuan serta perbaikan
ketrampilan. Tanpa adanya program tersebut maka peserta trining
dikatakan gagal. Oleh karena itu dalam menentukan hasil belajar perlu
diperhatikan pengetahuan apa yang dipelajari, sikap apa yang berubah
selama program tersebut selesai dilakukan Serta ketrampilan apa yang
berkembang.
Menurut Kirkpatrik dalam buku yang dikutip Eko Putro mengatakan
bahwa Learning can be defined as extend to which participation change
11
Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011) Hal 178-179
12
Ibid hal 174

6
attitude, improving knowledge and/or increase skill as a result of attending the
program. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan sikap, perubhan
pengetahuan, dan atau kenaikan keterampilan peserta setelah selesai mengikuti
program.13
3. Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)
Penilaian tingkah laku peserta trining dilakukan dengan dua cara
yakni yang pertama yaitu dengan penilaian yang bersifat internal maupun
eksternal. Penilaian internal dilakukan pada saat kegiatan trining sedang
dilakukan, sedangkan penilaian perilaku ynag bersifat eksternal dilakukan
pada saat peserta trining telah kembali ketempat kerja
Pernyataan ini sehapam dengan yang dikutip oleh Eko Putro didalam
bukunya yang mengatakan bahwa Evaluasi ini berbeda dengan evaluasi
terhadap sikap. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 diifokuskan pada
perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan trining dilakukan sehingga
bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan
tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja.14
4. Evaluasi hasil (Result Evaluation)
Evaluasi hasil ini dirasa paling sulit diantara evaluasi lainnya, kerena
evaluasi ini membandingkan kelompok control dan kelompok peserta
trining, mengukur kinerja peserta sebelum dan sesudah trining, serta
membandingkan biaya yang dikeluarkan sebelum dan setelah trining.
Eko Putro menyatakan bahwa Evaluasi hasil dalam level ke-4 ini
difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah
mengikuti suatu program. Termasuk dalam ketegori hasil akhir dari suatu
program trining diantarannya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas,
penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan
turnover dan kenaikan keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan
meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik.
Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact program. Tidak semua
impact dari sebuah program dapat diukur dan juga membutuhkan waktu yang
13
Ibid hal 176
14
Ibid hal177

7
cukup lama. O0leh karena itu, evaluasi level 4 ini lebih sulit dibandingkan
dengan evaluasi pada level-level sebelumnya.15
b. Evaluasi Model CIPP
Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan
diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi model CIPP (Context, input, Process
and Product) pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil
usahanya mengevaluasi ESEA (the Elemtary and secondary Education Act). Konsep
tersebut ditawarkan oleh Stuffelbeam dengan pandangan bahwa tujuan penting dari
evaluasi bukan untuk membuktikan namun untuk memperbaiki16.
Jadi model CIPP ini dapat diterapkan di berbagai bidang seperti dalam
bidang pendidikan, manajemen, perusahaan dan yang lainnya. Dalam bidang
pendidikan Stuffelbeam membagi sistem menjadi 4 dimensi seperti singkatan
dari CIPP itu sendiri yaitu : context, input process dan product
c. Evaluasi konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks ini menggambarkan khususnya tentang lingkungan
program, kebutuhan, cirri-ciri dari sampel dan populasi dari individu yang
dilayani untuk tujuan dari program tersebut.
Sedangkan evaluasi konteks menurut Suharsimi adalah untuk menjawab pertanyaan :
1. kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program?
2. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan
3. Tujuan manakah yang paling mudah dicapai17
d. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber
yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai
tujuan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.18 Jadi dalam evaluasi
masukkan ini memuat beberapa komponen yaitu Sumber daya manusia, sarana
dan prasarana serta anggaran dan prosedur aturan yang diperlukan.
e. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
15
Ibid hal 178
16
Ibid hal 181
17
Ibid hal 181
18
Ibid hal 182

8
Menurut Worthen dan Sanders, evaluasi evaluasi proses menekankan pada 3
tujuan: “(1) do detector predict in procedural design or its implementation during
implementation stage, (2) to provide information for programmed decisions, and (3)
to maintain a record of the procedure as it occurs”. Evaluasi proses digunakan untuk
mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi
selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk kepuasan program dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.19 Jadi pada dasarnya
evaluasi proses digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana yang
sudah disusun serta komponen apa yang memerlukan perbaiakan.
f. Evaluasi model wheel (Roda) dari beebe

Beebe menyajikan model evaluasi berbentuk roda berdasarkan pelatihan yang


dilakukan dalam suatu program. Model ini berbentuk seperti roda karena
menggambarkan keterkaitan dan kelanjutan dari proses usaha evaluasi. Model ini
bertujuan untuk mengevaluasi apakah pelatihan yang dilakukan oleh lembaga
tersebut tersebut telah berhasil.

Pada intinya medel wheel ini memiliki tiga tahapan yang terkait dan terus
berlanjut. Tahapan tersebut meliputi: pembentukan tujuan pembelajaran,
pengukuran outcame pembelajaran, dan penginterprestasian hasil pengukuran dan
penilaian.20

g. Evaluasi model Provus (Discrepancy Model)

Evaluasi model provus (Discrepancy model) ini dikembangkan oleh


Malcon Provus. Discrepancy berasal dari b.inggris yang berarti ”kesenjangan”.

Sehingga Provus berasumsi untuk mengetahui kelayakan suatu program,


evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi
(standart) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat
diketahui ada tidaknya kesenjangan antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan
dengan kinerja sesungguhnya.21 Model ini bertujuan untuk menganalisis apakah
19
Ibid hal 182
20
Ibid, hal 186
21
Ibid, hal 186

9
program tersebut dapat dilanjutkan, dikembangkan atau dihentikan dengan
mempertimbangkan setiap hal yang ada.

h. Evaluasi model stake (Countenance Model)

Dalam model ini Stake lebih menekankan pada dua kegiatan dalam evaluasi
yaitu description dan judgement.22 Stake mengatakan bahwa description di satu pihak
berbeda dengan judgement di lain pihak.

Sehingga model stake (Countenance model) dalam menilai suatu program


pendidikan, kita melakukan perbandingan yang relatif antara program satu
dengan program yang lain, atau program yang absolute yaitu membandingkan
suatu program dengan standar tertentu.

i. Evaluasi model brinkerhoff

Evaluasi model brinkerhoff merupakan model yang dikembangkan oleh


brinkerhoff bersama teman-temannya. Pada evaluasi model ini
menggabungkan model-model evaluasi yang ada dengan komposisi dan versi
mereka sendiri.

Mereka membaginya menjadi tiga golongan, yaitu: Fixed vs Emergent


Evaluation Design, Formative vs Summative Evaluation dan Experimental, and
Quasi Experimental Design vs Natural/Unotrusive.23

1. Fixed vs Emergent Evaluation Design

Desain fixed (tetap) lebih terstruktur dan terencana sebelumnya dari


pada desain emergent. Desain fixed ditentukan dan direncanakan secara
sistematik sebelum di implementasikan. Sedangkan desain emergent lebih
bersifat langsung dan tidak direncanakan sebelumnya dalam
implementasi. Di dalam buku eko putro widoyoko, desain fixed banyak
digunakan dalam evaluasi formal karena tujuan program telah ditentukan
dengan jelas sebelumnya, dibiayai dan melalui usulan atau proposal evaluasi.
22
Ibid, hal 187
23
Ibid, hal 188

10
2. Formative vs Summative Evaluation dan Experimental

Model evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada


saat program sedang berlangsung atau di awal program. Dengan tujuan
mengidentifikasi hambatan yang terjadi saat perogram sedang
berlangsung. Sedangkan model evaluasi summatif merupakan evaluasi
yang dilakukan pada akhir pemograman berakhir yang memiliki tujuan
yakni untuk mengukur ketercapaian suatu program.

Menurut suharsimi evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi


yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program
masih dekat dengan pemulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif adalah
mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus
mengidentifikasi hambatan. Evaluasi summatif dilakukan setelah program
berakhir. Tujuan dari evaluasi summatif adalah untuk mengukur ketercapaian.24

Menurut Muhammad ridwan Evaluasi formatif digunakan untuk


memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki program. Evaluasi
formatif dilaksanakan pada saat implementasi program sedang berjalan.
Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menilai manfaat suatu program sehingga
dari hasil evaluasi akan dapat ditentukan suatu program tertentu akan diteruskan
atau dihentikan.25

Jadi, Evaluasi sumatif meupakan rencana tindak lanjut dari evaluasi


formatif. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menilai manfaat dari suatu
program apakah akan dilanjutkan atau diberhentikan.waktu evaluasi
sumatif ini terletakpada akhir implementasi program.

3. Quasi Experimental Design vs Natural/Unotrusive

Evaluasi ini menggunakan metodologi penelitian klasik. Dengan tujuan


untuk menilai manfaat dari program yang telah di uji coba. Evaluasi ini

24
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN: pedoman teoritis praktis bagi praktisi
pendidikan,... h.26
25
Muhammad Ridwan, S.Ag,MA, ” MODEL EVALUASI PROGRAM PELATIHAN”, 2014

11
menggunakan strategi pengumpulan data terutama menggunakan instrumen
formal seperti tes, survey, kuesioner serta memakai metode penelitian yang
terstandar.

2. Model Evaluasi menurut Suharsimi

Adapun beberapa model evaluasi program menurut suharsimi antara lain:

a. Goal Oriented Evaluation Model

Dalam suatu program pendidikan perlu adanya model-model program


yang ingin di evaluasi supaya untuk mencapai tujuan salah satunya model goal
oriented evaluation model merupakan model yang pertama atau awal di
lakukan sejumlah (pre-test) dan (post-tes) dengan cara berkesinambungan dan
terus-menerus.

Menurut suharsimi goal oriented evaluation model merupakan model yang


muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan
dari program yang sudah di tetapkan jauh sebelum program dimulai, 26 namun
menurut tyler menekankan pada model ini menggunakan test awal (pre-test) dan akhir
test (post-tes).27

b. Goal free evaluation Model

Pada model ini evaluator tidak perlu memperhatikan secara khusus tentang
tujuan program yang akan di capai, namun yang di perhatikan hanyalah
program kerjanya dengan cara mengidentifikasi penampilan yang terjadi baik
positif (yang diharapkan) maupun negatif (yang tidak di harapkan).

Menurut suharsimi alasan tujuan program tidak perlu di perhatikan karena ada
kemungkinan pada evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika
masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan.28

26
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, ”EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN: pedoman teoritis praktis bagi praktisi
pendidikan”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.25
27
Jeane Marie Tulung, “EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO”, Volume III. No.3, Acta Diurna, 2014
28
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, ”EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN: pedoman teoritis praktis bagi praktisi
pendidikan”,... h.25

12
Menurut sofyan zaibaski bahwa para evaluator atau penilai mengambil dari
berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit atau pengaruh-
pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan.29

c. Countenance evaluation Model

Countenance evaluation Model ini menekankan pada dua hal aspek yakni
pada diskripsi dan mempertimbangkan. Diskripsi dimaksudkan yakni dapat
mengidentifikasi objek pada program yang ingin di evaluasi dan yang di
maksud dengan pertimbangan yakni melakukan 2 perbandingan dalam
program yang bersangkutan.

Menurut suharsimi model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal
pokok yakni Deskripsi (Description) dan pertimbangan (Judgments).deskripsi yaitu
berkaitan atau menyangkut dua hal yang menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi
sasaran evaluasi), yaitu apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh program, dan
pengamatan/akibat, atau apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul
terjadi. Sedangkan pertimbangan melakukan 2 perbandingan yaitu:

1. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi


di program lain, dengan objek sasaran yang sama.
2. Mempertimbangkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang
diperuntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan
yang akan dicapai.30

d. CSE-UCLA Evaluation Model

Pada model ini menekankan pada 5 tahapan hal yakni perencanaan,


pengembangan, implementasi, hasil dan dampak.

29
Jeane Marie Tulung, “EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO”, Volume III. No.3, Acta Diurna, 2014
30
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, ”EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN: pedoman teoritis praktis bagi praktisi
pendidikan”,... h.26-27

13
Menurut Ashiong P. Munte CSE-UCLA merupakan singkatan dari dua bagian,
yaitu CSE dan UCLA. CSE adalah singkatan dari Center for the Study of Evaluation,
sedangkan UCLA adalah singkatan dari University of California in Los Angeles.
CSE-UCLA Evaluation Model menekankan pada lima tahap yang dilakukan, yaitu:
perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak.31

Menurut suharsimi model CSE-UCLA terdapat lima tahapan evaluasi sebagai


berikut:

1. CSE Model: Needs Assessment dalam tahapan ini evaluator memusatkan


perhatian pada penentuan masalah.
2. CSE Model: Program Planing dalam tahapan ini evaluator mengumpulkan
data yang terkait langsung dengan program dan mengarah pada pemenuhan
kebutuhan yang telah diidentifikasi.
3. CSE Model: Formative Evaluation dalam tahapan ini evaluator memusatkan
perhatian pada keterlaksanaan program
4. CSE Model: Summative Evaluation dalam tahapan ini evaluator diharapkan
dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.32
e. Discrepancy Model

Pada model ini menekankan pada kesenjangan yang dimaksudkan antara


yang diharapkan dengan yang dihasilkan oleh suatu program memiliki
kesamaan.

Menurut suharsimi discrepancy model adanya kesenjangan yang sebetulnya


merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya
perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan yang sudah riil dicapai.33

31
Ashiong P. Munte, ”PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI PENDIDIKAN:Sebuah Pengantar,
Pengertian, Tujuan dan Manfaat”, Scholaria, Vol. 5, No. 2, Mei 2015
32
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, ”EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN: pedoman teoritis praktis bagi praktisi
pendidikan”,... h.28
33
Ibid,... h.31

14
Menurut Jeane Model ini melihat lebih jauh tentang adanya kesenjangan
(discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa
yang secara riil telah dicapai.34

34
Jeane Marie Tulung, “EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO”, Volume III. No.3, Acta Diurna, 2014

15
BAB 1II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian evaluasi program ialah merupakan evaluasi yang berkaitan erat dengan
suatu program atau kegiatan pendidikan, termasuk diantaranya tentang kurikulum,
sumber daya manusia, penyelenggara program, proyek penelitian dalam suatu lembaga
Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh ahli evaluasi
yang biasanya dinamakan sama dengan pencetus modelnya maupun sesuai dengan
tahapan evaluasinya. Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang
dipakai dalam proses evaluasi, Kirkpatrik salah satunya. Model evaluasi ini merupakan
model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi
model CIPP (Context, input, Process and Product) pertama kali ditawarkan oleh
Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the Elemtary and
secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stuffelbeam dengan
pandangan bahwa tujuan penting dari evaluasi bukan untuk membuktikan namun untuk
memperbaiki

16

Anda mungkin juga menyukai