Kasus 7 DPD KELOMPOK
Kasus 7 DPD KELOMPOK
1. PENGERTIAN
Perawatan diri (personal hygine) mencakup aktivitas yang dibutuhkan sehari-hari yang
biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs). Aktivitas ini dipelajari dari
waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya
melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan mandi, berpakaian, toilet, makan), tetapi
juga berapa, kapan, di mana, dengan siapa, dan bagamana (Miller dalam Carpenito-Moyet,
2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri disebut dengan deficit
perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapih. Deficit diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala gangguan negative
dan menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun keluarga.
2. ETIOLOGI
Menurut Potter dan Perry (2009) terdapat factor-faktor yang mempengaruhi personal hygine,
yaitu:
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Perubahan
fisik akibat operasi bedah, dapat memicu individu untuk tidak peduli terhadap
kebersihannya.
2. Status social ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah pasien dapat
mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting, seperti sabun, pasta gigi, sampo.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah penggunaan perlengkapan tersebut
sesuai dengan kebiasaan social yang dipraktikan oleh kelompok social pasien.
3. Pengetahuan
Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kekurangan pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri
dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik perawatan diri.
4. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai dari mempengaruhi perawatan diri. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula.
Disebagian masyarakat, misalnya, ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi
masyarakat dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertantu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik yang tidak
sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
3. RENTANG RESPON
1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk
berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor.
4. PENGKAJIAN
Defisit perawatan diri pada lien terjadi akibat adanya perubahan proses piker, yang
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri. Deficit
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu merawat kebersihan diri, makan,
berhias, dan eliminasi (buang air besar atau buang air kecil) secara mandiri.
1. Batasan karakteristik
NANDA (2016) menjelaskan batasan karakteristik yang terdapat pada lingkup defisit
perawatan diri. Batasan karakteristik pada tiap lingkup tersebut meliputi:
a. Defisit perawatan diri: mandi (bathing self-care deficit)
Hal yang merupakan gangguan kemampuan malakukan atau menyelesaikan aktivitas
mandi untuk diri sendiri.
Batasan karakteristiknya meliputi:
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan mandi
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) Gangguan kemampuan membasuh tubuh
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
1. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga
klien menjadi begitu bergantung pada perkembangan inisiatifnya terganggu.
Pasien gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri
dikarenakan kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien
tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
2. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya
penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan)berupa anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab.
3. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pesipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi, keusakan
kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien.
2) Data objektif
a) Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
b) Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
c) Rambut kusut, berantakan, kumis dan janggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
d) Pakaian tidak rapih, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengancangkan dan memindahkan pakaian
e) Memakai barang-barang yag tidak perlu dalam berpakaian, misalnya memakai
pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas
barang-barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang
f) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan
sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan,
membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan,
secara aman dan menghabiskan makanannya
g) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, klien tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram
toilet setelah BAB atau BAK
d. Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup kemampuan personal (personal
anility) akan:
1. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Berhias dan berdandan secara baik
3. Melakukan makan dengan baik
4. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
5. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
6. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
e. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi intergrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
Gangguan pemeliharaan
kesehatan
Defisit perawatan
diri