Anda di halaman 1dari 52

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk:

Menentukan nilai konstanta gravitasi universal G.

DASARTEORI

Hukum Newton tentang gravitasi universal menyatakan bahwa besar interaksi

tarik menarik antara dua partikel materi sebanding dengan massa kedua partikel

tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang memisahkan keduanya.

Interaksi gravitasional memiliki jangkauan yang sangat jauh (tak hingga). Interaksi

gravitasional menyebabkan partikel materi mengumpul menjadi satu sehingga terbentuk

planet-planet, dan galaksi. Konsep interaksi memerlukan adanya partikel pembawa

interaksi sebagai madiator antar kedua partikel yang berinteraksi. Partikel pembawa

interaksi gravitasional disebut graviton. Gaya yang ditimbulkan oleh interaksi

gravitasional disebut gaya gravitasi.

HukumKepler

Sebelum Newton memformulasikan interaksi gravitasional, belum diketahui

apakah fenomena jatuhnya benda ke bumi adalah fenomena yang sama dengan gerak

bulan mengelilingi bumi. Berdasarkan analisa data pengamatan astronomi yang

dilakukan Kepler dengan formulasi kinematika gerak benda langit dalam Hukum Kepler,

Newton menyatakan dalam bentuk yang lebih umum, bahwa interaksi benda jatuh ke
bumi dan interaksi planet mengelilingi bumi adalah jenis interaksi yang sama dengan

interaksigravitasi.

Johannes Kepler pada tahun 1609 memberikan tiga hukum yang terkenal

mengenai lintasan planet mengelilingi matahari (Fowles, 1986) yaitu :

Hukum pertama menyatakan lintasan sebuah planet berbentuk ellips dengan

matahari berada pada salah satu titikapinya.

Hukum kedua menyatakan vektor posisi dari suatu planet relatif terhadap

matahari yang melingkupi luas yang sama dari ellipsnya pada selang

waktu yangsama.

Hukum ketiga menyatakan kuadrat dari perioda berbanding lurus dengan

pangkat tiga dari jarak rata-rata planet danmatahari

T 2r 3

Hukum GravitasiUniversal

Dari Hukum III Kepler, Newton dapat menyimpulkan bahwa gaya yang bekerja

pada setiap planet untuk mempertahankan gerak dalam orbitnya harus berbanding

terbalik dengan kuadrat jarak planet terhadap matahari sebagai pusat orbitnya (Holton,

1953). Dari analisis lintasan gerak secara matematis Newton menyimpulkan pula bahwa

gaya sesaat yang bekerja pada planet arahnya harus menuju matahari sebagai pusat

orbit planet (Holton and Roller , 1958).

Newton mencoba menerapkan kesimpulannya tentang gaya planet untuk

menjelaskan gaya bulan memepertahankan gerakannya mengorbit bumi. Bila Rmeadalah

jarak bulan dengan bumi, F adalah gaya yang bekerja pada bulan maka
1
F
me

(2.1)
dengan arah gaya menuju bumi sebagi pusat orbit bulat.

Pemikiran Newton tentang gravitasi berkembang tidak hanya untuk benda-

benda yang jatuh ke bumi. Benda yang jatuh ke bumi jika dilepaskan menunjukkan

bahwa bumi memberikan gaya tarik pada benda tersebut, dan biasa disebut sebagai

gaya gravitasi bumi. Gaya tarik-menarik benda di permukaan bumi sangat besar

sehingga mampu membuat benda jatuh ke bumi. Sedangkan gaya yang bekerja pada

bulan yang berasal dari gaya tarik bumi tidak sebesar gaya yang berasal dari massa bumi

terhadap benda-benda di permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh jarak antara bumi

dan bulan sangat jauh. Atas dasar inilah Newton menerapkan kesebandingan yang

dikenal dengan hukum perbandingan terbalik kuadrat atau “Inverse Square Law” dengan

F adalah gaya tarik yang berasal dari bumi dan Rmeadalah jarak antara bulan dan bumi,

seperti terlihat pada persamaan(2.1).

Namun pemikiran di atas perlu pengujian sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Untuk itu Newton membandingkan gaya tarik bumi pada bulan untuk mempertahankan

orbitnya dengan gaya tarik bumi yang terjadi pada benda jatuh bebas. Jika gaya gravitasi

bumi dapat diterapkan sebagai gaya yang bekerja pada


bulan F 

1
maka perbandingan percepatan gravitasi benda jatuh (g) dibanding

me

dengan percepatan gravitasi bulan (a) harus sama dengan

1
(untukbenda)

dibanding dengan

1
(untuk bulan).

me

a 

me

(2.2)

R2
a g
me

(2.3)

dengan a adalah percepatan gravitasi bulan, g adalah percepatan gravitasi bumi,

Rθadalah jarak benda terhadap bumi, dan Rmeadalah jarak bulan terhadap bumi.
Benda jatuh bebas pada permukaan bumi mempunyai percepatan konstan yakni

perceparan gravitasi bumi g = 9,8 m/s2. Dengan mengetahui nilai Rθdan Rmemaka

percepatan gravitasi bulan (a) dapat dihitung.

Newton menggunakan pendekatan gerak melingkar untuk menghitung

percepatan gravitasi bulan dengan cara lain. Sebelum tahun 1673 Newton telah berhasil

melakukan tinjauan gerak melingkar dengan kecepatan konstan. Meskipun kecepatan (v)

benda tetap, namun karena arah kecepatan selalu berubah-ubah, maka benda

mengalami percepatan yang diakibatkan oleh gaya sentripetal. Dengan pendekatannya

Newton memeperoleh nilai percepatan gravitasi bulan sebesar

v2
a (2.4)

Jika bulan bergerak satu lingkaranpenuh 2 Rme dalam waktu edar (T)maka

besarnya percepatan bulan

2 R 2
me
a

me

42 R

me

T2

(2.5)

Newton berfikir bahwa benda jatuh ke bumi merupakan efek gaya tarik yang

berasal dari bumi. Dengan demikian Newton menyatakan bahwa gaya


gravitasi bumi sebanding dengan massa bumi (Mθ) dan massa bulan (Mme)
dengan persamaan

FMMme

(2.6)

Dari persamaan (2.1) dan (2.6) diperoleh

M M me
F
me

(2.7)

Jika kesebandingan ini diberi sebuah konstantaG, yang biasa desebut dengan

konstanta gravitasi, maka persamaan (2.7) menjadi

M M me
F G
me

(2.8)

Dengan demikian, jika dua buah benda bermassa M1dan M2berjarak R, maka

besarnya gaya gravitasi diantara dua benda tersebut adalah

F G

M1 M 2

R2
(2.9)

Walaupun Newton belum bisa melakukan pengukuran terhadap nilai konstanta

gravitasi (G) sampai ia meninggal tahun 1727, tetapi ia telah membuka peluang untuk

melakukan pengukuran terhadap nilai G dalam kaitannya dengan hukum gravitasi

universal Newton. Pada persamaan (2.8), jika bulan diandaikan berada di permukaan

bumi, maka bulan akan memiliki gaya gravitasi sebesar

F M me g

(2.10)

Dari persamaan (2.8) dan (2.10) akan diperoleh

G M M me
me 2

me

gR2
me
G
M

(2.11)
Konstanta Gravitasi Universal(G)

Konstanta gravitasi universal (G) adalah sebuah konstanta fundamental yang

mempunyai nilai yang sama untuk semua pasangan partikel. Karena bersifat konstanta

maka nilai G yang telah ditentukan dapat digunakan untuk menentukan gaya gravitasi

diantara pasangan partikel lain.

Dari perumusan hukum konstanta gravitasi universal, G dapat dinyatakan dalam

besaran-besaran penyusunnya

FR2

G (2.12)

Mm
Nilai R, M dan m pada persamaan (2.12) relatif mudah diukur, akan tetapi nilai F

cukup sulit diukur karena kecilnya gaya tersebut. Untuk menentukan nilai G, perlu

mengukur gaya tarik menarik diantara dua buah benda (Halliday dan Resnick, 1984).

Neraca Cavendish

Orang pertama yang berhasil melakukan pengukuran nilai konstanta gravitasi G

dengan benda-benda yang berukuran wajar untuk eksperimen laboratorium adalah

Henry Cavendish. Alat yang dipakai Cavendish untuk mengukur konstanta gravitasi

merupakan alat yang dirancang oleh John Michell, tetapi ia meninggal sebelum sempat

menggunakannya dalam eksperimen. Sketsa neraca Cavendish dapat dilihat pada

gambar 2.1.
Keterangan: A :skala

M :BolaBesar T :teleskop

m :bolakecil K : pengatur bolakecil

L: lampu/penerangan P : pengatur bolabesar

G : kotak pelindung

seluruh alat

Gambar 2.1. Sketsa peralatan Michell – Cavendish (Krauskopf, 1984).

Jika bola M didekatkan pada bola m maka akan terjadi gaya tarik-menarik antara

keduanya. Akibatnya kawat penyangga batang terpuntir ke arah bola M, dan batang

berputar menuju bola M yang membentuk sudut sebesar θ dari keadaan setimbang,

dan batang berosilasi sebesar (T). Jika momen inersia (I) dari bahan yang digunakan

diketahui maka konstanta puntiran kawat (k) dapat dihitung


dengan persamaan

42I

k (2.13)

T2

Dengan mengukur sudut penyimpangan neraca (θ) maka nilai konstanta gravitasi

G dihitung dengan persamaan


22I d 2
G

M ml T 2
kd 

2Mml

(2.14)

dimana d adalah jarak kedua bola, M adalah massa bola besar, m adalah massa bola

kecil, dan l adalah lengan momen.

Setelah Cavendish ada beberapa ilmuwan yang melakukan pengukuran terhadap

konstanta gravitasi universal (G) dengan metode yang sama. Hasil yang diperoleh

semakin menyempurnakan nilai yang diperoleh Cavendish..

Tabel 2.1. Hasil Pengukuran G oleh beberapa ilmuwan menggunakan Neraca


Cavendish (Rogers. et al., 1967)

Tahun Imuwan M (kg) m (kg) R (m) G


(10-11Nm2/kg2)

1798 Cavendish 167 0,8 0,2 6,75

1842 Baily 175 0,1 0,3 6,5

s/d s/d

1,5 6,6

1881 Von Jolly 45 5 0,5 6,46

1891 Poynting 160 23 0,3 6,70

1895 Boys 7 0,0012 0,08 6,658

1896 Braun 5 0,05 0,08 6,6

1898 Richarz & 100 1 1,1 6,68

Krigal-menzel

1930 Heyl & 66 0,05 0,1 6,673

Chrznowsky

Neraca Puntir
Neraca ini terdiri dari sebuah batang kayu yang pada kedua ujungnya

digantungkan sebuah beban (silinder). Batang ini digantungkan pada sebuah

kawattipistepatditengah-tengahnya,sedangkanujungkawatyanglaindibuat
tetap pada penyangga yang kokoh. Gambar 2.2a dan 2.2b merupakan sketsa neraca

yang digunakan pada eksperimenini.

P P
Gambar 2.2a Sketsa Neraca Puntir

Gambar 2.2b Posisi Kedua bola dan neraca puntir

Posisi setimbang neraca terjadi saat kawat dalam keadaan tidak terpuntir (titik

P). Jika bola M digeser mendekati m akan terjadi gaya tarik menarik antara M dan m.

Gaya tersebut mengakibatkan kawat terpuntir dan melakukan torka pada batang.

Batang berotasi secara horisontal kearah bola yang mendekatinya dan membentuk

sudut θ yang disebut sudut penyimpangan neraca (Gambar2.2a).

Gaya tarik-menarik tersebut sangat kecil sehingga puntiran kawat yangterjadi

sangat kecil. Untuk setiap puntiran torka pada batang sebanding dengan

besarnya puntiran atau pergeseran sudut (Hukum Hooke) sehingga berlaku

k 

(2.15)

Besarnya torka sama dengan gaya yang menarik dikalikan dengan jaraknya terhadap

sumbu rotasi (lengan momen). Jika gaya tarik-menarik disebut F dan lengan momen

disebut l, persamaan menjadi

F l
atau


F

(2.16)

Dari persamaan (2.15) dan (2.16) diperoleh

k
F
l

(2.17)

Maka gaya gravitasi pada dua buah benda yang bermassa M dan m yang berjarak

d sebesar

Fgravitasi

GMmd2

(2.18)

Karena keseluruhan puntiran disebabkan oleh dua pasang massa yang sama, maka
gaya gravitasi yang diperoleh sebesar

F 2 Fgravitasi

2G M m d 2

(2,19)

Dari persamaan (2.17) dan (2.19) maka

k 2GMm

a d2

G2Mm

kd

(2.20)

dan

k d 2

G (2.21)

2 M ml

dengan k adalah konstanta puntiran kawat, θ adalah sudut penyimpangan neraca, l

adalah lengan momen, M adalah massa bola besar, dan m adalah massa silinder.
Konstanta Puntiran Kawat(k)

Konstantapuntirankawat(k)merupakanhargakhasyangdimilikioleh

sebuahkawatdanhanyabahan,panjang,dandiameterkawatyangmenentukan

besarnya puntiran bila pada kawat bekerja gaya puntir. Dari posisi setimbang P batang

dirotasikan ke arah Q' yang membentuk sudut θ terhadap P. Akibat rotasi batang ini,

kawat terpuntir. Jika batang dilepaskan kembali maka puntiran kawat akan

mengembalikan batang ke posisi setimbang P. Gambar dibawah ini menunjukkan proses

terjadinya rotasi kawat dari keadan setimbang.

Q'

Gambar 2.3. Posisi neraca puntir saat erjadi gerak rotasi dan osilasi.

Untuk puntiran yang kecil, torka pemulihnya sebanding dengan banyaknya puntiran
atau pergeseran sudut (Halliday dan Resnick, 1984)
k 
(2.22)

Tanda negatif menunjukkan bahwa torka tersebut berlawanan arah dengan simpangan

sudut θ.

Untuk kembali ke posisi setimbang batang melakukan gerakkan dari Q' – P – Q –

P – Q' dan seterusnya, sehingga terjadi gerak osilasi periodik. Jika momen inersia disebut

I, besarnya torka gerak dapat dilihat padapersamaan

I 
d
I
dt
d 2

dt2

(2.23)

Dari persamaan (2.22) dan (2.23) akan diperoleh

k I
d 2

dt2

d 2k 
dt2 I

atau

d 2k 

dt2 I
(2.24)

Persamaaan (2.24) merupakan persamaan diferensial yang menyatakan hubungan

antara

fungsi θ(t) dan turunan keduanya terhadap waktu

d 2

dt2

. Peneyelasian
umum dari persamaan tersebut adalah

mcos(t )

(2.25)

Jika persamaan umum (2.25) disubstitusikan ke persaman (2.24) diperoleh

d

m
dt

(sin (t ))

d 2

dt 2

m(

cos(t ))

d 2

dt2

2

m cos(t

)

maka

  2
k
cos(t)

0
2k

0

2k 0

Jika setiap

2
t

2k
I

2
gerak benda berulang kembali,

(2.26)

merupakan periodadari

gerak batang, maka perioda osilasi (T) dapat dinyatakan

2
T

2 4 2

T

2

4  2I k

Jadi konstanta puntiran kawat (k) dapat dinyatakan dengan
42 I

k (2.27)

T2
Untuk benda yang tersusun atas sebaran materi yang malar, momen inersia (I)

diberikan oleh

Ir2dM

(2.28)

Persamanaan untuk menentukan momen inersia batang dengan sumbu putar

ditengah

N2= L2+ R2M


= л ρ R 2P P =
2L

Gambar 2.4 Momen inersia (I) pada batang

I N 2dM
(L2R 2) dM

L2dM R 2dM

L22 R 2dL R 22R P dR

2R 2L2dL 2P R 3 dR


⎛ ⎞
1

⎛1 R

2R2⎜ L3 ⎟2P⎜ R4 ⎟
⎜3 ⎟

⎝ ⎠

2 R2P⎛P2⎞

⎜ ⎟

⎝ 0 ⎠

2 ⎛R 2⎞

 ⎜ ⎟2R

2 12

P⎜ ⎟

⎝ ⎠ ⎝ ⎠

⎛P2 R2⎞

M⎜  ⎟

⎝12 2⎠

Sehingga momen inersia batang dapat dicari dengan persamaan

⎛ P2 R ⎞
2

I b M b ⎜bb⎟
(2.29)

⎝12 2⎠

dengan Ibadalah momen inersia batang, Mbialah massa batang, Pbadalah panjang batang,

dan Rbmerupakan radius penampang batang.


Jarak Kedua Benda(d)

Untuk mengukur jarak kedua benda secara langsung relatif sulit karena antara

kedua benda dibatasi oleh kotak pelindung neraca. Jarak tersebut dihitung

menggunakan hubungan cosinus sudut α.

Jika jarak kedua benda sebelum tarik-menarik (d) dinyatakan sebagai

d 2b 2 c 22 bc cos


Gambar 2.5. Posisi kedua pasang benda


Setelah tarik-menarik, batang neracaberputar

sejauh

θ, sehingga sudutapit

menjadi (α - θ). Jadi persamaan untuk mengtung besarnya jarak kedua benda setelah

tarik-menarik adalah

d '2b 2 c 22 bc cos()

Pada eksperimen perbedaan antara d dan d' sangat kecil karena sudut penyimpangan

neraca (θ) sangat kecil jika dibandingkan dengan sudut α. Untuk

menghitung jarak sesudah tarik menarik menggunakan persamaan

d 2b 2 c 22 bc cos

(2.30)

dimana d adalah jarak kedua benda, b adalah jarak bola ke pusat rotasi, c adalah jarak

silinder ke pusat rotasi, dan α merupakan sudut antara b dan c.

Sudut Penyimpangan Neraca(θ)

Besarnya sudut yang terbentuk oleh neraca akibat gaya tarik-menarik disebut

dengan sudut penyimpangan neraca (θ). Karena kecilnya sudut θ, untuk

melakukanpengukuransecaralangsungsangatsulit.Carayangdigunakandalam

eksperimen supaya sudut dapat teramati, dengan mengarahkan sinar laserpada


sebuah cermin yang diletakkan pada neraca. Sehingga setiap gerak neraca dapat
diamati melalui pantulan sinar laser pada layar.

1 = Cermin

2 = Neraca

3 = Bola

4 = Layar

Y= jarak cermin kelayar

Gambar 2.6. Posisi awal neraca, kedua bola dan jalannya sinar

Jika bola M digeser mendekati neraca maka neraca akan berotasi mendekati M

sejauh θ seperti yang terlihat dibawah ini

x1

Gambar 2.7. Jalannya sinar setelah terjadi tarik-menarik pertama

Pada cermin berlaku Hukum Snellius (Alonso dan Finn, 1992) yaitu

Sudut datang sama dengan sudutpantul

θr = θi
Sinar datang, sinar pantul dan garis normal berada pada satu bidangdatar.

Jika neraca berotasi dengan sudut sebesar θ, garis normal cermin akan berubah

sejauh θ juga. Sinar datang terhadap garis normal yang baru membentuk sudut θ (pada

posisi awal sinar datang, garis normal dan sinar pantul berimpit) sehingga
22

sinar pantul membentuk sudut θ terhadap garis normal yang baru. Jadi sudut yang

terbentuk oleh sinar datang dan sinar patul sebesar 2θ.

Bila bola M digeser ke kiri sejauh α yang sama saat digeser ke kanan dari posisi

awal, neraca akan berotasi sejauh θ. Jalannya sinar seperti pada gambar 2.8

x2

Gambar 2.8. Jalannya sinar setelah terjadi tarik-menarik kedua

Dari dua kali pergeseran ke arah yang berlawanan, besarnya pergeseran sinar
pantul (X) dapat dilihat pada gambar2.9.

Gambar 2.9. Jalannya sinar setelah terjadi dua kali tarik-menarik


Dari Gambar (2.9) telihat bahwa lebar X merupakan sisi berhadapan dengan sudut 4θ
sehingga

X
tan 4

Karena sudut sangat kecil,maka

X
4

X

4Y

(2.31)
dimana X adalah jarak pergeseran sinar pantul (m), dan Y adalah jarak antara laser ke

cermin (m)

Alat dan Bahan yangdigunakan

Untuk memperoleh data pada penelitian ini, alat-alat dan bahan yang digunakan

adalah:

Satu set perangkat neraca Puntir

Perangakat neraca puntir yang digunakan seperti tang terlihat pada gambar 3.1.

Meteran, penggaris, janka sorong, timbangan,stopwatch.

Massa bola sebagai bendapertama

Bola yang digunakan dalam percobaan ini adalah bola pejal dengan massa M =

(55 ± 0,5x10-3)kg

Silinder pejal sebagai benda yang diukur gayatariknya.

Silinder ini adalah silinder pejal yang berbentuk speris yang mempunyai massa

m = 103,3x10-3kg dan m = 126,3x10-3kg.

Laser

Pada percobaan ini laser digunakan sebagai media untuk mengetahui jarak

penyimpangan neraca yang dapat dilihat pada layar hasil pantulan sinar laser

dari cermin.

23
Layar

Layar terbuat dari kertas grafik (milimeter) digunakan untuk menerima pantulan

sinar laser.

Peredamgetaran

Peredam getaran yang dibuat bertujuan untuk mengurangi efek getaran dari

luar. Peredam getaran terbuat dari pasir yang dimasukkan kedalam pot, kaki-

kaki rumah neraca diletakkan diatas pasirtersebut.

Prosedur Percobaan

Gambar 3.1 menunjukkan susunan alat yang digunakan untuk menentukan tetapan

gravitasi universal (G).


Gambar 3.1 Gambar rangkaian percobaan.

Keterangan gambar

Pengatur posisi kawat

Pengatur tinggi rendahnyakawat

Pipa besi untuk melindungi dan menggantungkankawat

Kawat tipis sebagai pengatur kesetimbangan neracapuntir.

Kotak pelindung neraca untuk melindungi neraca puntir dari gangguan

gaya yang bersasal dari luar.

Cermin datar berfungsi sebagai alat untuk memantulkan sinarlaser.

Batang kayu sebagi lenganneraca

Kawat yang kaku dan tebal

Bola besar sebagai benda yang akan diukurgayanya

Tabung pelindungsilinder

Meja putar yang berfungsi untuk menyangga bola timbel dan sebagai

pengatur posisi bola terhadapsilinder

Pengatur posisi meja putar (ke atas atau kebawah)

Kaki pengatur keseluruhanalat

Silinder pejal sebagai benda yang akan diukur gayanya

Langkah-langkah percobaan
Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu kita mengukur besaran- besaran

yang dapat diukur secara langsung, antara lain massa bola (M), massa silinder (m), massa

batang sebagai neraca (Mb), panjang batang (Pb), radius penampang batang neraca (Rb),

jarak bola ke pusat rotasi (b), jarak silinder ke pusat rotasi(c), dan lengan momen (l).

Langkah-langkah percobaan adalah sebagai berikut :

Letakkan laser sejajar dengan cermin (6), sehingga sinar laser terpantul

kembali pada layar yang telah disediakan, seperti gambar di bawahini.

Setelah laser ditempatkan didepan cermin maka ukurlah jarak dari layar ke

cermin untuk mendapatkan nilai Y.

Posisi neraca dibuat tepat menghadap ke depan, sejajar dan berada

ditengah-tengah kotak pelindung.

Posisi neraca (7,8,10) dibuat tegak lurus dengan meja putar (11), kedua bola

berada seperti tampak pada gambar di bawahini.

o
Posisi ini diambil sebagai posisi awal. Penandaan posisi awal ini dilakukan pada

layar. Tanda yang dibuat merupakan titik tengah spot laser tersebut.

Mengukur periode osilasi(T).

Pelan-pelan dan hati-hati bola A diputar menuju a dan bola B menuju b

sebesarsudutαyangdikehendaki.Akibatpendekataninisilinderadanb.

bergerak kearah bola yang mendekatinya. Hal ini berarti neraca mengalami

penyimpangan sebesarθ.

Besarnya peyimpangan dapat diamati dan ditandai pada layar saat neraca dalam

keadaan berhenti

Dengan pelan dan hati-hati bola dikembalikan pada posisi awal. Dibiarkan

beberapa saat agar bola dalam keadaansetimbang.

Bola digeser mendekati silinder kearah yang berlawanan. Bola A menuju b

dan bola B menuju a dengan sudut putar sebesar α yang sama seperti

langkah (5). Pengamatan dan penandaan dilakukan juga padalayar.

Untuk memperoleh data yang teliti, pengukuran terhadap X dapat dilakukan

beberapa kali pada sudut (α) yangsama.

Mengulangi langkah 5 sampai 8 untuk beberapa sudut α yang

memungkinkan.

Catalah hasil percobaan padatabel.

13. Mengulangi langkah 1 sampai 12 untuk m yang berbeda, tetapi jarak antara laser

ke lensa (Y) dibuatsama.

Metode AnalisisData
Setelah memperoleh data yang diperlukan, langkah yang harus dilakukan

adalah

1 Menghitung konstanta puntiran kawat(k)

Untuk memperoleh nilai k menggunakan persamaan (2.27)

42 I

k

T2
Pengukuran periode osilasi batang (T) dilakukan sebanyak n kali, sehingga
berlaku

T
T

(3.1)

Untuk menghitung nilai momen inersia (I) menggunakan persamaan (2.29)

⎛ P2 R ⎞
2

I M

⎜bb⎟
b b
⎜12 2⎠

Jarak Kedua Benda(d)

Nilai d diperoleh menggunakan persamaan (2.30)

d 2b 2 c 22 bc cos

Sudut penyimpangan neraca(θ)

Menghitung sudut penyimpangan neraca (θ) menggunakan persamaan

(2.31)

X

4Y

Menghitung Konstanta Gravitasi(G)


Dari data yang dihasilkan maka dapat dilakukan pengukuran terhadap

konstanta gravitasi G dengan menggunakan persamaan (2.21)

k d 2

G

2 M ml

Membuat dan menganalisis grafik hubungan antara (1/d2) dengan sudut

penyimpangan neraca(θ).
29

Analisis Kesalahan(ralat)

Untuk menghitung ralat panjang, massa dan diameter batang dilakukan

berdasarkan kondisi alat ukur yang digunakan.

Ralat Konstanta Puntiran Kawat(∆k)

Untuk menghitung ralat konstanta puntiran kawat menggunakan persamaan

k k

(3.4)

Dengan ralat perhitungan momen inersia batang (∆I) menggunakn persamaan

2
⎛I ⎞
2
⎛M ⎞
2
⎛2P⎞
2
⎛2R ⎞

⎜ ⎟ ⎜   b⎟

⎜b⎟

⎜b⎟

⎝I⎠ ⎝M b ⎠

⎝12Pb ⎠
⎝2Rb ⎠

I 

I (3.5)

Ralat perhitungan periode osilasi dengan menggunakan persamaan

T 

(3.6)

Ralat Konstanta Gravitasi Universal(∆G)

Untuk menghitung ralat konstanta gravitasi universal menggunakan ralat rambang

dengan persamaan
G 

(3.7)

Anda mungkin juga menyukai

  • C6 PDF
    C6 PDF
    Dokumen2 halaman
    C6 PDF
    Marina Marina
    Belum ada peringkat
  • C7 PDF
    C7 PDF
    Dokumen2 halaman
    C7 PDF
    Marina Marina
    Belum ada peringkat
  • C3 PDF
    C3 PDF
    Dokumen1 halaman
    C3 PDF
    Marina Marina
    Belum ada peringkat
  • RPP Idl
    RPP Idl
    Dokumen176 halaman
    RPP Idl
    Marina Marina
    Belum ada peringkat