Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum RL

Nilai Pre-
Nilai Laporan
Modul 1
Nilai Quiz
Rangkaian Tunggal, Seri, dan Paralel

Nilai TUGAS TTD Asisten & Nama

Nama Praktikan : Moh. Arnata A. Gonibala

NRI : 17021103057

Nama Asisten : Fauzyah Ontowirjo

NRI Asisten : 14021103039

LABORATORIUM TEKNIK KENDALI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2018
BAB 1
TUJUAN

1. Praktikan dapat mengetahui Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff


2. Praktikan dapat menghitung besar arus dan tegangan
3. Praktikan mampu menjelaskan karakteristik arus dan tegangan pada
rangkaian tunggal, Seri, dan paralel.
4. Praktikan mampu merangkai alat-alat percobaan.
BAB II

DASAR TEORI

A. Hambatan

Hukum Ohm, yaitu Hukum dasar yang menyatakan hubungan antara Arus
Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R). Hukum Ohm dalam bahasa
Inggris disebut dengan “Ohm’s Laws”. Hukum Ohm pertama kali
diperkenalkan oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon
Ohm (1789-1854) pada tahun 1825. Georg Simon Ohm mempublikasikan
Hukum Ohm tersebut pada Paper yang berjudul “The Galvanic Circuit
Investigated Mathematically” pada tahun 1827.
Bunyi dari Hukum Ohm adalah :

“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau
Konduktor akan berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang
diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”

Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila


nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya Setiap penghantar mempunyai
hambatan. Beberapa penghantar seperti kabel, harus dipilih agar mempunyai
nilai hambatan paling rendah. Komponen yang mempunyai kegunaan karena
nilai hambatan ( resistansi ) disebut resistor. Resistor banyak dipakai dalam
rangkaian listrik dan elektronika untuk mengatur besar arus yang mengalir.
Dalam resistor energi listrik diubah menjadi energi panas.
Hubungan antara tegangan, arus dan hambatan dalam rangkaian
dinyatakan oleh persamaan :
V=I*R

Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Ohm.


B. Tegangan Listrik

Tegangan listrik adalah perbedaan energi potensial yang ada diantara


kedua belah kutub.

C. Arus Listrik

Arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu.

C.1 Hukum Kirchoff

Hukum kirchoff adalah hukum arus listrik dimana terdapat hukum kirchoff
I dan hukum kirchoff II.

C.1.1 Hukum Kirchoff I

“Arus yang masuk sama dengan Arus yang keluar”

C.1.2 Hukum Kirchoff II

“Pada rangkaian loop tertutup tegangan sama dengan 0


dan arus mendekati tak hingga”

D. Rangkaian Seri

Rangkaian seri adalah salah satu model rangkaian listrik. Dalam pelajaran
kelistrikan, rangkaian seri adalah suatu rangkaian yang semua bagian-bagiannya
dihubungkan berurutan, sehingga setiap bagian dialiri oleh arus listrik yang sama.
Rangkaian ini disebut juga dengan rangkaian tunggal, membiarkan listrik
mengalir keluar dari sumber tegangan, melalui setiap bagian, dan kembali lagi ke
sumber tegangan. Kuat arus yang mengalir selalu sama di setiap titik sepanjang
rangkaian. Hambatan yang dirangkai secara seri akan semakin besar nilai
hambatannya. Sedangkan, lampu yang dirangkai secara seri nyalanya menjadi
semakin redup. Apabila satu lampu mati, maka lampu yang lain juga akan mati.

Ciri-ciri Rangkaian Seri Ciri-ciri rangkaian seri adalah semua komponen


listrik yang akan dipasang disusun secara berderet atau berurutan. Kabel
penghubung semua komponen tersebut tidak memiliki percabangan sepanjang
rangkaian, sehingga hanya ada satu jalan yang dilalui oleh arus. Akibatnya, arus
listrik (I) yang mengalir di berbagai titik dalam rangkaian sama besarnya,
sedangkan beda potensialnya berbeda. Artinya semua komponen yang terpasang
akan mendapat arus yang sama pula. Rangkaian seri memiliki hambatan total
yang lebih besar daripada hambatan penyusunnya. Hambatan total (Rtotal) ini
disebut hambatan pengganti. Beda potensial atau tegangan total (Vtotal) dari
rangkaian seri adalah hasil jumlah antara beda potensial pada tiap resistor.

E. Rangkaian Paralel

Rangkaian Paralel adalah jenis rangkaian listrik yang memiliki cara


pemasangan antar komponen secara berderet. Berbeda dengan rangkaian seri yang
disusun secara sejajar, rangkaian paralel memiliki rancangan yang lebih kompleks
dan komponen yang lebih banyak. Suatu Rangkaian Paralel sederhana minimal
membutuhkan switch, hub atau node penghubung, indicator, dan sumber
tegangan. Ciri khas rangkaian ini adalah adanya percabangan pada suatu titik yang
terhubung dengan salah satu komponen inidikator. Rangkaian jenis ini sering
diaplikasikan pada rumah-rumah warga. Penerapan hukum ohm juga lebih sulit
karena rumitnya cara pencarian hambatan. V=I.R ; Rtotal=1/R1+1/R2+1/R3+…
1/RN.

Rangkaian paralel juga memiliki kelebihan seperti memiliki lintasan aliran


arus yang teratur karena susunan dari rangkaian tersebut yang paralel. Selanjutnya
Jika terjadi kerusakan pada suatu komponen maka ini tidak akan berdampak atau
berpengaruh terhadap komponen lain. Selain itu penerapan rangkaian pararalel
cocok diaplikasikan pada konsep dan cara pedistribusian listrik dari perusahaan
penyedia singtkatnya sangat tepat unutuk kepentingan distribusi listrik ke rumah-
rumah konsumen. Pengukuran terhadapbesranya nilai-nilai arus yang mengalir
pada sebuah medium pun akan memliki tingkat akurasi yang tinggi.
Rangkaian paralel ini juga memiliki beberapa kekurangan karena beberapa hal.
Seperti : rancangan yang kompleks atau rumit menjadi beban untuk seorang
instalator dalam membuat skema. Komponen yang diperlukan pun cukup banyak
apalagi kita harus meyertakan node penghubung di setiam titik percabangan.
Biaya yang dikeluarkan pun pastinya lebih mahal melihat beberapa kelemahan
yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh sebab itu sebelum anda memasang atau
menginstalasi seperangkat rangkaian listrik factor ekstern juga perlu diperhatikan
mulai dari untuk apa fungsi rajngkaian tersebut dan lain sebagainya. Demikian
sekilas tentang rangkaian paralel yang initinya adalah rangkaian parallel lebih
cocok digunakan untuk kepentingan distribusi listrik dari perusahaan penyedia
kepada konsumen. Semua itu dipakai sesuai kepentingan dan kebutuhan masing-
masing.
BAB III

ALAT PERCOBAAN DAN GAMBAR RANGKAIAN

3.1 Alat Percobaan

1. Laptop/PC
2. Software LiveWire
3. Multimeter
4. Battery
5. Resistor 15Ω, 100Ω, 220Ω, 470Ω, dan 560Ω

3.2 Gambar Rangkaian

3.2.1 Percobaan Rangkaian Tunggal

15 Ω
3.2.2 Percobaan Rangkaian Seri

470 Ω

100 Ω

220 Ω

3.2.3 Percobaan Rangkaian Paralel

100 Ω 220 Ω 470 Ω


BAB IV

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Siapkan PC/Laptop
2. Buka Software LiveWire
3. Rangkai dan siapkan peralatan sesuai gambar
4. Set baterry menjadi 12 V.
5. Asisten memeriksa rangkaian.
6. Klik ‘Run’ pada aplikasi dipandu asisten.
7. Lalu ukur arus (i) dan tegangan (v).
8. Lakukan pengukuran yang sama untuk percobaan yang berbeda
9. Masukkan semua data pengukuran ke dalam table data.
10. Klik ‘Stop’ pada aplikasi.
BAB V

DATA HASIL PENGAMATAN dan ANALISA DATA

5.1 Data Hasil Pengamatan

5.1.1 Rangkaian Tunggal

VS R I V
15 Ω 799.20 μA 12.00 V
100 Ω 119.88 μA 12.00 V
12 V 220 Ω 54,49 μA 12.00 V
470 Ω 25,51 μA 12.00V
560 Ω 21,41 μA 12.00 V

5.1.2 Rangkaian Seri

VS R I V

470 Ω 7.14 V
12 V 100 Ω 15.17 μA 1.52 V
220 Ω 3.34 V

5.1.3 Rangkaian Paralel

VS R I V ITotal
100 Ω 120.00 mA
12 V 220 Ω 54.54 mA 12.00 V 200.07 mA
470 Ω 25.53 mA
Perhitungan

1. Rangkaian Tunggal
A. Mencari Tegangan B. Mencari Arus
- Dik : I = 799.20 μA - Dik : V = 12 V
= 0.0008 A R = 15 Ω
R = 15 Ω Dit : I ?
Dit : V ? Peny :
Peny : V=IxR
V
V=IxR I=
R
12
V = 0.0008 x 15 I=
15
V = 0.012 V I = 0.8 A

- Dik : I = 119.88 μA - Dik : V = 12 V


= 0,0001 A R = 100 Ω
R = 100 Ω Dit : I ?
Dit : V ? Peny :
Peny : V=IxR
V
V=IxR I=
R
12
V = 0.0001 x 100 I=
100
V = 0.01 V I = 0.12 A

- Dik : I = 54.49 μA - Dik : V = 12 V


= 0.0001 A R = 220 Ω
R = 220 Ω Dit : I ?
Dit : V ? Peny :
Peny : V=IxR
V
V=IxR I=
R
12
V = 0.0001 x 220 I=
220
V = 0.022 V I = 0.054 A

- Dik : I = 25.51 μA - Dik : V = 12 V


= 2.551 A R = 470 Ω
R = 470 Ω Dit : I ?
Dit : V ? Peny :
Peny : V=IxR
V
V=IxR I=
R
12
V = 2.551 x 470 I=
470
V= 1.199 V I = 0.02523 A

- Dik : I = 21.41 μA - Dik : V = 12 V


= 2.141 A R = 560 Ω
R = 560 Ω Dit : I ?
Dit : V ? Peny :
Peny : V=IxR
V
V=IxR I=
R
12
V = 2.141 x 560 I=
560
V = 1.198 V I = 0.02142 A
2. Rangkaian Seri

- Dik : VS = 12 V
R1 = 470 Ω
R2 = 100 Ω
R3 = 220 Ω
Dit : ITotal ?
Peny :
V
I=
R
RTotal = R1 + R2 + R3
= 470 + 100 + 220
= 790 Ω

12
I=
790
I = 0.015189 A

V 1 = I x R1
V1 = 0.015189 x 470
V1 = 7.138 V

V 2 = I x R2
V2 = 0.015189 x 100
V2 = 1.5189 V

V 3 = I x R3
V3 = 0.015189 x 220
V3 = 3.341 V
3. Rangkaian Paralel

Dik : VS = 12 V
R1 = 100 Ω
R2 = 220 Ω
R3 = 470 Ω

Dit : I ?
Peny :

1 1 1 1
= + +
RT R1 R2 R3

1 1 1 1
= + +
RT 100 220 470

1 103400 47000 22000


= + +
RT 10340000 10340000 10340000

1 172400
=
RT 10340000

10340000
RT = 172400
RT = 59,97 Ω

V
I= R

12
IT =
59,97
IT = 0.200 A

VT = I x R
VT = 0.200 x 59,97
VT = 11.99 V
V
I1 =
R
12
I1 =
100
I1 = 0.12 A

V
I2 =
R
12
I2 =
220
I2 = 0.05454 A

V
I3 =
R
12
I3 =
470
I3 = 0.02553 A
BAB VI

TUGAS
1. Buatlah rangkaian Seri-Paralel sesuai gambar berikut:

470 Ω

220 Ω 560 Ω

2. Catat hasil pengukuran lalu bandingkan dengan perhitungan

DATA HASIL PENGUKURAN

Vs I R V ITotal
19,11 mA 470 Ω
12 V 13,72 mA 220 Ω 12 V 38,22 mA
5,39 mA 560 Ω

Dik : VS = 12 V
R1 = 470 Ω
R2 = 220 Ω
R3 = 560 Ω

Dit : I ?

Peny :
1 1 1 1
= + +
RT R1 R2 R3

1 1 1 1
= + +
RT 470 220 560

1 123200 263200 103400


= + +
RT 57904000 57904000 57904000

1 489800
=
RT 57904000

1 57904000
=
RT 489800
RT = 118,21 Ω

V
I=
R

12 V
IT =
118,21Ω
IT = 0.101 A

VT = I x R
VT = 0.101 A x 118,21 Ω
VT = 11.93 V

V
I1 = R

12
I1 = 470

I1 = 0.02553 A
V
I2 = R

12
I2 = 220

I2 = 0.05454 A

V
I3 = R

12
I3 = 560

I3 = 0.02142 A

3. Buatlah rangkaian ekivalen dari rangkaian tersebut lalu lampirkan


4. Catat hasil pengukuran dan buatlah perhitungannya lalu bandingkan
rangkaian ekivalen dengan rangkaian sebelumnya.

Hasil pengukuran rangkaian ekivalen :


- Menjumlahkan rangkaian paralel R2 + R3

1 1 1
= +
R 23 R2 R3

1 1 1
= +
R 23 220 560

1 560 220
= +
R 23 123200 123200

1 780 123200
= =
R 23 123200 780

R23= 157,9 Ω

- Menjumlahkan rangkaian seri R1 + R23


RT = R1 + R23
= 470 + 157,9
RT = 627,9 Ω

V
I=
R

12V
IT =
627,9Ω
IT = 0.019 A
VT = I x R
VT = 0.019 A x 627,9 Ω
VT = 11.93 V

5. Buatlah kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut.


Dari hasil pengukuran seri-paralel dengan pengukuran rangkaian
ekivalen, pengukuran seri-paralel dihitung masing-masing dan hasil
pengukurannya berbeda dengan rangkaian ekivalen. Pada rangkaian
ekivalen cara menghitungnya yaitu dengan menjumlahkan rangkaian
paralel menjadi seri dan jumlahkan secara seri sehingga mendapatkan hasil
total resistor.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini diperoleh hasil pengukuran berbeda dengan
hasil perhitungan. Dimana hasil tegangan yang diperoleh pada
pengukuran adalah 3,02V sedangkan pada perhitungan diperoleh
3,01589V. Penyebab perbedaan itu terdapat pada resistansi yang
terkadang nilainya lebih besar dan bisa juga nilainya lebih kecil.
Namun perbedaan hasil pada pengukuran dan perhitugnan tidak jauh
berbeda

7.2 Saran
Agar menyiapkan alat dan komponen untuk melakukan praktek
secara langsung.
Lampiran

1. Rangkaian Tunggal

2. Rangkaian
Seri
3. Rangkaian Paralel

Anda mungkin juga menyukai