Anda di halaman 1dari 8

BAB 3

TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
50 pelajar dan pegawaidirawat di
sejumlahrumahsakitkarenamengalamigejalagangguan mental usaimengonsumsiobat-obatan,
sepertiSomadril, Tramadol, dan PCC (Paracetamol Cafein
Carisoprodol).Ketigajenisobatitudicampur dan
diminumsecarabersamaandenganmenggunakanminumankerasoplosan. Akibatnya,
seorangsiswakelas 6 Sekolah Dasar dilaporkanmeninggal. Dikabarkan pula RumahSakit
Jiwa (RSJ) Kendari paling banyakmenangani korban.Menkes pun
langsungmengonfirmasikejadiantersebutkepadaKadinkesSultra dr. AsrumTombili. Data
DinkesSultramenunjukkan, hingga 14 September 2019pukul 14.00 WIB terdapat 60 korban
penyalahgunaanobat-obatan yang dirawat di tiga RS, yakni RS Jiwa Kendari (46 orang), RS
Kota Kendari (9 orang), dan RS ProvinsiBahteramas (5 orang). Sebanyak 32 korban
dirawatjalan, 25 korban rawatinap, dan 3 orang lainnyadirujukke RS Jiwa Kendari.''Pasien
yang dirawatberusiaantara 15-22 tahunmengalamigangguankepribadian dan
gangguandisorientasi, sebagiandatangdalamkondisi delirium
setelahmenggunakanobatberbentuk tablet berwarnaputihbertulisan PCC
dengankandunganobatbelumdiketahui,'' terang Menkes.Menilikbanyaknya korban
berusiamuda, iasangatberharap Badan Narkotika Nasional (BNN)
segeramengidentifikasikandunganobatsekaligusmenetapkan status
zattersebutdalamkelompokadiktif.''Obat-obatanterlarang dan
zatadiktifsangatmembahayakan dan merugikanremajasebagai asset masa depanbangsa.
Maka, jikainiterbuktizatpsikotropika, Kemenkesmengingatkan agar masyarakatberhati-
hatiterhadap NAPZA yang mengganggukesehatan. Kami juga berharap agar BNN
menginvestigasisecepatnya,'' tegas
Menkes.Sektorkesehatanmemegangperananpentingdalamupayapenanggulanganpenyalahgu
naan NAPZA, melaluiupayaPromotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi. Regulasi yang
mengaturantara lain Undang-Undang No. 35/2009 tentangNarkotika, Undang-Undang No.
44/2009 tentangRumahSakit, Undang-Undang No. 18/2014 tentangKesehatan Jiwa, dan
Permenkes No. 41 tahun 2017 tentangPerubahanPenggolonganNarkotika.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 PembahasanKasus
 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan


melalui beberapa cara, sebagai berikut ini :

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai


ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada
pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh
pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama,
pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan obat-
obatan illegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk
mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba


melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat
kemananan yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat mengetahui harus segera
melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri.

c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun
dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan
dan rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-
pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih dll.

d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban


tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan
memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban
Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali
sebagai pecandu narkoba.

 Upaya pencegahan penyalahgunaan napza :


Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA
dan melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja
yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu
melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.Upaya
pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat
proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan
NAPZA.
3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.

 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai
berikut :
a) Kaji situasi kondisi penggunaan zat
- Kapan zat digunakan
- Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
- Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
b) Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
1) Berbagi peralatan suntik
2) Perilaku seks yang tidak nyaman
3) Menyetir sambil mabuk
4) Riwayat over dosis
5) Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
c) Kaji pola penggunaan
1) Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)
2) Penggunaan selama seminggu
3) Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
4) Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah
berjalan melalui rumah Bandar)
5) Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman
pakai)
6) Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak”
atau “Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
7) Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
8) Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat
tidur atau stress yang berkepanjangan)
d) Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila
tidak menggunakan
2. Diagnosa yang mungkin timbul :
a) Resiko tinggi menciderai diri sendiri
b) Intoksikasi
c) Harga diri rendah
d) Koping mal adaptif
3. Intervensi
 Strategi Pertemuan 1- klien :
a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan
motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
b. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan
c. Membuat jadwal latihan
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien
mengatasi craving / nagih (keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA) adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi rasa nagih muncul
b. Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti
c. Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi makan
semakin sering muncul
d. Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagih
e. Coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating
f. Tundalah penggunaan sampai beberapa saat
g. Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung
h. Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
i. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba
j. Tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuat rileks
k. Dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir dengan
menggunakan lagi
l. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
m. Bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka menikmati hidup atau
rilekslah untuk dapat banyak ide.
Menurut Keliat dkk. (2006). Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya
berhenti menggunakan NAPZA.
b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA.
d. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk

 Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain :


a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan / ketergantungan zat
(tanda, gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan,
pengobatan, dan rehabilitasi).
c. Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti: intoksikasi
berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan penglihatan
(persepsi), kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukan
kekerasan sampai menyerang orang lain. Kondisi lain dari klien yang perlu
mendapat perhatian keluarga adalah gejala putus zat seperti nyeri (Sakau), mual
sampai muntah, diare, tidak dapat tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang
berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).
d. Diskusikan dan latih keluarga merawat klien NAPZA dengan cara: menganjurkan
keluarga meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau menghindari sikap-sikap
yang dapat mendorong klien untuk memakai NAPZA lagi (misalnya menuduh klien
sembarangan atau terus menerus mencurigai klien memakai lagi); mengajarkan
keluarga mengenal ciri-ciri klien memakai NAPZA lagi (misalnya memaksa minta
uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala intoksikasi); ajarkan keluarga untuk
membantu klien menghindar atau mengannkan perhatian dari keinginan untuk
memakai NAPZA lagi, anjurkan keluarga memberikan pujian bila klien dapat
berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan; dan anjurkan keluarga mengawasi
klien minum obat.
 Strategi Pertemuan dengan Pasien dan Keluarga Penyalahgunaan dan Ketergantungan
NAPZA.
a. Pasien
 Sp1-P
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mendiskusikan dampak NAPZA
3) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5) Latihan cara meningkatkan motivasi
6) Latihan cara mengontrol keingan
7) Membuat jadwal aktivitas
 Sp 2-P
1) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
2) Mendiskusikan cara hidup sehat
3) Latihan cara menyelesaikan masalah
4) Latihan cara hidup sehat
5) Mendiskusikan tentang obat

b. Keluarga

 Sp1-K
1) Mendiskusikan masalah yang dialami
2) Mendiskusikan tentang NAPZA
3) Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4) Mendiskusikan cara merawat
5) Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6) latihan cara merawat
 Sp2-K
1) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
2) Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat
(Sumber: Keliat dkk, 2006).

4. Evaluasi
 Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :
a. Klien mengetahui dampak NAPZA
b. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan NAPZA
c. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan NAPZA
kembali
d. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif
e. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
f. Klien mematuhi program pengobatan
 Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien
b. Keluarga mengetahui tentang NAPZA
c. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
d. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
e. Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh
f. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat

Anda mungkin juga menyukai