Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Partisipasi Masyarakat

2.1.1 Definisi Partisipasi Masyarakat

Menurut Jennifer-Mc Cracken-Deepa (dalam Yulianti, 2006: 43), Partisipasi


merupakan proses dimana pihak-pihak yang terlibat mempengaruhi dan mengendalikan
inisiatif pembangunan, keputusan dan sumber-sumber yang mempengaruhi mereka
(Chaerunnissa, C. C. C., 2014). Partisipasi memiliki sisi yang berbeda, bermula dari
pemberian informasi dan metode konsultasi sampai dengan mekanisme untuk berkolaborasi
dan pemberdayaan yang memberi peluang bagi stakeholder untuk lebih memiliki pengaruh
dan kendali.

Wahyudi Kumorotomo (dalam Hamisi, 2013) mengatakan bahwa partisipasi adalah


berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan
timbal balik antara Pemerintah dengan warganya (Chaerunnissa C.C.C., 2014)). Secara
umum corak partisipasi warga Negara dapat dibedakan menjadi empat macam:

1. Partisipasi dalam pemilihan (electoral participation)

2. Partisipasi kelompok (group participation)

3. Kontak antara warga Negara dengan Pemerintah

4. Partisipasi warga negara langsung.

Partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai pemberdayaan masyarakat, peran


sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan, dan implementasi program/proyek
pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk
berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan ((Adisasmita
2006: 41) dalam Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., & Gutama, A. S., 2016). Partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah di lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug.

Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan keluaran.


Sebagai masukan, partisipasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat
untuk berkembang secara mandiri. Sebagai keluaran partisipasi dapat digerakkan atau
dibangun. Disini partisipasi berfungsi sebagai keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui
berbagai upaya ((Ndraha dalam Sularmi, 2009: 7) dalam Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., &
Gutama, A. S., 2016).

2.1.2 Prinsip Penggerakan Partisipasi

Dalam penggerakan partisipasi masyarakat diarahkan dalam 3 kegiatan utama yaitu:

1. Kepemimpinan, yaitu melakukan intervensi kepemimpinan yang berwawasan


kesehatan (paradigma sehat) baikt tingkat atas sampai tingkat bawah.
2. Pengorganisasian, yaitu melalui intervensi “community development” di bidang
kesehatan pada setiap kelompok masyarakat, sehingga muncul bentuk UKBM di setiap
kelompok masyarakat.

3. Pendanaan, yaitu mengembangkan sumber dana masyarakat untuk membiayai


berbagai bentuk kegiatan kesehatan.

2.1.3 Indikator Partisipasi Masyarakat

Indikator partisipasi masyarakat meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya kemampuan pemimpin, pemuda, dan tokoh masyarakat dalam


merintis dan menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat (UKBM).

2. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan upaya


kesehatan.

3. Meningkatnya kempuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali,


menghimpun, dan mengelola dana / sarana masyarakat untuk upaya kesehatan.

2.1.4 Sasaran Penggerakan Partisipasi Masyarakat

1. Tokoh masyarakat (tokoh formal, tokoh agama, dan sebagainya)

2. Keluarga dan dasa wisma (persepuluhan keluarga)

3. Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan (kader kes, generasi


muda, wanita, lansia, usia pekerja)

4. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat


menyelenggarakan upaya kesehatan, antara lain : organisasi profesi, pengobatan tradisional,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), perkumpulan senam, dll.

5. Masyarakat umum (Trapsilowati, W., Mardihusodo, S. J., Prabandari, Y. S., &


Mardikanto, T., 2015).

2.1.5 Strategi Peningkatan Partisipasi

1. Menerapkan Komunikasi Informasi dan Motivasi (KIM) dalam rangka


menumbuhkan “public opinion” yang positif.

2. Membentuk pemimpin dan perintis pembangunan kesehatan dalam masyarakat


dengan diklat.

3. Memberikan kesempatan dan melibatkan berbagai organisasi masyarakat untuk


bekerja sama dalam pembangunan kesehatan (kemitraan).

2.1.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


Partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Faktor Pendorong

a. Faktor pendorong di masyarakat : semangat gotong-royong , kebutuhan


berpartisipasi (kebutuhan akan pengakuan dari orang lain), meniru/mengikuti orang lain,
dukungan dari tokoh formal/informal.

b. Faktor pendorong dari petugas kesehatan : saran, anjuran, motivasi.

2. Faktor Penghambat

a. Persepsi masyarakat yang salah

b. Kurangnya dukugan dari pemimpin masyarakat

c. Sistem pengambilan keputusan yang kurang demokratis

d. Adanya kesenjangan sosial

e. Faktor kepentingan individu/kelompok tertentu (Suroso, H., Hakim, A., &


Noor, I. (2014).

2.1.7

2.1.8

2.1.9

2.1.10

2.2 Konsep HIV

2.2.1 Definisi HIV

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 (Pardita, D. P. Y., & Sudibia, I. K.,
2014). Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah,
sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan
berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

2.2.2 Faktor Resiko HIV/AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:


1. Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis
maupun heteroseksual.

2. Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.

3. Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

4. Pengguna narkotika suntik.

5. Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik

2.2.3 Penyebab HIV/AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan


melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang
tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya
kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko
terinfeksi HIV (Pardita, D. P. Y., & Sudibia, I. K., 2014).

2.2.4 Gejala HIV/AIDS

Penyakit HIV/AIDS memiliki gejala-gejala yang dibagi pada 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Pertama:

 Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi,
selama satu hingga dua bulan.

 Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.

 Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening,
diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

2. Tahap Kedua:

 Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.

 Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.

 Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.

 Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

3. Tahap Ketiga:

 Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.

 Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.


 Merasa lelah setiap saat.

 Sulit bernapas.

 Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.

 Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.

 Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.

 Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastis(Pardita, D. P. Y., & Sudibia, I.
K. (2014).

DAFTAR PUSTAKA

Pardita, D. P. Y., & Sudibia, I. K. (2014). Analisis dampak sosial, ekonomi, dan psikologis
penderita HIV AIDS di Kota Denpasar. Udayana University.

CHAERUNNISSA, C. C. C. (2014). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Penyediaan Air


Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Brebes (Studi Kasus
Desa Legok dan Desa Tambakserang Kecamatan Bantarkawung). Politika: Jurnal Ilmu
Politik, 5(2), 99-113.

Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., & Gutama, A. S. (2016). Partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah di lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug. SHARE: Social Work
Journal, 5(1).

Suroso, H., Hakim, A., & Noor, I. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo
Kabupaten Gresik. WACANA, Jurnal Sosial dan Humaniora, 17(1), 7-15.

Trapsilowati, W., Mardihusodo, S. J., Prabandari, Y. S., & Mardikanto, T. (2015). Partisipasi
masyarakat dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue di Kota Semarang Provinsi
Jawa Tengah. Vektora: Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit, 7(1), 15-22.

Anda mungkin juga menyukai