Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA

Penghayatan Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari

Nama : Angga Septian Kurnia

Npm : 173210269

Kelas : “A” Teknik Perminyakan

Dosen Pembimbing :

Very Kusnadi SH.MH


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Pancasila Dan Keharusan Reaktualisasi.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Pak Very Kusnadi SH,MH yang telah membimbing saya dalam pembuatan
makalah ini.
2. Orang Tua dan keluarga saya tercinta yang banyak memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara materi, maupun moral.
3. Serta teman-teman saya yang telah memberi semangat pada saya.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Pancasila Dan
Keharusan Reaktualisasi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Pekanbaru, 27 Januari 2018
    

Angga Septian Kurnia


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang


Pemahaman pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia sangat mutlak diperlukan. Karena selain sebagai
dasar Negara, Pancasila juga berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa (way of
life), jiwa, dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa
Indonesia pada waktu mendirikan Negara.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi dalam peradaban umat
manusia pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami
berbagai macam interpretasi dan manipulasi sesuai dengan kepentingan penguasa.
Pancasila tidak lagi digunakan sebagai pedoman hidup bangsa. Sedikit demi
sedikit mulai muncul adanya degradasi nilai-nilai luhur pancasila. Penyimpangan
terhadap nilai-nilai pancasila mulai marak terjadi dimasyarakat. Hal ini tentu
dapat berakibat sangat fatal terhadap bangsa ini. Yang jika tidak segera ditangani
dapat melemahkan peranan ideologi serta yang lebih serius dapat mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina dan dipelihara
sejak dulu.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apakah pengertian Pancasila?
2.      Apakah makna dan contoh degradasi nilai-nilai Pancasila?
3.      Apa saja paham penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila?
4.      Bagaimana mengatasi Degradasi Nilai-Nilai Pancasila? 

C.     Tujuan
1.      Agar mengetahui pengertian Pancasila.
2.      Agar mengetahui makna dan contoh degradasi nilai-nilai Pancasila.
3.      Agar mengetahui Paham Penyebab lunturnya Nilai-Nilai Pancasila.
4.      Agar mengetahui cara mengatasi degradasi nilai-nilai Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Pancasila


1.        Arti secara Etimologis
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca dan Sila. Panca
artinya lima, Syila (huruf I pendek), artinya batu-sendi, alas atau dasar. Syiila
(huruf  I panjang), artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh. Jadi Pancasila (huruf I pendek) berarti “berbatu sendi lima atau
dasar yang memiliki lima unsur” Sedangkan “Panca-Syiila’’(huruf I panjang)
berarti “lima aturan tingkah laku yang penting”.
  
2.      Arti secara Historis
Pancasila dalam arti sebagai dasar negara terdiri dari lima dasar atau lima
sila.
a.    Istilah pancasila yang dalam arti dasar negara, pertama kali muncul dikemukakan
oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 didalam sidang BPUPKI(29 Mei-1
Juni 1945) yang terdiri dari:
       Nasionalisme atau kebangsaan
       Internasionalisme atau perikemanusiaan
       Mufakat atau demokrasi
       Kesejahteraan sosial
       Ketuhanan yang berkebudayaan
b.    Sedangkan mengenai konsep dasar negara yang akan dijadikan dasar bagi negara
RI merdeka, telah dilakukan melalui berbagai usulan dan proses sidang-sidang
antara lain:
1.     Mr.M.Yamin, 29 Mei 1945 dalam sidang BPUPKI
2.     Prof. Soepomo, 30 Mei 1945 dalam sidang BPUPKI
3.     Ir. Soekarno, 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI
4.     Piagam Jakarta/Jakarta Charter, 22 Juni 1945
5.     Sidang PPKI, 18 Agustus 1945, Pembukaan UUD 1945 alenia I
3.    Arti secara Terminologis
Sebagai dasar negara, rumusan Pancasila mengalami berbagai perubahan,
sehingga dapat dijadikan terminologi dalam sejarah perkembangan pancasila
sebagai dasar negara. Rumusan Pancasila tersebut termuat pada:
1.      Pembukaan UUD 1945 alenia IV
2.      Kontitusi RIS, yang berlaku dari tanggal 29 Desember 1945 - 17 Agustus
1950, sebagai berikut:
           Ketuhanan YME
           Perikemanusiaan
           Kebangsaan
           Kerakyatan
           Keadilan Sosial
3.      UUD’S 50 yang berlaku dari tanggal 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
         Ketuhanan YME
         Perikemanusiaan
         Kebangsaan
         Kerakyatan
         Keadilan Sosial
4.      Dikalangan Masyarakat
         Ketuhanan YME
         Perikemanusiaan
         Kebangsaan
         Kerakyatan
         Keadilan Sosial

B.     Makna dan Contoh Degradasi Nilai-nilai Pancasila


Saat ini norma dan nilai-nilai Pancasila sudah mulai memudar dan
masyarakat pun mengalami erupsi dan degradasi terhadap nilai-nilai luhur yang
ada didalam Pancasila. Sehingga relevansi pancasila sebagai filsafat hidup
berbangsa dan bernegara saat ini mulai di pertanyakan. Pancasila sebagai dasar
dan Ideologi Negara harus dipahami, dimengerti dan diamalkan oleh Seluruh
Rakyat Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa serta sebagai landasan berfikir,
bersikap dan bertindak dalam membangun Indonesia. Berikut contoh kasus yang
menunjukkan ketidak relevannya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila saat
ini.
Makna Sila dalam Pancasila beserta contoh kasus nilai-nilai pancasila yang tidak
relevan :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Makna sila ini adalah: 
 Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha
Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya.
 Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
   Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
 Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

Penerapan Sila ke 1 dalam kehidupan sehari-hari yaitu :


Menjalankan semua perintah- NYA dan menjauhi larangan-Nya. Dalam
memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah
manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling
manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya;
harus dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain
dan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Kasus yang bertentangan dengan sila ke 1 :


1.      Kekerasan atas nama agama
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mencatat sepanjang tahun 2011
masih banyak ditemukan kasus intoleransi baik antar atau sesama agama, yang tak
jarang berujung pada kekerasan. Kiai Said menambahkan, dalam ajaran
agama apapun, termasuk Islam, kekerasan secara tegas dilarang dilakukan. "Laa
ikraaha fiddin”. Tidak ada kekerasan dalam agama ataupun atas nama agama.
Agama itu pembawa perdamaian, menjadikan hidup damai. Tidak ada ceritanya
agama justru menjadikan manusia saling menyerang. Dari kasus ini menandakan
bahwa sudah tidak relevannya warga Indonesia dengan nilai pancasila khususnya
pada sila pertama. Karena kasus pertama menunjukkan tidak adanya toleransi dan
kasus ke dua dengan alasan jihad. Hal tersebut jelas sangat bertentangan dengan
nilai pada sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu toleransi antar
umat beragama dan menghilangkan nyawa seseorang sekalipun alasannya adalah
berjihad dan membela agama islam. 

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Makna sila ini adalah:
a. Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan
kewajibannya.
b. Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar
dan terhadap Tuhan.
c. Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta,
rasa, karsa dan keyakinan.

Penerapan sila ini dalam kehidupan sehari-hari  yaitu:


Dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk
mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuanketentuan hukum
yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam hal
ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila ini,
misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup
bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan
sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. 

   Kasus yang bertentangan dengan sila ke 2


- Kunjungan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat ke Yunani
Beberapa waktu lalu sejumlah anggota Badan Kehormatan DPR berangkat
ke Yunani dengan alasan melakukan studi banding soal kode etik anggota Dewan.
Hal ini menuai berbagai kontroversi dari masyarakat. Sebenarnya, apabila para
anggota DPR hendak studi banding ke Negara manapun, tidak akan dipersoalkan
asalkan dapat diterima nalar publik dalam mengukur skala prioritas kebutuhan
mendasar dan mendesak serta memenuhi asas kepatutan. Studi banding anggota
DPR ke luar negeri pada saat negeri kita tertimpa bencana, walaupun sudah
dijadwalkan, mestinya harus dipertimbangkan dan ditunda sampai waktu yang tak
ditentukan. Hal ini bertentangan dengan sila ke dua “Kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Seharusnya dewan kehormatan tersebut berempati terhadap keadaan
sebagian kecil rakyat negeri ini yang berduka. Diberitakan jika Komisi II DPR
membatalkan kunjungan ke China, tetapi rombongan Komisi V DPR telanjur
pergi ke Italia hanya sehari setelah bencana tsunami Mentawai dan letusan
Gunung Merapi. Sangat wajar jika masyarakat akan merasa sinis dan kecewa
kepada anggota DPR yang nekat melakukan studi banding ke luar negeri ditengah
kedaan Indonesia yang seperti ini. Ibu pertiwi menangis. Itulah perumpamaan
yang dapat diibaratkan dengan realita yang ada. Rasa kekeluargaan dikalangan
bangsa Indonesia perlu dijaga dan dikembangkan. Diperlukan sikap saling tolong-
menolong, terutama diperuntukkan bagi kalangan yang kurang beruntung.
 
3. Persatuan Indonesia
Makna sila ini adalah:
 Menjaga Persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
 Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme)
 bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam
pembinaan kesatuan bangsa
 Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme)

Penerapan sila ini dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:


Dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu
diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian
pembangunan lingkungan di daerah dan mengembangkannya melalui pendidikan
dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai
tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk
melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan
Laely Widjajati , 1992 : 156-158). Di beberapa daerah tidak sedikit yang
mempunyai ajaran turun temurun mewarisi nilai-nilai leluhur agar tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ketentuan-ketentuan adat di
daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan untuk menebang pohon-pohon
tertentu tanpa ijin sesepuh adat; ada juga yang dilarang memakan binatang-
bintang tertentu yang sangat dihormati pada kehidupan masyarakat yang
bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung sebenarnya ajaran-ajaran
nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian alam dan kelestarian
lingkungan di daerah itu. Bukankah hal ini sudah mengamalkan Pancasila dalam
kehidupan masyarakat yang bersangkutan sehari-hari.

Kasus yang bertentangan dengan sila ke 3


1. Bangga menggunakan produk Luar Negeri daripada produk Dalam Negeri
Sebagian besar masyarakat Indonesia sesungguhnya masih memiliki kecintaan
dan kebanggaan untuk menggunakan produksi dalam negeri. Hal ini terbukti
dengan makin meningkatnya citra dan penggunaan batik dan sepatu produksi
dalam negeri. Namun sebagian besar lainnya justru merasa lebih bangga
menggunakan produk dari luar negeri. Dengan anggapan bahwa produk luar
memiliki kualitas yang jauh lebih baik. Hal ini sebenarnya keliru. Sebagai warga
Negara Indonesia yang baik, tentunya harus menggunakan nilai-nilai pancasila
sebagai dasar dalam kegiatan sehari-hari. Perwujudan rasa bangga terhadap tanah
air merupakan salah satu kandungan dari sila ketiga “ Persatuan Indonesia”. Rasa
bangga dapat diaktualisasikan misalnya saja dengan senantiasa menggunakan
produk dalam negeri.
Ketika kita merasa lebih bangga dengan menggunakan barang-barang dari luar
negeri, hal tersebut sesungguhnya termasuk dalam penyimpangan nilai-nilai
pancasila. Kegemaran kalangan masyarakat tertentu terhadap produk impor
sebetulnya disebabkan gaya hidup yang ingin meniru luar negeri. Ini
sesungguhnya patut disesalkan karena kalangan masyarakat ini umumnya
berintelektual tinggi. Sudah sepatutnya rasa nasionalisme terhadap produksi
dalam negeri harus dikampanyekan secara luas dan terus menerus agar tumbuh
rasa bangga terhadap produk-produk karya anak negeri.

4.    Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Makna sila ini adalah:
         Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
         Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
         Mengutamakan budaya musyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
         Bermusyawarah sampai mencapai kata mufakat diliputi dengan semangat
kekeluargaan.
Penerapan sila ke 4 dalam kehidupan sehari hari:
Sebelum mengambil keputusanyang menyangkut kepentingan bersama
terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan disyahkan secara mufakat.
Musyawarah untuk mencapai mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan,
yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia menghormati dan
menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak
yang bersangkutan menerima dan melaksanakan dengan itikad baik dan rasa
tanggungjawab.
Kasus yang bertentangan dengan sila ke 4
      Demonstrasi mahasiswa
Pada asal mulanya demonstrasi merupakan salah satu cara penyampaian
aspirasi yang dilegalkan. Demonstrasi dapat pula digunakan sebagai media
penyampaian kritik ataupun saran-saran terhadap kebijakan pemerintah yang
dinilai kurang berpihak kepada rakyat. Tetapi dewasa ini demonstrasi identik
dengan kegiatan penyampaian pendapat disertai anarkisme masa dan perusakan
infrastruktur pemerintah. Orasi disertai dengan aksi baku hantam antara
pengunjuk rasa dan aparat keamanan. Hal ini sangat bertentangan dan tidak sesuai
dengan sila ke empat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”. Demonstrasi yang berujung
dengan anarki sering kali merupakan demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal
ini tentunya sangat disayangkan sekali, mengingat mahasiswa adalah generasi
muda dengan intelektual tinggi sekaligus sebagai pewaris bangsa ini. Bagaimana
pun Negara ini kedepannya sangat tergantung pada generasi muda saat ini.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Makna sila ini adalah:
      Bersikap adil terhadap sesama.
      Menghormati hak-hak orang lain.
      Menolong sesama.
      Menghargai orang lain.
      Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.

Penerapan dalam kehidupan sehari hari


Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
soial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan
perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Kasus yang bertentangan dengan sila ke 5:
           Kehidupan antara warga Jakarta dengan Papua
Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah sangat
berbeda, yang penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia juga, tetapi
negara kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih banyak masyarakat papua
yang memakai koteka, pembangunan di daerah tersebut juga tidak merata. Kita
bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di Jakarta, banyak orang-orang 
memakai pakaian yang berganti-ganti model, dan banyak bangunan menjulang
tinggi.

C. Paham-Paham Penyebab Lunturnya Nilai-Nilai Pancasila


Saat ini sebagian masyarakat cenderung menganggap Pancasila hanya
sebagai suatu simbol dan mulai melupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di
dalamnya. Padahal Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala
hukum dan perundang-undangan. Sementara itu, lunturnya nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, akibat tidak satunya
kata dan perbuatan para pemimpin bangsa, Pancasila hanya dijadikan slogan di
bibir para pemimpin, tetapi berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-
nilai luhur Pancasila. Contoh yang tidak baik dari para pemimpin bangsa dalam
pengamalan Pancasila telah menjalar pada lunturnya nilai-nilai Pancasila di
masyarakat.
Akibatnya, terjadilah kekacauan dalam tatanan kehidupan berbangsa, di
mana kelompok tertentu menganggap nilai-nilainya yang paling bagus. Lunturnya
nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat dapat berarti awal sebuah
malapetaka bagi bangsa dan negara kita. Fenomena itu sudah bisa kita saksikan
dengan mulai terjadinya kemerosotan moral, mental dan etika dalam
bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda. Timbulnya persepsi
yang dangkal, wawasan yang sempit, perbedaan pendapat yang berujung
bermusuhan dan bukan mencari solusi untuk memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada
akhirnya cenderung mengundang tindak anarkis.
Adapun Isme-isme (Paham-paham) yang telah mengikis perlahan-lahan
nilai-nilai dalam pancasila yaitu:
1. Fanatisme
Menurut definisinya, Fanatisme biasanya tidak rasional atau keyakinan
seseorang yang terlalu kuat dan kurang menggunakan akal budi sehingga tidak
menerima faham yang lain dan bertujuan untuk mengejar sesuatu. Adanya
fanatisme dapat menimbulkan perilaku agresi dan sekaligus memperkuat keadaan
individu yang mengalami deindividuasi untuk lebih tidak terkontrol perilakunya.
Fanatisme yang berlebihan dalam berbagai aspek kehidupan baik agama,
suku, ras, dan juga golongan akan melahirkan suatu sikap yang berlebihan
sehingga mereka akan berbuat sesuka hatinya karena beranggapan bahwa orang
diluar pemahaman dirinya adalah salah dan keliru. Fanatisme inilah yang
kemudian melunturkan nilai-nilai kesatuan dalam perbedaan yang tertera didalam
nilai falsafah bangsa ini. Fanatisme dalam agama yang berlebihan misalnya, Dia
akan menganggap bahwa agama lain adalah salah sehingga mereka boleh
diperlakukan bagaimanapun dengan dalil-dalil yang mereka tafsiri semaunya
sendiri, sehingga tidak jarang banyak konflik antar agama yang terjadi di
Indonesia di sebabkan karena mereka memahami agamanya terlalu dangkal
dengan menafikan agama lain yang ada di lingkungannya, mereka sudah tidak
berfikiran bahwa mereka hidup dalam dunia majemuk dan mulkutural yang terdiri
dari berbagai macam agama yang diakui oleh negara, dimana memiliki hak yang
sama dan merata untuk tinggal dan berdampingan satu sama lainnya.
Fanatik boleh dan sah-sah saja, namun bilamana fanatik ini masuk pada
wilayah Fanatisme yang berlebihan sehingga mengganggu pada keutuhan bangsa
dan meruncingnya problem ditengah-tengah masyarakat yang majemuk ini,
tentunya sebagai masyarakat Indonesia yang sadar akan keberagaman bangsa ini,
kita akan berupaya untuk mengurangi dan mengikis sedikit demi sedikit agar tidak
menjadi problem bangsa baru yang hadir di bumi pertiwi yang kita cintai ini.
2. Egoisme
Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti
menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan
orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat
Egoisme personal mungkin masih bisa ditoleransi ketika bentuknya positif
misalnya belajar yang berlebihan dan lain sebagainya. Namun kalau Egoisme
negative yang merugikan orang lain tidak bisa dipertahankan karena akan
berakibat merugikan orang lain. Begitu pula egoisme kelompok, justru itu yang
sangat berbahaya karena justru merusak sendi-sendi keragaman bangsa, Egoisme
juga akan melahirkan sifat penindasan yang kuat kepada yang lemah.
Egoisme dalam berbagai aspek hampir sama dengan fanatisme, bisa terjadi
pada agama, suku, ras dan lain sebagainya. Egoisme agama misalnya, agama A
menindas agama B dengan bentuk pelarangan mendirikan tempat beribadah pada
agama B disekitar lingkungannya, padahal B dalam poses pendirian tempat
Ibadahnya tidak melanggar secara hukum baik hukum agama A karena tidak
melakukan perampasan dan hal-hal yang berbau kecurangan maupun lainnya yang
merugikan agama A, dan juga hukum positif negara Indonesia karena secara
administrative pendirian bangunannya sudah mendapatkan ijin dari pihak-pihak
yang berwenang, bahkan tempat ibadah yang akan dibangun tersebut berada di
lingkungan dan komunitasnya agama B.
Nilai luhur pancasila mengajarkan kepada kita semua untuk bisa hidup
damai dan berdampingan dengan siapapun yang ada di bumi Indonesia,
mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi,
mengutamakan musyawarah mufakat daripada keputusan Individual dan tentunya
lebih mengutamakan hidup bersama dengan baik dengan orang yang ada
dilingkungan sekitar kita dari pada hidup sendirian.
3. Hedonisme
Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau
kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. (Lorens Bagus.2000,
Kamus Filsafat:282). Hedonisme sebagai istilah yang menunjukan paham
kesenangan berasal dari kata Hedone yang berarti kesenangan. Dalam kamus
Bahasa Indonesia, Hedonisme berarti paham yang beranggapan bahwa
kesenangan adalah yang paling benar di dunia ini.
Contohnya sering kita mendapat kabar, baik lewat televisi, koran, majalah
dll, remaja yang tertangkap sedang melakukan pesta miras, atau melakukan
hubungan seksual..
Hukum-hukum tradisional yang terkadang kita selalu melupakannya
ternyata sangat memiliki arti yang sangat penting untuk mencegah gaya hidup
Hedonisme yang berlebihan. Dalam hukum tradisional, kita telah mengetahui
bahwa hubungan sek di luar pernikahan itu tidak dapat di benarkan apalagi di nilai
dari sudut pandang agama, di dalam agama manapun sejauh yang saya ketahui
tidak ada satupun agama yang dengan jelas memperbolehkan hubungan sek diluar
pernikahan.
Generaasi muda yang sangat diharapkan untuk kemajuan masa depan
bangsa, rasanya patut menjadikan dirinya sebagai penggerak dan mampu untuk
menghadapi arus modern ini dengan menyaring apapun budaya-budaya luar yang
merusak oral yang bukan cerminan budaya ketimuran yaitu Indonesia. Karena
hedonisme bukanlah cerminan perilaku bangsa yang terhormat. Idiologi bangsa
kita mengajarkan bagaimana kita berhemat dan tidak terlalu berlebihan dalam
hidup kalaupun kita sebagai orang yang mapan baik dari sisi financial maupun
lainnya.
4. Opportunisme
Oportunisme dimakni sebagai suatu aliran pemikiran yang menghendaki
pemakaian kesempatan menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri,
kelompok, atau suatu tujuan tertentu.
Sikap oportunisme sangat berbahaya dan merugikan bagi siapapun. Apa
jadinya kalau kalangan intelektual menjadi kaum oportunisme?. Tentu bumi
pertiwi akan menangis melihat kondisi ini. Jadi sebagai kaum intelektual banyak
hal positif lain yang bisa lakukan tanpa harus melakukan sikap oportunisme yaitu
dengan bentuk pengingkaran pada pancasila yang mengajarkan bagaimana kita
bersikap arif dan terbuka terhadap sesama, katakan yang benar itu benar dan yang
salah itu salah bukan malah sebaliknya.
D. Cara Mengatasi Degradasi Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila semestinya senantiasa digunakan sebagai acuan dan pedoman
dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila bukanlah kumpulan kalimat yang harus
dihafalkan saja. Tetapi harus diresapi dan diaktualisasikan dalam kehidupan.
Nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya harus direalisasikan, tidak hanya
sekedar paham saja. Penanaman nilai-nilai pancasila perlu dilakukan sejak dini
yakni melalui keluarga. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama memiliki
fungsi yang penting terutama dalam penanaman sikap, nilai hidup serta berfungsi
menumbuhkan kesadaran bahwa pancasila sebagai dasar Negara perlu diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Serta perilaku menyimpang dari nilai-nilai pancasila
yang perlu dihindari.. Penanaman kesadaran perilaku menyimpang pada
hakekatnya merupakan penanaman nilai-nilai Pancasila, karenanya perlu
diberikan sejak anak-anak.
Selain dari pihak keluarga, diperlukan pula pendidikan pancasila agar
terbentuk seorang warga Negara yang memiliki intelektual tinggi, serta penuh
tanggung jawab dalam memecahkan masalah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan pancasila.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar Negara harus dihayati dan dijiwai serta digunakan
sebagai penunjuk arah semua kegiatan ataupun tingkah laku. Tiap-tiap sila yang
ada merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Pancasila sebagai way of life sudah tidak sepenuhnya di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Degradasi nilai-nilai luhur pancasila telah terjadi di kalangan
masyarakat Indonesia.Ada berbagai fenomena yang menjadi penyebab mulai
lunturnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga perilaku
penyimpangan terhadap nilai pancasila sering terjadi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guna mengatasi perilaku menyimpang
tersebut yakni penanaman nilai-nilai pancasila dilakukan sejak dini melalui
pandidikan dalam keluarga, digalakkannya program pendidikan pancasila tidak
hanya pada perguruan tinggi saja, mulai dari pendidikan dasar agar nilai-nilai
luhur pancasila dapat tertanam kuat di jiwa generasi muda sebagai penerus
bangsa.

B. Saran
Masyarakat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
tentunya diharapkan mampu meresapi dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur
pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penyimpangan yang terjadi terhadap nilai
luhur pancasila bukanlah kesalahan satu pihak saja. Tetapi lembaga yang terkait
dengan penanaman nilai-nilai dasar pancasila juga turut bertanggung jawab.
tidaklah bijaksana menumpukan kesalahan pada pemerintah, remaja ataupun
pihak-pihak terkait. Lebih bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi dan
problematika di dalamnya. Dan dari situ dapat diberikan solusi yang mudah
diaplikasikan

DAFTAR PUSTAKA

Muchji, Ahmad,Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.
Ms Bakry, Noor. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Darmodiharjo, Darji, dkk. 1991. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
2009. Proceeding Pancasila “Pancasila Dalam Berbagai Perspektif”.
Yogyakarta: Sekretariat Jendral dan Mahkamah Konstitusi .

Anda mungkin juga menyukai