Anda di halaman 1dari 3

B.

Sikap Kristen Yang Benar Terhadap Yang Beragama Lain

Ternyata dalam agama-agama bukan Kristen dapat ditemukan nilai-nilai parallel dengan
iman Kristen. Menurut iman Kristen bahwa orang-orang bukan Kristen adalah juga sesama.
Mereka juga adalah ciptaan Tuhan, Allah hadir di tengah-tengah kehidupan mereka. Allah bebas
menggerakkan hati mereka. Demikian juga Kristus, tidak hanya terbatas dalam dunia Kristen.
J.Neuner berkata bahwa: Kristen adalah hidup Kristus. Dia sanggup menemui setiap manusia
dalam keadaan hidup dan keadaan hati masing-masing. Sebagai penguasa Dia mengatur seluruh
manusia tanpa membeda-bedakan suku-bangsa ataupun agama lewat tata tertib ilahi yang
ditanamkanNya dalam alam semesta ini. Dan tata tertib ini juga ada dalam semua agama di
dunia.

Dia juga menawarkan keselamatan kepada seluruh manusia secara holistic yang diberikan
melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus sendiri menolak sikap beragama yang fundamentalis.
Kajian Biblika ini amat sesuai dengan situasi masyarakat Indonesia yang sangat majemuk,
khususnya di era globalisasi ini. Karenanya seorang Kristen seharusnya mendukung sikap dan
perilaku yang bias mewujudkan kerukunan antar umat beragama.

Sikap dan perilaku yang simple serta praktis antara lain adalah pengendalian diri
sehingga seorang Kristen dapat memperhatikan rasa hormatnya akan kebebasan tiap orang di
dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sesuai dengan agamanya, bertenggang rasa, dan tidak
berniat memaksakan agamanya kepada orang lain.

1. Sikap Kreatif Dan Kritis

Sikap kreatif dan kritis dalam kehidupan dan pergaulan antar sesama menunjukkan
kehidupan yang dewasa dan bertanggungjawab. Di satu pihak orang Kristen harus
menghayati dan mengamalkan imannya sesuai kasih Kristus. Tetapi di pihak lain orang
Kristen harus menggunakan pemikiran dan pemahamannya dalam pergaulannya dengan
orang-orang bukan Kristen.

Rasul Paulus mengajar bahwa tugas orang Kristen tidak hanya sekedar memberitakan dan
mengajar Firman Tuhan kepada sesamanya. Tetapi lebih dari pada itu bahwa orang Kristen
juga diminta bersedia menegur orang lain asal cara menegur itu dengan penuh hormat dan
kasih (1 Tim 4:11, 5:1-2).
Mengasingkan diri dari pergaulan dengan yang bukan Kristen akan menyebabkan
eksklusif, tetapi bergaul dengan orang yang berbeda agama kiranya membuat orang Kristen
hanyut dalam pergaulan yang menghilangkan identitasnya, kreatif berarti mampu
memberikan darma baktinya untuk kepentingan orang lain, sedangkan kritis artinya orang
Kristen mampu bersaksi dan membela kebenaran dan kebaikan di dalam pergaulannya.

Di sinilah posisi unik dari orang Kristen: di satu pihak orang Kristen menjadi orang yang
disukai semua orang (Kis 2:47), tetapi di pihak lain sekaligus juga orang Kristen menjadi
kebencian bagi dunia sekitarnya (Yohanes 15:18-19). Disukai jika orang Kristen itu mampu
memberikan sikap kreatif dan positif terhadap orang lain. Dibenci, karena status mereka
bukan dari dunia melainkan Tuhan memilihnya agar menjadi saksi yang kritis dan benar di
dalam dunia ini.

2. Sikap Dialogis Dan Simpatik

Menyaksikan iman Kristen kepada orang-orang yang beragama lain tidak cukup dengan
memberitakan Injil secara sepihak, melainkan orang Kristen juga harus mampu mendengar
dan memberi perhatian terhadap iman orang lain yang beragama lain. Huston Smith, 1958
mengatakan bahwa di dalam mendekati orang-orang non-Kristen, gereja harus mendengar
kepada iman-iman kepercayaan agama lain. Kita harus mendengar kepada mereka karena
persekutuan masa kini tidak akan terjadi jika hanya dengan suatu tradisi, sebab setiap hari
dunia berkembang, sehingga kita tidak dapat hanya mempertahankan tradisi kita. Alasan lain
dari Smith untuk menganjurkan mendengarkan kepada iman kepercayaan agama lain ialah
bahwa dengan adanya pengertian dan pemahaman kita akan tradisi dan iman agama lain
dapat menuntun kepada kasih, atau sebaliknya dengan kasih itu kita dituntut untuk mengerti
mereka.

Apa yang dikatakan Smith untuk mendengar kepada iman kepercayaan agama lain
bukanlah suatu sikap pasif melainkan sikap aktif dari umat Kristen. Sikap aktif ini dapat
diwujudkan dalam dialog yang penuh simpatik terhadap agama lain yang diselenggarakan
oleh Dewan Gereja Dunia (DGD) pada tanggal 16-25 Maret 1970 di Ajaltoun, Libanon
(J.Samantha dalam bukunya terbitan WCC Dialog; Between Men of Faith, hal 107-177).
Peserta dialog tersebut terdiri dari tiga orang Islam, tiga orang Hindu, empat orang Budha
dan dua puluh empat orang Kristen. Mereka berasal dari Negara yang berlainan yang
diundang secara pribadi oleh DGD.

Dan hasil dialog itu terdapat beberapa perbedaan pendapat. Namun tidak adanya
perselisihan di antara sesama peserta. Dan kesaksian peserta dialog, diperoleh kesan bahwa
dialog merupakan bukti adanya kejadian persekutuan yang menimbulkan pengharapan dan
mengakui bahwa kegiatan dialog tersebut akan membuktikan atau memberikan dampak
positif dan kreatif bagi umat beragama. Sikap dialog dan simpatik membawa orang Kristen
kepada kemampuan untuk berlaku sebagai tetangga orang beragama lain.

DAPUT

Tambunan, Fernando. 2018. Pendidikan Agama Kristen Untuk Perguruan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai