Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam sulfat merupakan asam anorganik yang bisa diproduksi secara massal dan dalam kapasitas besar.
Pada umumnya setiap pabrik memiliki unit pabrik pengolahan asam sulfat agar mengurangi biaya
pembelian bahan baku. Selain bahan kimia yang sangat aktif, asam sulfat juga merupakan bahan kimia
yang paling banyak dipakai dan merupakan produk teknik yang amat penting. Zat ini digunakan sebagai
bahan untuk pembuatan garam-garam sulfat dan untuk sulfonasi, tetapi lebih sering lagi dipakai
terutama karena merupakan asam anorganik yang kuat dan murah. Asam sulfat digunakan dalam
pembuatan pupuk, kulit, platina, pengolahan minyak, dan dalam pewarnaan tekstil. Oleh karena itu,
agar kita lebih memahami mengenai industri asam sulfat, maka makalah ini akan membahas mengenai
industri asam sulfat.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui sejarah perkembangan industri asam sulfat.

2. Mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat.

3. Memahami proses industri asam sulfat.

4. Mengetahui produk dalam industri asam sulfat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena
sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam,
yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit).
Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan
minyak yang mengandung sulfur (belerang).

Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang
dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu
melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah
yang beracun.

Reaksi hidrasi asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat,
ia mampu mendidih. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah
ini disebabkan perbedaan densitas kedua cairan. Air kurang padu berbanding asam sulfat dan cenderung
untuk terapung di atas asam. Reaksi terhasil boleh dianggap sebagai membentuk ion hidronium, seperti:

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-.

Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengeringan yang baik, dan
digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada
asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum atau, jarang-
jarang sekali, asam Nordhausen.

Di atmosfer, zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam. Memang tidak
mudah membayangkan bahwa bahan kimia yang sangat aktif, seperti asam sulfat, juga merupakan
bahan kimia yang paling banyak dipakai dan merupakan produk teknik yang amat penting. Zat ini
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan garam – garam sulfat dan untuk sulfonasi, tetapi lebih
sering dipakai terutama karena merupakan asam anorganik yang agak kuat dan agak murah. Bahan ini
dipakai dalam berbagai industri, tetapi jarang muncul dalam produk akhir. Asam sulfat dipakai dalam
pembuatan pupuk, plat timah, pengolahan minyak, dan dalam pewarna tekstil.

Adapun sifat –sifat kimia dan fisika dari asam sulfat sendiri adalah sebagai berikut :

Sifat kimia :

Dalam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang berperan sebagai
basa,
HA + H2O ↔ A- + H3O+

Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air:

Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di kanan, terdapat
banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai). Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl) adalah 107.

Asam lemah mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A- terdapat bersama-
sama dalam larutan; sejumlah kecil H3O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian). Misalnya,
nilai Ka untuk asam asetat adalah 1,8 × 10-5.

Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-
asam okso, yang umumnya mengandung atom pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen,
juga cukup kuat; mencakup HNO3, H2SO4, dan HClO4. Kebanyakan asam organik merupakan asam
lemah.Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentuk larutan penyangga.

B. Sumber

Sumber dan bahan baku dari asam sulfat adalagh belerang. Belerang di alam terdapat di kulit bumi
meliputi kira-kira 0,1% dari massa kulit bumi. Belerang terdapat dalam keadaan unsur bebas ataupun
dalam senyawa sulfida. Belerang dalam keaadaan unsur bebas terdapatdari dareah gunung berapi dan
dalam tanah. Dalam bentuk senyawa, belerang terdapat dalam garam sulfida seperti pirit, sengblende,
atau garam-garam sulfat seperti gips, barium sulfat maupun magnesium sulfat. Dalam bentuk senyawa
organik, belerang terdapat dalam minyak bumi, batu bara dan gas alam, yaitu gas hidrogen sulfida.

Belerang diambil dari dekat gunung berapi dan sumber air panas dan juga bawah tanah. Belerang juga
terdapat dalam bijih, seperti galena (PbS), hidrogen sulfida dalam gas alam dan minyak bumi dan
sebagai belerang di laut.

Penambangan belerang

Belerang diambil dari bawah tanah dengan proses Frasch. Tiga pipa konsentris yang dibor ke dalam
deposit belerang. Air superpanas (180 ° C, di bawah tekanan) dipompa ke bawah melalui pipa terluar,
hal ini mencairkn belerang (titik leleh 1130C).

Udara bertekanan dipompa ke bawah melalui pipa di bagian dalam untuk mendorong belerang cair dan
uap pipa akan sampai ke permukaan melalui pipa bagian tengah.

Belerang juga diperoleh dari sulfida hidrogen dalam gas alam dan minyak bumi. Pembakaran tidak
sempurna dari H2S dalam tungku menghasilkan SO2 dan S.

3H2S (g) + O2 (g) 2H2S (g) + 3S (g) + SO2 (g)


Campuran ini didinginkan untuk menghasilkan belerang. Gas-gas kemudian dilewatkan melalui katalis
dan dipanaskan.

2H2S (g) + SO2 (g) 2H2O (g) + 3S (g)

Pendinginan mengembunkan belerang yang tersisa (titik didih 445 ° C).

belerang juga dihasilkan sebagai belerang dioksida ketika logam yang dilebur adalah suatu bijih sulfida.
Sebuah persamaan umum untuk reaksi ini, dengan menggunakan M untuk menyatakan logam (seperti
tembaga, seng atau besi), dapat ditulis sebagai:

MS + O 2 (g) M (s) + SO 2 (g)

M logam oksida logam sering membentuk MO.

2.1 Perkembangan Industri Asam Sulfat

Asam sulfat pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada abad ke-9. Pembuatannya melalui
pembakaran belerang dengan saltpeter, pertama kali dijelaskan oleh Valentinus pada abad kelima belas.
Pada tahun 1746, Roebuck dari Birmingham (Inggris) memperkenalkan proses kamar timbal. Proses yang
menarik, namun sekarang sudah kuno.

Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Phillips, seorang Inggris, yang patennya
mencakup aspek – aspek penting dari proses kontak yang modern, yaitu dengan melewatkan campuran
sulfur dioksida dan udara melalui katalis, kemudian diikuti oleh absorpsi sulfur trioksida di dalam asam
sulfat 98,5 % sampai 99 %.

Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak dapat ditingkatkan dengan menggunakan oksigen
secara berlebihan di dalam campuran gas reaksi. Dalam periode 1900 sampai 1925, banyak pabrik asam
kontak yang dibangun dengan menggunakan platina sebagai katalis. Pada tahun 1930, proses kontak ini
telah dapat bersaing dengan proses bilik timbal pada segala konsentrasi asam yang dihasilkan. Sejak
pertengahan tahun 1920-an, kebanyakan fasilitas yang baru dibangun dengan menggunakan proses
kontak dengan katalis vanadium. Berbagai penyempurnaan telah dilakukan, baik terhadap peralatan
maupun terhadap katalis. Proses kontak sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan dan dewasa
ini telah menjadi suatu proses industri yang murah, kontinu dan dikendalikan secara otomatis. Semua
pabrik asam sulfat yang baru menggunakan proses kontak.

Salah satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang tidak memakainya lagi adalah karena
proses ini hanya mampu menghasilkan asam sulfat dengan konsentrasi sampai 78% saja. Pemekatannya
merupakan suatu operasi yang mahal, sehingga pada tahun 1980, hanya tinggal satu pabrik saja yang
menggunakan proses kamar yang masih beroperasi di Amerika Serikat.

2.2 Bahan Baku Pembuatan Asam Sulfat


Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat adalah belerang, oksigen, air dan
katalis vanadium pentaoksida sebagai bahan pembantu. Dimana belerang dan vanadium pentaoksida di
impor langsung dari Singapura, sedangkan oksigen di dapat dari udara bebas. Untuk air yang digunakan
didapat dari sumur bor yang melalui tahap pengolahan.

2.3 Macam-Macam Proses Pembuatan Asam Sulfat

1. Proses Kontak (Contact Process)

Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri dengan produk yang cukup besar adalah
dengan proses kontak. Prinsip proses kontak adalah reaksi oksidasi gas SO2 dengan oksigen dari udara
dengan memakai katalis padat dilanjutkan dengan absorpsi gas SO3 yang dihasilkan untuk membentuk
asam sulfat.

Reaksi Utama :

S(s) + O2(g) SO2(g) -70,9 kcal

SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g) -23,0 kcal

Pt merupakan katalis yang mula-mula dipakai karena katalis ini aktif pada suhu di atas 4000C. Reaksinya
merupakan reaksi keseimbangan dan ekoterm sehingga digunakan sejumlah konverter adiakat yang
dipasang secara seri dan dipasang pendingin di antara masing-masing konverter untuk mendapatkan
konversi sampai 95%. Konversi reaksi harus tinggi karena SO2 yang tak bereaksi menimbulkan polusi
udara (Austin, 1996).

o Proses Kontak dengan Absorpsi Tunggal

Bila menggunakan bahan baku seperti biji sulfida, asam bekas pakai atau lumpur asam, diperlukan
pemurnian gas yang cukup ekstensif. Kalor yang dilepas pada waktu reaksi katalitik dimanfaatkan untuk
memanaskan gas SO2 di dalam penukar kalor sebelum masuk konversi katalitik. Kalor yang keluar dalam
pemanggangan bijih atau dalam pembakaran asam bekas biasanya dipulihkan dalam bentuk uap
bertekanan rendah. Bahan yang digunakan pada proses ini adalah belerang dan melalui proses berikut.

a) Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan gas belerang
dioksida.

b) Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan belerang trioksida.


Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis vanadium pentaoksida (V2O5) pada suhu
± 450 °C.

c) SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan dengan air untuk menghasilkan asam
sulfat.

Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan asam sulfat yang sangat korosif. Untuk
mengatasi hal ini, gas SO3 dialirkan melalui menara yang di dalamnya terdapat aliran H2SO4 pekat,
sehingga terbentuk asam pirosulfat (H2S2O7) atau disebut “oleum”. Asam pirosulfat direaksikan dengan
air sehingga menghasilkan asam sulfat dengan kadar 98%.

Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang menggunakan pembakaran belerang dan
absorpsi tunggal

Proses Kontak dengan Absorpsi Ganda

Proses kontak kemudian mengalami modifikasi secara berangsur-angsur dan menggunakan absorpsi
ganda (juga disebut katalis ganda), sehingga hasilnya lebih tinggi dan emisi SO2 yang belum terkonversi
dari cerobong asap berkurang.

Dalam konfigurasi aliran ini, gas yang keluar dari menara absorpsi pertama dipanaskan lagi melalui
pertukaran kalor dengan gas konverter bawah dan masuk kembali dalam tahap akhir konverter itu. Oleh
karena itu, kadar sulfur trioksidanya rendah, reaksinya:

SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g)

Reaksi dapat berlangsung lebih jauh pada arah yang dihendaki dan pemulihan dapat lebih tinggi dan
mencapai 99,7%.
Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang menggunakan pembakaran belerang dan
absorpsi tunggal.

Proses Bilik Timbal (Chamber Process)

Proses bilik timbal yang dikembangkan pada pertengahan kedua abad ke-18, membakar sulfur dalam
bejana tanah liat. Sejumlah kecil SO3 yang dihasilkan (bersamaan dengan SO2 yang menjadi produk
utamanya) diembunkan dan dimasukan ke dalam air untuk membuat asam sulfat. Suatu penemuan yang
tak sengaja mengungkapkan bahwa penambahan natrium nitrat dan kalium nitrat meningkatkan
rendemen SO3. Garam-garam ini terurai untuk menghasilkan nitrogen dioksida yang bereaksi dengan
SO2 dan menghasilkan SO3 :

SO2(g) + NO2(g) SO3(g) + NO(g)

Pada tahun 1736, Joshua Ward mengambil langkah penting berikutnya dengan mengganti bejana tanah
liat tempat sulfur dibakar dengan botol kaca besar yang disusun berseri, untuk mempercepat proses.

Pengembangan bilik-timbal (lead chamber) berukuran kamar, yang digunakan pertama kali oleh John
Roebuck pada tahun 1746, secara dramatis memperluas manufaktur asam sulfat. Produk dari bejana
tanah liat yang kuno itu hanya beberapa gram, dan botol kaca Ward dapat menghasilkan beberapa
kilogram. Sebaliknya, bilik-timbal dapat memproduk asam sulfat dalam jumlah ratusan pound hingga
berton-ton, menurunkan harga produk karena skalanya yang besar serta menurunkan biaya tenaga
kerja. Dalam proses bilik-timbal, campuran sulfur dan kalium nitrat diletakan dalam cedok (ladle) dan
dibakar di dalam bilik besar yang dilapisi timbal, lantainya digenangi dengan air. Gas mengembun pada
dinding dan diabsorpsi oleh air. Sesudah proses ini diulang beberapa kali, asam sulfat encer diambil dan
dididihkan untuk memekatkannya lebih lanjut. Pengembangan terakhir meliputi penghembusan uap air
untuk mempercepat reaksi dengan air dan menyebarkan gas serta memisahkan bilik pembakar dari bilik
absorpsi.

Joseph Gay Lussac mengambil langkah maju yang nyata pada tahun 1835 ketika ia membangun menara
untuk mengambil kembali NO yang sebelumnya telah dihembuskan keluar dan dan mengkonversinya
kembali menjadi NO2 melalui reaksi dengan oksigen. Tepatnya, dalam menara Gay Lussac, NO
dikonversikan menjadi Asam Nitrit (HNO2) yang dilarutkan dalam asam sulfat berair;

2NO(g) + ½ O2(g) + H2O(l) 2HNO2(aq)

Asam nitrit kemudian direaksikan dalam menara kedua yang diberi nama sesuai dengan
pengembangannya, John Glover untuk mengoksidasi sulfur dioksida :

2HNO2(aq) + SO2(g) H2SO4(g) + 2NO(g)


Reaksi keseluruhan langkah-langkah ini ternyata :

SO2(g) + ½ O2(g) + H2O(l) H2SO4(aq)

SO3 yang dihasilkan (bersamaan dengan SO2 yang menjadi produk utamanya) diembunkan dan
dimasukan ke dalam air untuk membuat asam sulfat. Suatu penemuan yang tak sengaja
mengungkapkan bahwa penambahan natrium nitrat dan kalium nitrat meningkatkan rendemen SO3.
Garam-garam ini terurai untuk menghasilkan nitrogen dioksida yang bereaksi dengan SO2 dan
menghasilkan SO3 :

SO2(g) + NO2(g) SO3(g) + NO(g)

Pendaur ulangan oksida nitrogen sangat mengurangi konsumsi natrium nitrat atau kalium nitrat, yang
hanya sekarang diperlukan untuk menggantikan dalam kehilangan dalam proses. Disamping itu, menara
Glover memproduksi asam sulfat yang lebih pekat 75 sampai 85 persen H2SO4 berdasar massa
dibandingkan 60 sampai 70 persen yang diperoleh dengan metode terdahulu.

3. Proses Pemekatan Asam Sulfat

Asam encer dapat dipekatkan menjadi asam dengan konsentrasi yang agak lebih tinggi dengan
mencelupkan gulungan uap pemanas yang terbuat dari timbal, di dalam tangki timbal atau tangki yang
berlapis timbal dan bata. Berdasarkan gambar konsentrator dengan tiupan uap seperti gambar dibawah
ini. Gas panas pada suhu sekitar 680oC diperoleh dari pembakaran minyak atau gas bahan bakar. Gas
pembakaran yang panas ini ditiupkan dari arah yang berlawanan terhadap asam sulfat itu di dalam
kompartemen pada drum pemekat dan air keluar bersama gelembung-gelembung gas dari asam. Gas
keluar pada suhu 230oC sampai 250oC dari kompartemen pertama drum itu, masuk ke dalam
kompartemen kedua, bersama dengan sebagaian gas panas dari tanur pembakaran.

Kemudian gas yang dihasilkan ini akan keluar pada suhu 170oC sampai 180oC, dan masuk ke dalam
drum pendingin gas, dimana gas tersebut didinginkan lagi menjadi 100oC sampai 125oC sambil
menaikkans uhu asam encer ke titik didihnya. Oleh karena sebagian asam sulfat itu terbawa ikut sebagai
kabut, gas panas dilewatkan melalui pembasuh venture dan separator siklon, kemudian dicuci dengan
asam umpan dan air untuk menyingkirkan kabut asam, sebelum dibuang ke udara. Cara ini dapat
menurunkan kabut asam sampai sekitar 35 mg/m3 dengan biaya investor yang lebih rendah dari pada
bila menggunakan prisipitator-kabut elektrostatik. Prosedur ini akan menghasilkan asam dengan
konsentrasi akhir 93%.

2.4 Produk Dalam Industri Asam Sulfat

Asam Sulfat sering digunakan dalam industri pupuk buatan, khususnya Ammonium Sulfat dengan super
fosfat. Dalam skala besar juga digunakan dalam pembuatan pigmen, khususnya barium sulfat dan
titanium dioksida. Pembuatan detergen, bahan pewarna, obat-obatan serta plastik. Asam sulfat juga
digunakan untuk memisahkan hidrokarbon, untuk menghilangkan lapisan film zat asam dari besi atau
baja sebelum proses pelapisan, pengecatan, mengisi aki atau baterai, dan pembuatan sutera sintetik.
Asam sulfat juga digunakan untuk pembuatan aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi
dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang
membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga
digunakan untuk membuat aluminium hidroksida. Dalam industri kimia, asam sulfat digunakan sebagai
katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam,
yang digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam
melalui proses Mannheim. Banyak H2SO4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya
sebagai katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan isooktana (Darwati, 2012).

Sekarang ini ada 7 pabrik asam sulfat, diantaranya ada yang merupakan unit terpadu dengan pabrik-
pabrik pupuk yang sudah ada, rayon, dan detergen. Dengan adanya pabrik-pabrik baru, maka kapasitas
sebesar 253.000 ton/tahun pada tahun 1983 akan meningkat menjadi 841.000 ton/tahun pada tahun
1988. Jumlah kebutuhan pada tahun 1983/1984 238.000 ton dan pada tahun 1988 diperlukan 800.000
ton. Pemakai dan penghasil terbesar adalah PT. Petrokimia Gresik yaitu 170.000 ton/tahun untuk unit
pupuk ZA((NH4)2SO4)) dan akan dipoles menjadi 698.000 ton/tahun dengan mulai beroperasinya unit
asam phosport.

2. Bahan Baku

Katalis

Fungsi katalis dalam setiap reaksi katalitik adalah meningkatkan laju reaksi. Katalis konversi sulfur
dioksida ini biasanya terdiri dari tanah diatomea , yang disusupi dengan lebih dari 7 % V2O5 katalis
komersial mengandung garam kalium ( sulfat , pirosulfat dan sebagainya ) disamping V2O5. Pada suhu
operasi pewaris aktif ialah garam lebur yang terdapat pori – pori pelet silika.

Belerang

Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang paling penting dalam industri pengolahan kimia .
Bahan ini terdapat di alam dalam wujud bebas dan dalam keadaan senyawa pada bijih – bijih seperti
pirit ( FeS2 ) , Sfalerit ( ZnS ) dan Kalkopirit ( CuFeS2 ) . Bahan ini juga terdapat di dalam minyak dan gas
bumi ( sebagai H2S ). Penggunaannya yang terbesar adalah dalam pembuatan asam sulfat.

3. Komposisi , sifat fisika dan kimia bahan baku

Asam sulfat terdiri dari sulfur atau belerang dan beberapa gabungan dari unsur – unsur lainnya.
Sekeping sulfur melebur menjadi cairan merah darah. Apabila terbakar, ia mengeluarkan nyala
berwarna biru.Pada suhu bilik, sulfur adalah satu bubuk lembut berwarna kuning terang. Walaupun
sulfur adalah terkenal dengan baunya yang tidak menyenangkan - kerap disamakan dengan telur-telur
busuk - bau tersebut adalah sebenarnya ciri bagi hidrogen sulfida (H2S); sulfur dalam keadaan unsur
adalah tidak berbau. Ia terbakar dengan nyalaan biru dan mengeluarkan sulfur dioksida, yang dikenali
kerana bau peliknya yang menyesakkan. Sulfur adalah tak larut dalam air tetapi larut dalam karbon
disulfida dan pada kadar kelarutan yang kurang sedikit dalam pelarut organik lain seperti benzena.
Keadaan pengoksidaan sulfur yang biasa termasuk −2, +2, +4 dan +6. Sulfur membentuk sebatian stabil
bersama semua unsur kecuali gas nadir.

Sulfur dalam keadaan pepejal biasanya wujud sebagai siklik berbentuk mahkota yang terdiri daripada
molekul-molekul S8. Sulfur mempunyai banyak alotrop selain S8. Dengan membuang satu atom
daripada mahkota akan menghasilkan S7, yang yang berperanan dalam warna kuning sulfur yang unik.
Terdapat banyak lagi bentuk cincin lain yang disediakan, termasuk S12 dan S18. Secara bandingannya,
jirannya oksigen yang lebih ringan hanya wujud dalam dua keadaan yang mempunyai kepentingan
kimia: O2 dan O3. Selenium, analog sulfur yang lebih berat boleh membentuk cincin tetapi lebih sering
dijumpai sebagai satu rangkaian polimer.

Kristalografi sulfur adalah kompleks. Bergantung kepada keadaan-keadaan yang tertentu, alotrop sulfur
membentuk beberapa struktur hablur berbeza, antara yang paling terkenal adalah rombus dan
monoklinik S8.

Suatu sifat unik ialah kelikatan sulfur yang lebur, iaitu berbeza dengan kebanyakan cecair lain, ia
meningkat dengan suhu oleh keranapembentukan rangkaian-rangkaian polimer. Bagaimanapun, setelah
menjangkau suhu yang tertentu, kelikatan mula menurun kerana terdapatnya tenaga yang mencukupi
untuk memecahkan rantaian-rantaian.Sulfur amorfus atau "plastik" boleh dihasilkan melalui
pendinginan segera sulfur yang lebur. Kajian-kajian kristalografi sinar-x menunjukkan bahawa bentuk
amorfus mungkin mempunyai satu struktur berlingkar dengan lapan atom setiap pusingan. Bentuk ini
adalah metastabil pada suhu bilik dan ia akan beransur-ansur kembali semula kepada bentuk hablur.
Proses ini berlaku dalam tempo antara beberapa jam hingga beberapa hari.

Uraian Proses

Proses produksi asam sulfat di PT. Dunia Kimia Utama, menggunakan proses kontak. Proses yang
dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu:

1. Pembakaran Belerang

Proses produksi asam sulfat di awali dengan peleburan sulfur (S) yang digunakan sebagai bahan baku
utama dengan menggunakan steam yang dialirkan pada coil-coil di Sulfur Melter pada tekanan 4
Kg/cm2. Kemudian sulfur cair dipompakan dari Sulfur Melter melalui pipa-pipa dan disemprotkan ke
dalam Furnace. Di dalam Furnace terjadi pembakaran belerang dengan udara.
Reaksi : S(g) + O2(g) → SO2(g)

Udara yang digunakan disuplai oleh Main Blower yang sudah mengalami proses pengeringan. Proses
pengeringan udara dilakukan di Drying Tower dengan menggunakan asam sulfat sirkulasi dengan
konsentrasi 93%-98%. Proses pengeringan udara tersebut dimaksudkan untuk mencegah korosi oleh gas
pada pembakaran dan untuk menghilangkan kandungan air dalam udara.

Proses pembakaran belerang cair menjadi SO2 dengan temperature pembakaran kurang lebih 750-
770oC. Gas hasil pembakaran di Furnace kemudian dialirkan ke Boiler melalui tube-tube untuk diambil
panasnya guna menghasilkan steam yang digunakan untuk mencairkan belerang di Sulfur Melter,
sebagian gas yang lain dialirkan ke Heat Exchanger bersama dengan gas keluar dari Boiler yang telah
diambil panasnya. Di dalam Heat Exchanger gas didinginkan dengan menggunakan udara yang di suplai
oleh Blower. Setelah itu aliran gas mengalami proses penyaringan dan penstabilan suhu gas di Hot Gas
Filter.

2. Oksidasi Katalitik SO2 Menjadi SO3 dengan Bantuan Katalis

Dari Hot Gas Filter aliran gas masuk ke Converter. Converter ini terdiri dari empat bed katalis V2O5.
Aliran gas masuk ke setiap bed diatur pada temperature 425-440oC. Dengan bantuan katalis ini aliran
gas tersebut (SO2) diubah menjadi gas SO3. Reaksi ini merupakan reaksi eksoterm sehingga gas tersebut
harus didinginkan pada tahap-tahap katalis.

Aliran gas keluar bed I dan bed II didinginkan dalam 1st and 2nd Heat Exchanger. Sedangkan aliran gas
dari bed III langsung masuk ke bed IV karena perbedaan temperature gas keluar dan bed III dan bed IV
sudah kecil.

Reaksi : SO2(g) + 1/2O2(g) → SO3(g)

Dari converter aliran gas SO3 masuk ke dalam SO3 Cooler A untuk didinginkan. Kemudian didinginkan
lebih lanjut ke SO3 Cooler B setelah itu aliran gas tersebut masuk ke Absorbing Tower.

3. Absorbsi Gas SO3

Di Absorbing Tower terjadi proses penyerapan gas SO3 dengan menggunakan sirkulasi asam sulfat
dengan konsentrasi 98-99% yang diatur di AT Pump Tank. Asam resirkulasi tersebut kemudian
diencerkan dengan menambahkan air dan setelah itu baru dialirkan kembali ke dalam AT Pump Tank.
Asam sulfat yang dihasilkan pada AT Pump Tank setelah mencapai level maksimum yang ditentukan,
kemudian ditransfer dan ditampung di Sulphuric Acid Storage Tank.

Reaksi yang terjadi di absorbing tower yaitu:

SO3(g) + H2SO4(l) → H2SO4.SO3(aq)

H2SO4.SO3(aq) + H2O(l) → 2 H2SO4(aq)

Peralatan Proses Pembuatan

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat, yaitu:

1. Sulfur Melter

Fungsinya sebagai tempat pencairan atau peleburan belerang dengan bantuan panas steam pada coil.

2. Pompa Sulfur

Fungsinya sebagai pengalir sulfur cair ke furnace. Pompa ini mempunyai pipa-pipa penyaluran luar
bermantel uap, sehingga belerang tidak menjadi dingin dan membeku, karena titik lebur belerang
adalah 115oC.

3. Main Blower

Fungsinya sebagai penyuplai udara untuk proses pembakaran ke furnace. Main blower yang digunakan
adalah tipe turbo fun dengan kapasitas 117 m3/menit dan tekanan operasi 1800 mmHg.

4. Drying Tower
Fungsinya sebagai unit proses tempat terjadinya pengeringan udara oleh sirkulasi asam sulfat (minimal
93%) dari DT Pump Tank. Drying Tower yang dipakai adalah tipe packed column dengan tinggi 8,254 m,
diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.

5. DT Pump Tank

Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke Absorbing Tower. DT
pump tank yang digunakan mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3 m dan
kapasitas 8,8 m3/menit.

6. AT Pump Tank

Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke absorbing tower dan juga
sebagai tangki produksi, yaitu pengenceran (hidrasi) dengan air. AT Pump Tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3m, dan kapasitas 8,8 m3/menit.

7. Furnace

Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proses pembakaran belerang cair dengan udara menjadi gas
SO2. Furnace yang dipakai berbentuk silinder mendatar dengan panjang 7,02 m, diameter luar 2,04 m
dan diameter ruang bakar 1,65 m.

8. Boiler

Fungsinya sebagai tempat memproduksi steam. Boiler yang digunakan berbentuk silinder mendatar
dengan dapur dan pipa-pipa api (fire tube). Boiler ini mempunyai panjang 4,6 m dan tekanan operasi 4
kg/cm2.

9. Absorbing tower

Fungsinya sebagai unit proses terjadinya proses penyerapan gas SO3 oleh sirkulasi asam sulfat (98,3%-
99%) Absorbing Tower yang digunakan adalah tipe packed column dengan tinggi 8,875 m, diameter
dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.

10. AT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari AT Pump Tank ke Absorbing
Tower. AT Pump yang digunakan mempunyai kecepatan putar 1450 Rpm dan kapasitas 1,2 m3/menit.

11. DT Pump

Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari DT Pump Tank ke Drying Tower. DT
Pump yang digunakan mempunyai kapasitas 1,2 m3/menit.

12. Plug Valve

Fungsinya sebagai pengatur aliran gas dari furnace dan boiler.

13. Heat exchanger (on gas filter)

Fungsinya sebagai alat untuk mendinginkan aliran gas dari furnace dan boiler yang akan masuk ke
converter. Heat exchanger yang digunakan adalah tipe shell and tube dengan jumlah tube 109 buah dan
panjang tube 2,47 m. Heat exchanger mempunyai tinggi 3 m dan diameter 1,40 m.

14. Gas filter

Fungsinya sebagai alat penyaring untuk aliran gas yang akan masuk ke converter. Gas filter mempunyai
tinggi 1,53 m dan diameter 3,448 m.

15. Converter

Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses perubahan gas SO2 menjadi gas SO3 dengan
bantuan katalis vanadium pentaoksida. Converter yang digunakan mempunyai jumlah bed 4 buah, tinggi
8,5 m, diameter dalam 2,76 m dan diameter luar 3,002 m.

16. 1st and 2nd Heat exchanger

Fungsinya sebagai tempat mendinginkan aliran gas yang keluar dari converter khususnya dari bed I dan
bed II. Tipe yang digunakan adalah tipe shell and tube.

17. SO3 Cooler


Fungsinya sebagai tempat pendingin aliran gas SO3 yang akan masuk ke Absorbing Tower. Cooler yang
dipakai adalah tipe shell and tube dengan tinggi 1,78 m.

18. Distributor

Fungsinya sebagai alat untuk menyebarkan aliran asam sulfat di dalam absorbing tower dan drying
tower.

19. Cooling tower

Fungsinya sebagai tempat pendingin air yang keluar dari acid cooler.

20. Cooling water pump

Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi pendingin dari cooling water pit ke acid cooler.

21. Plate Heat exchanger (acid cooler)

Fungsinya sebagai unit mendinginkan sirkulasi asam sulfat dari AT/DT Pump Tank ke AT/DT. Plate heat
exchanger (acid cooler) yang digunakan adalah tipe plate dengan tekanan operasi 5 kg/cm2.

F. DESKRIPSI PROSES PEMBUATAN ASAM SULFAT

· Pembakaran

Bahan baku biasanya adalah belerang dan berbagai bijih sulfid. Oleh karena belerang cair biasanya lebih
murni dan biaya transpornya lebih murah , belerang biasanya didatangkan dan disimpan dalam keadaan
cair . zat cair itu dipompakan dalam tangki penimbunan malalui pipa – pipa berpemanas dan
disemprotkan ke dalam tanur dengan menggunakan pembakar yang hampir serupa dengan yang
biasanya dipakai untuk menyuling minyak bakar.

· Pengolahan Gas Bakar

Gas sulfur dioksida hasil pembakaran mungkin mengandung karbon dioksida, nitrogen dan berbagai
ketakmurnian seperti klor , arsen , fluor , sedikit debu. Arsen dan fluor hanya ada apabila bahan yang
dibakar bukan belerang unsur. Guna mencegah terjadinya korosi oleh gas dari pembakaran , biasanya
udara untuk pembakaran belerang dan oksidasi SO2 itu dikeringkan dulu sampai kandungan airnya
kurang 3 mg/m3.

· Penukaran Kalor dan Pendingin

Sebelum gas itu ditumpahkan kedalam konventer tahap pertama , biasanya suhunya diatur agar
mencapai suhu minimum yang diperlukan supaya katalis dapat meningkatkan kecepatan reaksi dengan
cepat , biasanya pada suhu 425°C sampai 440°C. Gas itu harus didinginkan lagi diantara tahap – tahap
katalis agar menghasilkan konversi yang tinggi.

· Konventer

Konversi Kimia sulfur dioksida menjadi sulfur trioksida dirancang untuk menghasilkan konversi
maksimum dengan memperhatikan bahwa :

Keseimbangannya merupakan fungsi kebalikan suhu dan fungsi langsung rasio oksigen terhadap sulfur
dioksida.

Laju reaksi merupakan fungsi langsung suhu

Komposisi gas dan banyaknya katalis mempengaruhi laju konversi dan kinetika reaksi

Penyingkiran sulfur trioksida yang terbentuk sehingga lebih banyak sulfur dioksida dapat dikonversi

· Absorber Sulfur Trioksida

Sudah sejak lama diketahui bahwa asam sulfat dengan konsentrasi 98,5 persen – 99 persen merupakan
bahan yang paling efisien untuk digunakan sebagai penyerap sulfur trioksida, mungkin karena asam
dengan konsentrasi tersebut mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah dari kosentrasi –
konsentrasi lainnya. Asam dengan konsentrasi tersebut digunakan pada absorber – antara dan absorber
– akhir. Untuk menyerap SO3 secara hampir sempurna, sebelum gas yang telah terkonversi sebagian itu
masuk kembali ke dalam konvertor dan gas limbah dibuang ke udara. Dalam hal ini, air tidak dapat
digunakan karena kontak langsung antara sulfur trioksida dan air akan menghasilkan kabut asam yang
hampir tidak mungkin diabsorbsi. Oleh karena asam penyerap itu terus menjadi lebih pekat, maka harus
disediakan fasilitas untuk menyerap bagian asam yang keluar dari absorber yang akan diresirkulasikan.
Asam resirkulasi ini diencerkan dengan menambahkan asam sulfat encer atau air dalam jumlah yang
diperlukan, sehingga mendinginkan asam penyerap, dan kelebihan asam yang ada dikeluarkan dari
system untuk kemudian dijual.

· Blower

Blower digunakan untuk menghembuskan udara atau gas yang mengandung belerang melalui peralatan
pengolahan. Blower ini ditempatkan di dalam aliran sehingga dapat menangani udara atau gas yang
mengandung sulfur dioksida.

· Pompa Asam
Pompa biasanya dibenamkan di dalam tangki pompa yang terbuat dari baja berlapis bata yang terdapat
di dalam daerah proses. Pompa ini dapat digerakkan dengan motor listrik atau turbin uap.

· Pompa Belerang

Digunakan untuk memompakan belerang dari sumur penimbunan ke dalam atomizer dan pembakar
belerang. Pompa ini mempunyai pipa – pipa penyaluran luar bermantel uap, sehingga belerang tidak
menjadi dingin dan membeku, karena titik lebur belerang adalah 115 C.

· Pendingin Asam

Asam yang disirkyulasikan pada menara absorbsi harus didinginkan untuk mengeluarkan kalor absorbsi
dan kalor sensible gas masuk. Asam yang disirkulasikan pada menara pengering harus pula didinginkan
untuk mengeluarkan kalor pengenceran dan kalor kondensasi kelembapan yang terdapat di dalam gas
atau udara masuk.

· Pemurnian Gas

Pabrik yang harus menangani gas sulfur dioksida yang tidak murni, misalnya gas yang keluar dari pabrik
peleburan, pemanggangan bijih besi dan proses – proses lain, biasanya mempunyai ketel kalor limbah.
Presipitator elektrostatik untuk pengumpulan debu, menara pembasuh dan pencuci, dan akhirnya
presipitator elektrostatik untuk pemisahan kabut asam seerta sisa debu dan uap. Sesudah itu, gas siap
untuk masuk ke dalam menara pengering.

· Bahan Konstruksi

Dalam system pemurnian gas, baja digunakan untuk menangani gas sulfur dioksida yang mempunyai
suhu di atas titik embun asam. Untuk suhu di bawah titik embun dan untuk zat cair, digunakan timbale,
baja berlapis timbale, dengan lapisan bata atau tidak, baja paduan dan bahan plastic untuk kondisi
operasi tertentu. Pendinginan asam lemah dalam system pemurnian gas tidak boleh dibuat dari besi cor
atau baja karena bahan ini akan terkorosi dengan cepat.

· Pemulihan Asam Sulfat Bekas Pakai

Sebagian besar asam sulfat yang dipakai dipulihkan untuk didaur ulangkan, asam bekas pakai biasanya
disebut dengan asam limbah. Tetapi istilah ini salah kaprah. Kebanyakan pemakai tidak mengkonsumsi
asam itu, tetapi mengencerkan atau mengkontaminasinya. Sebagian asam ini dapat dipulihkan dan
digunakan kembali dengan biaya lebih murah dari asam perawan. Sebagian asam ini terpaksa dipulihkan
karena ketentuan lingkungan atau untuk menghidari pengeluaran biaya untuk netralisasi.

· Pencemaran Oleh Belerang

Masalah pengurangan pencemaran oleh belerang dan senyawanya sudah banyak diteliti dengan
harapan bahwa pada suatu waktu nanti semua belerang itu dapat dipulihkan dan digunakan kembali.
Desulfurisasi bahan bakar biasanya menghasilkan belerang dalam bentuk dalam hydrogen sulfide. Sulfur
dioksida dari peleburan non loganm non fero atau pembakaran bahan bakar paling ekonomis bila
dipulihkan sebagai asam sulfat dan kadang – kadang juga sebagai sulfur dioksida cair, belerang, atau
garam – garam sulfat. Asam sulfat sudah lama dibuat dari gas berkadar tinggi dari pabrik peleburan
mempunyai penyaluran ke pasaran.

Pengelolaan Lingkungan

a. Pengolahan limbah gas

Dilakukan dengan pemasangan alat filter yang berfungsi untuk menyaring partikel gas asam yang
mungkin terbawa gas buangan akibat proses absorbsi kurang sempurna.

b. Pengolahan limbah cair

Menggunakan system netralisasi dan sedimentasi dengan bahan pembuatan batu kapur, soda ash atau
soda kaustik (NaOH).

c. Pengolahan limbah padat

Limbah padat diolah dengan cara mengumpulkannya pada suatu tempat penampungan dan secara
periodic limbah padat tersebut diangkat oleh dinas kebersihan.

d. Pengolahan limbah yang berupa debu dan kebisingan

Mengadakan penghijauan di sekeliling pabrik, mengisolir sumber bising dengan tembok, memasang alat
penghisap debu, dan mewajibkan karyawan memakai masker dan ear protector.

Pengelolaan Lingkungan

a. Pengolahan limbah gas

Dilakukan dengan pemasangan alat filter yang berfungsi untuk menyaring partikel gas asam yang
mungkin terbawa gas buangan akibat proses absorbsi kurang sempurna.

b. Pengolahan limbah cair

Menggunakan system netralisasi dan sedimentasi dengan bahan pembuatan batu kapur, soda ash atau
soda kaustik (NaOH).

c. Pengolahan limbah padat


Limbah padat diolah dengan cara mengumpulkannya pada suatu tempat penampungan dan secara
periodic limbah padat tersebut diangkat oleh dinas kebersihan.

d. Pengolahan limbah yang berupa debu dan kebisingan

Mengadakan penghijauan di sekeliling pabrik, mengisolir sumber bising dengan tembok, memasang alat
penghisap debu, dan mewajibkan karyawan memakai masker dan ear protector.

Daftar Pustaka

Bareta, Winda. 2005. Laporan Akhir Tinjauan Tinggi Packing Absorbing Tower Terhadap Daya Serap Gas
SO3 Dalam Pembuatan Asam Sulfat PT. Dunia Kimia Utama Inderalaya Kab. Ogan Ilir. Palembang.

Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Perry, R.H., Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 6th edition, McGraw Hill Book Company.

Daftar Pustaka

Bareta, Winda. 2005. Laporan Akhir Tinjauan Tinggi Packing Absorbing Tower Terhadap Daya Serap Gas
SO3 Dalam Pembuatan Asam Sulfat PT. Dunia Kimia Utama Inderalaya Kab. Ogan Ilir. Palembang.

Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Perry, R.H., Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 6th edition, McGraw Hill Book Company.
DAFTAR PUSAKA

"http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat"

Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia (jilid 1) Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

R.A. DAY, JR.& A. L. UNDERWOOD. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi Keenam). Jakarta :
Erlangga

Fessenden, Ralp J. Joan S. Fessenden. 1999. Kimia Oraganik edisi ketiga. Erlangga :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai