Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Multiple Sclerosis”

OLEH:
Nama : HAERUNNISA
Nim : A.18.10.023
Kelas : A

S1 KEPERAWATAN
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. Definisi

Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat

(SSP) kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ).

Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system

imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk

mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan

yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu

lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk

melancarkan pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh. Ditandai

dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis menghaisilkan

berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut

sebagai plaque.

B. Klasifikasi

Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa

kategori multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :

1) Relapsing Remitting Multiple Sclerosis

Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir

usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat

yang kemudian diikuti dengan keembuhan semu. Yang dimaksud dengan

kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih.

Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat

kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit


demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat

pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik 100%,

maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja.

Serangan berikut akan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke

0%. Setiap serangan tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi

penderita. Interval waktu antara serangan satu dengan serangan yang

selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari,

minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita MS pada awalnya

mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat,

jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv MS.

2) Primary Progresssiv Multiple Sclerosis

Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat – saat

penderita tidak mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak

mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam

pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa berakhir

dengan kematian.

3) Secondary Progressiv Multiple Sclerosis

Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis

ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary

Progresssiv MS.
4) Benign Multiple Sclerosis

Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita

mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada

siapapun.Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah

berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya

menderita MS.

C. Etiologi

Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan

berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga

yang mengaitkan dengan factor genetic.

Ada beberapa factor pencetus, antara lain :

 Kehamilan

 Infeksi yang disertai demam

 Stress emosional

 Cedera

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis

yang paling nyata adalah factor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan

dunia kedokteran terbaru membantah kesimpulan ini. Penelitian terbaru

membuktikan bahwa Multiple Sclerosis.Faktor keturunan tampaknya berperan

dalam terjadinya sklerosis multipel. 

Sekitar 5% penderita memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang

juga menderita penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga
dekat yang menderita penyakit ini. Faktor lingkungan juga berperan dalam

terjadinya penyakit ini. Sklerosis multipel hampir tidak pernah menyerang

orang-orang yang tinggal di dekat katulistiwa. Iklim dimana seseorang tinggal

pada 10 tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih penting dari pada iklim

dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya, Meskipun

para ahli menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan infeksi (virus) ,

imunologis, dan factor genetic serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari

factor intrinsik (contoh kegagalan imunoregulasi). Hal yang sudah diterima

pada MS akan diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relative pada klien

dengan MS. Yang meningkatkan resiko secara perlahan. Multipel unlinked

genes akan mudah diterima pada MS. Adanya faktor presifitasi terdiri dari

terpaparnya pada agen pathogenik sebagai penyebab dari MS masih

kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka masih acak dan tidak adanya

hubungan sebab akibat disana.

Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan

strees emosional,kelelahan berlebihan kehamilan ataupun  seperti faktor ini :

 Gangguan autoimun ( kemungkinan dirangsag / infeksi virus )

 Kelainan pada unsur pokok lipid mielin

 Racun yang beredar dalam CSS

 Infeksi virus pada SSP ( morbili, destemper anjing )


D. Manifestasi Klinik

Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi

demielinasi :

1. Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi

sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.

2. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor

intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah

dan spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy.

3. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah

tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung

dan disorientasi.

4. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing,

tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.

5. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.

6. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan

urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut

dan inkontinensia.

7. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat

hilang, demensia.

8. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan

kehilangan refleks abdomen.


E. Patofisiologi

Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan

gliokis (bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi

inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya

bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima

individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel

ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu

memudahkan masuknya mediator imun.

Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang

membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang

dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri

dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi

astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis

dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak

dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin

tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung.

Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang

merugikan (ex : kelemahan).

Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala

menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total

robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh

jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa
mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada

saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi

secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan

penurunan fungsisaraf secara progresif.


Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan

ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G

(IgG).

2. DCT Scan : gambaran atrofi serebral

3. MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan

mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.

4. Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.

5. Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.

G. Penatalaksaan

1. Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul

2. Farmakoterapi :

 Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat

meningkatkan konduksi saraf.

 Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon,

Azatioprin, betaseron.

 Baklofen sebagai antispasmodic

3. Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan

kontraktur untuk mencegah kerusakan lenih lanjut.

4. Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot

5. Therapy
a. Obat

Secara medis tidak ada yang menyembuhkan Multiple

Sclerosis 100%. Obat – obatan yang ada hanyalah menghambat

interval serangan, sedikit mengurangi tingkat keparahan

serangan,memperlambat progreifitas atau perburukan MS. Obat yang

biasa I berikan dokter adalah obat yang dapat mengurangi atau

menghilangkan satu atau dua gejala saja. Misalnya, jika gejala yang

muncul adalah akit kepala maka dokter akan memberikan obat sakit

kepala. Ada obat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi untuk

memperlambat kerusakan yaitu Interferon beta-1a atau kortikosteroid.

Interferon bias disuntikan 1-3 kali seminggu secara teratur seumur

hidup. Penggunaan interferon biasanya menimbulkan gejala – gejala

influenza, seperti sakit kepala, demam dan myalgia (nyeri otot/sendi).

Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6 jam etelah injeksi dan gejala ini

akan menetap selama beberapa jam.efek samping yang lain adalah

moon face, wajah terlihat menjadi bulat seperti bulan ,gemuk)badan

gemuk,insomnia (sulit tidur),euporia(perasaan gembira

berlebihan),dan perasaan tertekan (depresi ringan).

b. Bed Rest

Penderita MS membutuhkan banyak istirahat terutama setelah

mengalami serangan baik serangan kecil maupun erangan

hebat.lamanya istirahat tergantung kondisi penderita,semakin hebat


serangan yang di alami semakin lama waktu istirahat yang

diperlukan.istirahat ini bisa dilakukan di rumahsakit atau dirumah

sendiri.

c. Pengobatan Dengan Transplantasi Sel Induk

Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan

besar bagi penderita MS.Berinduk pada pengalaman penderita MS

Amerika yang telah menjalani pengobatan dengan transplantasi sel

induk dari sum –sum tulang belakangnya sendiri (sebelum pengobatan

tersebut kehidupan penderita dari amerika terjebak dalam kursi roda

lumpuh total setelah pengobatan meskipun tidak 100% sembuh,ia

akhirnya dapat menggunakan kakinya untuk berjalan).

Pengobatan dengan sel induk ini memang tidak menjajikan

kesembuhan 100%,serta mengharuskan penderita MS rela merogoh

sakunya dengan sangat dalam,namun setidaknya pengobatan ini

mungkin dapat menjadi harapan baru bagi sebagian kecil penderita

MS.

DAFTAR PUSTAKA
Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT:

Ghanesa

Clark.1991. Mekanisme Autoimune Manusia. Bandung. Gramedhia

Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan

ed 6 vol.2. salemba medical. Jakarta

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medikal bedah  ed 8 vol.3 EGC. Jakarta

https://id.scribd.com/doc/220064460/Askep-Multiple-Sclerosis

Anda mungkin juga menyukai