“Multiple Sclerosis”
OLEH:
Nama : HAERUNNISA
Nim : A.18.10.023
Kelas : A
S1 KEPERAWATAN
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. Definisi
(SSP) kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ).
Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system
berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut
sebagai plaque.
B. Klasifikasi
Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir
usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat
maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja.
selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari,
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat – saat
pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa berakhir
dengan kematian.
Progresssiv MS.
4) Benign Multiple Sclerosis
menderita MS.
C. Etiologi
berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga
Kehamilan
Stress emosional
Cedera
yang paling nyata adalah factor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan
juga menderita penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga
dekat yang menderita penyakit ini. Faktor lingkungan juga berperan dalam
pada 10 tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih penting dari pada iklim
imunologis, dan factor genetic serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari
pada MS akan diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relative pada klien
genes akan mudah diterima pada MS. Adanya faktor presifitasi terdiri dari
kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka masih acak dan tidak adanya
demielinasi :
sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
dan disorientasi.
dan inkontinensia.
hilang, demensia.
bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima
ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu
dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri
dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin
tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung.
Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang
jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa
mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada
saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi
(IgG).
G. Penatalaksaan
2. Farmakoterapi :
Azatioprin, betaseron.
3. Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan
5. Therapy
a. Obat
menghilangkan satu atau dua gejala saja. Misalnya, jika gejala yang
muncul adalah akit kepala maka dokter akan memberikan obat sakit
Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6 jam etelah injeksi dan gejala ini
b. Bed Rest
sendiri.
MS.
DAFTAR PUSTAKA
Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT:
Ghanesa
Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan
https://id.scribd.com/doc/220064460/Askep-Multiple-Sclerosis