Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktik Profesi Keperawatan Komunitas
Dan Keluarga
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI
DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN
KELUARGA DI RW 02 KELURAHAN BANJARAN
KECAMATAN KOTA KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktik Profesi Keperawatan Komunitas
Dan Keluarga
( ) ( )
Mengetahui :
Prodi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata
Kediri
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk
dan hidayah-Nya sehingga kami diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktik Profesi Ners Departemen Keperawatan Komunitas di
wilayah RW 02 Kelurahan Banjaran Kecamatan Kota, Kota Kediri.
Praktik komunitas ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
bekerja sama dengan individu, keluarga dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan
komunitas dengan menerapkan konsep keperawatan komunitas dalam rangka
membentuk perawat professional.
Dengan terselesainya laporan praktik keperawatan komunitas ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sri Wahyuni, S.Kep., Ns, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan
pendidikan.
2. Paramita Ratna Gayatri, S.Kep., Ns, M.Kes., Wildan Akasyah, S.Kep, Ns,
M.Kep., Wahyu nur Pratiwi, S.Kep, Ns, M.Kes., dan Bagus Sholeh, S.Kep., Ns,
selaku pembimbing institusi praktik profesi departemen keperawatan komunitas
atas bimbingan dan arahannya..
3. Ninik, S.Kep., Ns, selaku pembimbing lahan praktik profesi departemen
keperawatan komunitas atas bimbingan dan arahannya.
4. Bapak Hartoyo, selaku Kepala Kelurahan Banjaran Kecamatan Kota, Kota
Kediri atas kerjasamanya.
5. Bapak Joko, selaku ketua RW 02 Kelurahan Banjaran atas kerjasamanya.
6. Bapak Pudji Purnomo selaku ketua RT 01 di RW 02 Kelurahan Banjaran atas
kerjasamanya.
7. Bapak Budi selaku ketua RT 02 di RW 02 Kelurahan Banjaran atas
kerjasamanya.
8. Bapak Pur selaku ketua RT 03 di RW 02 Kelurahan Banjaran atas kerjasamanya.
9. Seluruh masyarakat RT 01, 02 dan 03 di RW 02 Kelurahan Banjaran atas
kerjasamanya.
10. Semua rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners IIK
Bhakti Wiyata Kediri angkatan 2020 yang telah membantu sampai terselesainya
laporan ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
iii
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang besifat
membangun untuk bersama-sama meningkatkan kesehatan dalam masyarakat.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DARTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas............................................... 3
1. Pendahuluan .................................................................................... 3
2. Definisi Keperawatan Kesehatan Komunitas................................... 3
3. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas.................................... 4
4. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas................................... 5
5. Strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas................................... 7
6. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas.................................. 8
B. Proses Asuhan Keperawatan Konumitas.............................................. 8
1. Proses Keperawatan Komunitas....................................................... 8
2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Kesehatan Komunitas ................. 11
3. Sasaran............................................................................................. 11
4. Langkah Proses Keperawatan Komunitas / Model Pendekatan....... 13
BAB III Asuhan Keperawatan Komunitas.................................................. 18
A. Kegiatan Praktek Klinik Keperawatan Komunitas............................... 18
B. Tahap Pelaksanaan................................................................................ 19
C. Pengkajian Komunitas.......................................................................... 23
D. Analisa Data.......................................................................................... 39
E. Penafsiran Masalah............................................................................... 41
F. Intervensi Keperawatan........................................................................ 43
G. POA....................................................................................................... 49
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 52
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 63
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan komunitas dan keluarga di RW 02
RT 01, 02 dan 03 di Kelurahan Banjaran Kota Kediri.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
2. Bagi keluarga dan Pasien
Meningkatkan pemahaman dan peran keluarga dalam rangka
memberikan perawatan pada anggota keluarga.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan keluarga
sebagai suatu pemicu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
d. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-
asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
b. Meerupakan bidang khusus keperawatan
c. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
d. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
e. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan
promotif.
f. Melibatkan partisipasi masyarakat
g. Bekerja secara team (bekerjasama)
h. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
i. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
j. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan
komunitas adalah:
a. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima
semua orang
b. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
c. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
d. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
e. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
3. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan msyarakat dalam hal:
4
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
2) Menetapkan masalah kesehatan / keperawatan dan prioritas masalah.
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan.
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan /
keperawatan.
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan / keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam
menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
4. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan
dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi,
satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau
beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan,
maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada disekitarnya.
5
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi
yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya
adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit
kelamin lainnya
b) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
Wanita tuna susila
Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
Kelompok-kelompok pekerja tertentu
Dan lain-lain
d) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
Panti wredha
Panti asuhan
Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
Penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok
individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan
6
muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
5. Strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas
Dalam melaksanakan program asuhan kepera!atan komunitas perlu
digunakan strategi sebagai berikut :
a. Locality Development : yang menekankan pada peran serta masyarakat dan
masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
b. Social Planning : dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi.
c. Social Action : adanya proses perubahan yang berfokus pada masyarakat
atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk perubahan yang mendasar.
Sedangkan dalam melaksanakan program pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas perlu juga diberi strategi :
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas
melalui kegiatan penataran.
2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor, melalui
kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun
puskesmas.
3) Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
melalui pendidikan kesehatan pada keluarga, memberikan bimbingan
teknis dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
4) Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.
5) Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh 4 faktor :
a) Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling keluarga
dimana ia tumbuh dan berkembang. Faktor ini mencangkup
lingkungan. Fisik, social budaya, dan biologi.
b) Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil dalam
masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota keluarga tersebut.
c) Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik
sebagai upaya professional maupun sebagai upaya pelayanan s!
adaya masyarakat dan atau keluarga sendiri.
d) Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada
keluarga.
7
6. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan
komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas
mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu:
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada
umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan masyarakat
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus
8
demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan
kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-
kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk,
peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam
pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas
menurut American Nurses
Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-
asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
b. Merupakan bidang khusus keperawatan
c. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
d. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
e. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif
dan promotif.
f. Melibatkan partisipasi masyarakat
g. Bekerja secara team (bekerjasama)
h. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
i. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
j. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik
keperawatan komunitas adalah:
9
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat
diterima semua orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam
hal ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dikembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai
landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan
komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan
prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
10
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan masyarakat
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
2. Tujuan & Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan
i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam
menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
3. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
11
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau
beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan,
maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada disekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
1. Ibu hamil
2. Bayi baru lahir
3. Balita
4. Anal usia sekolah
5. Usia lanjut
Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit
kelamin lainnya
2. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a. Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
12
4. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
4. Masarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah
ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang
saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik
maupun kesehatan khususnya.
4. Langkah Proses Keperawatan Komunitas / Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem
solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan
memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya kesehatan
dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan
dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi
keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya
sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan
pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka
bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke
Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei
mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community
approach.
1. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat,
metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu
13
pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun
informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut
Mubarak (2006) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi;
populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk
riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan
fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan
pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi
dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang
sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam
menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang
timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa
keperawatan. Menurut Efendi (2009) masalah tersebut terdiri dari:
a) Masalah sehat sakit
b) Karakteristik populasi
c) Karakteristik lingkungan
b. Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
14
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual,
ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat
antara lain:
1) Masalah yang ditetapkan dari data umum
2) Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan
yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam
kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
1) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
2) Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
3) Kemampuan dan sumber daya masyarakat
4) Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan
emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan
urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu
kurun waktu tertentu
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan
masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana yang tersedia
dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
c. Perencanaan
1) Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
2) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
3) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan
4) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan.
d. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya
dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
15
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyaraka
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan
komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya
dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga
memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih
dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan
individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4
dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian,
yaitu:
1) Daya guna
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
16
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka
waktu berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:
Keterangan:
: Peran masyarakat
: Peran perawat
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
18
d. Konsolidasi
Konsolidasi dan kerjasama dengan berbagai instansi terkait
dilakukan pada tanggal 9 Maret 2020 dengan mengajukan permohonan
ijin dan kerjasama kepada Kepala Kelurahan Banjaran dan Kepala
Puskesmas Kota Wilayah Utara Kediri. Selanjutnya, secara resmi
mahasiswa diterjunkan pada tanggal 9 Maret 2020 di wilayah RW 02
Kelurahan Banjaran KECAMATAN KOTA, KOTA KEDIRI sebagai
wilayah binaan mahasiswa profesi ners IIK Bhakti Wiyata Kediri.
Melalui perijinan Ketua RT/RW setempat.
e. Orientasi dan Analisa Situasi
Orientasi dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Pembekalan yang diberikan oleh Ketua RT 01, RT 02 dan RT 03
Kelurahan Banjaran.
Pertemuan antara ketua RT 01, 02 dan 03 dengan mahasiswa
dilakukan di rumah masing-masing ketua RT pada tanggal 9 Maret
2020. Masing-masing ketua RT 01, 02 dan 03 Kelurahan Banjaran
menerima kehadiran mahasiswa dan mahasiswa menyampaikan
maksud dan tujuan praktek profesi keperawatan komunitas yang
akan dilaksanakan. Masing-masing ketua RT memberikan gambaran
tentang keadaan warga dan lingkungannya secara umum dan status
kesehatan warga.
Orientasi dan analisa situasi selanjutnya dilakukan oleh
mahasiswa sendiri dengan membagi dalam satu kelompok besar
sesuai dengan jumlah KK, dan dilakukan pengenalan lingkungan
oleh mahasiswa sendiri.
2) Pembukaan
Pembukaan dilakukan sebagai bentuk pertemuan pertama kali
memasuki daerah binaan dan berinteraksi dengan warga.
Perencanaan dan pelaksanaan dapat dilihat pada uraian tahap
pelaksaan kegiatan.
19
Kader Posyandu, CI serta perwakilan dari Puskesmas Kota Wilayah Utara
Kediri dan dosen pembimbing dari IIK Bhakti Wiyata Kediri. Acara dimulai
pada pukul 09.00 WIB dengan acara serah terima mahasiswa kepada pihak
Kelurahan Banjaran oleh dosen pembimbing dari mahasiswa untuk
selanjutnya dibimbing selama kegiatan praktek profesi keperawatan
komunitas berlangsung.
Dalam acara ini, diberikan pembekalan kepada mahasiswa seputar
lingkungan, kebiasaan, adat istiadat serta masalah kesehatan warga RT 01,
02 dan 03 RW 02 Kelurahan Banjaran secara umum. Pada saat itulah
mahasiswa secara resmi diterima oleh warga RT 01, 02 dan 03 RW 02
Kelurahan Banjaran untuk selanjutnya mendarmabaktikan diri untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat RT 01, 02 dan 03 RW 02 sampai
batas waktu yang ditentukan.
2. Pertemuan Warga dan Sosialisasi Pengkajian Data Kesehatan Komunitas
Setelah acara pembukaan dan serah terima tanggal 9 Maret 2020
dilakukan pengenalan dengan warga RT 01, 02 dan 03 RW 02 Kelurahan
Banjaran, mahasiswa melakukan pengkajian dari pintu ke pintu rumah
warga dan menjelaskan tujuan kehadiran mahasiswa IIK Bhakti Wiyata
Kediri.
Atas kesepakatan antara warga dan mahasiswa dilakukan pengkajian
data mulai tanggal 9 Maret – 11 Maret 2020 melalui masing-masing ketua
RT. Pada saat lain, mahasiswa telah menyiapkan format pengkajian data
kesehatan dan asuhan keperawatan komunitas serta keluarga.
3. Pengkajian Data Kesehatan Komunitas
Pengkajian data kesehatan komunitas dilakukan pada tanggal 9
Maret - 11 Maret 2020 sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dan
warga. Pelaksana adalah mahasiswa yang telah dibagi wilayah RT 01, 02
dan 03 RW 02 bekerjasama dengan ketua RW, ketua RT, kader posyandu
dan PKK. Mekanisme pengumpulan data merupakan hak otonom kelompok
RT dengan tanpa meninggalkan prinsip pengkajian keperawatan komunitas.
Data komunitas yang dikumpulkan berdasarkan pada tujuan
menggali semua permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat untuk
selanjutnya dilakukan pemecahan masalah dengan menggunakan format
pengkajian komunitas yang telah dikonsultasikan pada pembimbing profesi.
a. Data Demografi
Kelurahan Banjaran merupakan salah satu wilayah yang terletak
di bagian Kota Kediri. Luas wilayah keseluruhan kelurahan Banjaran
20
adalah 195.821,81 Ha yang berupa pemukiman, persawahan,
perkebunan, pekarangan dan kuburan. Suhu rata-rata kelurahan
Banjaran adalah 30 C. Kawasan Kelurahan Banjaran terletak pada
kawasan perkantoran, pertokoan atau bisnis dan ada tempat untuk
kawasan pariwisata.
Kelurahan Banjaran terletak di sebelah selatan Kecamatan
Pesantren Kediri. Batas Kelurahan Banjaran adalah di sebelah utara
Kelurahan Ngadirejo, di sebeleh selatan berbatasan dengan Kelurahan
Jamsaren, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Burengan dan di
sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kemasan
Letak wilayah Kelurahan Bnajaran dari pusat pemerintahan
Kecamatan adalah berjarak 1 Km. Dan jarak Kelurahan Banjaran ke
Kabupaten atau Kota Kediri adalah 5 Km. Sedangkan jarak Kelurahan
Banjaran ke Ibu Kota Provinsi Jawa Timur adalah 140 Km bisa di
tempuh menggunakan kendaraan bermotor yang menghabiskan waktu
sekitar 3-4 jam.
Penduduk Kelurahan Banjaran ada 6.275 orang, dengan
perbandingan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3.364 orang dan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 2.911 orang. Dari jumlah
penduduk sebanyak 6.275 orang, penduduk Kelurahan Banjaran terdiri
dari 2.436 kepala keluarga.
Kesejahteraan keluarga Kelurahan Banjaran dikategorikan
menjadi 5 kategori atau tingkatan yaitu:
1. Jumlah keluarga prasejahtera: 259 keluarga
2. Jumlah keluarga sejahtera 1: 700 keluarga
3. Jumlah keluarga sejahtera 2: 1.001 keluarga
4. Jumlah keluarga sejahtera 3: 176 keluarga
Total semua jumlah keluarga ada 2.436 kepala keluarga.
Dalam segi kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sekitar
mayoritas penduduk beragama Islam. Jumlah penduduk Kelurahan
Banjaran yang beragama Islam ada 5.864 orang, yang laki-laki
sebanyak 3.164 orang dan yang perempuan sebanyak 2.700 orang.
Tetapi ada juga yang berbeda agama. Meskipun ada yang berbeda
agama tetapi kerukunan mereka tetap terjalin dan hidup rukun
berdampingan antar umat beragama.
Dari segi kesehatan di Kelurahan Banjaran terdapat 16 unit
posyandu dan pembina yang membina posyandu ada 50 orang. Dan
21
ada 85 orang kader yang bertugas di posyandu dan dibagi di masing-
masing posyandu. Dari posyandu tersebut masyarakat bisa
berkonsultasi tentang masalah- masalah kesehatan dan ada beberapa
jenis kegiatan rutin dalam posyandu seperti bina keluarga balita,
pengobatan gratis, pemberantasan sarang nyamuk dan kegiatan
pembersihan lingkungan yang bekerja sama dengan perangkat desa.
RT 1
RT 2
RT 3
Keterangan :
= Mata angin
= Batas wilayah
22
C. PENGKAJIAN KOMUNITAS
1. Data Demografi
a. Distribusi Penduduk Berdasar Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki % Perempuan % Total %
144 46 166 54 310 100
23
No Agama Frekuensi %
.
1. Islam 283 91
2. Kristen 27 9
3. Hindu 0 0
4. Budha 0 0
5. Konghucu 0 0
Total 310 100%
3) Jenis lantai
No Lantai Frekuensi %
.
1. Keramik 87 83
2. Tidak kramik 18 17
Jumlah 105 100
24
b. Sumber Air Bersih
1) Sumber air untuk makan dan minum
No Pengolahan Frekuensi %
.
1. PAM 34 32
2. Sumur 71 68
3. Sungai 0 0
4 Lain-lain 0 0
Jumlah 105 100
3) Jenis Jamban
No Jenis jamban Frekuensi %
.
1. Leher angsa 99 94
2. Cemplung 5 5
3. Tidak punya 1 1
Jumlah 105 100
4) Tempat BAB
No Tempat BAB Frekuensi %
.
1. Wc 104 99
2. Sungai 0 0
3. Ladang 1 1
Jumlah 105 100
5) Kondisi Jentik
No Jentik Frekuensi %
.
1. Ada 22 21
2. Tidak ada 83 79
Total 105 100
25
3. TPA 94 89
Jumlah 105 100
c. Hewan Peliharaan
1) Kepemilikan hewan ternak dirumah
No Hewan peliharaan Frekuensi %
.
1. Peliharaan 22 88
2. Pengerat 2 8
3. Serangga 1 4
Jumlah 25 100
2) Kondisi kandang
No Kondisi kandang Frekuensi %
.
1. Bersih 25 24
2. Kotor 0 0
3. Tidak ada 80 76
Jumlah 105 100
b. Jaminan Kesehatan
No Jaminan Kesehatan Frekuensi %
.
1. BPJS 69 66
2. Mandiri 8 7
4. Asuransi swasta 28 27
Jumlah 105 100
2. Kebiasaan CTPS
26
No Kebiasaan CTPS Frekuensi %
.
1. Ya 93 89
2. Tidak 12 11
Jumlah 105 100
3. Perilaku terhadap kesehatan
a. Konsumsi lauk per hari
No Konsumsi lauk Frekuensi %
.
1. Ya 102 97
2. Tidak 3 3
Jumlah 105 100
5. Ibu hamil
No ANC Frekuensi %
27
1 Hamil 1 100
2 tidak hamil -
Jumlah 100
28
Hasil pengelolaan data yang berasal dari pengkajian, wawancara dengan
kuisioner, dan observasi akan disajikan sebagai berikut:
24
sebanyak 64 jiwa (12%), 61-90 tahun sebanyak 37 jiwa (1%) dan berusia lebih dari
90 tahun sebanyak 5 jiwa (4%).
25
jiwa (18%), wiraswasta sebanyak 66 jiwa (21%), petani sebanyak tidak ada, buruh
tani tidak ada, nelayan tidak ada, tidak bekerja sebanyak 161 jiwa (52%) dan lain-lain
21 jiwa (7%).
26
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa tipe permanen
terdapat 105 rumah (100%) dan semi permanen terdapat tidak ada.
c) Jenis Lantai
27
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis lantai
yang digunakan dirumah yang jenis keramik sebanyak 87 rumah (83%)
dan tidak menggunakan keramik 18 rumah (17%).
d) Sistem Ventilasi Rumah
28
2. Sumber Air Bersih
a) Sumber Air untuk Makan Minum
29
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa sistem pengolahan
air minum adalah dimasak dilakukan di 71 rumah (68%) dan beli (galon)
dilakukan di 34 rumah (32%).
c) Jenis Jamban
d) Tempat BAB
30
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa tempat BAB yang
digunakan adalah WC sebanyak 104 rumah (99%), sungai tidak ada dan
ladang 1 (1%).
e) Kondisi Jentik
31
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa Kondisi Tempat
Sampah yang dilakukan sebanyak Ditimbun 7 rumah (7%), dibakar 4 rumah
(4%) dan TPA 94 rumah (89%).
3. Hewan Peliharaan
a) Kepemilikan Hewan Ternak di Rumah
32
Gambar 3.18 Diagram Distribusi Kepemilikan Hewan Ternak di RW 02 RT
01, 02 dan 03 di Kelurahan Banjaran Kota Kediri
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan
hewan ternak dirumah sebanyak 22 (88%), pengerat 2 (8%), serangga 1 (4%).
b) Kondisi Kandang
33
Gambar 3.20 Diagram Distribusi Pemanfaatan Fasyankes di RW 02 RT
01, 02 dan 03 di Kelurahan Banjaran Kota Kediri
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa yang berobat
di RS sebanyak 32 (30%), puskesmas 29 (28%), Klinik 42 (40%),
Alternatif 2 (2%).
b) Jaminan Kesehatan
c) Kebiasaan CPTS
34
Gambar 3.22 Diagram Distribusi Kebiasaan CPTS di RW 02 RT 01, 02
dan 03 di Kelurahan Banjaran Kota Kediri
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa Kebiasaan
CPTS sebanyak 93 (89%) iya, 12 (11%) Tidak.
35
Gambar 3.24 Diagram Distribusi makan sayur dan buah di RW 02 RT
01, 02 dan 03 di Kelurahan Banjaran Kota Kediri
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa konsumsi
makan sayur dan buah sebanyak 95 (90%) Iya, 10 (10%) Tidak.
36
Gambar 3.26 Diagram Distribusi olahraga per hari di RW 02 RT 01, 02
dan 03 di Kelurahan Banjaran Kota Kediri
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa warga yang
melakukan olahraga per hari yang ya 48 KK (46%) ya dan tidak 57
KK (54%) tidak.
21% MOP
23%
7%
37
f) Ibu hamil
Ibu Hamil
3% Ispa TBC
5% 6%
1% Hipertensi Jantung
Ginjal Stroke
Diare Lain-lain
2%
38
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa penyakit yang
diderita selama 6 bulan terakhir di kelurahan bujel sebanyak ISPA 60
(55%), TBC 2 (2%), hipertensi 31 (29%), DM 5 (5%), rematik 6 (5%),
ginjal 1 (1%), lain lain 3 (3%).
39
D. Analisa Data
No Data Subyektif Data Obyektif Diagnosa Keperawatan
1. a. Warga mengatakan a. Dalam posyandu Agregat lansia di rumah
dalam 6 bulan lansia, dari 28 lansia RW 2 wilayah kelurahan
terakhir kerap yang hadir Banjaran b/d kurang
menderita tekanan didapatkan 14 lansia terpapar informasi d.d
darah tinggi. yang tekanan gagal melakukan tindakan
b. Warga mengatakan darahnya tinggi pencegahan masalah
tidak pernah tarak b. Dari hasil observasi kesehatan, menunjukkan
makanan RT 1, 2, 3 upaya peningkatan status
c. Warga mengatakan menunjukkan 44 % kesehatan yang minimal,
tidak tahu lansia mengalami gagal mencapai
penyebabnya tekanan darah pengendalian yang optimal
tekanan darah tinggi.
tinggi yang di
derita.
2. a. Warga mengatakan a. Dari hasil Defisit pengetahuan pada
anaknya senang pengkajian agregat orang tua di RW
sekali bermain didapatkan sebanyak 02 kelurahan Banjaran b/d
gadged sampai 37 anak adalah usia kurang terpapar informasi
lupa waktu 6-13 tahun d.d menanyakan masalah
b. Warga mengatakan b. Saat pengkajian yang di hadapi dan
anaknya bermain kunjungan rumah melakukan perilaku tidak
game dengan total banyak anak yang sesuai anjuran
durasi 7 – 8 jam sibuk mainan game
per hari online
3. a. Warga mengatakan a. Dari hasil Pemeliharaan kesehatan
saat musim hujan pengkajian tidak efektif warga RW 02
di kamar mandi didapatkan sebanyak kelurahan Banjaran b/d
rumahnya terdapat 22% rumah warga ketidakmampuan
jentik-jentik dari total menyelesaikan masalah
b. Warga mengatakan keseluruhan yang d.d tidak mampu
di rumahnya terdapat jentik di menjalankan perilaku
banyak nyamuk kamar mandi dan sehat dan kurang
berkeliaran lingkungan menunjukkan pemahaman
rumahnya. tentang perilaku sehat
b. Saat pengkajian
kunjungan rumah
39
banyak air
menggenang yang
terdapat jentik-jentik
c. Terdapat banyak
nyamuk di malam
hari
d. Dari hasil
pengkajian
didapatkan sebanyak
93 keluarga (89%)
dari 105 keluarga
mengatakan selalu
mencuci tangan
menggunakan
sabun. Namun
banyak yang masih
belum melakukan
cuci tangan dengan
benar (6 langkah )
40
E. Penapisan Masalah
Kriteria
No Kemungkinan Peningkatan
Diagnosa Pentingnya masalah Total Prioritas
. perubahan positif jika terhadap kualitas
untuk dipecahkan :
diatasi : hidup bila diatasi :
1 Agregat lansia di rumah RW 2 wilayah
kelurahan Banjaran b/d kurang terpapar
informasi d.d gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan, 3 3 3 9 1
menunjukkan upaya peningkatan status
kesehatan yang minimal, gagal mencapai
pengendalian yang optimal
2 Defisit pengetahuan pada agregat orang tua
di RW 02 kelurahan Banjaran b/d kurang
terpapar informasi d.d menanyakan masalah 2 3 3 8 2
yang di hadapi dan melakukan perilaku tidak
sesuai anjuran
3 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif warga
RW 02 kelurahan Banjaran b/d
ketidakmampuan menyelesaikan masalah d.d
2 2 3 7 3
tidak mampu menjalankan perilaku sehat dan
kurang menunjukkan pemahaman tentang
perilaku sehat
41
Keterangan:
0 : Tidak ada
1 : Rendah
2 : Sedang
3 : Tinggi
42
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Khusus dan Kriteria Hasil Intervensi
Agregat lansia di rumah RW 2 wilayah Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan
kelurahan Banjaran b/d kurang terpapar selama x , maka kemampuan dalam Observasi :
informasi d.d gagal melakukan mengubah gaya hidup/perilaku untuk 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
tindakan pencegahan masalah memperbaiki status kesehatan membaik. informasi
kesehatan, menunjukkan upaya Terapeutik :
peningkatan status kesehatan yang Kriteria hasil : 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
minimal, gagal mencapai pengendalian 1. Penerimaan terhadap perubahan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
yang optimal status kesehatan meningkat kesepakatan
2. Kemampuan melakukan tindakan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
pencegahan masalah kesehatan 4. Gunakan variasi metode pembelajaran
meningkat 5. Gunakan pendekatan promosi kesehatan dengan
3. Kemampuan peningkatan memperhatikan pengaruh dan hambatan dari
kesehatan meningkat lingkungan, sosial serta budaya
4. Pencapaian pengendalian kesehatan 6. Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif
meningkat dan pencapaiannya
Edukasi :
1. Jelaskan penanganan masalah kesehatan -
Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di
masyarakat
43
2. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
3. Anjurkan mengevaluasi tujuan secara periodik
4. Ajarkan menentukan perilaku spesifik yang akan
diubah (mis. keinginan mengunjungi fasilta
kesehatan)
5. Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai–
6. Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari
7. Ajarkan pencarian dan penggunaan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan
8. Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
Defisit pengetahuan pada agregat orang Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Orang Tua : Fase anak
tua di RW 02 kelurahan Banjaran b/d selama x , maka kecukupan informasi Observasi :
kurang terpapar informasi d.d kognitif yang berkaitan dengan topik 1. Identifikasi pemahaman orang tua/keluarga tentang
menanyakan masalah yang di hadapi tertentu meningkat membesarkan anak
dan melakukan perilaku tidak sesuai 2. Identifikasi kesiapan orang tua dalam menerima
anjuran Kriteria hasil : edukasi serta faktor-faktor yang menghambat
Penyebab : 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat keberhasilan edukasi (mis. faktor budaya, hambatan
1. Keteratasan kognitif 2. Kemampuan menjelaskan bahasa, kurang tertarik)
2. Gangguan fungsi kognitif pengetahuan tentang suatu topik Terapeutik :
3. Kekeliruan mengikuti anjuran meningkat 1. Minta orang tua menjelaskan perilaku anak
44
4. Kurang terpapar informasi 3. Perilaku sesuai dengan 2. Dengarkan setiap keluhan dan masalah yang
5. Kurang minat dalam belajar pengetahuan meningkat dihadapi orang tua
6. Kurang mampu mengingat 3. Fasilitasi orang tua untuk bertanya
7. Ketidaktahuan menemukan sumber Edukasi :
informasi 1. Ajarkan teknik pengasuhan dan keterampilan
Ditandai dengan : komunikasi
Gejala dan Tanda Mayor 2. Ajarkan mengidentifikasi sumber dukungan
Subjektif : keluarga
1. Menanyakan masalah yang 3. Ajarkan menidentifikasi sumber stressor keluarga
dihadapi (mis. penyalahgunaan cbataikohol, kekerasan dalam
2. Menunjukkan perilaku tidak rumah tangga, konflik ibu, depresi. perceraian)
sesuai anjuran 4. Jelaskan tahapan tumbuh kembang anak
3. Menunjukkan persepsi yang 5. Jelaskan pendekatan orang tua vang dapat
keliru terhadap masalah digunakan untuk membantu anak mengekspresikan
Objektif : perasaan secara positif
(tidak tersedia) 6. Jelaskan sikap atau indakan antisipasi tahapan usia
Gejala dan Tanda Minor anak
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1.
45
tepat
2.
(mis. apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
Kondisi Klinis Terkait :
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi
oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
warga RW 02 kelurahan Banjaran b/d selama x , maka kemampuan dalam Observasi :
ketidakmampuan menyelesaikan mengubah gaya hidup/perilaku untuk 1. identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat
masalah d.d tidak mampu menjalankan memperbaiki status kesehatan membaik. ditingkatkan
perilaku sehat dan kurang menunjukkan Terapeutik :
pemahaman tentang perilaku sehat Kriteria hasil : 1. Berikan lingkungan yang mendukung kesehatan
Penyebab : 1. Penerimaan terhadap perubahan 2. Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat
1. Hambatan kognitif status kesehatan meningkat dimanfaatkan
2. Ketidaktuntasan proses berduka 2. Kemampuan melakukan tindakan Edukasi :
3. Ketidakadekuatan keterampilan pencegahan masalah kesehatan 1. Anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
berkomunikasi meningkat 2. Anjurkan memberi bayi ASI Ekslusif
4. Kurangnya keterampilan motorik 3. Kemampuan peningkatan 3. Anjurkan menimbang balita setiap bulan
46
halus/kasar kesehatan meningkat 4. Anjurkan mnggunakan air bersih
5. Ketidakmampuan membuat 4. Pencapaian pengendalian kesehatan 5. Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan
penilaian yang tepat meningkat sabun
6. Ketidakmampuan mengatasi 6. Anjurkan menggunakan jamban sehat
masalah (individu atau keluarga) 7. Anjurkan memberantas jentik di rumah seminggu
7. Ketidakcukupan sumber daya (mis. sekali
keuangan, fasilitas) 8. Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
8. Gangguan persepsi 9. Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari
9. Tidak terpenuhinya tugas 10. Anjurkan tidak merokok di dalam rumah
perkembangan
Ditandai dengan :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Kurang menunjukkan perilaku
adaptif terhadap perubahan
lingkungan
2. Kurang menunjukkan pemahaman
tentang perilaku sehat
3. Tidak mampu menjalankan
47
perilaku sehat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Memiliki riwayat perilaku mencari
bantuan kesehatan yang kurang
2. Kurang menunjukkan minat untuk
meningkatkan perilaku sehat
3. Tidak memiliki sistem pendukung
(support system)
48
G. POA
Tempat dan Penanggung
No Masalah Jenis Kegiatan Persiapan Sasaran
Waktu jawab
1. Agregat lansia di rumah Melakukan senam 1. Mempersiapkan tempat dan peralatan yang Rumah pak Lansia di Arvina
RW 2 wilayah lansia dan diperlukan. RT 01 RW 02 (RT Umaiya
kelurahan Banjaran b/d hipertensi 2. Menyampaikan ijin pemakaian tempat Sabtu 4 April 1, RT 2, dan Zahro
kurang terpapar penyuluhan. 2020 RT 3)
informasi d.d gagal 3. Berkoordinasi dengan kader posyandu lansia.
melakukan tindakan 4. Mengundang lansia yang berada di RW 02
pencegahan masalah 5. Melakukan senam dengan iringan musik media
kesehatan, sound sytem
menunjukkan upaya
peningkatan status Pemeriksaan 1. Mempersiapkan tempat dan peralatan pemeriksaan Rumah Pak Semua Arvina
kesehatan yang Tekanan Darah, kesehatan. RT 01 RW Lansia di Umaiya
minimal, gagal Gula darah, Asam 2. Menyampaikan ijin pemeriksaan kesehatan lansia 02, Sabtu 4 RW 02 (RT Zahro
mencapai pengendalian Urat dan 3. Mengundang semua lansia RW 02. April 2020 1, RT 2, dan
yang optimal Kolesterol RT 3)
2. Defisit pengetahuan Penyuluhan 1. Mempersiapkan tempat dan peralatan yang Rumah Mbak Semua ibu- Yoke
pada agregat orang tua penangaan diperlukan. Riski (kader) ibu yang Rhesma
di RW 02 kelurahan kecanduan gadget 2. Menyampaikan ijin pemakaian tempat RT 2 mempunyai
Banjaran b/d kurang pada anak dan penyuluhan. balita dan
terpapar informasi d.d terapi bermain 3. Berkoordinasi dengan kader posyandu balita. anak
49
menanyakan masalah 4. Mengundang seluruh ibu yang memiliki balita
yang di hadapi dan dan anak < 13 tahun di RW 02
melakukan perilaku 5. Memberikan penyuluhan dengan media
tidak sesuai anjuran permainan dan poster
Penyuluhan 1. Mempersiapkan tempat dan peralatan yang Rumah Mbak Semua ibu- Karunia Wati
tentang etika diperlukan. Riski (kader) ibu yang Susanti
batuk, cuci tangan 2. Menyampaikan ijin pemakaian tempat RT 2 mempunyai
dan pencegahan penyuluhan. balita dan
COVID-19 3. Berkoordinasi dengan kader posyandu balita. anak
4. Mengundang seluruh ibu yang mempunyai balita
dan anak< 13 tahun di RW 02
5. Memberikan penyuluhan dengan media poster
Penyuluhan 1. Mempersiapkan tempat dan peralatan yang Rumah Mbak Semua ibu- Resa
tentang diperlukan. Riski (kader) ibu yang Valentina
pentingnya KB 2. Menyampaikan ijin pemakaian tempat RT 2 mempunyai
penyuluhan. balita dan
3. Berkoordinasi dengan kader posyandu balita. anak
4. Mengundang seluruh ibu-ibu yang mempunyai
balita dan anak di RW 02
Memberikan penyuluhan dengan media poster
3 Pemeliharaan kesehatan Melakukan 1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Rumah Semua Dadang Ari
tidak efektif warga RW penggalakan 3M 2. Menyampaikan ijin melakukan penyuluhan ke Warga RW warga RW Wibowo
50
02 kelurahan Banjaran kepada warga rumah-rumah warga 02 02 (RT 1,
b/d ketidakmampuan RW 02 3. Memberikan penyuluhan dan simulasi RT 2, dan
menyelesaikan masalah RT 3)
Penyuluhan 1. Mempersiapkan tempat dan peralatan yang Rumah warga Semua Karunia Wati
d.d tidak mampu
tentang etika diperlukan. RW 02 warga RW Susanti
menjalankan perilaku
batuk, cuci tangan 2. Menyampaikan ijin pemakaian tempat 02
sehat dan kurang
dan pencegahan penyuluhan.
menunjukkan
COVID-19 3. Memberikan penyuluhan dengan media poster
pemahaman tentang
perilaku sehat
51
BAB IV
PEMBAHASAN
52
kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan pada lansia.
Adapun kegiatan yang telah dilakukan :
1. Edukasi atau Penyuluhan Senam Lansia dan Senam Hipertensi
Tujuan dari pelaksanaan penyuluhan hipertensi dan senam hipertensi
adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan kader dan lansia di
lingkungan RW 02, Kelurahan Banjaran Kota Kediri tentang Hipertensi dan
senam hipertensi. Kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan ini
dilaksanakan menggunakan metode online dengan media video animasi,
dimana kegiatan ini telah dilaksanakan dengan menyebar luaskan media
yang telah disediakan untuk di bagikan kepada lansia yang ada di
lingkungan RW 02 melalui bantuan dari ketua RW 02, ketua RT 01, 02 dan
03, Serta kader yang ada di lingkungan RW 02 di Kelurahan Banjaran Kota
Kediri.
Kendala dalam penyuluhan ini yaitu penggunaan sosial media
sebagai penyebar informasi hanya sebatas menggunakan WhatsApp dan
hanya sebagian dari masyarakat terutama lansia yang menggunakan smart
phone/ WhatsApp, hal ini karena sosialisasi yang terbatas. Namun dari pada
itu, antusias dari kader yang cukup tinggi serta lebih memahami tentang
penyakit hipertensi dan bagaimana senam lansia dapat membantu
berjalannya kegitan dengan semaksimal mungkin.
Dari kegiatan ini diharapkan kedepannya dapat memandirikan lansia
khususnya lingkungan RW 02 di Kelurahan Banjaran Kota Kediri, sehingga
dapat paham dan mengerti arti dan manfaat dari senam yang dapat dilakukan
bagi penderita hipertensi.
Dari kegiatan yang telah kami lakukan, hal ini sejalan dengan teori
(Crowin, 2009) dimana salah satu tanda hipertensi adalah nyeri pada
tengkuk dikarenakan pembuluh darah menyempit dan dapat menghambat
aliran darah. Pembuluh darah yang ada di sekitar leher menjadi menyempit
dengan berkala sehingga leher akan mengalami pengerutan baik oleh otot
leher maupun pembuluh darahnya menurut (Dalimartha, 2018).
Penyakit degeneratif pada lansia ini jika tidak ditangani dengan baik
maka akan menambah beban finansial negara yang tidak sedikit dan akan
menurunkan kualitas hidup lansia karena meningkatkan angka morbiditas
bahkan dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2013). Beberapa penyakit
degeneratif yang paling banyak diderita oleh lansia antara lain, gangguan
sendi, hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit
jantung dan diabetes melitus (Riskesdas, 2013). Hipertensi seringkali
53
ditemukan pada lansia. Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan
kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 Provinsi
tahun 2012, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah
penyakit sendi (52,3%) dan Hipertensi (38,8%), penyakit tersebut
merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Kemenkes RI, 2013).
Olahraga seperti senam hipertensi mampu mendorong jantung
bekerja secara optimal, dimana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan
energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana akibatnya dapat
meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan volume sekuncup
yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan
tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan
terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan aktivitas
pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf simpatis
menurun, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun,
volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena menurunan ini
mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer
total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).
Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot
dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Mahardani (2010)
mengatakan dengan senam atau berolah raga kebutuhan oksigen dalam sel
akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup
bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat.
2. Edukasi Pemeriksaan Kesehatan (TTV, GDA, Kolesterol, Asam Urat).
Tujuan dari pelaksanaan adalah untuk mendeteksi secara dini
masalah penyakit yang terjadi pada lansia seperti Hipertensi, DM mengenali
pola hidup sehat serta meningkatkan kesadaran diri terhadap kesehatan
lansia. Kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan ini dilaksanakan
menggunakan metode online dengan media video animasi yang mulai
tanggal 4 sampai dengan 9 Mei 2020, dimana kegiatan ini telah
dilaksanakan dengan menyebar luaskan media yang telah disediakan untuk
dibagikan kepada masyarakat lingkungan RW 02, Kelurahan Banjaran, Kota
Kediri.
Kendala dalam penyuluhan yaitu penggunaan sosial media sebagai
penyebar informasi hanya sebatas menggunakan WhatsApp dan hanya
54
sebagian dari masyarakat yang memahami penggunaan dan memiliki sosial
media tersebut.
Kegiatan yang dilakukan dapat terlaksana karena adanya dukungan
dari kepala kelurahan serta ketua RW 02 yang ikut mengkoordinasikan
penyebaran media penyuluhan atau edukasi kesehatan yang dilakukan.
Harapan setelah diselenggarakan kegiatan ini masyarakat secara mandiri
dapat melakukan pemeriksaan secara dini terkait kondisi kesehatan yang
sedang dialami serta menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat khususnya
pada lansia dalam melakukan memeriksakan kesehatan secara berskala.
Kegiatan ini salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang baru dikembangkan oleh Pemerintah sesuai
dengan rekomendasi WHO agar memusatkan penanggulangan PTM melalui
tiga komponen utama, yaitu surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan
pencegahan melalui inovasi dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan
adalah pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM)
(Kemenkes, 2012). Diperlukan suatu upaya deteksi dini terkait dengan
pencegahan berbagai PTM. Deteksi secara dini dapat dilakukan dengan
pengecekan status gizi, tekanan darah, biokimia darah (khususnya glukosa
darah, kolesterol) secara rutin. Tentunya hasil pada saat deteksi dini dapat
digunakan sebagai dasar pencegahan atau penanganan masalah kesehatan
masyarakat sehingga masyarakat dapat hidup secara berkualitas (Feti, 2018).
55
terapi bermain pada anak dilaksanakan menggunakan metode online dengan
media video animasi yang mulai tanggal 4 sampai dengan 9 Mei 2020,
dimana kegiatan ini telah dilaksanakan dengan menyebar luaskan media yang
telah disediakan untuk dibagikan kepada masyarakat lingkungan RW 02,
Kelurahan Banjaran, Kota Kediri.
Kendala dalam penyuluhan penanganan kecanduan gadget dan terapi
bermain pada anak yaitu penggunaan sosial media sebagai penyebar
informasi hanya sebatas menggunakan WhatsApp dan hanya sebagian dari
masyarakat yang memahami penggunaan dan memiliki sosial media tersebut.
Harapan setelah dilakukan penyuluhan tentang penanganan kecanduan
gadget dan terapi bermain pada anak yaitu orang tua diharapkan lebih sadar
akan pentingnya pembatasan gadget pada anak dan mampu menyebarluaskan
informasi yang telah mereka dapatkan kepada masyarakat disekitar
lingkungannya akan penanganan kecanduan gadget dan terapi bermain pada
anak.
Dari kegiatan yang dilakukan sejalan dengan IDAI (2013) yaitu kurang
pengawasan dan pemahaman orang tua terhadap gejala-gejala maupun
dampak dari gangguan gadget akan membuat penanganan dan prognosis yang
lebih buruk pada anak, akibat kurangnya pengetahuan dari orang tua
mengenai akibat lanjut yang dapat terjadi jika aktifitas penggunaan gadget ini
terus dilakukan. Akibat lanjut yang dapat terjadi jika tidak dilakukan tindakan
segera dapat mempengaruhi perkembangan mental dan emosional pada anak-
anak tersebut yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial anak
dimasyarakat, mengalami kesulitan dalam menerima belajar, dan lain-lain.
Hubungan antara peran keluarga dalam menghindari dampak negatif
penggunaan gadget pada anak dengan perilaku anak dalam penggunaan
gadget ini memperoleh hasil yang sama dengan penelitian Markustianto
(2017) Apabila peran keluarga baik maka besar perilaku anak dalam
menggunakan gadget juga baik, hal itu dikarenakan orang tua banyak
memberikan pengarahan bagaimana menggunakan gadget yang tepat dan
baik. Namun sebaliknya bila peran keluarga kurang baik maka perilaku
anakpun akan kurang baik karena kurangnya penjelasan tentang bagaimana
menggunakan teknologi dalam hal ini gadget untuk hal-hal yang baik (Jordan,
2018).
Aktivitas fisik pada masa anak-anak merupakan sesuatu yang esensial
bagi mereka agar dapat memperhalus keterampilan mereka. Keterampilan
fisik yang dapat dikuasai anak sekolah dasar meliputi, berlari, memanjat,
56
melompat tali, berenang, mengendarai sepeda, dan bermain sepatu roda.
Dengan demikian, aktivitas fisik seperti berolahraga ini berperan penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak (Santrock, 2012). Menurut Bates
(2006), aktivitas fisik selama masa kanak-kanak dan remaja memberikan
fungsi penting bagi perkembangan fisik mereka. Manfaat dari aktivitas fisik
adalah mengurangi resiko obesitas, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan
osteoporosis. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kinerja
akademik dan psikososial anak. Pada masa kanak-kanak asupan dan energi
anak memiliki hubungan yang erat karena asupan makanan digunakan anak
untuk energi, sehingga energi yang dikeluarkan dapat digunakan untuk
aktivitas fisik mereka.
2. Penyuluhan tentang Keluarga Berencana (KB)
Pokok kerja PUS dan Bumil merupakan kegiatan yang dilakukan adalah
pemberian penyuluhan KB. Kegiatan penyuluhan KB bertujuan untuk
memberikan informasi kepada para ibu tentang macam-macam KB, kelebihan
dan kekurangan dari KB. Kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan
menggunakan metode online dengan media video animasi yang mulai
tanggal 4 sampai dengan 9 Mei 2020, dimana kegiatan ini telah dilaksanakan
dengan menyebarluaskan media yang telah disediakan untuk dibagikan
kepada masyarakat khususnya para ibu rumah tangga lingkungan RW 02,
Kelurahan Banjaran, Kota Kediri.
Kendala dalam penyuluhan penanganan kecanduan gadget dan terapi
bermain pada anak yaitu penggunaan sosial media sebagai penyebar
informasi hanya sebatas menggunakan WhatsApp dan hanya sebagian dari
masyarakat yang memahami penggunaan dan memiliki sosial media tersebut.
Dengan kegiatan penyuluhan yang dilakukan, mahasiswa menaruh
harapan agar pengetahuan yang dimiliki masyarakat khususnya ibu rumah
tangga dapat bertambah sehingga berdampak pada perubahan atau
menurunnya kejadian kehamilan beresiko tinggi serta masyarakat mampu
untuk menyebarluaskan pengetahuan yang mereka dapatkan kepada
lingkungan disekitar.
Kegiatan ini sejalan dengan hasil Data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 wanita usia 15-49
tahun dengan status kawin sebesar 59,7%. PUS menggunakan KB modern
(Implan, MOW, MOP, IUD, Kondom, Suntik dan Pil), dan 0,4%
menggunakan KB tradisional (MAL, Kalender dan Senggama terputus).
Selain itu sebanyak 24,7% PUS pernah menggunakan KB dan 15,5% tidak
57
menggunakan KB. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh
peserta KB baru ialah suntik sebanyak 48,56% (RI, 2014).
Menurut Laporan Kinerja BKKBN tahun 2015 faktor penghambat
pencapaian akseptor MKJP diantaranya akses bagi PUS untuk mendapatkan
pelayanan kontrasepsi jangka panjang sangat terbatas, masalah teknis seperti
dokter dan bidan yang ditempatkan di daerah belum memiliki keahlian dalam
pemasangan alat kontrasepsi MKJP, dan kurangnya pengetahuan Pasangan
Usia Subur (PUS) mengenai alat kontrasepsi sehingga masyarakat enggan
menggunakan MKJP (B. K. dan K. B. Nasional, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ulle, AJ. Utami, NW,
2017) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang KB Terhadap
Motivasi Dalam Memilih Alat Kontrasepsi Di Desa Bera Dolu Sumba Barat
Nusa Tenggara Timur (NTT)” didapatkan hasil penelitian sebanyak 63,6%
responden memiliki motivasi yang lemah dalam memilih alat kontrasepsi
sebelum penyuluhan. Setelah dilakukan penyuluhan sebanyak 81,8%
responden memiliki motivasi yang kuat dalam memilih alat kontrasepsi.
Didapatkan nilai ρ yaitu 0,001 dengan nilai α (0,05), dapat disimpulkan
terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang Keluarga Berencana
terhadap memilih alat kontrasepsi.
58
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan diketahui bahwa sebagian besar
keluarga yang ada di lingkungan RW 02 Kelurahan Banjaran melakukan cuci
tangan menggunakan sabun namun cara melakukan cuci tangan masih belum
sesuai dengan cara cuci tangan yang baik dan benar serta sebagian besar
masyarakat belum mengetahui bagainana etika batuk yang baik dan benar.
Cuci tangan yang bersih adalah salah satu indikator untuk perilaku hidup
bersih dan sehat dan etika batuk adalah untuk mencegah bakteri/virus tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain. Tujuan penyuluhan
tentang Etika Batuk dan Cuci Tangan yang Benar adalah selain
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya menjaga
kebersihan dan beretika saat batuk juga dilakukan untuk menghindari
penularan penyakit khususnya COVID-19 yang sekarang ini sedang
menyebar di penjuru dunia khususnya Indonesia. Pelaksanaan penyuluhan
dilakukan menggunakan metode online dengan media video animasi yang
mulai tanggal 4 sampai dengan 9 Mei 2020, dimana kegiatan ini telah
dilaksanakan dengan menyebarluaskan media yang telah disediakan untuk
dibagikan kepada seluruh masyarakat di lingkungan RW 02, Kelurahan
Banjaran, Kota Kediri.
Kendala dalam penyuluhan penanganan kecanduan gadget dan terapi
bermain pada anak yaitu penggunaan sosial media sebagai penyebar
informasi hanya sebatas menggunakan WhatsApp dan hanya sebagian dari
masyarakat yang memahami penggunaan dan memiliki sosial media tersebut.
Dengan dilakukannya penyuluhan diharapan dapat menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun dan menerapkan etika batuk yang baik sebagai tindakan dasar untuk
pencegahan dan menekan penyebaran dari COVID-19.
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak
dekat dan droplet, bukan melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling
berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat dengan pasien
COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19 (Kemenkes RI, 2020).
2. Edukasi atau Penyuluhan Penggalakan 3M pada Warga (Jumantik) dengan
Pemberian Abate
Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa banyak keluarga yang
tidak melakukan 3M (menguras, menutup tempat penampungan air dan
mengubur barang-barang bekas) serta ditambah (Plus). Tujuan penyuluhan
tentang 3M adalah meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam
melakukan pencegahan dan pengendalian DBD (Demam Berdarah) melalui
59
pembudayaan 3M Plus. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan menggunakan
metode online dengan media video animasi yang mulai tanggal 4 sampai
dengan 9 Mei 2020, dimana kegiatan ini telah dilaksanakan dengan
menyebarluaskan media yang telah disediakan untuk dibagikan kepada
masyarakat di lingkungan RW 02, Kelurahan Banjaran, Kota Kediri.
Kendala dalam penyuluhan penanganan kecanduan gadget dan terapi
bermain pada anak yaitu penggunaan sosial media sebagai penyebar
informasi hanya sebatas menggunakan WhatsApp dan hanya sebagian dari
masyarakat yang memahami penggunaan dan memiliki sosial media tersebut.
Harapan dari penyuluhan ini adalah masyarakat mampu mengetahui
dan memahami cara pencegahan DBD dengan menggunakan 3M (menguras,
menutup tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas) serta
mampu berperilaku hidup bersih dan sehan untuk dirinya sendiri dan
lingkungan sekitar.
Kegiatan ini sejalan dengan penelitian lain yaitu Zubir (2006)
menyimpulkan bahwa pengaruh perilaku 3m plus mempunyai peran penting
dalam mempengaruhi resiko kejadian DBD. Sampah yang tidak teratur atau
sampah yang bertaburan dapat mencemari lingkungan rumah, pemukiman
dan tanah. Dari lingkungan yang tercemar sampah berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat dapat terjangkit demam DBD.
Berdasarkan asumsi peneliti mengenai perilaku masyarakat/responden
terhadap resiko kejadian demam berdarah deague adalah, perilaku yang
masyarakat dalam menjaga kebersihan yang meliputi faktor karakteristik dan
pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana lingkungan
yang kotor sampah dan barangbarang bekas sangat beresiko terhadap
kejadian demam berdarah deague begitu juga sebaliknya lingkungan yang
bersih adalah lingkungan yang bisa menjaga kebersihan salah satunya
dengan perilaku 3M plus (mengubur, mengubur dan menutup).
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil data-data yang telah diperoleh dapat menjelaskan tentang
beberapa aspek yang menjadi masalah pokok RW 02 RT 01, 02 dan 03 di
Kelurahan Banjaran Kota Kediri di bidang kesehatan. Dalam rangka praktek
profesi komunitas, mahsiswa program profesi NERS IIK Bhakti Wiyata
menerapkan asuhan keperawatan komunitas yang merupakan salah satu
proses kompleks yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan dalam lingkup masyarakat. Proses ini dimulai dari Pengkajian,
Analisa data, Penetapan Prioritas Masalah, Merancang Plan of Action atau
rencana intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan program praktek profesi komunitas,
mahsiswa program profesi NERS IIK Bhakti Wiyata di RW 02 Kelurahan
Banjaran Kota Kediri, kota Kediri kami menyarankan :
1) Untuk Masyarakat
Lebih meningkatkan kesehatan, meningkatkan kesadaran peduli
terhadap lingkungan, dan meningkatkan pengetahuan untuk dapat mengolah
suatu potensi lingkungan.
3) Untuk Instansi
Puskesmas dan seluruh instansi-instansi terkait agar kiranya
memperhatikan aspirasi dari masyarakat, mendukung program-program yang
berorientasi pada pembangunan RW 02.
61
4) Untuk Mahasiswa
1. Pihak mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan baik itu
pengetahuan, sikap, dan psikomotor tentang bagaimana bekerja dalam
satu tim demi suatu tujuan tertentu.
2. Mahasiswa juga diharapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang komprehensif yang meliputi Pencegahan, Promosi, Pengobatan,
dan Rehabilitasi.
3. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan yang
berkompetensi pada lansia.
62
DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Association. 1992. Nursing's Agenda for Health Care Reform.
Washington, D.C: The Author
Bates, H. (2006). Daily physical activity for children and youth. Alberta Education
Cataloguing in Publication Data. Canada.Bhattacharrya, R. (2015).
Addiction to modern gadgets and technologies across generations. Eastern
Journal of Psychiatry, 18(2), 27–37.
Dalimartha, Setiawan. 2018. Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus : Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2013, Profil Kesehatan Indonesia 2013,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI & IDAI. (2013). Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Balita Sosialisasi Buku Pedoman Pelaksanaan DDTK di tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. diakses dari
http://www.scribd.com/doc/181177655/gds137slide-deteksi-danintervensi-
dinitumbuh-kembang-balita-pdf.
Depkes RI. 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.
Feti Kumala Dewi, 2018. Pendampingan dan Pelatihan Ketrampilan Pemeriksaan
Gula Darah, Asam Urat dan Kolestrol di Desa Toyareka Kecamatan
Kemangkon. Jurnal Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, Vol. 3, No. 2.
Freeman, R. & Heinrich. J.C. 1981. Community Health Nursing Practice. (1 st rd).
Canada: W.B. Saunders Company.
Friedman.2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Jordan. 2018. Hubungan Peran Keluarga Dalam Menghindari Dampak Negatif
Penggunaan Gadget Pada Anak Dengan Perilaku Anak Dalam
Penggunaan Gadget Di Desa Kiawa 2 Barat Kecamatan Kawangkoan
Utara. Ejournal keperawatan (e-K) Vol. 6, No. 2.
Kemenkes RI, 2013, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Kemenkes RI,
Jakarta.
Kemenkes RI, 2020, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Kemenkes RI,
Jakarta
Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Teknik Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu TPM). Jakarta.
63
Mahardani, N.M.A.F., 2010, Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di klub Jantung Sehat Klinik
Kardiovaskuler Rumah Sakit Hospital Cinere tahun 2010.
Markustianto, D (2017). Keluarga Sebagai Gadget Bagi Anak. Artikel.
https://indonesiana.tempo.co/read/113655/2017/07/17/deasmarkustia
nto/keluarga-sebagai-gadget-bagianak. Diakses 14 Desember 2017.
Mubarak,W.I. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :CV Sagung Seto.
Nasional, B. K. dan K. B. (2015). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BKKBN.
Retrieved from http://www.bkkbn.go.id.
RI, K. K. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Retrieved from
http://www.depkes.go.id.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)., 2013, Kementrian Kesehatan RI, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI,
Jakarta.
Santrock, J.W. (2012). Life-span development: Perkembangan masa hidup (13th).
(Terj. Benedictine Widyasinta). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sherwood, L., 2005, Fisiologi kedokteran:dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta.
Ulle, AJ. Utami, NW, S. (2017). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang KB
Terhadap Motivasi Dalam Memilih Alat Kontrasepsi. Nursing News, Volume
2.
Zubir. 2006. Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T., 2006. “Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul”.
Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319332.
64
Lampiran 1
GANTT CHART PRAKTIK KOMUNITAS RW 02 KELURAHAN BANJARAN TANGGAL 9 MARET- 16 MEI 2020
MINGGU I MINGGU II 23 Maret – 3 Mei 2020 (Mei) MINGGU I (Mei) MINGGU II
No KOMPETENSI
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Menyusun organisasi
kelompok
2 Melakukan perizinan
ke rumah pak RW
02 dan RT 01, 02 ,03
3 Melakukan
persiapan pembagian
kuesioner warga RW
02 (RT 01, 02, 03)
4 Melakukan
pengkajian dengan
kuesioner semua
warga RW 02 (RT
01, 02, 03)
a. Mencari data
demografi
penduduk ke
kelurahan
b. Mencari data
profil desa ke
puskesmas dan
pustu
5 Melakukan analisis
65
data
6 Identifikasi masalah
dan prioritas
masalah
7 Menyusun POA
sesuai dengan
diagnosis
8 Desimenasi awal
hasil analisis dan
masalah yang
ditemukan ang
didapat (Intervensi)
9 Seminar Awal
10 Menyusun rencana
strategis dan langkah
oprasional
11 Menyusun rencana
pelaksanaan program
kerja
12 Menyusun jadwal
dan rancangan
pembagian peran
dalam pelaksanaan
program kerja
13 Pelaksanaan
Program Kerja :
14 BALITA
a) Penyuluhan
66
penangaan
kecanduan
gadget pada
anak dan terapi
bermain
b) Penyuluhan
tentang KB
LINGKUNGAN
a) Penggalakan 3M
pada warga
dengan
pemberian
Abate
b) Etika Batuk dan
Cuci Tangan
yang Benar
dalam Rangka
Pencegahan
Penularan
Covid-19
LANSIA
a) Melakukan
senam lansia
dan senam
hipertensi
67
b) Pemeriksaan
kesehatan,
TTV, GDA,
Kolesterol,
Asam Urat.
15 Melakukan
evaluasi program
(standart, struktur,
proses, hasil)
Merumuskan upaya
tindak lanjut
Menyusun laporan
hasil kegiatan
16 a. Persiapan Seminar
b. Seminar Akhir
68
Lampiran 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN PENANGANAN KECANDUAN GADGET DAN
TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RW 02
KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
69
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARAPENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN PENANGANAN KECANUAN GADGET DAN
TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RW 02
KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
(…………………………………………) (................................................)
70
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan kegiatan
Penyuluhan Penanganankecnduan Gadget Bagi Anak dan Terapi Bermain
dengan tema WGBK (Waktu Gembira Bersama Keluarga)
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
proposal ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf atas
segala kekurangan dan kesalahan sebagai panitia penyelenggara.
71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat
yang di tandai dengan kemajuan pada bidang informasi dan teknologi (Ismanto,
2015). Salah satunya yaitu perkembangan gadget yang semakin meluas, hampir
semua individu baik anak-anak hingga orang dewasa kini sudah memiliki handphone
atau smartphone. Kebutuhan komunikasi dan informasi sangat dibutuhkan bagi
semua kalangan masyarakat, ditambah sekarang semakin mudah mengakses
informasi dan berbagai macam fitur-fitur menarik yang ditawarkan oleh jasa
pelayanan gadget/ smartphone itu sendiri sehingga anak-anak sering kali cepat akrab
dengannya.
Pada anak usia di bawah 5 tahun, boleh-boleh saja diberi gadget. Tapi harus
diperhatikan durasi pemakaiannya, misalnya, boleh bermain tapi hanya setengah jam
dan hanya pada saat senggang, kenalkan gadget seminggu sekali, misalnya hari Sabtu
atau Minggu. Lewat dari itu, ia harus tetap berinteraksi dengan orang lain. Karena
jika penggunaan gadget lebih dari 2 jam setiap hari akan mempengaruhi psikologis
anak (feliana, 2016).
Penggunaan gadget secara terus menerus akan berdampak buruk terhadap pola
pikir dan perilaku anak dalam kehidupan kesehariannya, anak-anak yang cenderung
terus menerus menggunakan gadget akan sangat tergantung dan menjadi kegiatan
yang rutin dalam aktifitas sehari-hari, dalam hal ini sering kali anak-anak lebih
memilih bermain gadget sehingga menyebabkan anak-anak menjadi malas bergerak
dan beraktifitas. Mereka lebih memilih duduk di depan gadget dan menikmati
permainan yang ada pada fitur-fitur tertentu dibandingkan berinteraksi dengan dunia
nyata. Hal ini tentu berdampak buruk bagi perkekembangan dan kesahatan anak.
terutama di segi otak dan psikologis. Dampak negatif lain juga dapat menyebabkan
kurangnya mobilitas sosial pada anak, mereka lebih memilih bermain menggunakan
gadgetnya dari pada bermian bersama teman sebayanya. Tidak jarang kita lihat anak
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi karena otak anak sudah diporsir pada
dunia yang tidak nyata (Ameliola & Nugraha, 2013).
Kejadian seperti ini harus menjadi perhatian bagi berbagai pihak untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap anak-anak dalam penggunaan gadget sebagai
media komunikasi dan bermain. Khusunya dari lingkungan keluarga yaitu orang tua
sebagai institusi dalam pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak. Peran
orang tua harus selalu dilakukan, dengan cara mengontrol setiap fitur-fitur yang ada
72
didalam smartphone, orang tua harus selalu berkomunikasi dengan anak-anaknya dan
membatasi penggunaan gadget dengan batasan-batasan waktu untuk anak
menggunakan gadget, misalnya sehari anak hanya diperbolehkan bermain gadget
selama satu jam tentu fitur-fitur yang mendukung perkembanganya, ataupun
mengajak anak melakukan aktifitas melatih perkembangan motoriknya dengan
bermain (Fadilah, Ahmad. 2011).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Tujuan bermain di rumah pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan
kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat
penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau
anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 20015 didapatkan jumlah anak usia
(1-6 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak dapat memainkan
sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu
bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan
kreatifias anak. Mewarnai gambar maupun aktifitas motorik lain dapat menjadi salah
satu media bagi orang tua untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna
akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain
terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan
cara mewarnai gambar.
Berdasarkan penjelasan diatas mendorong penulis untuk mengadakan kegiatan
penyuluhan penanganan kecanduan gadget dan terapi bermain pada anak.
B. Tujuan Kegiatan
Setelah mendapatkan penjelasan tentang penanganan kecnduan gadget dan
teapi akttifitas bermain, diharapkan orang tua dapat mengerti akan penanganan dan
cara melatih motorik terhadap tumbuh kembang anak.
C. Manfaat Kegiatan
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengetahuan lebih dalam
mengenai penggunaan gadget dan terapi bermain pada anak.
73
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “PENYULUHAN PENANGANAN KECANDUAN
GADGET DAN TRAPI BERMAIN PADA ANAK”
B. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “WGBK (Waktu Gembbira Bersama Keluarga)”
C. Peserta Kegiatan
Peserta Kegiatan ini adalah semua ibu yang memiliki balita dan anak dengan usia
< 13 tahun perwakilan dari RT 1, RT 2 dan RT 3
E. Metode
a. Menyimak
F. Media
Video
G. Materi
74
2. Durasi Penggunaan Gadget
Orang tua harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang
diperbolehkan untuk anak usia prasekolah dalam bermain gadget, karena total
lama penggunaan gadget dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Starburger berpendapat bahwa seorang anak hanya boleh berada di depan
layar < 1 jam setiap harinya. Pendapat tersebut didukung oleh Sigman yang
mengemukakan bahwa waktu ideal lama anak usia prasekolah dalam
menggunakan gadget yaitu 30 menit hingga 1 jam dalam sehari.
Sedangkan menurut asosiasi dokter anak Amerika dan Canada,
mengemukakan bahwa anak usia 0-2 tahun alangkah lebih baik apabila tidak
terpapar oleh gadget, sedangkan anak usia 3-5 tahun diberikan batasan durasi
bermain gadget sekitar 1 jam perhari, dan 2 jam perhari untuk anak usia 6-18
tahun. Akan tetapi, faktanya di Indonesia masih banyak anak-anak yang
menggunakan gadget 4-5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan.
Pemakaian gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak,
selain radiasinya yang berbahaya, penggunaan gadget yang terlalu lama dapat
mempengaruhi tingkat agresif pada anak. Anak akan cenderung malas bergerak
dan lebih memilih duduk atau terbaring sambil menikmati cemilan yang
nantinya dapat menyebabkan anak kegemukan atau berat badan bertambah
secara berlebihan. Selain itu, anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan di
sekelilingnya. Anak yang terlalu asik dengan gadgetnya berakibat lupa untuk
berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga dan
itu akan bedampak sangat buruk apabila dibiarkan secara terus menerus.
3. Penyakit Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Gadget
a. Insomnia (Gangguan Tidur)
Tidak sedikit orang yang rela terbangun tengah malam untuk sekedar
membuka pesan masuk atau pemberitahuan masuk dari gadget nya. Namun
tahukah anda, kebiasaan membuka gadget di malam hari secara tidak
langsung dapat menganggu siklus tidur anda. Cahaya terang yang terpancar
dari gadget atau smartphone yang anda aktifkan, dapat menekan pelepasan
hormon yang berfungsi proses tidur yakni hormon melantonin yang
diprosuksi tubuh ketika keadaan gelap atau tanpa cahaya. Dan tanpa
disadari, cahaya yang terpancar tersebut akan menjaga pikiran anda untuk
memasuki ‘default mode network’, yakni kondisi setengah sadar.
Penderita insomnia memiliki resiko lebih tinggi terhadap penyakit
jantung, stroke, diabetes dan hipertensi, dalam fase yang kronis, insomnia
dapat mebahayakan hingga menyebabkan kematian untuk para
75
penderitanya. Hanya saja sebelum terlambat, insomnia akibat penggunaan
gadget yang berebihan sebenarnya bisa dicegah dengan menghentikan
penggunaan gadget selama kurang lebih 2 jam sebelum menjelang tidur
untuk mengurangi efek keluarnya cahaya yang dapat menekan produksi
hormon melantonin
b. Nomophobia
Nomophobia atau kepanjangan dari 'no-mobile-phone-phobia, yakni
sebuah keadaan dimana tubuh akan merasakan cemas berlebih apabila
dipisahkan dari gadget atau smartphonenya. Sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa sekitar 66% orang yang kecanduan gadget
mengalami phobia yang satu ini. Tanda dan gejala yang nampak pada si
penderita berupa perasaan cemas, berkeringat, gemetar dan was-was ketika
dipisahkan dari gadgetnya.
c. Scrotal Hyperthermia
Hal seperti ini sebaiknya diwaspadai, terutama bagi anda yang sering
mengoperasikan laptop diatas pahanya. Karena dengan menaruh laptop
diatas paha, mampu meningkatkan suhu disekitarnya menjadi enam kali
lebih tinggi. Sementara untuk para pria, kondisi seperti ini akan membuat
organ vitalnya menjadi lebih hangat dan membuat produksi sperma menjadi
menurun.
d. Texting Thumb (Tendinitis)
Penggunaan jari dan tangan pada gadget dalam waktu lama atau
jangka panjang, secara berkala dan terus-terusan dapat melukai tendon, saraf
dan otot-otot. Umumnya cedera dibagian jempol ini disebut dengan
Blackberry Thumb, sementara cedera pada tangan disebut dengan iPad
Hand. Selain itu, jenis cedera yang lebih parah yang mungkin dialami
adalah mati rasa, kerusakan otot, neri, serta memerlukan pembedahan untuk
pengobatan. Segala sesuatu yang melebihi batas tentunya tidak baik,
begitupun saat menggunakan gadget, penggunaan gadget yang berlebihan
dapat membawa dampak negatif untuk kesehatan tubuh. Untuk itulah,
sebaiknya bijaklah menggunakan gadget dan gunakan sesuai kebutuhan.
Karena untuk menjadi sehat itu mahal (Nurrachmawati, 2014).
3. Cara Pencegahan Dari Bahaya Gadget
a. Gunakanlah Speakerphone
Walaupun mengurangi rasa kenyamanan saat menggunakan speakerphone di
tempat umum, tapi paling tidak hal ini menghindari kita untuk tidak harus
menempelkan handphone di kepala ketika bevelepon. Menggunakan speaker
76
ketika bertelepon juga bisa menjadi pilihan. Pilihan menggunakan
speakerphone dapat dilakukan ketika kita tengah berada di tempat privat
seperti di rumah.
b. Gunakan Casing Penahan Radiasi
Kekhawatiran radiasi ponsel belakangan memunculkan casing berkemampuan
khusus yang diklaim bisa meminimalisir hantaran radiasi yang berasal dari
ponsel. Jika dirasa diperlukan, mungkin Anda bisa mencarinya di pertokoan.
c. Kurangi Bluetooth Dan Headset Wireless
Seperti telah disebutkan di atas, penggunaan headset dapat menjadi pilihan
untuk mengurangi radiasi ponsel. Namun patut diingat, gunakanlah headset
yang konvensional alias yang masih menggunakan kabel untuk terhubung
dengan ponsel. Hindari penggunaan headset wireless. Demikian juga fitur
bluetooth di handphone jangan terus menerus diaktifkan, gunakan seperlunya.
d. Sudut Ruangan
Banyak orang pada saat menerima panggilan telepon mencari pojok atau
sudut ruangan. Disarankan untuk menghindari menerima telepon di sudut
ruangan. Betul bahwa sudut ruangan biasanya sepi namun di sisi lain
terkadang juga menjadi tempat di mana sinyal handphone menjadi lemah.
Sinyal yang lemah justru dapat memicu radiasi yang lebih tinggi.
e. Diam Ketika Menelpon
Saya sering melihat orang yang tidak bisa diam pada saat menerima
panggilan telepon ataupun kala menelepon. Jalan dari satu tempat ke tempat
lain. Sangat disarankan pada saat menerima atau menelepon sebaiknya kita
tidak berjalan-jalan. Hal ini disebabkan, dalam keadaan bergerak maka sinyal
handphone akan terus mencari pancaran sinyal yang kuat dari base transceiver
station (BTS). Dengan berjalan-jalan, justru akan menguatkan radiasi.
f. Jangan Selalu Menempel
Walaupun handphone yang kita gunakan adalah gadget kesayangan, namun
untuk kesehatan ada baiknya jangan selalu nempel dengan ponsel tersebut.
Sebaiknya handphone yang tidak digunakan direkomendasikan ditaruh di tas
lebih baik ketimbang ditempatkan di kantong celana.
g. Gunakan Dua Telinga
Kita dianugerahi dua buah telinga oleh Tuhan. Jika kedua telinga kita normal,
maka hindarilah penggunaan satu bagian telinga ketika bertelepon.
Contohnya, selalu menerima telepon dengan telinga bagian kiri saja. Hal ini
justru tidak baik. Gunakanlah kedua telinga kita agar dapat meminimalisir
radiasi yang terpancar di atas dapat bermanfaat. Badan Lingkungan Eropa
77
telah mendorong untuk melakukan studi lebih lanjut atas apa yang telah
diungkapkan oleh WHO. Walaupun demikian, langkah antisipasi perlu kita
lakukan daripada mengambil resiko di masa depan.
h. Alihkan gadget dengan permainan lain
Sebagai contoh : dengan permainan puzzle, permainan berhitung, permainan
tradisional sehingga selain melatih imajinasi anak-anak juga bisa
bersosialisasi dengan masyarakat.(Nurrachmawati, 2014)
4. Penanganan kecanduan Gadget Pada Anak
a. Ajak anak dalam melakukan aktivitas fisik, aktivitas yang melibatkan
pergerakan fisik seperti bermain sepakbola, bersepeda,berkemah dll.
b. Ajarkan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena kegiatan
diluar ruangan lebih asyik dan bermanfaat ketimbang bermain gadged.
c. Jadilah contoh dan teladan bagi anak karena setiap apa yang dilakukan orang
tua pasti anak akan menirukan kebiasaan yang anda lakukan.
d. Pantau penggunaan gadged pada anak
Cara terbaik memantau penggunaan gadget pada anak adalah bermain gadget
bersama anak, sekaligus momen dimana anda bisa mengajarkan nilai-nilai
kekeluargaan pada anak.
e. Mengenalkan anak pada dunia
Kecanggihan internet mempermudah siapa saja untuk mendapatkan informasi
secara mudah dan cepat. Namun, informasi yang mereka dapatkan dari web
hanya sekedar tulisan. Kenalkan anak pada dunia secara nyata, ajak mereka
bertamsya keluar kota, berkunjung kekebun binatang dan situs wisata lainnya
dimana mereka bisa belajar tentang dunia secara langsung.
f. Berikan anak kesempatan bermain dengan teman sebaya di sekitar lingkungan
mereka agar anak bisa bersosialisasi.
g. Berikan alternatif selain gadget
Kecanduan gadget pada anak disebabkan oleh kebosanan mereka mengisi
waktu luang berikan alternatif mainan seperti memberikan media bermain
contoh buku mewarnai, lego dan puzzle yang mampu mengasah kemampuan
kognitif anak.
78
TRAPI BERMAIN PADA ANAK
1. Definisi
Menara Donat adalah permainan yang terdiri dari beberapa donat warna-
warni yang dapat disusun menjadi sebuah menara. Terdiri dari donat ukuran
kecil hingga ukuran besar (Afriani, 2004).
2. Alat yang di perlukan untuk bermain Menara Donat
Untuk bermain dibutuhkan Menara yang disusun dari beberapa donat
(Afriani, 2004).
3. Cara Bermain dengan Menara Donat
Permainan Menyusun Donat cara memainkannya pertama-tama dengan
melepas setiap donat dan kemudian disusun kembali sesuai besar donatnya.
Latih anak untuk menyusun berdasarkan ukrannya. Berikan pujian jika anak
berhasil melakukannya (Afriani, 2004).
4. Manfaat
Menurut Afriani (2004), adapun beberapa manfaat yang bisa diambil dari
bermain menara donat adalah sebagai berikut :
a. Mengenal bentuk dan warna
b. Melatih kemampuan motorik halus
c. Merangsang kreatifitas
d. Meningkatkan daya konsentrasi
e. Melatih kesabaran
5. Keuntungan Bermain
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
a. Membuang ekstra energi.
b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ.
c. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
d. Anak belajar mengontrol diri.
e. Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
f. Meningkatnya daya kreativitas.
g. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar
anak.
h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
i. Kesempatan untuk bergaul dengan orang sekitarnya.
j. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
79
k. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
6. Fungsi Bermain Pada Anak
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreatifitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi.
a. Perkembangan sensorik motorik.
Aktivitas sensorik dan motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensorik motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan
aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
b. Perkembangan intelektual.
Pada saat bermain, anak melakumbedakan eksploitasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
c. Perkembangan sosial.
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memesahkan masalah dari
hubungan tersebut. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan
remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di luar
lingkungan keluarga.
d. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain anak akan belajar dan mencoba
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang
satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin
berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
80
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Denagan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung jawab atas
segala tindakan yang telah dilakukannya.
g. Bermain sebagai terapi Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresorr
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permaianan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenanganya
melakukan permainan. Dengan demkian permainan adalah media
komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau
petugas kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan
pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama
melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukan anak dengan
orang tua dan teman kelompok bermainnya.
7. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat
sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk
menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti
yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak
yang belum dapat mengekspresikannya.
81
3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada saat
melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam
konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang
untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di
rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat
dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tua. Untuk itu yang
penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat
beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara
efeaktorktif. Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena
telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.
8. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis kelamin
anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan yang cocok
atau sesuai bagi anak.
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi
tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah.
Permainan adalah stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan
demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
b. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energy. Walaupun demikian,
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan
bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang
dewasa. Yang terpenting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak
terkena sakit bahkan dirawat di rumah sakit orang tua dan perawat harus jeli
memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip
bermain pada anak yang sedang di rawat di rumah sakit.
c. Jenis kelamin anak
Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dlm kaitannya dengan
permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan
82
jenis kelamin laki-laki atau perempuan.untuk mengembangkan daya piker,
imajinatif, kreativitas, dan kemampuan social anak. Akan tetapi ada pendapat
lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu untuk membantu anak
mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan
tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki.
d. Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak
salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik
rumah. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan
anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir,
berlari, melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Label yang tertera pada permainan harus di baca terlebih dahulu sebelum
membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat
permainan tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih
diutamakan yang dapat menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak, bahkan
sering kali disekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk
kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan
mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat
gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengenal norma dan aturan serta interkasi sosial dengan orang lain.
9. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa,
kognitif, dan sosial anak. Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang
edukatif pada anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu
kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah
pecah, karena pada usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan benda
kedalam mulut.
b. Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak.
Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau
83
memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah
tertelan.
c. Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran,
susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu,
APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak.
d. Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli
perkembangan anak.
e. Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang),
namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah,
karena anak akan cepat bosan.
f. Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa.
Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa
dimengerti oleh semua orang.
g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakatluas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka
setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi
maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain
sendiri asal memenuhi persyaratan.
84
BAB III
PENUTUP
85
DAFTAR PUSTAKA
86
ANGGARAN DANA
A. Sumber Dana
87
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) DI RW 02
KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas dan Keluarga
2020
88
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA
DI RW 02 KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan KomunitasDan Keluarga
2020
(…………………………………………) (................................................)
89
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan kegiatan
Penyuluhan Keluarga Berencana (KB) dengan tema “ Keluarga Berencana”
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
proposal ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf atas
segala kekurangan dan kesalahan sebagai panitia penyelenggara.
90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health
Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak
kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode
kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun
permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas
yang berbedadan hampir sama (Gustikawati, 2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan
wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai
dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang
memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus) dan
vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami
mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas
pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2010).
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu
perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari
cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat
pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah
pengetahuan, dukungan suamidan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan
seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi.
Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang
tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti
program keluarga berencana (Gustikawati, 2014). Dukungan suami juga
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karenaistri yang mendapat dukungan dari
suami akan menggunakan kontrasepsi secara terus menerus sedangkan yang tidak
mendapatkan dukungan akan sedikit yang menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).
91
B. Tujuan Penyuluhan
Setelah mendapatkan penjelasan tentang keluarga berencana, diharapkan
masyarakat dapat mengerti tentang kontrasepsi meliputi jenis-jenis alat kontrasepsi.
C. Manfaat Penyuluhan
Adapun manfaat dari penyuluhan ini adalah menginformasikan serta
mengenalkan secara langsung tentang berbagai jenis alat kontrasepsi yang
diharapkan masyarakat dapat memilih secara tepat jenis kontrasepsi mana yang akan
digunakan.
92
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) ”
B. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “ KELUARGA BERENCANA”
C. Peserta Kegiatan
Peserta Kegiatan ini adalah ibu – ibu pasangan usia subur perwakilan RT 1, RT 2 dan
RT 3
E. Materi
KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Pengertian (KB)
Keluarga berencana (KB) merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan
(Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB
lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk
mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakan yang dikategorikan dalam
tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
93
muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto,
2002).
3. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
4. Metode Kontrasepsi
A. Kondom
1. Definisi Kondom
Kondom merupakan sarung/selubung karet yang berbentuk
silinder, terbuat dari lateks (karet), plastic (vinil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang berfungsi utuk menghalangi masuknya
spermatozoa ke dalam taktus genitalia interna perempuan (Pinem S,
2009).
2. Kelebihan Kondom
a. Mencegah kehamilan.
b. Memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat
hubungan seksual.
c. Relatif murah.
d. Sederhana, ringan dan disposable.
e. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow up.
f. Reversible.
g. Pria ikut serta aktif dalam program KB.
h. Sangat efektif.
i. Mudah didapat (kondom pria).
j. Hanya perlu digunakan ketika Anda melakukan hubungan seks.
k. Membantu untuk melindungi penularan penyakit seksual,
termasuk HIV.
l. Kondom pria terdapat dalam beberapa macam variasi, bentuk dan
ukuran.
m. Kondom wanita dapat dipakai pada waktu kapan pun sebelum
melakukan hubungan seks. (Hanafi hartanto, 2004).
3. Kekurangan Kondom
a. Angka kegagalan relatif tinggi.
94
b. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan
seks guna menjaga kondom.
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus memerus pada
setia senggama.
d. Dapat mengganggu hubungan seks.
e. Kondom pria dapat lepas atau sobek jika digunakan secara tidak
benar.
f. Ketika menggunakan kondom wanita benar-benar perlu
diperhatikan untuk memastikan penis masuk ke dalam kondom
bukan di bawah antara sisi kondom dan vagina.
g. Beberapa orang sensitif dengan bahan kimia yang ada pada
kondom karet, walau ini jarang terjadi.
h. Pelumas dengan bahan dasar minyak, seperti body oil dan lotion,
tidak boleh digunakan dengan kondom karet (Hanafi hartanto,
2004).
B. KB Suntik
1. Definisi KB Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara. Macam-
macam suntikan tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka
kegagalan kurang dari 0,1% per 100 wanita/tahun. Pada saat ini
terdapat dua macam suntikan bagi wanita yaitu golongan progestin
seperti Depo provera yang diberikan tiap 12 minggu dan golongan
progestin dengan campuran estrogen propionat seperti Cyclofem yang
diberikan tiap 4 minggu. (Depkes RI, 2001).
Adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka
kegagalan penggunaanya lebih kecil, efektifitasnya adalah 99%-100%
dalam mencegah kehamilan, diberikan suntikan secara IM (Intra
Muskular) (Everett, 2007).
2. Keuntungan KB Suntik
Menurut (Saifuddin, 2006) :
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiki pengaruh terhadap ASI.
f. Membantu mencegah kanker endometriun dan kehamilan ektopik.
95
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Menurunkan krisis anemia
Menurut (Hartanto, 2004) :
a. Menimbulkan perdarahan secara teratur
b. Kurang menimbulkan perdarahan-bercak
c. Kurang menimbulkan aminore
d. Resiko terhadap kesehatan kecil
e. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
f. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
3. Kerugian KB suntik
Menurut (Saifuddin, 2006) :
a. Sering ditemukan gangguan haid.
b. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
c. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, dan menurunkan libido.
Menurut (Hartanto, 2004) :
a. Penyuntikan lebih sering.
b. Biaya keseluruhan tinggi.
c. Kemungkinan efek sampingnya karena estrogennya.
4. Efek Pemakaian Kontrasepsi Suntik
Pemakaian kontrasepsi suntik memiliki beberapa efek samping,
berikut ini merupakan beberapa efek samping yang dihasilkan dari
pemakaian KB suntik yaitu :
a. Gangguan siklus haid
Gangguan siklus haid bisa disebabkan ketidakseimbangan hormon
sehingga endometrium mengalami perubahan histologi.
b. Keputihan
Penyebabnya yaitu efek progesteron merubah flora dan pH
vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan
menimbulkan keputihan.
c. Pertambahan berat badan
Biasanya disebabkan hormon progesteron yang menyebabkan
nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, selain itu
96
dengan mudah terjadi perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak sehingga lemak di bawah kulit akan bertambah (Glasier et
al, 2005).
C. PIL KB
1. Definisi Pil KB
Pil KB merupakan kontrasepsi hormonal yang terdiri atas
kombinasi ekstrogen dan progesterone atau hanya berisi progestin
saja. Hormone seks ini dapat menekan produksi gonadotropin
sehingga menghambat ovulasi. Hormone komsumsi peroral ini juga
bisa menjadi pilihan kontasepsi pasca koitus dalam kondisi darurat
(Verney.H, 2007).
2. Jenis - Jenis Pil KB
a. Pil Kombinasi
Pil kombinasi dibuat dari dua hormone sinstesis, yaitu pil
mengandung hormone estrogen dan progesterone. Kandungan
estrogen di dalam pil biasanya menghambat ovulasi dan menekan
perkembangan telur yang dibuahi. Mungkin juga dapat
menghambat implantasi. Progesterone dalam pil akan
mengentalkan lendir serviks untuk mencegah masuknya sperma.
Hormone ini juga mencegah konsepsi dengan cara memperlambat
trnasportasi telur dan menghambat ovulasi. Pil kombinasi terdiri
dari 3 jenis yaitu :
a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tamblet
mengandung hormone aktif estrogen/ progesterone dalam
dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/ progesterone dengan 2
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progesterone dengan 3
dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
(Hartanto, 2010)
b. Pil Mini
Mini pil (kadang-kadang disebut juga pil masa menyusui)
mengandung agen progestasional dalam dosis yang kecil, dan
harus dikonsumsi setiap hari secara berkesinambungan. Di
seluruh dunia, Mini Pil tidak mendapatkan penerimaan yang luas,
97
baik dari pihak wanita maupun dari petugas medis KB. Mini Pil
bukan menjadi pengganti dari Pil Oral Kombinasi, tetapi hanya
sebagai suplemen/tambahan yang digunakan wanita yang ingin
menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk
wanita yang harus menghindari estrogen oleh sebab apapun
(Hartanto, 2010) .
3. Keuntungan Pil KB
a. Pil KB Kombinasi
Adapun keuntungan menggunakan pil kombinasi sebagai berikut :
1) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektivitas tubektomi) bila digunakan setiap hari.
2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3) Tidak menganggu hubungan seksual
4) Siklus haid menjadi teratu, banyaknya darah haid berkurang
mencegah anemia, tidak terjadi haid, tidak terjadi nyeri haid.
5) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakan untuk mencegah kehamilan.
6) Dapat digunakan sejak usia remaja hinggga monopouse.
7) Mudah dihentikan setiap saat.
8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9) Dapat digunakan sebagai kontasepsi darurat.
10) Membantu mencegah kangker ovarium, kangker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang punggul,
kelainan jinak pada payudara, kelaian jinak pada payudara,
dismenore. Hartanto Hanafi :2010
b. Pil KB Mini
Adapun keuntungan kontrasepsi pil mini dibagi atas 2 yaitu :
Keuntungan Kontrasepsi : Sangat efektif bila digunakan
secara benar; tidak mengganggu hubungan seksual; tidak
mempengaruhi asi; kesuburan cepat kembali; nyaman dan mudah
digunakan; sedikit efek samping; dapat dihentikan setiap saat;
tidak mengandung estrogen. Hartanto Hanafi :2010
Keuntungan Pil Mini tidak hanya digunakan untuk kontrasepsi
saja, tetapi dapat juga digunakan untuk wanita usia subur dengan
keuntungan : Mengurangi nyeri haid; mengurangi jumlah darah
haid; menurunkan tingkat anemia; mencegah kanker
endometrium; melindungi dari penyakit radang panggul; tidak
98
meningkatkan pembekuan darah; dapat diberikan pada penderita
endometriosis; kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah,
nyeri kepala, dan depresi; dapat mengurangi keluhan premenstrual
sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada
betis, lekas marah); sedikit sekali mengganggu metabolisme
karbohidrat sehingga relatif aman diberikan kepada perempuan
pengidap kencing manis yang belum mengalami komplikasi.
(Hartanto Hanafi :2010).
4. Kerugian Pil KB
a. Pil KB Kombinasi Adapun kerugian dalam menggunakan pil
kombinasi sebagai berikut :
1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
tiap hari.
2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
3) Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan
pertama.
4) Pusing
5) Berat badan naik seikit, tetapi pada perempuan tertentu
kenaikan berat justru memiliki dampak positif.
6) Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi
7) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui
(mengurangi ASI)
8) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan
depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan
untuk melakukan hubungan seks berkurang.
9) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,
sehingga resiko struk, dan gangguan pembekuan darah
pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia
> 35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
10) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV,
HIV/AIDS. (Hartanto Hanafi :2010)
b. Pil KB Mini
1) Hampir 30 – 60 % mengalami gangguan haid (perdarahan
sela, spotting, amenore)
2) Peningkatan berat badan
3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
4) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
99
5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatis atau
jerawat
6) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100
kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan
mini pil. (Hartanto Hanafi :2010)
5. Waktu Penggunaan
a. Waktu Mulai Menggunakan Pil KB Kombinasi
1) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau
perempuan tersebut tidak hamil
2) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
3) Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu
menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom)
mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai anda telah menghabiskan paket
pil tersebut.
4) Setelah melahirkan : Setelah 6 bulan pemberian ASI
ekslusif; setelah 3 bulan dan tidak menyusui; pasca
keguguran (setelah atau dalam waktu 7 hari).
5) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera
diberikan tanpa perlu menunggu haid. Hartanto Hanafi :
2010.
b. Waktu Mulai Menggunakan Pil KB Mini
1) Mulai hari pertama sampai hari ke 5 sampai hari ke 5
siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan
kontrasepsi lain.
2) Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi
kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke 5 siklus
haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari
saja.
3) Bila klien tidak haid (amenorea), mini pil dapat digunakan
setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil.
4) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca
persalinan dan tidak haid, mini pil dapat dimulai setiap
100
saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode
kontrasepsi tambahan.
5) Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah
mendapat haid, mini pil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus
haid. Mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran.
6) Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi
hormonal lain dan ingin menggantinya dengan mini pil,
mini pil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi
sebelumnya digunakan dengan benar atau Ibu tersebut
sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya.
7) Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi
suntikan, mini pil diberikan pada jadwal suntikan
berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode
kontrasepsi yang lain.
8) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non
hormonal dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan
mini pil, mini pil diberikan pada hari 1-5 siklus haid dan
tidak memerlukan metode kontrasepsi lain.
9) Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah
AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon),
mini pil dapat diberikan pada hari 1-5 siklus haid.
6. Cara Pemakaian
Menurut Setiyananingrum (2015) cara pemakaian pil KB adalah
sebagai berikut :
a. Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
b. Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.
c. Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
minumlah pil yang lain atau gunakan metode kotrasepsi lain bila
klien berniat melakukan hubungan seksual 48 jam berikutnya.
d. Pada klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah
pil tersebut begitu klien ingat dan gunakan metode pelindungan
selama 48 jam.
e. Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa
tersebut sesegera klien ingat dan gunakan metode pelindung
sampai akhir bulan.
101
f. Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah
paket terakhir habis.
g. Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1
siklus 9 tidak haid atau bila merasa hamil segera temui petugas
klinik untuk tes kehamilan.
D. KB IUD
1. DEFINISI IUD
IUD (Intra Uterine Device) adalah salah satu alat kontrasepsi
modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,
bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam
kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan
menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
IUD (Intra Uterine Device) adalah suatu alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam,
terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada
pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi
hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).
2. JENIS-JENIS IUD
Menurut (Arum, 2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah
sebagai berikut:
a. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk
huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga
(Cu).
b. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)
Menurut (Hartanto, 2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia
dari jenis unmedicated, terdiri dari :
1) Lippes Loop IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen,
berbentuk spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium
sulfat yang menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan
dengan sinar-X. Menurut Proverawati (2010) IUD Lippes
Loop bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang pada
ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran
panjang bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops
adalah sebagai berikut:
102
Warna
IUD jenis Lippes Macam Loop Panjang Berat
Benang
Loops
LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam
mempunyai LL B 27,5 cm 526 mgr Biru
LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning
angka kegagalan
LL D 30,0 cm 709 mgr Putih
yang rendah.
Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).
2) Cu T 380 A IUD
Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T
dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh
yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan
pada bagian tengahnya masing-masing mengandung 68,7 mg
tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian
tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter
3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang
monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk
mengeluarkan IUD.
3) Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan
mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2
kawat halus tembaga yang membalut batang vertikalnya
untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load
yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain
sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan
terjadinya ekspulsi.
4) Nova – T IUD
Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan
bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak
menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat
dipasang.
5) Cooper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200
103
mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010).
3. KEUNTUNGAN IUD
Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati,
2010)
a. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi
b. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan
tidak perlu diganti)
e. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
f. Tidak memengaruhi hubungan seksual
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
hamil.
h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).
i. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI.
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah
haid terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
m. Mencegah kehamilan ektopik.
4. KEKURANGAN IUD
Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut:
(Proverawati dkk, 2010)
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting antar menstruasi).
d. Saat haid lebih sedikit.
E. KB IMPLANT
1. DEFINISI IMPLANT
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgestrel yang di bungkus dalam kapsul silastik silicon
(polydimetbylsioxane) dan di susupkan di bawah kulit. Implan
merupakan kontrasepsi wanita yang disusupkan di bawah kulit
104
melalui oprasi kecil, terdiri dari 6 kapsul kecil (panjang masing-
masing 3 cm) berisi zat mencegah kehamilan.
Impalant adalah kontrasepsi yang menggunakan lenovorgestrel
(LNG) sebagai bahan aktifnya. Implant terdiri atas enam kapsul ,
masing-masing berdiameter 2,4 mm dan panjang 34 mm. Tiap kapsul
mengandung 36 mg LNG. Keenam kapsul melepaskan 80 mcg LNG
setiap hari selama 6-18 bulan pertama yang selanjutnya menurun
sampai 30 mcg dan akan terus berlangsung sampai paling sedikit lima
tahun (Mubarak, 2009).
2. KELEBIHAN IMPLANT
Adapun keuntungan dari metode ini menurut Noviawati (2009)
adalah:
a. Keuntungan menurut kontrasepsi
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
b. Keuntungan menurut Non kontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid.
2) Mengurangi jumlah darah haid.
3) Mengurangi / memperbaiki anemia.
4) Melindungi terjadinya kanker endomentrium.
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
3. KEKURANGAN IMPLANT
Menurut Winkjosastro (2005), kerugian implant antara lain inersi
dan pengeluaran harus di lakukan oleh tenaga terlati, petugas medis
memerlukan latihan dan praktek untuk inersi dan penyakitan implant,
lebih mahal, sering timbul perubahan pola haid, akseptor tidak dapat
105
menghentikan implant sekehendaknya sendiri beberapa orang wanita
mungkin segan untuk menggunakan karena kurang mengenalnya,
implant kadang-kadang dapat terlihat oleh orang.
Kerugian implant menurut Anggraini (2011) antara lain:
a) Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit menular
seksual, termasuk AIDS.
b) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
c) Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi ini sesuai keinginan, akan tetapi harus pergi ke
klinik untuk pencabutan.
d) Dapat mempengaruhi baik penurunan maupun kenaikan berat
badan.
e) Memiliki semua risiko sebagai layaknya setiap tindak bedah
minor (infeksi, hematoma dan perdarahan).
f) Secara kosmetik susuk Norplant dapat terlihat dari luar.
g) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pola daur haid.
h) Menimbulkan acne dan keteganggan pada payudara.
i) Menimbulkan gangguan menstruasi.
4. INDIKASI IMPLANT
Indikasi Implant menurut Varney (2004) adalah sebagai berikut:
a. Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah enam
minggu masa nifas).
b. Wanita pasca keguguran.
c. Wanita usia reproduksi.
d. Wanita yang mengalami efek samping yang tidak diinginkan
akibat penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang
mengandung estrogen.
e. Wanita yang sulit mengalami kesulitan mengingat jadwal
meminum pil atau enggan melakukan manipulasi yang
diperlukan pada metode sawar.
f. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah, atau anemia bulan sabit.
g. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
h. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
106
i. Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang
(misalnya, wanita yang masa usianya suburnya telah berakhir,
tetapi tidak menginginkan strelisasi).
j. Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilannya.
F. KB TUBEKTOMI
1. DEFINISI TUBEKTOMI
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yangmengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapatkan keturunan lagi.Kontrasepsi ini hanya dipakai dalam
jangka waktu panjang, walaupun kadangmasih dapat dipulihkan
kembali seperti semula (Mulyani, 2013).
Tubektomi (sterilisasi wanita) dilakukan dengan cara eksisi
ataumenghambat tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke
uterus. Tindakanini mencegah ovum dibuahi oleh sperma. (Everett,
2012).
2. JENIS – JENIS TUBEKTOMI
a. Minilaporatomi adalah sterilisasi tuba yang dilakukan melalui
suatu insisi suprapubik kecil dengan panjang biasanya 3-5 cm.
Minilaparotomi merupakan metode sterilisasi wanita yang paling
sering dilakukan di seluruh dunia karena keamananya,
kesederhanaannya, dan kemudahan adaptasinya terhadap
lingkungan bedah.
Keuntungan minilaparotomi dapat dikerjakan oleh setiap
tenaga medis yang memiliki dasar-dasar ilmu bedah dan
keterampilan bedah, hanya memerlukan alat-alat yang sederhana
dan tidak mahal terutama alat-alat bedah standar, komplikasi
umumnya hanya komplikasi minor dan dapat dilakukan segera
setelah melahirkan (Hartanto, 2004).
Kerugian minilaparotomi yaitu waktu operasi sedikit lebih
lama dibandingkan dengan laparoskopi yang rata-rata
memerlukan 10-20 menit, sukar pada wanita yang sangat gemuk
bila ada perlekatan-perlekatan pelvis atau pernah mengalami
operasi pelvis, operasi ini meninggalkan bekas luka parut kecil
yang masih dapat terlihat, rasa sakit abdomen yang singkat karena
luka insisi terjadi pada 50% wanita, angka kejadian infeksi luka
operasi lebih tinggi dibandingkan dengan laparoskopi.
107
b. Laparoskopi adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian
dalam rongga peritoneum dengan alat laparoskop yang
dimasukkan melalui dinding anterior abdomen.
Keuntungan laparoskopi yaitu komplikasi rendah dan
pelaksanaannya cepat (rata-rata 5-15 menit), insisi kecil sehingga
luka parut sedikit sekali, dapat dipakai juga untuk diagnostik
maupun terapi, kurang menyebabkan rasa sakit bila dibandingkan
dengan minilaparotomi, sangat berguna bila jumlah calon
akseptor banyak.
Kerugian laparoskopi resiko komplikasi dapat serius (bila
terjadi), lebih sukar dipelajari, memerlukan keahlian dan
keterampilan dalam bedah abdomen, harga peralatannya mahal
dan memerlukan perawatan yang teliti, tidak dianjurkan untuk
digunakan segera post-partum (Hartanto, 2004).
3. INDIKASI TUBEKTOMI
a. Usia Ibu > 26 sampai 46 tahun, memiliki paritas >2.
b. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya sehingga klien tidak menyesal dikemudian hari.
c. Pada kehamilanya akan menimbulkan resiko kesehatan yang
serius.
d. Pada saat pasca persalinan dan pasca keguguran.
e. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini (Saifuddin,
2006).
4. KONTRA INDIKASI TUBEKTOMI
Menurut Sujiyatini (2009) yang tidak bolehmenjalani tubektomi
adalah sebagai berikut :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan penyebabnya.
c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitasdi masa
depan.
f. Belum memberikan persetujuan tertulis.
5. WAKTU PELAKSANAAN TUBEKTOMI
Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil, apabila
ingin melakukan prosedur ini klien disarankan memakai kondom pada
siklus menstruasi sebelum dilakukan prosedur untuk memastikan
108
tidak ada sperma didalam tuba fallopi yang dapat membuahi sebuah
ovum yang dilepaskan sesaat setelah pembedahan yang kemudian
mengakibatkan kehamilan ektopik.
a. Hari ke 6 sampai ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
b. Pasca persalinan (48 jam pertama atau setelah 6 minggu, jika
ingin dilakukan diluar waktu tersebut, klien sudah di imunisasi
(Tetanus Toxoid), dan mendapat lindungan antibiotik maka
tubektomi dapat dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman.
c. Pasca keguguran segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak
ditemukan komplikasi infeksi pelvis (Saifuddin, 2006).
6. KEUNTUNGAN TUBEKTOMI
Keuntungan kontrasepsi tubektomi menurut Sujiyatini(2009) adalah
sebagai berikut :
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuanselama tahun
pertama penggunaan).
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
c. Tidak bergantung pada faktor senggama.
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risikokesehatan
yang serius.
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.
7. KETERBATASAN TUBEKTOMI
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi
rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang
dari pasangan sehingga klien (akseptor) tidak menyesal
dikemudian hari.
b. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi
umum).
c. Adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan.
d. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
bedah untuk proses laparoskopi).
e. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HIV atau AIDS
(Sujiyatini, 2009).
109
8. PERAWATAN DAN PENGAMATAN LANJUT TUBEKTOMI
Menurut Saifuddin (2006) perawatan pascabedah danpengamatan
lanjut pada tubektomi yaitu setiap 15 menitdilakukan pemeriksaan
tekanan darah dan nadi. Bila telahdiperbolehkan minum, sebaiknya
klien diberikan cairan yangmengandung gula (fanta, sari buah atau
gula-gula) untukmembantu meningkatkan kadar glukosa darah.
LakukanRomberg sign (klien disuruh berdiri dengan mata tertutup),
bilapenderita tampak stabil, dianjurkan mengenakan pakaian
dantentukan pemulihan kesadaran. Jaga luka operasi tetap kering
hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara
bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal dalam waktu 7
hari setelah pembedahan), hindari hubungan intim hingga merasa
cukup nyaman, hindari mengangkat benda-benda berat dan apabila
merasa sakit minum 1 atau 2 analgesik (penghilang rasa sakit) setiap 4
hingga 6 jam. Apabila semua berjalan baik,klien dapat dipulangkan.
9. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI DAN
PENANGANANNYA
a. Infeksi luka, apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik.
b. Demam pasca operasi (>380C), obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan.
c. Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi). Apabila
kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi,
lakukan reparasi primer, apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk
ke rumah sakit yang tepat bila perlu.
d. Hematoma subkutan, gunakan packs yang hangat dan lembab
ditempat tersebut. Amati hal ini biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila
ekstensif.
e. Emboli gas yang diakibatkan laparoskopi (sangat jarang terjadi).
f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan, pastikan adanya infeksi, atau
abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
g. Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit atau subkutan), mengontrol
perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan (Saifuddin,
2006).
110
G. KB VASEKTOMI
1. DEFINISI VASEKTOMI
Vasektomi adalah tindakan operatif untuk memotong seluruh
atau sebagian vas deferens yang bertujuan untuk menghentikan
aliran spermatozoa,sehingga cairan ejakulat tidak mengandung
spermatozoa (Kamus Dorland, 2011).
Vasektomi adalah prosedur menutup, mengikat, atau
memotong masing-masing vas deferens sehingga sperma tidak bisa
berjalan dari testis kepenis (FDA, 2009). Metode ini dianggep
sebagai operasi yang paling mudah dan paling sering dilakukan
untuk sterilisasi pria. Vasektomi dapat dilakukan dengan anastesi
lokal pada pasien rawat jalan (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013).
2. JENIS VASEKTOMI
BKKBN (2011) dalam Aini (2013), menjelaskan bahwa terdapat
2 macam teknik vasektomi, yaitu konvensional (dengan pisau) dan
vasektomi tanpa pisau (VTP) .
Pengikatan vas deferens dapat dilakukan dengan cad gut, benang
sutra, dakron atau logam.
a) Keuntungan cat gut : diabsorbsi sehingga tidak menimbulkan
iritasi.
b) Kerugian ligasi sutera : iritasi sperma granuloma dan
rekanalisasi.
3. KEUNTUNGAN VASEKTOMI
a. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
b. Hasil yang diperoleh (efektifitas) hampir 100% atau angka
kegagalan hampir tidak ada.
c. Bila pasangan suami istri, oleh karena sesuatu sebab, ingin
mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung vas deferens dapat
disambung kambali (operasi rekanalisasi).
d. Tidak mengganggu aktivitas seksual
e. jarang ada keluhan sampingan.
f. Untuk seterusnya, pasangan terhindar dari kehamilan.
g. Tindakan operatif sangat sederhana (Hartono, 2010).
4. KERUGIAN VASEKTOMI
a. Pria yang baru divasektomi tidak langsung menjadi steril, karena
di dalam saluran proksimal vas deferens dan dalam vesika
111
seminalis masih terdapat puluhan bahkan ratusan juta sperma.
Karena itu pada waktu pulang diberikan juga kondom, yang
harus dipakai pada setiap koitus.
b. Pria baru bisa steril (mandul) biasanya setelah 10-15 kali
ejakulasi, hal ini sebaiknya dibuktikan dengan pemeriksaan
analisa semen.
c. Karena namanya masih merupakan tindakan “operasi”, maka
pria masih merasa takut.
d. Walaupun pada prinsipnya dapat disambung kembali, namun
masih diperlukan banyak tenaga terlatih untuk melakukannya.
e. Tindakan operatif seringkali menakutkan.
f. Selama 10 kali ejakulasi setelah operasi, pasangannya harus
memakai metode kontrasepsi yang lain (Hartono, 2010).
5. SYARAT-SYARAT VASEKTOMI
Syarat-syarat untuk menjadi akseptor (pengguna) vasektomi
adalah sebagai berikut :
a. Harus dilakukan secara sukarela.
b. Mendapat persetujuan dari pasangannya.
c. Mengetahui akibat dari tindakan vasektomi.
d. Mendapat keterangan dari dokter atau petugas pelayanan
kontrasepsi.
6. EFEK SAMPING VASEKTOMI
Pada kebanyakan pria tindakan vasektomi tidak menimbulkan
efek samping dan sangat jarang menimbulkan komplikasi yang
serius. Meskipun demikian masih ada kemungkinan terjadi
beberapa efek samping yang timbul pasca tindakan operasi yaitu :
a. Adanya darah dalam air mani
b. Memar pada skrotum
c. Perdarahan atau bekuan darah pada skrotum
d. Infeksi pasca operasi
e. Perasaan tidak nyaman.
112
BAB III
PENUTUP
113
DAFTAR PUSTAKA
Gustikawati, D.A. 2014. Faktor Pendukung dan Penghambat Istri PUS dalam
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas 1 Denpasar Utara.
Publikasi Penelitian. Denpasar : Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas
Udaya.
114
ANGGARAN DANA
A. Sumber Dana
115
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN PENGGALAKAN 3M PADA WARGA
(JUMANTIK) DENGAN PENGGUNAAN ABATE DI RW 02
KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
116
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN PENGGALAKAN 3M PADA WARGA
(JUMANTIK) DENGAN PENGGUNAAN ABATE DI RW 02
KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
(…………………………………………) (................................................)
117
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang atas segala ridho-nya lah kami dapat menyelesaikan kegiatan
Penyuluhan Penggalakan 3M Pada Warga (Jumantik) Dengan Penggunaan
Abate Di RW 02 Kelurahan Banjaran Kecamatan Kota Kota Kediri
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
proposal ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf atas
segala kekurangan dan kesalahan sebagai panitia penyelenggara.
118
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang dtandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang
bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif,
bintik-bintik merah di kulit, mimisan, gusi bedarah, dan lain sebagainya.
Sampai saat penyakit Arbovirus, khususnya DBD ini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun
ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan
kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia
harapan hidup masyarakat.
Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang cukup
mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan
biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan
akomodasi selama perawatan di rumah sakit.
Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara
lain kepadatan vektor, kepadatan penduduk yang terus meningkat sejalan
dengan pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali,
meningkatnya sarana transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat
yang kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan, serta perubahan iklim
(climate change).
Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992
tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 581/ MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan
pada upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas
pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans epidemiologi
dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB)
DBD. Manajemen pengendalian vektor secara umum diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010
tentang Pengendalian Vektor.
119
Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini
belum tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah
dengan pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian vektor
ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus.
Upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan 3M
(menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur-ulang /
memanfaat kembali barang-barang bekas) serta ditambah (Plus) seperti :
menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik,
mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain. Upaya ini melibatkan lintas
program dan lintas sektor terkait kegiatan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Olehkarena itu untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian DBD dan
mencegah terjadinya peningkatan kasus atau KLB, maka diperlukan adanya
Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dalam melakukan pengawasan dan
penyuluhan kepada masyarakat agar melakukan dengan 3M.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan
dan pengendalian DBD melalui pembudayaan 3M Plus
2. Tujuan Khusus
a. Adanya petunjuk bagi Dinas Kesehatan dalam pembentukan dan
pembinaan Jumantik keluarga/ lingkungan, Koordinator Jumantik dan
SupervisorJumantik.
b. Adanya petunjuk bagi kader Jumantik dalam melaksanakan
pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk dengan
metode 3M PLUS
c. Adanya petunjuk dalam penyuluhan kegiatan 3M PLUS di masyarakat
C. Manfaat Kegiatan
1. Masyarakat mengetahui apa itu 3M
2. Masyarakat mampu mengetahui cara mencegah demam berdarah
3. Masyarakat mampu melakukan pencegahan demam berdarah dengue
dengan gerakan 3M
120
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “EDUKASI ATAU PENYULUHAN
PENGGALAKAN 3M PADA WARGA (JUMANTIK) DENGAN
PEMBERIAN ABATE”
B. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “ PENGGALAKAN 3M ATAU MENGATASI
DENGAN ABATE”
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran Kegiatan ini adalah seluruh rumah dilingkungan RW. 02
D. Metode
1. Menyimak
E. Media
Video
G. Materi
1. Pengertian 3M Plus Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah
Denque dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan
cara fisik yang dikenal dengan kegiatan 3M yaitu Menguras dan menyikat
bak mandi, bak WC dan sebagainya; Menutup tempat penampungan air
rumah tangga (tempayan, drum dan sebagainya); serta Mengubur,
menyingkirkan atau memusnahkan barang bekas (seperti kaleng, ban
dan sebagainya). Pengurasan Tempat Penampungan Air (TPA) perlu
dilakukan secara teratur sekurang kurangnya seminggu sekali agar
121
nyamuk tidak dapat berkembang biak ditempat itu. Adapula dikenal
istilah 3M Plus yaitu kegiatan 3M yang diperluas plusnya dengan cara
seperti mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali. Memperbaiki saluran dan talang
air yang tidak lancar/rusak. Menutup lubang pada potongan
bambu/pohon dan memasang kawat kasa. Menghindari kebiasaan
menggantung pakaian dalam kamar. Mengupayakan pencahayaan dan
ventilasi ruang yang memadai dan menggunakan kelambu serta
memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk aedes aegypti.
3M Plus merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh
masyarakat sebagai upaya pencegahan DBD. Kegiatan ini dapat
dilakukan dimulai dari lingkungan mikro dari rumah ke rumah.
2. Langkah-langkah 3M
1. Menguras
Tandon air yang bisa dikuras antara lain bak mandi, bak WC,
vas bunga, tempat minum burung. Cara menguras yang baik
adalah dengan menyikat atau menggosok rata dinding bagian
dalam tandon air, mendatar maupun naik turun. Maksudnya agar
telur nyamuk yang menempel dapat lepas dan tidak menetas
jentik.
2. Menutup
Ada 2 jenis menutup tandon air agar tidak dipakai nyamuk
berkembang biak.
a. Menutup tandon dengan rapat agar air yang disimpan tidak
ada jentiknya. Jenis tandon ini antara lain : gentong, , drum,
reservoar, emberisasi.
b. Menutup tandon agar tidak terisi air . Misalnya tonggak
bambu dapat ditutup dengan pasir atau tanah sampai penuh.
Sedangkan untuk ban, aki dsb dapat ditutupi dengan plastik
agar tidak kemasukan air atau dimasukkan karung agar
tidak tersentuh nyamuk.
3. Mengubur
Barang-barang bekas yang dapat menampung air dan tidak akan
dimanfaatkan lagi sebaiknya disingkirkan yang mudah adalah
dengan mengubur ke dalam tanah. Contoh barang bekas yang
perlu dikubur : gelas, ember, piring pecah, kaleng dsb.
122
BAB III
PENUTUP
123
DAFTAR PUSTAKA
124
ANGGARAN DANA
A. Sumber Dana
125
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
EDUKASI ETIKA BATUK DAN CUCI TANGAN YANG BENAR
DALAM RANGKA PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 DI
RW 02 KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Disusun oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
126
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
EDUKASI ETIKA BATUK DAN CUCI TANGAN YANG BENAR
DALAM RANGKA PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 DI
RW 02 KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA KOTA
KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
(…………………………………………) (................................................)
127
Corona (Covid -19)
A. Definisi
Corona virus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis corona virus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-
CoV dari unta ke manusia. Beberapa corona virus yang dikenal beredar pada
hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Pada 31 Desember 2019,
WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut
sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus, 2019-nCoV). Penambahan
jumlah kasus 2019-nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran
ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 26 Januari 2020, secara
global 1.320 kasus konfim di 10 negara dg 41 kematian (CFR 3,1%). Rincian
China 1297 kasus konfirmasi (termasuk Hongkong, Taiwan, dan Macau) dengan
41 kematian (39 kematian di Provinsi Hubei, 1 kematian di Provinsi Hebei, 1
kematian di Provinsi Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), Korea
Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (3 kasus), USA (2 kasus), Nepal
(1 kasus), Perancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah
ada beberapa tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai dengan 24
Januari 2020, WHO melaporkan bahwa penularan dari manusia ke manusia
terbatas (pada kontak keluarga) telah dikonfirmasi di sebagian besar Kota Wuhan,
China dan negara lain.
B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan.
Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar
128
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrat.
Menurut WHO, tiga gejala utama pada penderita Corona adalah :
1. Demam (90% yang terinfeksi terkena)
2. Batuk (80% terinfeksi terkena)
3. Sesak/SulitNapas (30% yang terinfeksidan menjadi parah terkena).
129
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
MENCUCI TANGAN
IV. Metode
1. Menyimak
V. Media
1. Video
130
MATERI PENYULUHAN MENCUCI TANGAN
131
3. Setelah mengganti popok
4. Setelah ke kamar mandi
5. Setelah bersin, batuk, atau membuang ingus
6. Sebelum dan setelah memasang lensa kontak
7. Setelah menyentuh kotoran hewan
8. Setelah menangani sampah
9. Sebelum dan sesudah mengobati luka
10. Sebelum dan sesudah menyentuh orang sakit atau terluka.
E. Cuci Tangan Ada 2 Cara :
1. Menggunakan sabun dan air mengalir dengan waktu 40 -60 detik
2. Menggunakan handrub dengan waktu 20 – 30 detik
F. Manfaat Handcrub
Untuk mencegah penularan infeksi, baik infeksi yang ditularkan melaui kontak
dengan manusia maupun dengan makanan
132
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
ETIKA BATUK
VII. Metode
1. Menyimak
VIII. Media
1. Video
VIII. Evaluasi
133
MATERI PENYULUHAN ETIKA BATUK
134
2. Mengalirnya cairan hidung kea rah tenggorokan dan masuk ke saluran
pernapasan. Misal : rhinitis alergika, batuk pilek.
3. Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma
135
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay, Cotran, et al. 2007. Buku Ajar Patologi Anatomi Edisi 7 Vol. 2.
Jakarta : EGC pp 367-378
136
ANGGARAN DANA
A. Sumber Dana
137
Lampiran 6
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN HIPERTENSI DAN SENAM HIPERTENSI
DI RW 02 KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
138
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
PENYULUHAN HIPERTENSI DAN SENAM HIPERTENSI
DI RW 02 KELURAHAN BANJARAN KECAMATAN KOTA
KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
(…………………………………………) (................................................)
139
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang atas segala ridho-nya lah kami dapat menyelesaikan kegiatan
Penyuluhan Hipertensi Dan Senam Hipertensi Di RW 02 Kelurahan Banjaran
Kecamatan Kota Kota Kediri
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
proposal ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf atas
segala kekurangan dan kesalahan sebagai panitia penyelenggara.
140
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional,
telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama dalam bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.
Akibatnya penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung
lebih cepat, sehingga istilah baby boom pada masa lalu berhanti menjadi ledakan
penduduk usia lanjut (Nugroho, 2000).
Badan pusat statistik menunjukkan bahwa populasi penduduk lansia di
Indonesia pada tahun 2008 sebesar 8,55 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Di
Negara-negara maju umur harapan hidup telah bertambah panjang sehingga
warga-warga yang berusia lebih dari 65 tahun juga bertambah. Adanya
peningkatan jumlah penduduk usia lanjut tersebut menyebabkan perlunya
perhatian pada para lansia agar lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga
mendapatkan dan menikmati masa tuanya dengan bahagia serta meningkatkan
kualitas hidup mereka.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan di RW 02 didapatkan dari 42 orang
lansia, banyak diantaranya menderita hipertensi. Sehingga mahasiswa ners
kelompok ini tertarik untuk melakukan edukasi mengenai terapi modalitas kepada
lansia di RW 02 dalam kegiatan penyuluhan senam lansia dan senam hipertensi.
B. Tujuan Kegiatan
Setelah dilakukan penyuluhan atau edukasi mengenai senam lansia dan
senam hipertensi, klien dapat atau mampu mempratekkan secara mandiri untuk
mencegah peningkatan tekanan darah.
C. Manfaat Kegiatan
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengetahuan lebih
dalam melakukan kegiatan senam terutama pada lansia dengan hipertensi.
141
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “EDUKASI ATAU PENYULUHAN SENAM
LANSIA DAN SENAM HIPERTENSI”
B. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “ SENSASI (SENAM LANSIA HIPERTENSI)”
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran Kegiatan ini adalah lansia dilingkungan RW. 02 terutama dengan
hipertensi
D. Metode
1. Menyimak
E. Media
Video
G. Materi
A. Senam Lansia
1. Pengertian
Menurut Hidayat (2002) Senam lansia adalah suatu latihan
olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini dapat membantu tubuh
agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
142
2. Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Sangat bermanfaat untuk menghambat proses
penuaan/degenerative dan sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun keatas).
Selain itu juga bermanfaat dalam meningkatkan imunitas dalam
tubuh manusia setelah latihan teratur (Poweell, 2000). Dengan
mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia mersa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar.
3. Jenis Senam Lansia
a. Senam kebugaran lansia
b. Senam otak
c. Senam osteoporosis
d. Senam hiepertensi
e. Senam diabetes militus
f. Olahraga rekreatif/jalan santai
4. Tujuan Senam Lansia
a. Mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang
mempertinggi hipertensi).
b. Menurunkan tekanan darah (Lumepow, 2016).
B. Senam Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah Kenaikan tekanan darah sistolik ≥140mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Jika tekanan darah anda
adalah 140/90 mmHg maka : sistoliknya : 140 mmHg dan
diastoliknya : 90 mmHg.
Senam hipertensi adalah salah satu cara pemeliharaan kesegaran
jasmani dengan melakukan senam yang dapat merangsang aktifitas
kerja jantung untuk melakukan perubahan dalam tubuh. Olahraga
senam ini dilakukan selama 30 menit dan dilakukan seminggu
minimal 3 kali (Hermawan, 2017).
2. Manfaat Senam Hipertensi
Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta
membakar lemak yang berlebihan ditubuh karena aktifitas gerak
untuk menguatkan dan membentuk otot dan beberapa bagian tubuh
lainya seperti : pinggang, paha, pinggul, perut dan lain lain.
143
Meningkatkan kelenturan, keseimbangan koordinasi, kelincahan,
daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan dan olahraga
lainnya (Safitri, 2017)
3. Indikasi Senam Lansia
Indikasi dilakukan senam lansia dengan hipertensi adalah
lansia/ klien yang menderita atau memiliki riwayat hipertensi.
4. Kontraindikasi
Klien dengan fraktur ekstremitas bawah dan klien dengan
bedrest total.
5. Cara Senam Hipertensi
a. Gerakan Pemanasan
1. Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi
yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10,
lalu bergantian dengan sisi lain.
2. Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala
dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan
8-10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.
b. Gerakan Inti
1. Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian
kedua tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan
perlahan dan hindari hentakan.
2. Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka
selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi
gerakan semampunya sambil mengatur napas.
3. Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong.
Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan
diletakkan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan
tangan. Tahan 8-10 hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya.
4. Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal
dan kedua tangan diangkat keatas. Lakukan bergantian secara
perlahan dan semampunya.
5. Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang ke
samping. Kedua tangan dengan jemari mengepal ke arah yang
berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.
6. Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan
tangan yang searah lutut di pinggang. Tangan sisi yang lain
144
lurus kearah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah
sebaliknya dan lakukan semampunya.
c. Pendinginan
1. Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke
leher dan tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan
lakukan pada sisi lainnya.
2. Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan kesamping
dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 hitungan lalu
arahkan tangan kesisi lainnya dan tahan dengan hitungan yang
sama.
145
BAB III
PENUTUP
146
DAFTAR PUSTAKA
147
ANGGARAN DANA
A. Sumber Dana
148
Lampiran 7
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
149
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEGIATAN
EDUKASI PEMERIKSAAN KESEHATAN (TTV, GDA,
KOLESTEROL, ASAM URAT) DI RW 02 KELURAHAN
BANJARAN KECAMATAN KOTA KEDIRI
Oleh :
Mahasiswa Keperawatan
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Dan Keluarga
2020
(…………………………………………) (................................................)
150
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan kegiatan
Penyuluhan Pemeriksaan Kesehatan (TTV, GDA, Kolesterol, Asam Urat).
Dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini kami tidak akan terlepas dari
bimbingan, dukungan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini izinkanlah kami menghaturkan ungkapan terimakasih yang paling
dalam kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya proposal ini
Dalam penyusunan proposal ini kami sadar betul bahwa yang ada dalam
proposal ini masih banyak kekurangan, baik itu dari segi penulisan, bahasa dan lain-
lain. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
kesempurnaan proposal ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan
kemanfaatan atas penulisan proposal ini bagi kami dan perangkat desa serta warga
desa untuk menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat.
151
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pengembangan masyarakat Indonesia yang merata, adil dan
makmur khususnya dalam bidang kesehatan tidak hanya merupakan tanggung
jawab pemerintah semata. Secara proporsional tugas ini diemban pula oleh
seluruh komponen bangsa lainnya, termasuk di dalamnya masyarakat yang
bersangkutan itu sendiri, maupun oleh lapisan masyarakat lain yang secara
sosial ekonomi berkemampuan relatif lebih baik. Seluruh komponen
ini mempunyai kepentingan untuk secara aktif bersinergi dalam upaya
perbaikan taraf kesejahteraan masyarakat.
Arah kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami
pergeseran menuju paradigma sehat yang merupakan upaya kesehatan yang leb
ih mengutamakan tindakan promotif, preventif dan tidak mengesampingkan up
aya kuratif dan rehabilitatif. Paradigma sehat adalah suatu kebijakan
pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai visi Indonesia sehat, dimana
diproyeksikan tentang keadaan masyarakat mayoritas hidup dalam lingkungan
yang sehat, berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta berada pada derajat
kesehatan yang optimal (Hariza, 2011). Hal ini merupakan koreksi pada
kebijakan pembangunan kesehatan masa lalu sekaligus
merupakan peluang dan tantangan bagi tenaga keperawatan untuk lebih mening
katkan keilmuan dan profesionalisme di bidang perawatan kesehatan
masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan
utama yang ditujukan kepada masyarakat yang dilandasi pengetahuan teoritis
guna menyelesaikan masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
komunitas (Nugroho. 2000). Salah satu langkah yang dapat diambil dalam
keperawatan komunitas, dalam hal ini mahasiswa keperawatan dalam
kapasitasnya langsung di masyarakat, sebagai seorang perawat ataupun tenaga
medis lainnya, adalah melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan
dan kemanusiaan. Dengan salah satu bentuknya adalah kegiatan edukasi
pemeriksaan kesehatan (TTV, GDA, kolesterol, dan asam urat).
Kesehatan merupakan keadaan fisik, mental, dan social kesejahteraan dan
bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan dalam piagam
Ottawa dikatakan bahwa kesehatan merupakan sumber daya kehidupan sehari-
152
hari, bukan tujuan hidup (WHO, 2010). Pemeriksaan kesehatan adalah
mendeteksi sedini mungkin adanya penyakit – penyakit bila ada, baik yang
sudah dirasakan (sudah diperlihatkan gejala-gejala) maupun belum.
Setelah dilakukan pengkajian terhadap warga RW 02 Kelurahan Banjaran
terdapat sebanyak 106 lansia, dan pada tanggal 14 Maret 2020 hanya ada 29
warga yang datang dan melakukan pemeriksan kesehatan di posyandu lansia.
Maka berdasarkan fenomena diatas sebagai bentuk rasa kepedulian,
jiwa pengabdian yang tinggi dan tugas untuk mengurangi resiko
terjadinya peningkatan penyakit kronik di masyarakat mendorong mahasiswa
mengadakan kegiatan edukasi mengenai pemeriksaan kesehatan (TTV, GDA,
Kolesterol, dan Asam Urat) yang diharapkan masyarakat dapat mengerti
manfaat pemeriksaan kesehatan terhadap kesehatan tubuh.
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Mendidik dan memberikan kesadaran kepada masyarakat mengenai
pentingnya menjaga kesehatan
2. Memberikan pengetahuan serta edukasi mengenai pemeriksaan kesehatan
(TTV, GDA, Kolesterol, dan Asam Urat) yang diharapkan masyarakat
dapat mengerti manfaat pemeriksaan kesehatan terhadap kesehatan tubuh.
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat bagi warga
2. Untuk memberikan pembelajaran dan pengetahuan lebih dalam mengenai
pemeriksaan kesehatan (TTV, GDA, Kolesterol, dan Asam Urat).
153
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “EDUKASI PEMERIKSAAN KESEHATAN
(TTV, GDA, KOLESTEROL, ASAM URAT)”
B. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “MASYARAKAT SEHAT, INDONESIA SEHAT”
C. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan ini adalah warga lansia RW 02 Kelurahan Banjaran
E. Media
Video
F. Materi
154
volume darah yang masuk ke arteri sama dengan volume darah
yang keluar dari arteri selama periode yang sama maka tekanan
darah arteri akan konstan (Zunnur, 2017).
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik
yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan
darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu.
Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran
darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di
jaringan (Muttaqin, 2012).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan
disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan
terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari
100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 (Smeltzer & Bare, 2001 dalam (Karim, 2007)).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi
di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah
berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa
muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah,
dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan
ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan
bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa
(mmHg) (Karim, 2007)
b) Tekanan Darah Sistolik
Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah
disemprotkan ke dalam pembuluh selama periode sistol dengan
rerata adalah 120 mmHg (Zunnur, 2017).
c) Tekanan Darah Diastolik
Tekanan minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar
menuju ke pembuluh yang lebih kecil di hilir selama periode
diastol dengan rerata adalah 80 mmHg (Zunnur, 2017)
155
d) Nilai Normal Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah
156
c) Usia 6-12 bulan 80 – 120
d) Usia 1-10 tahun 70 – 130
e) Usia 10-18 tahun 60 – 100 kali permenit.
2. Nadi normal pria dewasa 55-75 kali permenit.
3. Nadi normal wanita dewasa 60-80 kali permenit.
4. Nadi normal ibu hamil 80-90 kali permenit (Muhlisin, 2009)
c) Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
Denyut nadi dapat sangat bervariasi antara satu orang dengan
orang lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor
tersebut antara lain :
1. Umur
Bayi yang baru lahir akan memiliki frekuensi nadi yang lebih
tinggi, dibandingkan anak-anak atau orang dewasa.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya wanita memiliki denyut nadi yang lebih tinggi
dibandingkan laki – laki (Muhlisin, 2009).
3. Tingkat kebugaran
Semakin tinggi tingkat kebugaran seseorang maka akan
semakin rendah denyut nadinya. Hal ini terjadi karena olahraga
dapat meningkatkan kesehatan jantung sehingga Jantung akan
mampu memompa darah lebih banyak pada setiap detakkannya
(Muhlisin, 2009).
4. Berat badan
Pada umumnya penderita obesitas akan memiliki kisaran
denyut nadi lebih tinggi, karena tubuh yang lebih besar akan
meningkatkan beban kerja jantung untuk memompa darah
(Muhlisin, 2009).
5. Gaya hidup
Gaya hidup termasuk stres, ataupun trauma dapat
menyebabkan denyut nadi mengalami peningkatan (Muhlisin,
2009).
6. Obat
Penggunaan obatan- obatan tertentu dapat menekan frekuensi
nadi (Muhlisin, 2009).
7. Kehamilan
157
Denyut nadi umumnya mengalami peningkatan pada saat
hamil karrena jantung akan memompa darah lebih banyak agar
janin bisa berkembang (Muhlisin, 2009).
8. Aktivitas
Frekuensi nadi juga dapat meningkat setelah makan, setelah
aktivitas fisik, dan setelah berolahraga. Hal ini terjadi selama
beraktivitas tubuh akan membutuhkan oksigen yang lebih
banyak (Muhlisin, 2009).
9. Kondisi medis
Beberapa penyakit seperti penyakit jantung, tekanan darah
tinggi atau diabetes. Pada umumnya penderitanya akan
memiliki frekuensi denyut nadi yang lebih tinggi (Muhlisin,
2009).
d) Kelainan Denyut Nadi
1. Bradikardia
Bradikardia yaitu detak jantung yang lambat di bawah 60 per
menit. Merupakan kondisi normal untuk atlet. Denyut nadi di
bawah 50 per menit dalam kondisi istirahat/ tanpa aktivitas
masih tergolong normal untuk beberapa individu, apabila
mereka tidak disertai dengan gejala seperti lelah, sesak napas,
nyeri dada, lemah, dan palpitasi (Muhlisin, 2009).
2. Takikardia
Takikardia yaitu detak jantung yang lebih cepat dari biasanya.
Hal ini dapat menghasilkan sirkulasi yang buruk dan suplai
darah yang kurang dan tidak mencukupi bagian-bagian tubuh.
Denyut nadi maksimal adalah 120 per menit pada orang
dewasa, apabila denyut nadi melebihi nilai tersebut maka orang
tersebut wajib mendapatkan perhatian medis (Muhlisin, 2009).
C. Pernafasan
a) Pengertian Pernafasan
Inspirasi dan Ekspirasi Paru dan dinding dada merupakan struktur
yang elastis. Pada keadaan normal, hanya ditemukan selapis tipis
cairan di antara paru dan dinding dada (ruang intrapleura)
(Octaviyani, 2015)
Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan
meningkatkan volume intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian
158
basis paru akan turun dari sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap
tekanan atmosfer) pada awal inspirasi, menjadi -6 mmHg.
Jaringan paru akan semakin teregang. Tekanan di dalam saluran
udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara akan mengalir ke
dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik
dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi sampai tercapai
keseimbangan kembali antara daya recoil jaringan paru dan
dinding dada. Tekanan di saluran udara menjadi lebih positif dan
udara mengalir meninggalkan paru. Ekspirasi selama pernapasan
tenang merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi
otot untuk menurunkan volume intratoraks. Namun, pada awal
ekspirasi, sedikit kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi
ini bertujuan untuk meredam daya recoil paru dan memperlambat
ekspirasi (Octaviyani, 2015).
Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun menjadi -30 mmHg
sehingga pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila
ventilasi meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga
ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang menurunkan
volume intratoraks (Octaviyani, 2015).
b) Nilai Normal Pernafasan
Menurut Akhmadi, frekuensi pernapasan normal adalah sebagai
berikut:
Usia Frekuensi/ Menit
Bayi baru lahir 35-40
Bayi (6 bulan) 30-50
Toddler (2 tahun) 25-32
Anak-anak 20-30
Remaja 16-19
Dewasa 12-20
D. Suhu Tubuh
a) Pengertian Suhu Tubuh
Sebagian besar manusia melakukan aktivitas pada lingkungan
yang “normal”, yaitu pada suhu sedang pada dataran yang tidak
terlalu jauh di atas permukaan laut. Dibandingkan dengan primata
lain, manusia mempunyai kemampuan yang jauh lebih besar
untuk mentoleransi suhu panas, karena banyaknya kelenjar
keringat serta tubuh yang hanya berambut halus(Kukus, Supit, &
Lintong, 2009)
159
Di dalam tubuh energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif
terutama dalam otot, kemudian juga dalam alat keringat, lemak,
tulang, jaringan ikat, serta saraf. Energi panas yang dihasilkan
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, namun
suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Terdapat perbedaan yang
cukup besar (sekitar 4°C) antara suhu inti dan suhu permukaan
tubuh.6,7 Sistem termoregulator tubuh harus dapat mencapai dua
gradient suhu yang sesuai, yaitu: a) antara suhu inti dengan suhu
permukaan, b) antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan.
Dari keduanya, gradient suhu inti dengan suhu permukaan adalah
yang terpenting untuk kelangsungan fungsi tubuh yang optimal.
Selanjutnya pertukaran panas dengan lingkungan sekitar
berlangsung melalui alat pernapasan dan kulit, karna setiap usaha
untuk mempertahankan suhu inti akan mempengaruhi bagian
perifer tubuh terutama tangan dan kaki(Kukus, Supit, & Lintong,
2009).
Dalam proses pertukaran panas tubuh mengikuti hukum fisika.
Dalam hal ini tubuh manusia merupakan black body, dan
permukaan tubuh merupakan penyerap panas radian yang baik
sekaligus sebagai pemancar panas yang baik(Kukus, Supit, &
Lintong, 2009).
b) Nilai Suhu Normal
Klasifikasi suhu normal menurut Allau adalah sebagai berikut:
Umur Suhu (Celcius)
Bayi baru lahir 36,1 – 37,7
Usia 2 tahun 37,2
Usia 12 tahun 37
Dewasa 36
2. KOLESTEROL
A. Pengertian
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80 % dihasilkan
dari dalam tubuh (organ hati) dan 20 % sisanya dari luar tubuh (zat
makanan) untuk bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain
membentuk dinding sel (LIPI, 2009).
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh pemasukan
ini seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat.
160
Kolesterol tidak larut dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim
ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein menjadi partikel yang
disebut Lipoprotein, yang dapat dianggap sebagai ‘pembawa’ (carier)
kolesterol dalam darah.
Kolesterol itu ialah:
a) Suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati
dan sangat diperlukan oleh tubuh.
b) Tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah, terutama
pada pembuluh darah jantung dan otak (LIPI, 2009).
B. Macam-Macam Kolestrol
1. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) Jenis kolesterol ini
berbahaya sehingga sering disebut juga sebagai kolesterol jahat.
Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak didalam
darah. Tingginya kadar LDL menyebabkankan pengendapan
kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko
utama penyakit jantung koroner sekaligus target utama dalam
pengobatan (LIPI, 2009).
Tabel. Klasifikasi Kolestrol LDL
161
3. Trigliserida
Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring
dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet tinggi gula
atau lemak serta gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan
menambah risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke. Mereka
yang mempunyai trigliserida tinggi juga cenderung mengalami
gangguan dalam tekanan darah dan risiko diabetes(LIPI, 2009).
Tabel. Klasifikasi Kolestrol Trigliserida
162
daging-dagingan, tetapi di Indonesia sumber asupan jenis lemak
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Lemak jenuh berasal dari daging, minyak kelapa.
b) Lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega 3, asam
lemak omega 6 dan asam lemak omega 9 (LIPI, 2009).
3. ASAM URAT
A. Pengertian
Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumzi zat purin secara
berlebihan. Purin diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam
urat berlebih, ginjal tidak mampu mengeluarkan sehingga kristal asam
urat menumpuk di persendian. Akibatnya sendi terasa nyeri, bengkak
dan meradang (Smeltzer & Bare. 2014).
B. Penyebab
Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan. Asam urat
dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi.
Konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi adalah satunya. Purin
adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam inti sel
yang jika bereaksi dapat meningkatkan asam urat dengan cepat
(Smeltzer & Bare. 2014).
C. Kadar Asam Urat Normal
Kadar asam urat normal menurut tes Enzimatik maksimum 7 mg/dl.
Sedangkan pada Teknik Biasa, nilai normalnya maksimum 8 mg/dl.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui
standar normal itu, penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia.
Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar
asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada
perempuan 2,6 – 6 mg/dl (Price, 2010).
D. Pencegahan
Berikut adalah contoh makanan yang menjadi pantangan bagi
penderita penyakit asam urat:
a) Seafood: udang, cumi-cumi, sotong, kerang, remis, tiram,
kepiting, ikan teri, ikan sarden
b) Ekstrak daging seperti abon dan dendeng
c) Jeroan: ginjal, limpa, babat, usus, hati, paru dan otak
d) Makanan yang sudah dikalengkan (contoh: kornet sapi, sarden)
163
e) Daging kambing, daging sapi, daging kuda Bebek, angsa dan
kalkun
f) Kacang-kacangan
g) Sayuran: kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur kuping,
daun singkong,daun pepaya, kangkung
h) Keju, telur, krim, es krim, kaldu atau kuah daging yang kental
(Hariza, 2011)
4. GULA DARAH
A. Pengertian
Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa
dalam darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa
yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk selsel
tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah bertahan pada
batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat
setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari
sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Mayes, 2009).
B. Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.
Kadar glukosa darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa
darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat
lainnya (Price & Wilson, 2010).
C. Metode Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Macam-macam pemeriksaan glukosa darah
a) Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu
sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang
dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut
b) Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan
glukosa yang dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam,
sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah
pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien
menyelesaikan makan (Price & Wilson, 2010).
164
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah
Berbagai faktor turut mempengaruhi pengendalian glukosa
kadardarah pada penderita DM, antara lain faktor umur, jenis kelamin,
kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, asupan (karbohidrat, protein,
lemak dan serat), indeks glikemik, aktivitas fisik, pengetahuan dan
dukungan keluarga (Price & Wilson, 2010).
165
BAB III
PENUTUP
166
DAFTAR PUSTAKA
167
ANGGARAN DANA
A. Sumber Dana
168
Lampiran 8
EVALUASI HASIL PROGRAM KERJA
RW 02 RT 01, 02 DAN 03 DI KELURAHAN BANJARAN KOTA KEDIRI
PADA MINGGU, 11 MEI 2020
A. Struktur
a. Peserta penyuluhan RW 02 RT 01, 02 dan 03 di Kelurahan Banjaran Kota
Kediri.
b. Perlengkapan yang digunakan selama penyuluhan adalah grup WhatsApp
dan video. Penggunaan bahasa yang komunikatif dan aplikatif dalam
media penyampaian penyuluhan kesehatan yang dibuat oleh mahasiswa
dirasa dapat dipahami para peserta atau masyarakat.
B. Proses
1. Pelaksanaan kegiatan dilakukan mulai hari Hari Senin Sabtu, Tanggal 04
Mei – 9 Mei 2020 dengan metode online dikarenakan situasi adanya
pandemic covid 19 di kota kediri.
2. Penyampaian dalam menyebarluaskan materi yang ada didukung oleh
perangkat di lingkungan RW 02 (ketua RW, RT setempat) sehingga dapat
tersampaikan ke masyarakat lingkungan RW 02 Kelurahan Banjaran Kota
Kediri
C. Hasil
1. Belum ada renpon balik dari penyampaian program pendidikan kesehatan
yang telah dilakukan karena terkait sitiasi yang sulit dipahami.
2. Diharapkan hasil yang diharapkan tercapai semaksimal mugkin kan
masyarakat memahami dan mengerti mengenai edukasi atau pendidikan
kesehatan yang dilakukkan.
169
Lampiran 9
A. Sumber Dana
No. Keterangan Jumlah
B. RincianPengeluaran Dana
REKAPITULASI DANA
170
A. PEMASUKAN
No. Keterangan Jumlah
B. PENGELUARAN
C. TOTAL DANA
171
Lampiran 10
NOTA PEMBAYARAN
172
173
174
Lampiran 11
DOKUMENTASI
175
176