Di Susun Oleh
Oleh
Program Studi
Profesi Ners
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman
keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit
layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam
satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et
al.,2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat
Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
6. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer. Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah.
Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat
pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung (Anggraini, 2009).
7. Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat penting
dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat beresiko
tinggi terkena penyakit hipertensi. Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat
misalnya merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak mengandung
kolesterol, makanan yang gurih dengan kadar garam berlebih, minuman
berkafein, dll. Sementara pada saat yang sama kurang berolahraga atau kurang
beraktifitas, sering stress, minim air putih, serta kurang makan buah dan
sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu diartikan
mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu penyakit, misalnya
pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut pencegahan / pemeriksaan secara
medis (medical check up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor keturunan atau
pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri tekanan darahnya ke dokter
atau tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi atau hipertensi bila tidak segera
diatasi adalah pra kondisi bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan
demikian, mencegah darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari penyakit
lain. Jika dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang
dokter akan memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti
ditemukan gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat tradisional.
Beberapa diantara tanaman tradisional (serta hasilnya) yang bisa menurunkan
tekanan darah, misalnya bayam, biji bungan matahari, kacang-kacangan, dark
coklat, pisang, kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri,
belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan lain-lain.
Beberapa tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya
melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi
tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat
melindungi tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia
berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam
amino (homosistein) dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari
mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah tinggi, karena
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Tapi, pastikan
mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif
menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat
tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi
yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga
menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu
mencegah tekanan darah tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi
kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan
tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak
sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang
sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida.
Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk
lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol.
Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk
kesehatan jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga
dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi,
misalnya terapi bekam dan akupresure. Bekam merupakan cara
tradisional yang sudah sangat terkenal, dan bermanfaat untuk
pencegahan berbagai macam penyakit. Akupresure juga bermanfaat
untuk mengurangi nyeri pada penderita hipertensi dengan menekan titik-
titik tekannya (Dalimartha, 2008).
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD
2) Urine : Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama) :
1) Kemungkinan kelainan renal : IVP, Renald angiography (kasus tertentu),
biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CT
Scan. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA) (Dalimartha,
2008).
9. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
1) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip
yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-
80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
4) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
d. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High
Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal
Pengobatannya meliputi:
a. Step 1
Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor.
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan: Dosis obat pertama dinaikkan,
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke-2 jenis
lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh: Obat ke-2 diganti, Ditambah obat ke-3
jenis lain
d. Step 4
Alternatif pemberian obatnya: Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-evaluasi
dan konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi.
10. Patway Hipertensi
Faktor predisposisi, usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang
olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi garam, obesitas
Risiko Cedera
Blood flow darah Vasokonstriksi Iskemia miokard
Penurunan curah
Respon RAA Afterload Nyeri akut
jantung
Merangsang aldosteron Fatigue
Contoh Kasus
Tn. J (57 th) suami dari Ny. M (45 th) mempunyai dua perempuan yaitu anak pertma Ny. Mg
(29 th) yang telah menikah dengan Tn. NN (31 th) mempunyai anak 1 perempuan An. Z (4
th), dan anak kedua NN. EF (23 th) yang sedang kuliah
Ny. M dan Tn. J mempunyai dua orang anak pertma Ny. Mg (29 th) seorang Perempuan
yang berprofesi sebagai tokoh perancangan, anak kedua NN. EF (23 th) yang sedang kuliah.
Dalam keluarga Tn. J salah satu anggota keluarga, yaitu Tn. J menderita penyakit Hipertensi.
Apabila pasien kambuh nampak pusing dan gelisah. Satu tahun yang lalu pasien pernah MRS
karena pusing dan gelisah, oleh dokter di diagnosa penyakit hipertensi. Saat itulah kedua
anaknya Tn. J selalu memberikan asupan makanan hipertensi seperti (sayuran : bayam, kale,
sawi, kentang, pisang, cokelat,, ikan)
Untuk mengatasi masalah tersebut, kedua anak keluarga Tn. J selalu memperhatikan
kesehatan orang tua lalu membawanya ke rumah sakit.
Genogram
Keterangan
: Wanita
: Laki – laki
: Meniggal
: Sakit
: Garis keturunan
1. Type Keluarga :
a. Jenis Type Keluarga : Keluarga eksundate
b. Masalah yang terjadi dengan type tersebut adalah : Ny. S (istri Tn. J) mengalami
lemas dan pusing karena penyakit hipertensi.
2. Suku Bangsa :
a. Asal suku bangsa : Jawa
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : -
3. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam
4. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. J
b. Penghasilan : Rp 4.500.000
c. Upaya lain : -
d. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) : motor, radio, televisi.
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : ±1.000.000
5. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga sesekali mengajak anak-anaknya untuk menonton tv bersama di rumah dan
itu sudah dianggap berekreasi.
E. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
Data Penunjang Keluarga
1. Karakteristik Rumah
Keluarga Tn. J dikelurahan desa ngablak , dengan luas tanah ± 80 m2. Rumah
milik sendiri, bangunan permanen, tembok disemen dikasih keramik, lantai sudah
berkeramik semua sampai dapur dan blakang rumah, ada 6 kamar tidur, ruang tamu,
dapur, kamar mandi. Kondisi dalam rumah bersih dan teratur. Semua ruang terdapat
jendela tetapi beberapa jendela dibuka kadang-kadang saja. Sumber mata air
menggunakan sumur sanyo. Septic tank berada di samping rumah, jarak dengan sumber
air lebih dari 10 m. Kondisi air jernih, tidak berbau, tidak berasa. Keluarga Tn. J
memiliki gentong sebagai penampung air untuk keperluan memasak. Sampah
ditampung di tempat sampah di belakang rumah, yang akan dibakar jika sudah kering.
Keluarga Tn. J mengetahui jika ada lingkungan yang kotor seperti sampah yang
berserakan, air yang menggenang itu semua dapat menimbulkan penyakit. Dalam
keluarga Tn. J kebiasaan membersihkan rumah setiap hari berupa menyapu lantai.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn. J tinggal berdekatan dengan
tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup baik. Kebanyakan tetangga bermata
pencaharian sebagai Wiraswasta.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn. J bersama keluarga menempati rumahnya sudah 15 tahun. Letak rumah tepat
di dekat jalan raya kampung, alat transportasi umum yang ada yaitu angkutan umum
dan montor, mobil. Sedang untuk mobilitas, keluarga menggunakan sepeda motor dan
mobil. Jarak rumah ke puskesmas 1 km.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. J biasa berkumpul pada sore hari, sepulang kerja. Di lingkungan
rumah ada kegiatan rutin seperti pengajian ibu-ibu, pertemuan RT, pos kampling dan
kebersihan lingkungan. Kadang-kadang Tn. J ikut pertemuan RT. Keamanan
lingkungan terjaga, hubungan antar tetangga baik. Keluarga Tn. J menyadari
pentingnya puskesmas untuk memantau kesehatan.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Istri Tn. J dan anggota keluarga yang lain membantu merawat Tn. J yang sakit,
terkadang jika Tn. J sakit Ny. M dan anggota keluarga yang lain membantu dalam
memenuhi aktifitas sehari-hari Tn. J dan membawanya ke dokter apabila sudah parah.
.
F. STRUKTUR KELUARGA
G. FUNGSI KELUARGA
1. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota
Keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya /
Tidak
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : Ya / Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami
anggota dalam keluarganya : Ya/ Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami
anggota dalam keluarganya : Ya/ Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya bila tidak diobati / dirawat : Ya/ Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarganya : Keluarga / Tetangga / Kader/ Tenaga kesehatan
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya : Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya /
Perlu berobat ke fasilitas yankes / Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami
anggota keluarganya secara aktif : Ya/ Tidak, jelaskan
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang
dialaminya yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
2. Fungsi afektif
Keluarga Tn. J termasuk keluarga harmonis, interaksi dalam keluarga terjalin baik.
Antar anggota keluarga saling memperhatikan, menghormati, dan menyayangi sehingga
tidak ada istilah pilih kasih.
3. Fungsi sosialisasi
Dalam keluarga Tn. J ditanamkan kedisiplinan. Hubungan dengan tetangga baik, Tn. J
juga anggota keluarga yang lain selalu berusaha melakukan sosialisasi dengan
lingkungan jika ada waktu senggang.
4. Fungsi perawatan kesehatan
Dalam keluarga Tn. J dapat mengidentifiksi penyakit Tn. J meskipun secara awam,
saat Tn. J kelelahan atau saat hipertensinya kambuh. Keluarga mengambil keputusan
dengan cepat ketika Tn. J sakit tetapi masih belum mampu meningkatkan status
kesehatan keluarga.
5. Fungsi reproduksi :
Tn. J dan Ny. M tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah bersyukur mempunyai
dua orang anak yang baik-baik, Ny.M masih mengikuti program KB dikarenakan masih
haid dan melakukan hubungan suami istri. Mereka sepakat untuk membesarkan anaknya
dengan baik dan memberi pendidikan yang baik.
6. Fungsi ekonomi
Kondisi keluarga Tn. J tetap stabil meskipun Tn. J sakit dan memenuhi kebutuhan
keluarganya.
1. Keadaan Umum
a. Kurus, terlihat pucat, terganggung aktivitas.
b. Sirkulasi / Cairan Normal
2. Sistem Perkemihan : Normal
3. Sistem Pernapasan : Normal
4. Sistem Pencernaan : Jarang mengalami gangguan
5. Sistem Muskuloskeletal : Normal
6. Sistem Neurosensori : Jarang mengalami gangguan
7. Tidur dan Istirahat : Cukup baik
8. Mental : Tidak ada gangguan
9. Komunikasi dan Budaya : Tn. J berkomunikasi dengan baik kepada anggota
keluarga
10. Kebersihan Diri : Tn. J mandi satu hari dua kali, sikat gigi setiap
mandi, memakai sabun mandi setiap mandi dan mandi menggunakan air bersih.
Mencuci tangan sebelum makan.
11. Perawatan Diri Sehari-hari : Tn. J mandi satu hari dua kali. Ganti baju satu hari
dua kali.
ANALISA DATA
2. Pasien gelisah
4. Td : 160/90 mmHg .
N : 90 x menit
Nyeri akut
P : nyeri dirasakana berdenyut
T : sewaktu – waktu
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisiologis ( iskemia miokard) di d.d pusing dan gelisah
SCORING
Keadaan
2
sejahtera
1
Tinggi
3
Cukup
2
Rendah
1 3/3 x 1 = 1
Ada masalah,
tetapi tidak
1
perlu ditangani
Masih tidak
dirasakan
TOTAL SKOR 4
Pemberian analgesik
A. Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri
2. Identifikasi riwayat alergi
3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik
4. Monitor tanda –tanda vital
5. Monitor efektifitas analgesik
B. Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesik optimal
2. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu
3. Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien
4. Dokumentasi respon terhadap
efek analgesik
C. Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
sam[ing obat
D. Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian dosis
dan jenis analgsik
IMPLEMENTASI
EVALUASI
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Kunjungan Ke : 1
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2014)
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan simpatis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari, pengkajian, perencanaan,
observasi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian dan observasi merupakan langkah awal
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang status kesehatan dan permasalahan yang di
hadapi klien. Data yang telah terkumpul kemudian di analisa dapat dirumuskan masalah
kesehatan yang ada pada keluarga Tn. J. Jadi berdasarkan hal tersebut sebelum membuat
perencanaan untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien harus dilakukan observasi.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah
keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah hipertensi.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga
2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga
3. Mengetahui struktur keluarga
4. Mengetahui fungsi keluarga
5. Mengetahui stress dan koping keluarga
6. Mengetahui status kesehatan keluarga
7. Mengetahui harapan keluarga
C. Rancangan Kegiatan
1. Metode : Wawancara dan Observasi
2. Media : Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik
3. Sasaran : Tn. J dan keluarga
4. Pelaksana : Perawat E
5. Waktu : 08.00 – 08.45
6. Tempat : Rumah Tn. J
7. Strategi Pelaksanaan :
Tujuan :
Untuk merumuskan masalah keperawatan pada
keluarga Tn. J
8. Setting tempat
Keterangan :
Ny. Ny.
Tn. J
M Mg Istri Tn. J : Ny. M
Pasien : Tn. J
Keluarga : Ny. Mg , Tn. Nn
Ef
Mahasiswa : Ef
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
c. Menyiapkan instrumen pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik
2. Kriteria Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Keluarga yang terlibat dalam proses wawancara Tn. J dan Ny. M
c. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data
d. Keluarga mengizinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi
e. Wawancar berjalan dengan lancar
3. Kriteria Hasil
Didapatkan kurang lebih 100 % data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan
koping keluarga, dan harapan keluarga
Kunjungan Ke : 2
A. Latar Belakang
Setelah melakukan pendataan terkait data demografi pada keluarga Tn. J didapatkan
masalah kesehatan berupa penyakit hipertensi pada Tn. J
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg
atau lebih sehingga harus segera ditangani dan melakukan pemeriksaan secara rutin. Kali
ini pengkajian berfokus pada implementasi pada Tn. J dan rencana selanjutnya akan
dilakukan evaluasi.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengkajian, menetapkan masalah, menyusun rencana,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengkajian didapat informasi – informasi penting, mengenai
sejak kapan menderita, stressor yang memicu kekambuhan, kemampuan
melakukan perawatan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan termasuk konsumsi
obat.
C. Rancangan Kegiatan
1. Metode : Wawancara dan Observasi, (tidak ada penyuluhan tentang hipertensi?)
2. Media : Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik, (tidak ada
leaflet sebagai media penyuluhan?)
3. Sasaran : Tn. J dan keluarga
4. Pelaksana : Perawat E
5. Waktu : 07.00 – 08.45
6. Tempat : Rumah Tn. J
7. Strategi Pelaksanaan :
8. Setting tempat
1. Setting tempat
Keterangan :
Ny. Ny.
Tn. J
M Mg Istri Tn. J : Ny. M
Pasien : Tn. J
Keluarga : Ny. Mg , Tn. Nn
Ef
Mahasiswa : Ef
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
c. Menyiapkan instrumen pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik
2. Kriteria Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Keluarga yang terlibat dalam proses wawancara Tn. J dan Ny. M
c. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data
d. Keluarga mengizinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi
e. Wawancara berjalan dengan lancar
3. Kriteria Hasil
Didapatkan sudah 100 % data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan
koping keluarga, dan harapan keluarga. Kemudiakan dilakukan pemeriksaan tekanan
darah pada Tn. J.
Kunjungan Ke : 3
A. Latar Belakang
Setelah diberikan implementasi keperawatan Tn.J mengatakan penyakit hipertensi
sudah mengalami menurun dan masalah yang dikeluhkan selama ini seperti pusing. Dan
rencana selanjutnya yaitu evaluasi keadaan Tn. J
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengkajian, menetapkan masalah, menyusun rencana,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengkajian didapat informasi – informasi penting, mengenai sejak
kapan menderita, stressor yang memicu kekambuhan, kemampuan melakukan
perawatan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan termasuk konsumsi obat.
C. Rancangan Kegiatan
1. Metode : Wawancara dan Observasi (tidak ada penyuluhan tentang hipertensi?)
2. Media : Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik (tidak ada
leaflet sebagai media penyuluhan?)
3. Sasaran : Tn. J dan keluarga
4. Pelaksana : Perawat E
5. Waktu : 07.00 – 08.45
6. Tempat : Rumah Tn. J
7. Strategi Pelaksanaan :
8. Setting tempat
Ny.
Tn. J Ny. Keterangan :
M Mg
Istri Tn. J : Ny. M
Pasien : Tn. J
Keluarga : Ny. Mg , Tn. Nn
Ef
Mahasiswa : Ef
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
c. Menyiapkan instrumen pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik
2. Kriteria Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Keluarga yang terlibat dalam proses wawancara Tn. J dan Ny. M
c. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data
d. Keluarga mengizinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi
e. Wawancara berjalan dengan lancar
3. Kriteria Hasil
Didapatkan sudah 80 % data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga setelah dilakukan impelementasi Tn. J mengatakan pusingnya
sudah mulai menurun.
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA
Kunjungan Ke : 4
A. Latar Belakang
Setelah diberikan implementasi keperawatan Tn. J mengatakan penyakit
hipertensi mengalami penurunan dan masalah yang dikeluhkan selama ini seperti pusing.
Dan rencana selanjutnya yaitu evaluasi keadaan Tn. J.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengkajian, menetapkan masalah, menyusun rencana,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan
b. Tujuan Khusus
c. Setelah dilakukan pengkajian didapat informasi – informasi penting, mengenai sejak
kapan menderita, stressor yang memicu kekambuhan, kemampuan melakukan
perawatan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan termasuk konsumsi obat.
C. Rancangan Kegiatan
1. Metode : Wawancara dan Observasi (tidak ada penyuluhan?)
2. Media : Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik, (tidak ada
leaflet sebagai media penyuluhan?)
3. Sasaran : Tn. J dan keluarga
4. Pelaksana : Perawat E
5. Waktu : 07.00 – 08.45
6. Tempat : Rumah Tn. J
7. Strategi Pelaksanaan :
2. Memperkenalkan diri
Tujuan :
3. Salam penutup
8. Setting tempat
Ny.
Tn. J Ny. Keterangan :
M Mg
Istri Tn. J : Ny. M
Pasien : Tn. J
Keluarga : Ny. Mg , Tn. Nn
Ef
Mahasiswa : Ef
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
c. Menyiapkan instrumen pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik
2. Kriteria Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Keluarga yang terlibat dalam proses wawancara Tn. J dan Ny. M
c. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data
d. Keluarga mengizinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi
e. Wawancara berjalan dengan lancar
3. Kriteria Hasil
Didapatkan sudah 100 % data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga setelah dilakukan impelementasi Tn. J mengatakan sudah
tidak pusing.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2017). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudin Makasar.
Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama. Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi.
Yogyakarta: Healthy.
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed
5. Jakarta: EGC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI
Ny.
Tn. J Ny. Keterangan :
M Mg
Istri Tn. J : Ny. M
Pasien : Tn. J
Keluarga : Ny. Mg , Tn. Nn
Ef
Mahasiswa : Ef
E. Materi
1. Definisi
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung,
infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N E-journal keperawatan
volume 4 nomor 1, Mei 2016)
2. Etiologi
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab sekunder
dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan
penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi
bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Buss &
Labus, 2013).
a) Faktor resiko
1. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko
mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi
pembuluh darah, hormon serta jantung (Triyanto, 2014).
2. Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi.
Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf simpatis, dengan adanya
peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (Triyanto, 2014).
3. Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau obesitas.
Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan normal (Triyanto, 2014)
4. Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin.
Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan
tekanan darah (Ardiansyah, 2012).
5. Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung dan
relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine
sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh darah
mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah (Blush,
2014).
6. Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian hipertensi.
Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 % lebih banyak pada kembar monozigot
(satu telur) dari pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita
hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu
hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).
7. Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi
primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan
ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, &
Mayer, 2011).
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk impuls
bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak melanjutkan
ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang saraf pascaganglion
bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut
bekerja mengatur tekanan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2008). Mekanisme ini antara lain :
a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi pembuluh
darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan epineprin oleh medulla adrenal ke
dalam darah. Hormon norepineprin dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah
akan merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi. Faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi substrat renin
untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang
merupakan vasokonstriktor kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon
ini masih menetap didalam darah (Guyton, 2012).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia (Smeltzer
& Bare, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos pembuluh darah
akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga
menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung
dan peningkatan tahanan perifer(Saferi & Mariza, 2013).
4. Manifestasi
5. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang organ-
organ vital antar lain :
a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian
menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.
b. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan
progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan
aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik
menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan
nokturia.
c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh
darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat
penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran
darah yang diperdarahi otak berkurang.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita
hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi
faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan rentang
18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan
dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang
terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan
serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan darah
diastolik sebesar 5 mmHg(Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam yaitu
tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau
dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu
sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan
tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara
mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok teh/hari(Dalimartha, 2008).
3) Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1 gelas
per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau
menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah
(PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah natrium
yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya
sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup.
Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari)
adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam
tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah(Dalimartha, 2008).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.
Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara relaksasi
seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf
sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).
7) Aromaterapi (relaksasi)
Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang menggunakan
minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah
aromaterapi digunakan akan membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan
aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar dan
menurunkan tekanan darah(Sharma, 2009).
8) Terapi masase (pijat)
Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh
sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat semua
jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot maka
resiko hipertensi dapat diminimalisir(Dalimartha, 2008).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan
menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga
daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas
saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung,
dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan seperti
asma bronkial.
H. Kriteria Hasil:
1. Kehadiran keluarga 90% (2 orang)
2. Keluarga dapat menyebutkan kembali:
a. Tujuan diit hipertensi
b. Prinsip diit hipertensi
c. 2 dari 3 makanan yang harus dihindari pada hipertensi
d. 5 dari semua makanan yng dibatasi pada hipertensi
e. 5 dari semua makanan yang bebas dimakan pada hipertensi
3. Salah satu keluarga dapat melakukan redemonstrasi tentang cara tradisional meangani
hipertensi
4. keluarga yang hadir mampu mengajukan pertanyaan
5. Semua keluarga dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir penyuluhan
LEAFLET ?
DAFTAR PUSTAKA