Anda di halaman 1dari 21

ATAP

Pengertian atap
Atap adalah bagian bangunan yang berfungsi melindungi bangunan dari panas
dan hujan serta untuk menambah keindahan.

SKB 01 – ATAP – hal 1


SKB 01 – ATAP – hal 2
Konstruksi atap
Secara umum konstruksi atap dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a. Rangka atap atau disebut kuda-kuda
b. Bahan penutup atap

Kuda-kuda
Kuda-kuda adalah bagian yang memberikan bentuk kepada atapnya dan
sekaligus berfungsi sebagai pendukung penutup atap. Konstruksi kuda-kuda dapat
dibuat dari rangka kayu, baja atau beton. Pada bahasan berikut ini membahas tentang
kuda-kuda dari kayu.
Kuda-kuda dibuat dengan cara merangkaikan beberapa batang kayu yang
dibentuk menjadi suatu konstruksi rangka batang dengan bentuk dasar segitiga.

Bagian dari kuda-kuda adalah sebagai berikut :


a. Kaki kuda-kuda yaitu batang miring yang membentuk sudut kemiringan atap.
Berfungsi sebagai tumpuan balok gording dan beban di atasnya. Pada kaki kuda-
kuda bagian bawaah akan timbul gaya horizontal dan gaya vertikal yang harus
ditahan oleh tembok pendukungnya.

b. Balok datar yaitu batang datar atau batang tarik yang menahan gaya horizontal
yang timbul oleh adanya gaya yang bekerja pada kaki kuda-kuda, sehingga
tembok hanya menanggung gaya vertikal saja.

SKB 01 – ATAP – hal 3


c. Balok penggantung y aitu batang tegak untuk menahan lenturan yang akan
terjadi pada batang datar. Balok penggantung disebut juga tiang kuda-kuda atau
tuang gantung atau makelar.

d. Balok penyokong (skoor) yaitu batang yang berfungsi untuk menyokong kaku
kuda-kuda agar tidak melentur oleh beban gording.

SKB 01 – ATAP – hal 4


e. Balok gapit yaitu dua batang kayu yang dipasang menggapit rangka kuda-kuda
agar tidak melentur ke samping.

Gambar 4.1. Rangka kuda-kuda

Macam bentuk kuda-kuda berdasarkan bentangnya


a. Bentang 3 – 4 m, dapat menggunakan kayu ukuran 6/12
b. Bentang 4 – 6 m, dapat menggunakan kayu ukuran 6/12

c. Bentang 6 – 8 m, dapat
menggunakan kayu
ukuran 8/14

SKB 01 – ATAP – hal 5


d. Bentang 8 – 10 m, dapat menggunakan kayu ukuran 8/14

e. Bentang 10 – 14 m, dapat menggunakan kayu ukuran 10/14

Hubungan masing-masing batang(detail sambungan kuda-kuda)

SKB 01 – ATAP – hal 6


a. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok datar
Kaki kuda-kuda adalah batang desak, sedang balok datar adalah batang tarik.
Sambungan yang dipakai adalah sambungan purus dan lubang miring. Untuk
menahan desakan kaki kuda-kuda dan bergesernya batang datar, kaki kuda-kuda
dimasukkan ke dalam batang datar sedalam 2 cm dengan diberi pen dan
diperkuat dengan begel baja yang dipasang miring atau serong.

b. Hubungan balok penyokong dengan kaki kuda-kuda


Sambungan yang dipakai adalah sambungan purus dan lubang diberi pen tanpa
perkuatan plat baja. Pada hubungan balok penyokong dengan kaki kuda-kuda
hanya ada gaya desak.

SKB 01 – ATAP – hal 7


c. Hubungan kaki kuda-kuda bagian atas dengan balok penggantung
Sambungan yang dipakai adalah sambungan purus dan lubang miring, dimana
kaki kuda-kuda dibuat purus dan pada balok penggantung dibuat lubangnya.
Sambungan diperkuat dengan pen dan sepasang plat baja yang dibaut pada
kedua kaki kuda-kuda dan balok penggantung.

d. Balok gapit pada konstruksi kuda-kuda


Balok gapit harus dipasang sedemikian sehingga dapat memberikan kekakuan
pada konstruksi kuda-kuda. Balok gapit dipasang di kedua sisi kuda-kuda dan
dibaut pada kedua kaki kuda-kuda dan balok penggantung.

SKB 01 – ATAP – hal 8


e. Hubungan balok penyokong dengan balok penggantung bagian bawah
Hubungan balok penyokong dengan balok penggantung bagian bawah diletakkan
20 cm di atas balok datar. Bila dipakai balok pengunci, maka ukuran 20 cm
diambil dari sisi atas balok pengunci. Sambungan yang dipakai adalah purus dan
lubang miring dengan balok penyokong masuk 2 cm pada balok penggantung,
diberi pen dan diperkuat dengan sepasang plat baja yang dibaut pada balok
penggantung dan kedua balok penyokongnya.

f. Hubungan balok datar dengan balok penggantung


Sambungan yang dipakai adalah sambungan purus dan lubang tegak lurus.
Apabila balok datarnya terdiri dari dua batang kayu, maka sambungannya harus
ditempatkan tepat dibawah balok penggantung dengan menggunakan
sambungan pengunci. Lubang untuk memasukkan purus balok penggantung
dibuat pada balok pengunci ini. Hubungan sambungan diberi perkuatan baut-baut
dan begel baja U. Dengan adanya gaya desak yang bekerja pada kaki kuda-kuda
yang ditahan oleh balok datar, ada kemungkinan bagian tengah balok datar akan
terangkat ke atas. Untuk mencegah desakan dengan balok penggantungnya,
maka sambungan purusnya tidak dibuat rapat, tapi diberi kelonggaran 1 cm.

SKB 01 – ATAP – hal 9


g. Untuk sambungan lurus pada semua batang, menggunakan sambungan bibir
miring berkait baik dengan balok pengunci ataupun tanpa balok pengunci.

Batang-batang lain sebagai pelengkap kuda-kuda dan konstruksi atap :


a. Balok angin (suai) yaitu batang kayu yang dipasang silang antara dua buah kuda-
kuda untuk menahan tekanan angin.

Balok angin

b. Balok gording yaitu batang memanjang yang diletakkan pada kaki kuda-kuda
untuk menumpu usuk, reng dan penutup atapnya. Agar balok gording tidak
bergeser ke bawah, pada kaki kuda-kuda dipasang klos penahan balok gording
yang dipaku pada kaki kuda-kuda.

c. Balok bubungan yaitu balok yang dipasang pada puncak kuda-kuda yang
merupakan perletakkan paling atas dari usuk

d. Balok tembok yaitu balok yang dipasang di atas tembok untuk menumpu usuk,
dipasang dalam posisi datar/horizontal

SKB 01 – ATAP – hal 10


e. Usuk atau kasau yaitu balok yang dipasang menumpu pada balok bubungan,
balok gording dan balok tembok, setiap jarak 50 cm. Usuk berfungsi untuk
menumpu reng penahan genteng. Ukuran usuk yang banyak dipakai adalah 5/7.
Ujung bawah usuk dapat diteruskan melewati tembok sampai mencapai lebar
tritisan yang dikehendaki.
f. Reng yaitu balok berukuran 2/3 dipasang dengan posisi rebah/datar di atas usuk
dengan jarak sesuai dengan genteng yang digunakan.
g. Papan bubungan dipasang di atas balok bubungan untuk menahan genteng
kerpus/penutup genteng dan adukan perekatnya. Ukuran papan yang digunakan
adalah 2/20.

Kuda-kuda dipasang setiap jarak 3 m atau kurang agar pemakaian ukuran kayu
gording tidak terlalu besar. Jarak 3 m ini juga untuk menyesuaikan dengan jarak
kolom-kolom sehingga kuda-kuda dapat tepat di letakkan di atas kolom.

Bahan penutup atap


Penutup atap adalah bagian dari rumah yang berfungsi untuk menutup rangka
atap sehingga melindungi ruangan di bawahnya, Bahan penutup atap harus dari bahan
yang tidak mudah rusak oleh pengaruh panas, hujan dan udara.
Sudut pemasangan bahan penutup atap berbeda-beda, tergantung pada jenis atap
yang akan digunakan. Untuk Indonesia yang beriklim tropis bisa digunakan sudut atap
yang besar dan teritis atap yang lebar, karena atap tidak hanya melindungi rumah dari
panas sinar matahari tetapi dengan sudut atap yang besar maka air hujan akan

SKB 01 – ATAP – hal 11


mengalir dengan lancar dan aman dari kemungkinan bocor. Teritis air yang lebar akan
mengurangi terpaan air hujan atau tempias secara langsung pada dinding rumah.

Jenis bahan penutup atap


A. Genteng tanah
Atap genteng dari tanah banyak digunakan karena harganya yang relatif
terjangkau dan mudah didapat. Atap genteng tanah berbahan baku dari tanah liat yang
dicetak dan dibakar matang. Tipe dari genteng tanah beragam mulai dari tipe S
(vlaam), tipe kodok, tipe plentong.

Genteng tanah tipe S (vlaam) merupakan tipe yang paling sederhana dari bentuk dan
kualitas. Gentang ini cukup baik menahan air, tetapi tidak kuat menahan beban yang
cukup berat seperti beban manusia. Genteng tanah tipe kodok lebih kokoh dan tebal.
Genteng tanah tipe plentong bentuknya mirip dengan gentang tipe S (vlaam) tetapi
memiliki bentuk lebih terstruktur sehingga lebih rapid an kuat menahan beban pijakan
manusia.
Pemasangan konstruksi atap dari bahan genteng menggunakan sudut 300 – 400.
Keunggulan atap genteng dari bahan tanah adalah tidak menyerap panas, sehingga
ruangan dibawahnya menjadi sejuk dan dingin. Tetapi genteng tanah mudah ditumbuhi
lumut, dan untuk mengatasinya dapat difinishing menggunakan cat atap.

Ada beberapa cara untuk memilih genteng dari tanah yaitu dipilih genteng yang
berwarna merah yang merata, karena jika
ada sedikit warna coklat tanah berarti
pembakaran kurang sempurna. Selain itu
dipilih bentuknya yang rapid an ukurannya
relative sama sehingga memudahkan dalam
pemasangan. Apabila genteng diketuk-ketuk
terdengan bunyi nyaring, berarti genteng
sudah terbakar matang.

B. Genteng beton
Genteng beton berasal dari campuran pasir, semen dan bahan pengikat zat aditif
yang berupa penguat dan bahan pewarna. Ukuran genteng beton bervariasi
tergantung pada bentuk dan tipenya.
Genteng beton banyak digunakan karena dibuat secara pabrikasi yang membuat
ukurannya sama sehingga memudahkan dalam pemasangan. Keunggulan dari

SKB 01 – ATAP – hal 12


genteng beton adalah kedap air, lebih anti lumut, tahan api, kuat dan tahan sampai 20
tahun.
Pemasangan konstruksi atap dari bahan genteng menggunakan sudut 300 – 400.
Genteng beton memiliki bobot yang cukup berat sehingga sangat kuat menahan beban
yang berat, tetapi genteng beton memiliki sifat yang menyerap panas

C. Genteng keramik
Bahan baku atap genteng keramik berasal dari tanah tetapi diberi campuran
khusus dan dilapisi bahan keramik. Selain itu melalui proses pembakaran dengan
temperatur tinggi sehingga mampu menghasilkan genteng yang berkualitas dengan
tingkat presisi yang sama.
Bentuk dan tipe genteng keramik beragam, tergantung pada standar tiap produsennya.
Sudut pemasangan konstruksi genteng keramik sama dengan genteng tanah dan
genteng beton.
Genteng keramik sangat kuat dan kokoh menahan beban yang cukup berat, anti
lumut, tahan api dan licin sehingga air mudah mengalir. Lapisan keramik dan kilapnya
tahan lama. Kadar keawetannya mencapai 30 tahun dan tidak membutuhkan
perawatan khusus. Harga genteng keramik relativf mahal di pasaran karena proses
pembuatannya yang membutuhkan waktu yang lama.

SKB 01 – ATAP – hal 13


D. Genteng asbes
ATap genteng asbes berasal dari campuran semen dan bahan serat yang
dipadatkan. Bentuk dan ukurannya beragam dengan tipe gelombang antara lain
gelombang 5 ½, gelombang 6 ½ ,dan gelombang 14.
Harga genteng asbes cukup murah di pasaran dan hemat biaya pemasangan karena
penggunaan kayu untuk rangka atap lebih sedikit (tidak memerlukan usuk dan reng).
Selain itu pemasangannya mudah dan cepat. Agar asbes tidak mudah ditumbuhi lumut
dan tahan lama, sebaiknya di cat dengan cat khusus genteng. Sudut kemiringan
dalam pemasangan adalah 150 – 250. Asbes memiliki sifat menyerap panas.

E. Genteng metal (zincalume)


Genteng metal terdiri dari zincalume yaitu campuran aluminium (Al) dan seng
(Zn) yang dibuat dengan proses pabriaksi sehingga menghasilkan penutup atap yang
kadar presisinya tinggi. Sudut pemasangan dalam konstruksi adalah 200 – 400.

Keunggulan atap genteng zincalume antara lain bobotnya ringan, kuat dan kokoh
menahan beban yang berat, pemasangan yang cepat dan harganya relatif
murah.Walaupun atap genteng zincalume mengandung seng tetapi ruangan di
bawahnya tidak terasa panas.

F. Atap sirap
Bahan baku dari kayu ulin, kayu jati yang berbentuk lembaran tipis dengan
panjang 40 - 60cm, lebar 7 - 20cm dan tebal 3 - 5mm. Sirap dipasang dengan susunan
berlapis sehingga tidak terdapat celah yang memungkinkan air meresap ke bawah.
Sudut pemasangan dalam konstruksi adalah 250 – 400. Keunggulan sirap antara
lain bobotnya ringan, tidak menyerap panas, mempunyai nilai keindahan yang tinggi.
Tetapi pemasangan atap sirap membutuhkan waktu lama, jika terdapat bocor sulit
menentukan letak posisi bocor tersebut. Akhir-akhir ini jarang didapatkan di pasaran
sehingga menyebabkan harganya relatif mahal.

Rencana Atap
a. Jurai Luar
Balok jurai merupakan tumpuan paling atas dari usuk-usuk pada garis
pertemuan kedua bidang atap. Dipasang dengan sisi atas rata dengan sisi atas
balok gordingnya. Untuk menahan lenturan balok jurai dapat disokong oleh
balok skoor yang dipasang di atas balok diagonal. Balok diagonal diletakkan

SKB 01 – ATAP – hal 14


melintang di atas tembok dan ditahan cukup kuat agar tidak bergeser. Bila
balok jurai perlu disambung, maka dibuatkan balok pengunci untuk daerah
sambungan. Ujung atas balok jurai menyandar pada balok penggantung dari
kuda-kuda yang terletak pada garis pertemuan atap tersebut. Agar kekuatan
balok penggantung tidak melemah, dipakai klos pada daerah sambungan yang
dipasang pada balok penggantung dan dibuat takikan mulut ikan untuk
menerima ujung balok jurai.

Gambar : Jurai luar

b. Jurai Dalam
Jurai dalam merupakan tumpuan paling bawah dari usuk-usuk pada
garis pertemuan atap. Dipasang dengan sisi atas rata dengan sisi atas balok
gording. Pada jurai dalam harus dipasang talang, karena itu disebut juga jurai
talang. Untuk memasang seng talang dipakai dua lembar papan yang sisi
tepinya segaris dengan ujung bawah usuk yang terletak di atas jurai. Sisi atas
papan rata dengan sisi atas usuknya. Cara pemasangan dengan ditakik dalam
usuk. Pada tepi luarnya dipasang reng sebagai pembatas seng talangnya dan
juga sebagai batas ujung-ujung reng bawah.
Untuk menyangga lenturan pada balok jurai dalam dipasang balok skoor
yang bertumpu pada balok diagonal. Balok diagonal tidak diletakkan di atas
tembok, tapi diletakkan di atas balok datar dua kuda-kuda yang terletak pada
perbatasan pertemuan atap tersebut. Konstruksi sambungan balok jurai dalam
sama dengan balok jurai luar.

SKB 01 – ATAP – hal 15


Gambar Rencana atap yang memperlihatkan
jurai luar dan jurai dalam

Jurai luar dan dalam terdapat pada bangunan yang berbentuk L atau T.

Jurai luar
Jurai dalam
Gambar Atap perisai

SKB 01 – ATAP – hal 16


c. Setengah Kuda-kuda
Konstruksi setengah kuda-kuda terdapat pada atap bangunan yang
berbentuk perisai, yang berfungsi untuk mendukung balok gording yang terletak
di antara kedua jurai luar.
Konstruksi setengah kuda-kuda hanya mempunyai satu kaki. Balok
penggantungnya dapat menjadi satu dengan balok penggantung dari kuda-
kuda yang terletak paling tepi. Balok penggantung juga merupakan tumpuan
untuk ujung atas dari kedua balok jurainya. Agar tidak merusak dan
melemahkan balok kuda-kudanya, perlu ditambahkan balok klos untuk
menerima ujung dari balok jurai dan kaki setengah kuda-kuda.

Gambar Rencana atap bentuk perisai yang


menggunakan ½ kuda-kuda

SKB 01 – ATAP – hal 17


Gambar : Perspektif rangka ½ kuda-kuda

Pada konstruksi setengah kuda-kuda tetap terdapat balok datar, yang


satu ujung menumpang pada tembok dan ujung lainnya menumpu pada kuda-
kuda tepi. Balok datar ini pada sisi luar menerima ujung bawah dari kuda-kuda
dan pada sisi dalam menjadi tumpuan dari balok penyokong kaki setengah
kuda-kuda.
Semua ukuran panjang dan kemiringan dari konstruksi setengah kuda-
kuda harus dibuat sama dengan ukuran yang dipakai untuk kuda-kuda yang
utuh. Demikian juga dengan ukuran kayunya dipakai yang sama.

d. Gunung-gunung
Gunung-gunung adalah suatu konstruksi dari pasangan bata yang
dipakai untuk menggantikan fungsi kuda-kuda. Gunung-gunung biasa dipakai
pada bagian tembok dari suatu bangunan yang memakai atap pelana.
Konstruksi gunung-gunung dibuat menjadi satu kesatuan dengan
tembok untuk dindingnya, diberi perkuatan balok atas dari konstruksi beton
bertulang yang dipasang mengikuti kemiringan atapnya. Balok atas ini akan
menjadi tumpuan yang baik dan kuat untuk balok-balok gording dan balok
bubungan.
Kekurangan dari konstruksi gunung-gunung untuk konstruksi atap
adalah karena berat sendirinya yang besar sehingga akan memperbesar
ukuran pondasi.

SKB 01 – ATAP – hal 18


SKB 01 – ATAP – hal 19
SKB 01 – ATAP – hal 20
SKB 01 – ATAP – hal 21

Anda mungkin juga menyukai