“ KOMPOSISI ATMOSFER ”
OLEH
17100025421001
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah Penulis haturkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat serta Nikmatnya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
Makalah Fisiologi Pasca Panen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Payakumbuh. Selanjutnya Shalawat
beriring salam tidak lupa Penulis sampaikan buat tokoh revolusi Agama Islam
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun berdasarkan penyesuaian kurikulum dan materi
perkuliahan yang dibahas untuk mata kuliah Fisiologi Pasca Panen bagi
mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat,
Payakumbuh. Materi berkaitan dengan Komposisi Atmosfer.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengayaan
pemahaman mahasiswa dan menambah kecintaan dan kepedulian pada ilmu
pertanian terutama dalam Fisiologi Pasca Panen tentang Komposisi Atmosfer.
Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan dari semua pihak yang peduli
akan perkembangan ilmu Pertanian.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
3.1 Kesimpulan.............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
untuk dikonsumsi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode penyimpanan untuk
mengatasi hal ini, salah satu metodenya adalah Modified Atmosphere
Storage yaitu penyimpanan makanan dalam suasa gas yang dimodifikasi. Metode
ini dapat memperlambat reaksi kimia dan biokimia sehingga bisa mencegah
pertumbuhan organisme pembusuk.
1.2 Tujuan
BAB II
KOMPOSISI ATMOSFER
mana perubahan komposisi atmosfer timbul sesuai dengan tujuan maupun tidak.
Istilah yang ketiga adalah penyimpanan dengan gas merupakan istilah yang
kurang tepat digunakan. Apabila menggunakan satu jenis gas saja, lebih tepat bila
disebutkan gas yang bersangkutan.
Misalnya, bila udara biasa diganti dengan 100 % N2, maka metoda itu
disebut “penyimpanan dalam nitrogen.” Penyimpanan dalam hampa udara parsial
atau hipobarik adalah cara penyimpanan dalam udara terkendali yang ditekankan
pada penurunan tekanan pada bahan yang disimpan. Cara ini tidak hanya
mengurangi konsentrasi O2, tetapi mempercepat difusi C2H4 (etilen) keluar dari
jaringan buah sehingga buah dapat diperpanjang umur simpannya.
Pada sayuran warna hijau, peningkatan ketahanan warna hijau pada kadar
oksigen udara yang rendah dalam udara diakibatkan oleh rendahnya laju
kerusakan khlorofil pada kondisi tersebut. Menurut Hill (1913) dalam Pantastico
(1986), laju respirasi buah persik tidak kembali normal setelah disimpan dalam
karbon dioksida dalam beberapa hari. Namun, menurut Mc Kenze (1931) dalam
9
Kantong plastik yang telah diisi dengan produk segar untuk mempercepat
tercapainya udara terkendali dapat dilakukan dengan menurunkan tekanan antara
50 sampai 80 kilopascal (380- 635 mmHg) kemudian ditutup rapat. Karena
kantong plastic polietilen permeabel terhadap nitrogen, oksigen, dan karbon
dioksida maka tekanan di dalam kantong akan kembali ke tekanan atmosfer,
namun pengurangan konsentrasi oksigen awal dengan cepat biasanya lebih
menguntungkan. Kadang-kadang komposisi udara tersebut dapat dicapai tanpa
melakukan pengurangan tekanan. Agar buah-buahan mencapai masak yang
normal, dapat dilakukan dengan mengeluarkan buah itu dari kantong plastik.
Apabila penyimpanan dilakukan dalam waktu lama dalam udara termodifikasi,
setelah dikeluarkan dari kantong plastik tidak akan terjadi pematangan secara
memuaskan.
12
Resistensi serangga
Bahaya residu
2. Konsep MAS
Suhu
1. Manfaat MAP
Suhu penyimpanan
Higienis bahan selama penyimpanan dan penanganan serta
pengemasan
Jumlah gas yang diproduksi
Sifat permeabilitas bahan
Ada tiga gas utama yang dikendalikan dalam penyimpanan MAS, yaitu
O2, CO2, dan N2. Pilihan gas sangat tergantung pada produk makanan yang
dikemas dan disimpan. Gas-gas ini digunakan secara terpisah atau dalam
kmombinasi, untuk menyeimbangkan rak ekstensi yang aman dengan sifat
organoleptik yang optimal dari makanan. Gas “inert” Noble atau seperti argon
biasa digunakan untuk produk komersial seperti produk kopi dan makanan ringan,
namun penggunaan gas ini masih terbatas.
1. Kontrol CO2
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dengan bau sedikit
menyengat pada konsentrasi yang sangat tinggi. CO2 mudah larut dalam air untuk
menghasilkan asam karbonat (H2CO3) yang meningkatkan keasaman larutan dan
mengurangi pH. Gas ini juga larut dalam lemak dan beberapa senyawa organik
lainnya. Untuk alasan inilah aktivitas CO 2 terhadap mikroba lebih kuat pada
temperatur di bawah 10oC dibanding pada 15oC atau lebih tinggi. Hal ini sangat
penting pada MAP makanan.
2. Kontrol Oksigen
16
Oksigen adalah gas yang tidak berwarna, tidak bebrabau dan sangat reaktif
dalam pembakaran. Oksigen berperan aktif dalam beberapa reaksi yang akan
memperburuk kondisi makanan termasuk oksidasi lemak, reaksi pencoklatan dan
oksidasi pigmen. Sebagian besar bakteri pembusukan dan jamur memerlukan
oksigen untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya simpan
makanan suasana pak (kemasan) harus rendah kadungan oksigennya.
3. Kontrol Nitrogen
Nitrogen adalah gas yang tidak reaktif, tanpa bau, rasa, atau warna. Gas ini
memiliki kerapatan yang lebih rendah daripada udara, tidak mudah terbakar, dan
memiliki kelarutan rendah dalam air dan konstituen makanan lainnya. Nitrogen
tidak mendukung pertumbuhan mikroba aerobik, sehingga mneghambat
pertumbuhan pembusukan aerobik tetapi tidak mencegah pertumbuhan bakteri
anaerob. Kelarutan rendah dalam makanan dapat digunakan untuk mencegah
kehancuran pak (kemasan) dengan memasukkan N cukup dalam campuran gas
untuk menyeimbangkan turunnya volume karena CO2 akan menjadi solusi.
4. Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, hambar dan tidak
berbau yang sangat reaktif dan sangat mudah terbakar. Gas ini memiliki kelarutan
yang rendah dalam air tetapi relatif larut dalam beberapa pelarut organik. CO telah
dipelajari dalam MAP daging dan telah dilisensi untuk digunakan di Amerika
Serikat untuk mencegah kematangan dalam selada kemasan. Namun aplikasi
komersial ini terbatas karena racun dan pembentukan campuran dengan udara
berpotensial ledakan
17
1. MAS :
Contoh :
2. CAS
a. Komoditi Kering
serangga tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen atau dalam kondisi dimana
kadar karbondioksida ditingkatkan. Perlakuan seperti ini pada biji bijian bisa
berlangsung selama beberapa minggu pada temperatur dibawah 15 deg C.
Untuk bisa membasmi hama secara menyeluruh pada biji bijian kering
( kandungan air kurang dari 13%) dengan konsentrasi CO2 pada ruangan diatas
35% (V/V) pada suhu 25deg C biasanya membutuhkan waktu 15 hari. Kondisi
diatas bisa didapatkan dengan cara memasukkan CO2 murni atau Nitrogen ke
dalam ruangan.
Metode ini paling sering digunakan untuk penyimpanan apel dan pir,
dimana penggabungan antara tindakan mengatur komposisi udara dengan suhu
yang rendah akan memperlambat penurunan kualitas dan memungkinkan
penyimpanan dalam waktu yang lama.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Haard, N.F. and D.K. Salunkhe, 1975. Symposium : Postharvest Biology and
Handling of Fruits and Vegetables. The Avi Publishing Company, Inc.
Wesport, Connecticut.
Harper, H.A., V.W. Rodwell and P.A. Mayes. 1979. Review of Physiological
Chemistry. Large Medical Publications, Los Altos, California.
Hulme, A.C.. !971. The Biochemistry of Fruits and Their Products. Vol. 1 and
Vol. 2. Acadenmic Press, London and New York.
Tranggono dan Sutardi. 1989. Biokimia dan Teknologi Pascapanen. Pusat Antar
Universitas - Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.