Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT MENINGITIS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah IDK-II

Dosen : Susan Irawan, S. Kep., Ners., MAN

Disusun oleh :

Silvia Gisty Almarona (191FK03076)

Meisya Restiana (191FK03077)

Fauziyyah Surya Pratiwi (191FK03078)

Tiara Cucu Putri (191FK03079)

Kelas : 1F

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah IDK-II yang berjudul “Konsep Patofisiologi Penyakit Meningitis” dalam
bentuk makalah.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar


kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah IDK-II berjudul “Konsep Patofisiologi Penyakit Meningitis”
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah
Komunikasi Keperawatan-II serta bantuan teman-teman mahasiswa dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Bandung, 10 Mei 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.4 Metode Penulisan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Anatomi Meningitis.............................................................................3


2.2 Pengertian Meningitis..........................................................................3
2.3 Penyebab Meningitis...........................................................................5
2.4 Tanda Gejala Meningitis.....................................................................5
2.5 Karakteristik Bakteri dan Virus Meningitis........................................6
2.6 Patofisiologi Meningitis......................................................................7
2.7 Mekanisme Komplikasi Meningitis....................................................8
2.8 Pengobatan Meningitis........................................................................10
2.9 Pemeriksaan Penunjang Meningitis....................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknodia
dan piameter) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala, rasa nyeri ini dapat menjalar ke
tengkuk dan pinggang. Tengkuk menjadi kaku, yang disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, akan terjadi opistotonus,
yaitu tengkuk kaku dengan kepala tertengadah, punggung dalam sikap
hiperekstensi, dan kesadaran menurun tanda ke kernig dan brudzinsky positif
[ CITATION Ari00 \l 1033 ].
Di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, penyakit
infeksi ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salah
satunya adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan
menimbulkan purulen pada cairan otak, sehingga dinamakan meningitis
purulenta.
Di samping angka kematiannya yang masih tinggi, banyak penderita yang
menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis
purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Terapi yang diberikan bertujuan
memberantas penyakit infeksi disertai perawatan intensif suportif, untuk
membantu pasien melalui masa krisis. Pemberian antibiotic yang cepat dan tepat,
serta dengan dosis yang sesuai, penting untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah terjadinya cacat. Oleh karena itu, petugas kesehatan khususnya
perawat, wajib mengetahui gejala-gejala dan tanda-tanda meningitis purulenta
serta pelaksanaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka
rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana anatomi dari meningitis?
2. Apa pengertian dari meningitis?
3. Apa penyebab dari meningitis?

1
2

4. Apa tanda gejala dari meningitis?


5. Bagaimana karakteristik bakteri dan virus meningitis?
6. Bagaimana patofisiologi meningitis?
7. Bagaimana mekanisme komplikasi meningitis?
8. Bagaimana pengobatan meningitis?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang meningitis?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka
rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. untuk mengetahui anatomi dari meningitis;
2. untuk mengetahui pengertian dari meningitis;
3. untuk mengetahui penyebab dari meningitis;
4. untuk mengetahui tanda gejala dari meningitis;
5. untuk mengetahui karakteristik bakteri dan virus meningitis;
6. untuk mengetahui patofisiologi meningitis;
7. untuk mengetahui mekanisme komplikasi meningitis;
8. untuk mengetahui pengobatan meningitis;
9. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang meningitis.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang dilakukan dalam pengerjaan makalah ini adalah dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
berupa buku, maupun informasi di internet.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Meningitis


Meninges adalah selaput pelindung otak, meninges dibagi menjadi 3, yaitu
[ CITATION Soe20 \l 1033 ] :
a) Durameter
Durameter adalah lapisan terluar meningen yang tersusun atas jaringan
ikat padat yang berdekatan dengan periosteum kranial. Sumsum tulang
belakang yang terpisah dari periosteum vertebra oleh ruang epidural
dibungkus durameter yang terdiri atas vena dengan dinding tipis, jaringan ikat
kendor, dan jaringan lipid.
Pada durameter terdapat celah kecil, yaitu ruang subdural yang berfungsi
memisahkan duramater dengan araknoid. Pada sumsum tulang belakang,
permukaan dalam dan luar durameter dibungkus epitel selapis pipih yang
berasal dari mesenkim.
b) Araknoid
Araknoid adalah lapisan tengah meningen yang terdiri atas lapisan
araknoid luar yang berbatasan dengan durameter dan lapisan araknoid dalam
yang berbatasan dengan piameter. Araknoid tersusun atas jaringan ikat non-
vaskularisasi. Permukaannya dibungkus sel epitel selapis pipih. Pada medulla
spinalis, araknoid mempunyai jumlah trabekel lebih sedikit daripada
piameter.
c) Piameter
Piameter merupakan lapisan terdalam yang tersusun atas jaringan ikat
kendor yang tervaskularisasi dengan baik. Piameter terletak dengan sel saraf,
namun piameter tidak berbatasan langsung dengan lapisan sel saraf. piameter
terdapat diseluruh lekukan permukaan susunan saraf pusat dan masuk ke
dalamnya dengan jarak tertentu bersama pembuluh darah.
2.2 Pengertian Meningitis
Meningitis adalah radang pada meningen/ membrane (selaput) yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis [ CITATION Mut081 \l 1033 ]..

3
4

Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai satu ataus emua
lapisan selaput yang menghubungkan jaringan otak dan sumsum tulangbelakang,
yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan olehbakteri
spesifik/non spesifik atau virus; cenderung bersifat jinak dan swasirna.Meningitis
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak [ CITATION
Pri02 \l 1033 ].
Meningitis adalah inflamasi dari meninges (membrane yang mengelilingi
otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh organisme bakteri atau jamur.
Tipe meningitis termasuk aseptik, septik, dan tuberculosis. Meningitis aseptic
mengacu pada meningitis virus atau iritasi meningeal, ensefalitis. Meningitis
septik mengacu pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri misalkan basilus
influenza. Meningitis tuberculosis disebabkan oleh basilus tuberkel. Infeksi
meningeal umunya berawal dari satu atau dua cara: baik melalui aliran darah
akibat infeki lain (selulitis) atau oleh ekstensi langusng (setelah cedera traumatik
pada tulang wajah). Dalam kasus yang jumlahnya kecil penyebab meningitis ialah
iatrogenic sekunder akibat prosedur invasive (pungsi lumbar) atau alat bantu (alat
pemantau TIK) [ CITATION Bru96 \l 1033 ].
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat
lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster. Meningitis virus ini termasuk penyakit ringan.
Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan umumnya dapat sembuh sendiri.
Frekuensi meningitis virus ini biasanya meningkat di musim panas.
Meningitis jamur adalah infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat
merupakan penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa
sehingga penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada
susunan saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses desak
ruang (abses atau kista).
Meningitis purulenta adalah radang bernanah pada arakhnoid dan piamater
yang meliputi otak dan medulla spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumonia (pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Streptococcus
haemolyticus group A, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
5

Escherichia colli, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa meningitis


(paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista) [ CITATION Har05 \l 1033 ].
Meningitis tuberkulosis adalah radang selaput otak akibat komplikasi
tuberkulosis primer. Secara histiologik meningitis tuberkulosis merupakan
meningoensefalitis (tuberkulosis) di mana terjadi invasi ke selaput dan jaringan
susunan saraf pusat [ CITATION Har05 \l 1033 ].
2.3 Penyebab Meningitis
Penyebab meningitis, yaitu:
a) Virus
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus
RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh
virus RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), mixovirus
(influenza, parotitis, dan morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa
lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS) (Wordpress, 2009). Meningitis
virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula
(penyembuhan secara komplit)
b) Bakteri, yaitu meningokokus, hemophilus, influenza type B, dan
pneumokokus.
S. pneumonia dan N. Mengitides adalah pathogen utama penyebab
meningitis bakteri karena kedua bakteri tersebut memiliki kemampuan
kolonisasi nasofaring dan menembus SDO. Basil gram negatif seperti E.
coli, S. aureus, S. epidermidis, Klebsiella spp dan Pseudomonas spp
biasanya merupakan penyebab meningitis bakteri nosokomial, yang lebih
mudah terjadi pada pasien kraniotomi, kateterisasi ventrikel internal
ataupun eksternal, dan trauma kepala. Sedangkan bakteri gram positif
berbentuk kokus yang juga merupakan penyebab meningitis bakteri
(meningitis suis) adalah S. suis.
c) Organisme jamur, yaitu Cryptococcal.
2.4 Tanda dan Gejala Meningitis
a) Bayi
Bayi menangis kuat, atau kondisinya sangat lemah, ubun-ubun kepala
tampak menonjol, muntah, gelisah, atau lemah mengantuk, menolak
6

minum susu atau makan. Ruam pada tubuh (bercak keunguan) akan
muncul terakhir, dan demam kadang tidak ada. Meningitis yang mengenai
bayi di bawah 3 bulan disebut neonatal meningitis, karena gejala pada
bayi kadang tidak khas, yang terpenting adalah melihat perubahan
perilaku bayi.
b) Anak yang lebih besar
Demam, sakit kepala hebat, leher kaku tegang, sensitive terhadap cahaya,
kejang, ruam kulit, gelisah, mengantuk, dan muntah.
c) Dewasa
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku (kaku kuduk) yang
disebabkan oleh otot-otot ekstensor tengkuk yang mengenjang. Bila
hebat, terjadi opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Selain itu kesadaran
dapat menurun. Tanda kernig dan brudzinsky positif. [ CITATION Har05 \l
1033 ].
Demam tinggi, muntah, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium,
halusinasi, maniak, stupor koma, petechial (menunjukkan infeksi
meningococcal [ CITATION Nur13 \l 1033 ].
d) Ciri khas : penderita yang tampak sakit berat, demam akut yang tinggi,
kesadaran yang menurun (lethargi atau gaduh gelisah), nyeri kepala,
muntah, kaku kuduk.
2.5 Karakteristik Bakteri dan Virus
a) Bakteri
Bakteri memiliki ciri:
1. Organisme multiseluler.
2. Prokariot (tidak memiliki membrane inti sel).
3. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0.12 s/d ratusan micron
umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
4. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam.
5. Hidup bebas atau parasite.
6. Hidup di lingkungan ekstrim.
7

Bakteri penyebab meningitis memiliki sifat yang dapat meningkatkan


virulensi kuman itu sendiri. Bakteri H. influenzae, N. meningitidis dan S.
pneumonia menghasilkan immunoglobulin A protease. Bakteri-bakteri ini
menginaktifkan immunoglobulin A host dengan menghancurkan antibodi
sehingga memungkinkan terjadinya perlekatan bakteri pada mukosa
nasofaring dan terjadinya kolonisasi.

b) Virus
Ciri virus:
1. Berukuran 28-200 mm.
2. Berbentuk T, batang, bola, jarum, dan lain-lain.
3. Merupakan organisme non seluler.
4. Bersifat parasite obligat (hidupnya sangat tergantung pada inang).
5. Hanya memiliki bahan inti berupa DNA/RNA.
6. Tubuhnya dilindungi oleh kapsid.
7. Kapsid tersusun dari unit protein yang disebut kapsomer.
8. Dapat dikristalkan.
9. Dapat berproliferasi pada sel atau jaringan tertentu.
10. Dapat melewati filter bakteri.
2.6 Patofisiologis Meningitis
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah korteks yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
8

menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan


dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barrier otak), edema serebral
dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel
dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
9

2.7 Mekanisme Komplikasi Meningitis


Menurut [ CITATION Riy091 \l 1033 ] yang dapat muncul pada anak dengan
meningitis antara lain.
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural).
Cairan ini muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang
meningkat sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke
daerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis).
Abses pada meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui
perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus.
Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor
Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju
medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intracranial.
d. Abses otak.
Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi.
Peningkatan tekanan intracranial juga dampak berdampak pada
munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga
memunculkan kejang.
f. Retardasi mental.
Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai
tempat menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang.
Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas atau
mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.
10

2.8 Pengobatan Meningitis


a) Penatalaksanaan medis [ CITATION Mut081 \l 1033 ]
Pemberian antibiotik yang mampu melewati barrier darah otak ke ruang
subaraknoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembanganbiakan bakteri. Biasanya menggunakan sefaloposforin
generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotik agar
pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
1) Obat anti-infeksi
a. Meningitis tuberkulosa:
- Isonazid 10-20 mg/kgBB/ 24 jam, oral,2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 ½ tahun.
- Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1x sehari selama 1 tahun.
- Streptomisin sulfat 20-40 mm/kgBB/24 jam, IM, 1-2x sehari selama 3
bulan.
b. Obat anti-infeksi (meningitis bacterial), umur <2 bulan:
- Sefalosporin generasi ketiga.
- Amfisilin 150-200 mg(400 mg)/kgBB/24 jam, IV, 4-6 x sehari.
- Kloramfenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4x sehari
2) Pengobatan simtomatis:
- Antikonculsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kgBB/dosis, atau rektal: 0,4-
0,6 mg/kgBB, atau Fenitoin 5 mg/kgBB/ 24 jam, 3x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3x sehari.
- Antipiretik: parasetamol/ asam salsilat 10 mg/kgBB/dosis.
3) Pengobatan supportif
a. Cairan intravena.
b. Pemberian oksigen agar konsentrasi oksigen berkisar antara 30-
50%.
b) Pentalaksanaan berdasarkan jenisnya
1) Terapi meningitis bacterial
- Terapi antibiotic yang harus dapat menembus sawar darah otak,
contohnya rifampicin, chloramphenicol, dan quinobres (konsentrasi
serum sekitar 30%-50%).
11

- Terapi antibiotic diberikan secepatnya setelah didapatkan hasil


kuntrul.
- Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta unit
diberikan secara intravena setiap 2 jam.
- Pada anak dengan berat badan 10-20 kg, diberikan 8 juta unit/hari,
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg diberikan 4 juta unit/hari.
- Ampicilin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400 mg/KgBB/hari
untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/untuk anak-anak.
- Untuk pasien yang alergi penisilin, dianjurkan pemberian sulfadizin
atau sulfisoksazol 0,5 g/hari untuk pasien dengan BB≤27 kg dan 1
g/hari untuk pasien dengan BB >27 kg. Profilaksis dengan
sulfonamide dikontraindikasikan pada kehamilan akhir karena adanya
pasase transplasenta dan kompetisi dengan bilirubin pada lokasi
pengikatannya di albumin.
- Untuk pasien yang alergi penisilin dan sulfisoksazol, dianjurkan
pemberian antibiotic makrolida (eritromisin, atau klaritromisin, atau
azitomisin). Obat-obat ini tidak boleh diberikan bersama inhibitor
sitokrom P450 3A seperti antijamur azol, inhibitor HIV protease, dan
beberapa antidepresi SSRI.
2) Terapi meningitis TB
- diberikan prednisone 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian
penurunan dosis (tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian
predrison keseluruhan tidak lebih dari 2 bulan.
3) Terapi meningitis viral
- diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8
jam, dosis pediatric 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat
diulang tiap 12 jam.
- diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika
didiagnosis herpetic meningoencephalitis, dosis dosis dewasa 30
mg/kg IV tiap 8 jam.
4) Terapi meningitis jamur
12

- Meningitis kriptokokus diobati dengan obat anti jamur. Dapat


digunakan flukonazol.
- Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan dengan
amfoterisin B dan kapsul flusitosin. Mempunyai efek samping besar
pada amfoterisin B, dapat diatasi dengan pemberian ibuprofen
setengah jam sebelum amfoterisin B dipakai.
c) Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Menurut [ CITATION Riy091 \l 1033 ] penatalaksanaan saat pasien di rumah
sakit antara lain:
1) Saat timbul kejang maka pasien diberikan diazepam intravena secara
perlahan dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10
kg dosisnya -,5-0,7 mg/kgBB. Dosis rata-rata yang diberikan adalah
0,3 mg/kg BB kali pemberian dengan maksimal dosis pemberian 5
mg pada anak kurang dari 5 tahun.
2) Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi
hiperekstensi miring, pakaian dilonggarkan, dan penghisapan lendir.
Bila tidka membaik dapat dilakukan endotrakeal perfusi jaringan.
3) Pemberian oksigen untuk membantu kecukupan perfusi jaringan.
4) Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan
memudahkan dalam pemberian terapi intravena.
5) Pemberi kompres hangat pada daerah lipatan-lipatan. Pemberian obat-
obatan untuk mengurangi edema otak seperti dexamitason 0,5-1
ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
6) Untuk pengobatan rumahan setelah pasien terbebas dari kejang pasca
pemberian diazepam, maka perlu diberikanobat fenobarbital dengan
dosis 50 mg pada anak 1-10 bulan.
7) Pengobatan penyebab untuk memilih jenis antibiotic yang cocok
diberikan pada pasien anak dengan kejang.
d) Penatalaksanaan kejang di rumah
Menurut [ CITATION Riy091 \l 1033 ] penyakit kejang demam sulit
diketahui kapan munculnya, maka keluarga di rumah perlu diberi bekal untuk
13

memberikan tindakan awal pada pasien yang mengalami kejang. Tindakan itu
antara lain:
1) Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang
aman di lantai yang diberi alas yang lunak tapi tipis, jauh dari benda
berbahaya seperti gelas, pisau.
2) Posisi pasien hiperekstensi, pakaian dilonggarkan, jika khawatir lidah
tergigit maka berikan tong sendok yang dibungkus kasa atau kain.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu dibuka agar terjadi
pertukaran oksigen.
4) Jika pasien mulutnya masih dapat dibuka sebagai pertolongan awal
dapat diberikan antipiretik seperti aspirin dengan dosis 60
mg/tahun/kali (maksimal sehari 3x).
5) Jika memungkinkan sebaiknya keluarga menyediakan diazepam
(melalui dokter keluarga) per anus sehingga serangan kejang anak
dapat segera diberikan.
6) Jika tidak membaik maka segea bawa pasien ke rumah sakit.
2.9 Pemeriksaan Penunjang Meningitis
Pemeriksaan penunjang meningitis terdiri dari [ CITATION Nur13 \l 1033 ]:
a. Pungsi lumbal dan darah dan kultur CSS: Jumlah leukosit (CBC)
meningkat, kadar, glukosa darah menurun, protein meningkat, tekanan
darah meningkat, asam laktat meningkat, glukosa serum meningkat,
identifikasi organisme penyebab
b. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab.
c. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab.
d. Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab.
e. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi; Na+ naik dan K+ turun.
f. Osmoralitas urin, meningkat dengan sekresi ADH.
g. MRI, CT scan/angiografi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Meninges merupakan selaput otak yang terdiri dari, durameter, arachnoid,
dan piameter. Meningitis adalah radang pada meningen/ membrane (selaput) yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis [ CITATION Mut081 \l 1033 ] . Penyebab dari
meningitis adalah virus, bakteri, dan jamur. Ciri khas dari meningitis adalah
penderita yang tampak sakit berat, demam akut yang tinggi, kesadaran yang
menurun (lethargi atau gaduh gelisah), nyeri kepala, muntah, kaku duduk
Bakteri penyebab meningitis memiliki sifat yang dapat meningkatkan
virulensi kuman itu sendiri. Bakteri H. influenzae, N. meningitidis dan S.
pneumonia menghasilkan immunoglobulin A protease. Bakteri-bakteri ini
menginaktifkan immunoglobulin A host dengan menghancurkan antibodi
sehingga memungkinkan terjadinya perlekatan bakteri pada mukosa nasofaring
dan terjadinya kolonisasi.
Komplikasi meningitis adalah efusi subdural, ventrikulitis, hidrosepalus,
abses otak, epilepsi, retardasi mental, meningitis berulang. Pengobatan dari
meningitis adalah obat anti inflamasi, simtomatis, dan supportif. Pemeriksaan
penunjang dari meningitis adalah pungsi lumbal dan kultur CSS, kultur darahm
kultur urin, kultur nasofaring, elektrolit serium, osmolaritas urin, MRI, CT-
Scan/angiografi.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan agar dapat mempermudah
pembaca untuk memahami tentang Konsep Patologi Meningitis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M., & dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 FKUI. Jakarta:
Medica Aesculpalus.

Brunner, & Suddart. (1996). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Harsono. (2005). Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis


Saraf Indonesia. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Mutaqqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda (North America Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Price, S., & Wilson, L. (2002). Pathophysiology: Clinical Concept of Disease


Processes. 3th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.

Riyadi, S., & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soesilawati, P. (2020). Histologi Kedokteran Dasar. Jawa Timur: Airlangga


University Press.

15

Anda mungkin juga menyukai