Anda di halaman 1dari 39

KARYA ILMIAH

Judul Karya Ilmiah:


1. ACTIVE LEARNING
2. EVALUASI TES HASIL PEMBELAJARAN DI
PERGURUAN TINGGI
3. E­LEARNING (Pembelajaran Elektronik)
4. EVALUASI BELAJAR BERBASIS
ICT (INFORMATION
&
COMMUNICATION TECHNOLOGY)

ACTIVE LEARNING

(Strategi Pembelajaran Berbasis Student Centered)

oleh: Dr. Hartono, M.Pd

A. Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar
sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai
dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya
memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah
yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang
berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing
yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-
perbedaan individual anak tersebut, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak
dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham
menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik
menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini
kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini
terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang
cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan,
tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga
perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala
yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang
menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama
setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan
individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan
sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah
pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah
yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran
konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran
seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata
antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini
mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam
belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini
membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk
mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul
semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi
pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif
(active learning strategy).
B. Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning
Strategy)
1. Pengertian
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki
oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu
pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan
untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap
tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak
didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu.
Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam
ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40%
dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara
penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam
sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai
70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20
menit terakhir.
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang
sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan
seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita,
terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih
banyak menggunakan indera pendengarannya
dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas
tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang
diungkapkan Konfucius:
-Apa yang saya dengar, saya lupa
-Apa yang saya lihat, saya ingat
-Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya
belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah
tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas
sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi
dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya
penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas
pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang
disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu:
-Apa yang saya dengar, saya lupa
-Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
-Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau
diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai
paham
-Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan,
saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
-Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai
penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung
melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban
yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara
kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa
mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan
guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara
anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per
menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru),
karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil
berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape
recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang
diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu
pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan
setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga
memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga
perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara
menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang
dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat
menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula.
Dengan penambahan visual di samping auditori dalam
pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik
semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama
dibandingkan dengan hanya menggunakan audio
(pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi
sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan,
apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual),
dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran).
Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti
oleh reinforcement yang sangat membantu bagi
pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa
belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali
lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian
bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata.
Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000
kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur
dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh
karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat
dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang
(Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran
konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan
belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan
otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran
dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak
kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum
belajar, yaitu:
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk
berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus
dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan
yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus
dan respons akan menjadi lancar
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan
respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan
hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan
selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar
terjadinya respons yang positif pada diri anak didik.
Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses
demi proses dalam pembelajaran akan mampu
menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang
mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan
menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan
terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara
stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan
akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat
pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu
mempertahankan respons tersebut dalam memory
(ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons
akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal
yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang
ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang
mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka
cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari
hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus
dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm
memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang
mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami
hambatan apapun.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha
untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak
menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan
memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada
anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka,
sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan
pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan
pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi
pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai
pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar
secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat
guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan
antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar
aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :

Pembelajaran konvensional (PK)


Pembelajaran Active learning (PA)
PK=Berpusat pada guru
PA=Berpusat pada anak didik
PK=Penekanan pada menerima pengetahuan
PA=Penekanan pada menemukan
PK=Kurang menyenangkan
PA=Sangat menyenangkan
PK=Kurang memberdayakan semua indera danpotensi
anak didik
PA=Membemberdayakan semua indera dan potensi anak
didik
PK=Menggunakan metode yang monoton
PA=Menggunakan banyak metode
PK=Kurang banyak media yang digunakan
PA=Menggunakan banyak media
PK=Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang
sudah ada
PA=Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada

Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan


dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran
active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas.
Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada
menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar
mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu
membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama
dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan
masalah. Yang paling penting adalah bagaimana
membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula
mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan
kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti
menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi.
Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi
yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata
menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas
menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang
besar terhadap belajar siswa.

2. Aplikasi Active learning (belajar aktif) dalam


Pembelajaran
L. Dee Fink (1999) mengemukakan model active learning
(belajar aktif) sebagai berikut.
Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak
didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang
dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri
mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka
pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang
dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik
untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta
mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana
mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap
diri mereka.
Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai
dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran
tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis
ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik
yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau
mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu
hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari,
apakah itu guru atau teman mereka sendiri
Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana
siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu
eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah
tulisan dan lain sebagainya.
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam
menerapkan active learning (belajar aktif) dalam
pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (2001)
mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat
diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan
jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh
anak. Metode tersebut antara lain Trading Place (tempat-
tempat perdagangan), Who is in the Class?(siapa di
kelas), Group Resume (resume kelompok), prediction
(prediksi), TV Komersial, the company you keep (teman
yang anda jaga), Question Student Have (Pertanyaan
Peserta Didik), reconnecting (menghubungkan kembali),
dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan ini penulis mencoba menyajikan
beberapa model pembelajaran aktif yang disajikan
Silberman.

1. Pengajaran Sinergetik (Synergetic Teaching)


Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman
(yang telah mereka peroleh dengan teknik berbeda) yang
mereka miliki.
Prosedur :
a. Bagi kelas menjadi dua kelompok
b. Salah satu kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk
membaca topik pelajaran
c. Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang
sama dengan metode yang diinginkan oleh guru.
d. Pasangkan masing-masing anggota kelompok
pembaca dan kelompok penerima materi pelajaran dari
guru dengan tugas menyimpulkan/meringkas materi
pelajaran.

Kartu Sortir (Card Sort)


Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa
digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan
sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi
informasi.
Prosedur :
a. Masing-masing siswa diberikan kartu indek yang berisi
materi pelajaran. Kartu indek dibuat berpasangan
berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu
yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan
ditentukan oleh lingkungan dll. Makin banyak siswa makin
banyak pula pasangan kartunya.
b. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang
kartu, siswa yang lain diminta berpasangan dengan siswa
tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki
kesamaan definisi atau kategori.
c. Agar situasinya agak seru dapat diberikan hukuman
bagi siswa yang melakuan kesalahan. Jenis hukuman
dibuat atas kesepakatan bersama.
d. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis
pada saat prosesi terjadi.
2. GROUP TO GROUP EXCHANGE
Prosedur:
Pilih sebuah topik yang mencakup perbedaan ide,
kejadian, posisi, konsep atau pendekatan untuk
ditugaskan. Topik haus mengembangkan sebuah
pertukaran pandangan atau informasi (kebelikan teknik
aktif debat)
Contoh :
Dua pertempuran terkenal selama perang saudara
Ide dua orang penulis atau lebih
Tahapan perkembangan anak
Cara-cara yang berbeda pengembangan nutrisi
Perbedaan sistem perorganisasian komputer
Bagilah kelas ke dalam kelompok sesuai jumlah tugas. 2
sampai 4 kelompok cocok untuk aktivitas ini. Berikan
cukup waktu mempersiapkan bagaimanamereka dapat
menyajikan topik yang telah mereka kerjakan
Ketika fase persiapan selesai, mintalah kelompok memilih
seorang juru bicara menyampaikan kepada kelompok lain.
Setelah presentasi singkat, doronglah peserta bertanya
pada presenter atau tawarkan pandangan mereka sendiri.
Lanjutkan sisa presentasi agar setiap kelompok
memberikan informasi dan merespon pertanyaan juga
komentar peserta. Bandingkan dan bedakan pandangan
serta informasi yang saling ditukar. Setelah presentasi
kelompok diarahkan untuk menganalisis mengapa terjadi
perbedaan.

3.WRITING IN THE HERE AND NOW


PROSEDUR :
Pilih jenis pengalaman yang akan ditulis siswa. Seperti :
problem baru, peristiwa keluarga, hari pertama di
pekerjaan baru, presentasi, pengalaman dengan teman,
situasi belajar.
Informasikan kepada peserta didik tentang pengalaman
yang telah dipilih untuk tujuan penulisan deskriptif
Persiapkan permukaan yang jelas untuk ditulis. Bangunlah
privacy dan ketenangan
Perintahkan peseta didik menulis, saat sekarang, tentang
pengalaman yang telah dipilih.
Berilah waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik
seharusnya tidak merasa terburu-buru. Setelah mereka
selesai ajaklah mereka untuk membacakan tentang
refleksinya di sini dan sekarang.
Diskusikan tindakan-tindakan baru yang bisa mereka
lakukan di masa depan.

DAFTAR BACAAN

Bonwell, Charles C., dan James A. Eison, Active Learning:


Creating Excitement in the
Classroom,http://www.gwu.edu/eriche.
Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of
the Oklahoma Instructional Development Program, 1999,
http://www.edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveL
earning.html
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002.
McKeachie W., Teaching Tips: A Guidebook for the
Beginning College Teacher, Boston, D.C. Health, 1986.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2004.
Pollio, H.R., “What Students Think About and Do in
College Lecture Classes” dalam Teaching-Learning
Issues No. 53, Knoxville, Learning Research Centre,
University of Tennesse, 1984.
Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi
Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta,
YAPPENDIS, 2004.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta,
Andi Offset, 1997.
Wenger, Win, Beyond Teaching and Learning,
Memadukan Quantum Teaching & Learning, (terjemahan
Ria Sirait dan Purwanto), Nuansa, 2003.
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi, Jakarta, Gaung Persada Press, 2003.

EVALUASI TES HASIL PEMBELAJARAN


DI PERGURUAN TINGGI
Oleh : Dr. Hartono, M.Pd

PENGOLAHAN TES HASIL BELAJAR

A. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Objektif


Analisis tes hasil belajar bentuk objektif dapat diketahui
dari dua kriteria atau dua parameter, yaitu indeks
kesukaran dan indeks daya diskriminasi. Menurut
Fernandes (1984) analisis tes meliputi tingkat kesukaran
tes, daya beda, dan efektifitas pengecoh. Analisis juga
untuk menguji efektifitas distraktor pada setiap butir soal
untuk menentukan apakah setiap distraktor yang dibuat
sudah berfungsi dengan baik. Hasil analisis ini akan
menghasilkan suatu keputusan apakah butir soal itu
nantinya dapat dipakai, diperbaiki atau dibuang.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui
tingkat kesukaran, daya beda dan efektifitas distraktor
pada soal bentuk objektif adalah dengan menggunakan
analisis psikometrik klasik. Teori tes klasik mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain perhitungan tingkat
kesukaran dan daya pembeda soal sangat bergantung
pada sampel yang digunakan dalam analisis. Kondisi
sampel sangat mempengaruhi hasil analisis, bila sampel
yang digunakan memiliki rentang dan sebaran
kemampuan yang tinggi maka hasil analisisnya akan
berbeda dengan rentang dan sebaran kemampuan siswa
yang rendah. Sebagai contoh daya pembeda soal akan
tinggi bila tingkat kemampuan siswa sangat bervariasi
atau mempunyai rentang kemampuan yang besar.
Sebaliknya daya pembeda soal akan kecil bila tingkat
kemampuan siswa mempunyai rentang kemampuan yang
kecil. Oleh karena itu kondisi sampel sangat
mempengaruhi perhitungan statistik yang dihasilkannya.
Guna mengatasi kelemahan dari teori tes klasik, maka
langkah yang dapat ditempuh adalah berhati-hati dalam
mengambil sampel. Dengan kata lain sampel yang
digunakan harus benar-benar mewakili (representatif) dari
populasi. Bila sampel yang digunakan tidak representatif
maka akibatnya hasil analisis tidak bisa digeneralisasikan
pada populasi. Berikut ini akan dibahas karakteristik tes
yang akan menentukan kualitas tes.
1. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran (p) cara yang paling
mudah dan paling umum digunakan adalah jumlah
peserta tes yang menjawab benar pada soal yang
dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhannya.
Untuk menentukan butir soal tersebut mudah, sedang
atau sukar dapat digunakan kriteria sebagai berikut :
(Bahrul Hayat, 1997)

Tabel Tingkat Kesukaran Soal


Proportion correct (p) dan Kategori Soal
P > 0,70 = Mudah
0,30 < 70 =" Sedang" 30 =" Sukar" p =" 0,600" d =" niT" nit
=" Banyaknya" nt =" Banyaknya" nir =" Banyaknya" nr ="
Banyaknya" d =" pT" 40 =" Bagus" 39 =" Bagus" 29 ="
Belum" 20 =" Jelek" 100 =" 80">

B. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Essay

1. Cara Memeriksa tes Essay


Memeriksa tes bentuk essay lebih sulit dibandingkan
dengan bentuk tes objektif. Siapapun yang menilai lembar
jawaban tes objektif hasilnya pasti sama. Sedangkan
memeriksa tes essay hasilnya bisa berbeda kalau yang
memeriksa orangnya berbeda, sekalipun kriteria jawaban
yang tepat sudah ditetapkan. Itu sebabnya bentuk tes ini
disebut dengan tes subjektif.
Untuk menghindari faktor subjektifitas maka sebaiknya
sebelum memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu
kriteria jawaban yang benar. Ada dua cara yang bisa
dilakukan dalam memeriksa lembar jawaban tes objektif.
Lembar jawaban diperiksa perorang. Maksudnya setelah
selesai memeriksa punya si A dan diberi skor lalu
memeriksa punya si B, lalu si C dan seterusnya.
Lembar jawaban diperiksa nomor demi nomor. Misalnya
satu lokal terdiri dari 30 orang, maka pemeriksaan lembar
jawaban dilakukan mulai nomor satu pada seluruh lembar
jawaban essay. Setelah selesai dilanjutkan dengan nomor
dua untuk seluruh lembar jawaban mahasiswa demikian
seterusnya.
Bila dibandingkan cara pertama dengan cara kedua maka
cara kedua lebih objektif. Sedangkan cara pertama lebih
subjektif. Oleh karena itu sebaiknya untuk memperoleh
hasil yang lebih objektif gunakan cara kedua.

2. Pemberian Skoring pada tes Essay


Pemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala
pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10 dan 1-100.
Sebaiknya jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring
dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang
digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat.
Pemberian skor ini berlaku sama untuk semua nomor
soal.
Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah
menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat
kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya
soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan
soal yang sulit bobotnya 5.
Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak
mengikuti cara di atas, dimana setiap soal langsung diberi
bobot nilai tanpa mempertimbangkan skala pengukuran.
Sehingga skala pengukuran tiap item tidak sama.
Proses penetapan skornya adalah sebagai berikut:
1. skor setiap Item diperoleh dengan cara nilai setiap item
dikali Bobot.
2. Jumlahkan total nilai (skor kerja) setiap item lalu dibagi
dengan skor ideal.
Untuk lebih jelasnya berikut akan diberikan contoh
perhitungan.

Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 35/6 = 5,833


Nilai rata-rata setelah diberi bobot adalah 104/35 = 2,971
Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal
essay sangat penting, karena skor diberikan benar-benar
atas dasar kemampuan. Kenyataan juga menunjukkan
bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.

C. Penetapan Nilai dan Kelulusan Hasil belajar

Menetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan


dua cara yaitu menggunakan acuan patokan dan
menggunakan acuan norma. Masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu sebaiknya
dipakai keduanya dengan cara bergantian.
Perhitungan skor di atas masih dalam bentuk skor
mentah, oleh karena itu hasil perhitungannya perlu diolah
lagi guna menentukan nilai akhir. Setidak-tidak nya ada
dua fungsi yaitu:
menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa
dibandingkan dengan kelompoknya.
menentukan batas kelulusan berdasarkan kriteria yang
ditentukan.
Untuk menentukan batas kelulusan setidak-tidaknya dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas
lulus ideal dan batas lulus purposif. Berikut akan
dijelaskan secara ringkas.
Batas lulus aktual
Batas lulus aktual didasarkan pada nilai rata-rata aktual
yang dicapai oleh kelompok mahasiswa, yang perlu
dihitung adalah nilai rata-rata dan standar deviasinya.
Skor yang dinyatakan lulus adalah skor di atas X +
0,25SD.
Batas lulus ideal
Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual,
karena batas lulus ideal juga menggunakan rata-rata dan
simpangan baku. Bedanya batas lulus ideal rata-ratanya
ditentukan setengah dari skor maksimum. Sedangkan
simpangan baku sepertiga dari nilai rata-rata ideal.
Batas lulus purposif
Batas lulus purposif mengacu pada penilaian acuan
patokan, sehingga tidak perlu menghitung nialai rata-rata
dan simpangan bakunya. Nilai dibuat berdasarkan kriteria
tertentu yang sudah ditetapkan. Misalnya batas kelulusan
adalah skor di atas 75% dari skor maksimum. Misalnya
nilai maksimum mahasiswa di kelas 80. maka batas
kelulusannya adalah 75% x 80 = 60. jadi mahasiswa yang
dinyatakan lulus adalah yang nilainya lebih dari 60.
sedangkan mahasiswa yang nilainya kurang dari 60
dinyatakan tidak lulus.
D. Konversi Hasil Scoring Menjadi Nilai Akhir
Kesalahan sering terjadi pada pemberian nilai akhir,
dimana hasil skoring dianggap sebuah nilai akhir. Padahal
seharusnya hasil skoring tersebut harus dikonversi dulu
menjadi nilai akhir dalam bentuk skala yang sudah
ditetapkan sebelumnya, dalam bentuk skala 1-4, skala 1-
10 dan skala 1-100. berikut akan dibahas cara
mengkonversi hasil skor menjadi nilai akhir.

Konversi Sederhana
Cara ini sangat sederhana dan mengabaikan tingkat
ketelitian dan keakuratan data, tidak mustahil akan terjadi
kesalahan interpretasi. Karena cara ini mengabaikan
tingkat variansi kemampuan mahasiswa. Misalnya kriteria
yang digunakan dalam bentuk persentase.

Nilai 10 bila mencapai angka 100%


Konversi dengan Menggunakan Mean dan Standar
Deviasi
Cara ini lebih akurat karena sudah mempertimbangkan
tingkat variansi hasil belajar, sehingga nilai akhir sangat
ditentukan oleh kelompoknya. Bila standar deviasinya
kecil maka interval nilainya juga kecil. Sebaliknya bila
standar deviasinya besar, maka interval nilainya juga
besar. Konversi cara ini biasanya dilakukan untuk
penilaian standar 10 dan standar 4 atau standar huruf.
Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor
mentah menjadi standar 10 adalah sebagai berikut:
M + 2,25 (SD) = 10
M + 1,75 (SD) = 9
M + 1,25 (SD) = 8
M + 0,75 (SD) = 7
M + 0,25 (SD) = 6
M - 0,25 (SD) = 5
M - 0,75 (SD) = 4
M - 1,25 (SD) = 3
M - 1,75 (SD) = 2
M - 0,25 (SD) = 1

Catatan : M = Mean atau nilai rata-rata


SD = Standar Deviasi

Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor


mentah menjadi standar 4 atau standar huruf adalah
sebagai berikut:

E. Penetapan Nilai Akhir Semester


Penetapan nilai akhir semester biasanya berdasarkan
total nilai mandiri, terstruktur, mid semester dan semester.
Setelah diperoleh totalnya lalu di konversi menjadi huruf.
Persoalan biasanya timbul saat menetapkan interval nilai
A,B, C dan D. Untuk menetapkan interval seharusnya
dimulai dari batas kelulusan.
Misalnya batas kelulusan adalah 60. lebih dari atau sama
dengan 60 dinyatakan lulus. Kurang dari 60 tidak lulus.
Maka perhitungan intervalnya adalah sebagai berikut.
1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah,
dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H
– L = 100 – 60 = 40
2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan
lulus minimal C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A, B, C.
Bararti banyak nya interval adalah 3.
3. Menentukan rentang interval.

4. Membuat interval nilai

Jika kita menginginkan nilai plus dan minus


diperhitungkan maka proses penetapan intervalnya
sebagai berikut:
1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah,
dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H
– L = 100 – 60 = 40
2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan
lulus minimal -C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A+, A,
A-, B+, B, B-, C+, C, C-. Bararti banyak nya interval
adalah .
3. Menentukan rentang interval.

4. Membuat interval nilai

Dari dua contoh di atas menunjukkan bahwa semakin


banyak interval yang digunakan (menggunakan plus dan
minus) maka nilai yang ditetapkan semakin halus.
Sebaliknya semakin sedikit interval yang digunakan (tidak
menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan
semakin kasar.F.

Penutup
Demikianlah uraian ringkas tentang pengolahan nilai hasil
belajar. Apa yang sudah dipaparkan adalah menurut
konsep dan teori evaluasi pendidikan sepanjang yang
penulis ketahui. Masih ada hal-hal lain yang seharusnya
dimasukkan dalam tulisan ini antara lain bagaimana
mengolah nilai yang menggunakan non tes, uji kurva
normal, Z skor dan T skor, mengubah data ordinal menjadi
data interval dll. Namun karena keterbatasan waktu hanya
ini yang bisa disajikan. Kalau ada kelemahan dan
kesalahan mohon kritik dan saran yang membangun.
Mudah-mudahan tulisan kecil ini bermanfaat bagi peserta
workshop evaluasi pembelajaran.

E­LEARNING
(Pembelajaran Elektronik)

A. LANDASAN E­LEARNING

1. Undang­Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 No. 15 Pendidikan jarak jauh 
adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik 
dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar 
melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
3. Pasal 35 Ayat 1 Standar sarana dan prasarana pendidikan 
mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, 
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, 
tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang 
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,termasuk 
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

B. KONDISI MAHASISWA
      Mahasiswa sekarang ini bersosialisasi dengan cara yang
sangat­sangat   berbeda   dibanding   orang   tuanya.   Per­tahun
statistiknya   mengagetkan:
1. lebih   dari   10,000   jam   bermain   videogames,
2. lebih dari 200,000 pesan berupa (SMS, instant messages dan
email)   dikirim   dan   diterima,
3. lebih   10,000   jam   bicara   di   HP,
4. lebih   dari   20,000   jam   menonton   TV,
5. Lebih kurang 5,000 jam membaca buku.

C. SOFTWARE (APLIKASI) E­LEARNING

Software atau aplikasi yang bisa digunakan untuk E­Learning 
antara lain adalah:
1. Adept         http://sourceforge.net/projects/ adept
2. Blackboard http://www.blackboard.com/
3. Bolinos      http://www.med­ia.ch/med­ia/bolinos/
4. BSCW       http://bscw.gmd.de/
5. Claroline    http://www.claroline.net/
assAct & ClassCampus http://www.ljgroup.com
7. ClassWeb http://classweb.ucla.edu/
8. Colloquia   http://www.colloquia.net/
9. CoMentor http://comentor.hud.ac.uk
10. COSE     http://www.staffs.ac.uk/COSE
11. eCollege http://www.ecollege.com
12. Eledge     http://eledge.sourceforge.net/
13. Fle3       http://fle3.uiah.fi/
14. FirstClass      http://www.softarc.com/
eestyle Learning Home 3.0   http://pcwi122.uni­muenster.de/fsl/index.php
16. ILIAS       http://www.ilias.uni­koeln.de/ios/index.html

Portal   e­learning   kini   banyak   dikembangkan   dengan


menggunakan   LMS   (Learning   Management   System).   Moodle
merupakan salah satu LMS open source yang sangat populer.
Moodle   dapat   dengan   mudah   dipakai   untuk   mengembangkan
portal sistem e­learning. Dengan Moodle, portal e­learning dapat
dimodifikasi   sesuai   kebutuhan.
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) sudah mempengaruhi
berbagai   aspek   kehidupan   masyarakat.   Pada   bidang
Pendidikan,dampak   yang   muncul   ialah   kegiatan   belajar   dan
mengajar   yang   dikenal   dengan   konsep   e­learning.   Di   sini,
dibahas secara singkat salah satu aplikasi e­Learning yang ada,
yaitu MOODLE.

D. PENGERTIAN MOODLE

MOODLE adalah   paket   software   yang   diproduksi   untuk


kegiatan belajar berbasis internet dan website. MOODLE terus
mengembangkan   rancangan   sistem   dan   desain user
interface setiap minggunya (up to date). MOODLE tersedia dan
dapat   digunakan   secara   bebas   sebagai   produk   open­source
dibawah   lisensi   GNU. MOODLE merupakan   singkatan   dari
Modular Object­Oriented Dynamic Learning Environment yang
berarti   tempat   belajar   dinamis   dengan   menggunakan   model
berorientasi objek. Dalam penyediannya MOODLE memberikan
paket software yang lengkap (MOODLE + Apache + MySQL +
PHP) yang dapat di download di:
http://download.moodle.org/download.php/windows/MoodleWi
ndo
wsInstaller­latest­17.zip

Moodle   diciptakan   oleh Martin   Dougiamas,   yang   menulis


seluruh   kode   program   dalam   bahasa   PHP,   untuk   disertasi
doktoral   di   Curtin   University   Australia   tahun   2002.   Siapa
penemu   Moodle?   Awalnya   huruf   “M”   di   akronim   Moodle
adalah huruf pertama dari nama awal Dougiamas, yaitu Martin.
E. FASILITAS E­LEARNING

               Pembahasan   selanjutnya   akan   dijabarkan   beberapa


fasilitas yang disediakan oleh Moodle, anatara lain:

1. pendaftaran sebagai pengguna baru,
2. mengubah profil pribadi,
3. mengubah setting
4. course,
5. memasukkan materi pembelajaran,
6. membuat tugas,
7. membuat quiz,
8. membuat forum.
9. chat.
10.dan lain­lain.

Untuk lebih jelasnya proses penggunaan E­Learning dapat di baca
buku   Panduan   Pembelajaran   Elektronik   (E­Learning)   disusun
Dr.   Hartono,   M.Pd   yang   diterbitkan   oleh   Pusat   Komputer
(Puskom)   UIN   Suska   Riau.

EVALUASI BELAJAR BERBASIS ICT


(INFORMATION & COMMUNICATION TECHNOLOGY)
Oleh : Dr. Hartono, M.Pd.
Pembelajaran berbasis ICT saat ini sudah
menjadi kebutuhan dunia pendidikan, karena
proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan
efektif. Siswa juga menjadi lebih tertarik karena
sesuai dengan kehidupan mereka yang sehari-
harinya memanfaatkan teknologi. Siswa dapat
berdiskusi, chatting, mengirim pesan (SMS)
menggunakan teknologi jaringan komputer dan
internet.
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi diantaranya adalah E-Learning
(Electronik Learning). E-Learning sudah banyak
digunakan di Sekolah dan Perguruan Tinggi yang
sudah memiliki pasilitas yang mendukung,
diantaranya adalah Lokal Area Network dan
jaringan internet. Pembahasan berikut
penekanannya adalah bagaimana evaluasi
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan ICT,
meliputi proses dan pengolahan tes hasil belajar.

Membuat format Ujian (evaluasi) menggunakan E-


Learning

Evaluasi berbasis ICT dengan menggunakan


E-Learning dapat dilakukan bila pembelajarannya
juga berbasis E-Learning. Proses Pembelajaran
dengan memanfaatkan ICT akan sangat
membantu guru dalam memanfaatkan waktu dan
komunikasi yang lebih efisien dan tanpa batas.
Pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif.
Siswa dapat melakukan diskusi jarak jauh dengan
sesama teman dan guru.
Guru dapat menguji kemampuan siswa dengan
membuat serangkaian pertanyaan. Ada beberapa
jenis tes yang dapat digunakan oleh guru antara lain
pilihan berganda, benar-salah, isian, essay,
menjodohkan, dll.
Lakukan setting bentuk tes yang akan
digunakan selanjutnya barulah mengisi
pertanyaan-pertanyaan. Mulailah dengan meng-
klik menu Add an activity pada pertemuan
tertentu (misalnya pertemuan ke-8).

Klik-lah pada menu pilihan Quiz, beberapa saat


kemudian akan muncul tampilan berikut:
Guru harus melakukan pengaturan quis dengan
mengisi kotak-kotak yang tersedia,
antara lain:
a. Open the quiz: Tanggal dan jam dimana quiz
mulai tersedia.
b. Close the quiz: Tanggal dan jam dimana quiz
sudah ditutup (selesai).
c. Time limit: Lamanya waktu penyelesaian quiz.
d. Time delay between first and second
attempt: Jarak waktu yang diperbolehkan
mengulagi Quiz untuk yang kedua kalinya.
e. Time delay between later attempts: Jarak
waktu yang diperbolehkan mengulagi
Quiz selanjutnya.
f. Question per page: Jumlah soal/pertanyaan
pada setiap halaman.
g. Shuffle questions: Pertanyaan dapat disajikan
secara acak setiap kali quiz diakses.
h. Shuffle answers: Jawaban (untuk soal pilihan
berganda dan menjodohkan) dapat
diacak setiap kali suatu soal diakses.
i. Attempts allowed: Jumlah maksimum pengguna
boleh mencoba mengulangi quiz.
j. Each attempt builds on the last: Pilihan Yes
berarti setiap menjawab soal ulangan akan
dipengaruhi hasil jawaban sebelumnya.
k. Adaptive mode: Untuk pilihan Yes, bila jawaban
salah, siswa diperbolehkan
menjawab suatu soal berkali-kali hingga betul, akan
tetapi akan ada penalti setiap
kali jawaban salah.
l. Grading method: Untuk soal yang boleh diulang,
cara menentukan nilai akhir dapat dipilih misalnya:
nilai tertinggi, rerata, pertama, atau terakhir.
m. Apply penalties: Pilihan ini berkaitan dengan
Adaptive mode yang dipilih Yes.
n. Decimal digits in grade: Banyaknya angka
dibelakang koma dari suatu nilai.
o. Student may review: Pilihan ini akan mengatur
kapan siswa dapat mengetahui
respon, skor, umpan balik, jawaban yang benar, dll.
p. Show quiz in a "secure" window: Soal akan
ditampilkan dalam windows khusus
guna mengurai kemungkinan siswa berbuat curang.
q. Require password: Password dapat diberikan
pada Quiz.
r. Require network address: IP address yang
boleh mengakses Quiz bisa dimasukkan.

Setelah selesai melakukan pengisian dan menekan


tombol “Save changes”, maka akan muncul
halaman editing QUIZ sebagai berikut.

Untuk lebih jelasnya proses penggunaan E-Learning


dapat di baca buku Panduan Pembelajaran Elektronik (E-
Learning) disusun Dr. Hartono, M.Pd yang diterbitkan oleh
Pusat Komputer (Puskom) UIN Suska Riau.
Silahkan dicoba ....
Diposkan oleh HARTONO di 23.29 Tidak ada komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Reaksi:
PROFIL PENERBIT & TOKO BUKU ZANAFA

PROFIL ZANAFA
Motto : “Bersama Mencerdaskan Anak Bangsa”

ZANAFA adalah usaha yang bergerak dibidang penerbitan dan


penjualan buku (Distributor dan Toko Buku).Saat ini ada dua jenis
usaha yang sudah berjalan, yaitu penerbit ZANAFA PUBLISHING dan
Toko buku ZANAFA.
Penerbit ZANAFA PUBLISHING sudah menerbitkan lebih dari 100
judul buku baik yang diterbitkan sendiri maupun yang bekerjasama
dengan lembaga pendidikan (Sekolah dan Perguruan Tinggi) dan
penerbit terkemuka tingkat nasional. Buku-buku yang diterbitkan
meliputi semua bidang ilmu, baik buku agama maupun buku umum.
Pemasaran buku-buku terbitan zanafa dilakukan melalui distributor
Adipura Yogyakarta dan Nusa Media Bandung. Dua distributor ini
memasarkan buku-buku terbitan zanafa ke seluruh wilayah Indonesia,
baik toko buku tradisional maupun toko buku moderen.
Toko buku ZANAFA dibuka secara resmi tanggal 15 Mei 2009.
Walaupun persiapan dan operasionalnya sudah dimulai sejak tahun
2008 di Jl. HR. Subrantas Panam Tampan Pekanbaru.Saat ini toko
buku zanafa sedang akan mengembangkan usaha dengan membuka
cabang di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya dengan memilih tempat
yang strategis.

Toko Buku Panam Pekanbaru

A. LATARBELAKANG BERDIRINYA
Owner zanafa memulai usaha sejak tahun 1998 di Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan di STTKOM (Sekolah Tinggi
Teknik Komputer) Yogyakarta langsung membuka usaha service
komputer, rental komputer, Jual beli komputer baru maupun second
dan Assesoris komputer serta desain grafis dengan nama BETA
KOMPUTER. Usaha di bidang komputer ini rencananya akan
diteruskan dan dikembangkan di Pekanbaru, namun setelah
membaca pasar dan survei di lapangan peluangnya agak kecil untuk
bersaing dengan kompetitor yang ada. Peluang usaha perbukuan
nampaknya lebih menjanjikan di bandingkan komputer. Akhirnya
memutuskan masuk ke usaha perbukuan dengan membuat
penerbitan dan toko buku. Awal 2008 planning disusun dengan
menjalin kerjasama dengan berbagai penerbit, distributor dan
suplayer seluruh Indonesia, begitu juga penentuan tempat usaha
penerbit dan toko buku memilih lokasi yang strategis walaupun biaya
operasionalnya agak mahal.
Tahun 2008 di Pekanbaru belum ada toko buku dengan konsep toko
buku diskon seperti Sosial Agency Baru (SAB) Yogyakarta, Toga Mas,
dan toko buku diskon di Palasari Bandung dll. Zanafa mencoba
membuat konsep toko buku diskon semua buku dengan harga
penerbit. Selama ini konsep diskon yang berkembang di masyarakat
adalah barang dinaikkan dulu baru didiskon. Zanafa ingin
mematahkan pandangan seperti itu, bahwa diskon toko buku zanafa
adalah diskon yang sesungguhnya dengan tidak menaikkan harga
buku. Katalog penerbit sengaja diletakkan di kasir untuk membuktikan
bahwa diskon zanafa adalah diskon yang benar tidak ada rekayasa
harga.
Usaha penerbitan dan toko buku juga di dorong oleh semangat untuk
membantu pemerintah mencerdaskan anak bangsa. Hal ini
menjadi motto zanafa yaitu: BERSAMA MENCERDASKAN ANAK
BANGSA. Namun untuk mencapai maksud tersebut tentu banyak
menghadapi berbagai persoalan antara lain, krisis ekonomi,
rendahnya daya beli masyarakat, rendahnya semangat baca
masyarakat dan harga buku yang semakin mahal. Oleh karena itu
sebagai warga negara perlu melakukan usaha-usaha antara lain
adalah:
1. Membuat toko buku diskon guna membantu masyarakat
mendapatkan buku murah dan mudah mendapatkan dengan
pelayanan prima.
2. Menciptakan rasa bangga dan bergengsi berkunjung ke toko
buku.
3. Menciptakan budaya cinta buku dan gemar membaca.
4. Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menulis buku
dan diterbitkan secara nasional, sehingga dikenal di seluruh
Indonesia.
B. NAMA
Nama ZANAFA yang terkesan kearab-araban sesungguhnya tidak
punya arti khusus, karena nama itu diambil dari nama putra-putri
pemilik usaha (Owner) yaitu ZAKI (Ahmad Zaki), NADA (Nada Fitria)
dan FAHMA (Fahma Zakiyah).

C. V I S I
Menjadi penerbit yang handal dan toko buku yang unggul dalam
memberikan pelayanan ke konsumen.

D. MISI
1. Memberi kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan buku-
buku berkualitas dengan harga bersaing.
2. Menciptakan imej sebagai toko buku yang nyaman dan
bergengsi, sehingga masyarakat merasa senang dan bangga
berkunjung ke toko buku.
3. Memberikan pelayanan prima kepada pengunjung dengan selalu
memperbaharui koleksi buku yang dijual di toko buku .
4. Memberi kesempatan kepada penulis-penulis di Riau untuk
dapat bersaing dengan penulis lainnya di Indonesia.
E. TEMPAT USAHA
Tempat usaha ZANAFA berada di kompleks Metropolitan City (MTC)
seluas 70.000m2. Sedangkan ZANAFA menempati gedung 3 lantai,
lebar 15 m dan panjang 17m, sehingga luas seluruhnya 255 m 2 x
3lantai = 765 m2. Toko buku ZANAFA membagi display penjualan
terdiri dari Lantai 1 untuk buku umum, Perguruan Tinggi, sekolah dan
assesoris komputer. Lantai 2 untuk buku agama, buku anak-anak, atk,
MP3, kalkulator dll., sedangkan lantai 3 untuk kantor Toko buku
Zanafa dan penerbit ZANAFA PUBLISHING.

F. FAKTOR PENDUKUNG
Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan toko buku ZANAFA,
yaitu:
1. Lokasi tempat usaha
Tempat merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
mendukung kesuksesan penjualan produk yang dipasarkan toko
buku, mengingat toko buku ZANAFA berada di Pusat bisnis strategis
dan terpadat di Pekanbaru, yang terdiri dari mall giant dan ratusan
usaha pendukung dalam bentuk kounter-kounter, dimana kebutuhan
masyarakat dapat dipenuhi dari kompleks ini, maka toko buku
ZANAFA menjadi salah satu pilihan masyarakat memenuhi kebutuhan
Sekolah, Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi dan Masyarakat umum
mencari Alat Tulis Kantor dan literatur-literatur yang dibutuhkan.
2. Lembaga-Lembaga Pendidikan
Ada 2 perguruan tinggi besar yang sangat dekat dengan kompleks ini,
yaitu UNRI (Universitas Riau) lk. 300m, UIN SUSKA (Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau) lk. 1,5 Km, Pondok Pesantren
Darel Hikmah lk. 300m, disamping itu ada Akademi Perbankkan dan
STIE lk 500m, Akademi Farmasi lk. 700m, dan ada SD, MI, MTs, SMP,
SMA, SMKK yang tidak terlalu jauh dari lokasi. Sehingga keberadaan
toko buku Zanafa akan menunjang kebutuhan siswa, mahasiswa guru
dan lembaga pendidikan di sekitarnya.
3. Persaingan
Di daerah Panam Pekanbaru belum ada toko buku yang lengkap dan
besar, sehingga toko buku ZANAFA diharapkan dan diupayakan
menjadi satu-satunya toko buku yang memiliki koleksi buku yang
lengkap dan besar sehingga menjadi pilihan utama masyarakat.
4. Toko Buku Diskon
Toko buku ZANAFA adalah satu-satunya toko buku dengan konsep
toko buku diskon, sesuai dengan misinya membantu dan merangsang
siswa, mahasiswa dan masyarakat membeli buku-buku yang
diperlukan. Diskon diberikan sepanjang masa dari 5% s/d 75%.
5. Tampilan dan Pelayanan
Toko buku ZANAFA berpenampilan elegan dan moderen, kesan
tampilan luar yang mewah dan interior ruangan yang didesain oleh
ahlinya membuat siapapun nyaman berada di dalamnya, pengunjung
akan dimanjakan dengan mudahnya mencari katalog buku lewat
komputer dan suasana nyaman full AC menambah betah berlama-
lama di dalamnya untuk mencari buku-buku yang diperlukan.

G. KERJASAMA
Managemen ZANAFA bekerjasama dengan suplayer, distributor, dan
penerbit bahkan dengan siapapun yang punya kepedulian membantu
masyarakat menyediakan buku murah, dengan mempertimbangkan
aspek saling menguntungkan ke dua belah pihak. Selama ini ada tiga
model kerjasama yang sudah dilakukan, yakni pembelian cash, kredit
dan konsinyasi.

H. PRODUK YANG DI JUAL


Toko buku ZANAFA menjual buku-buku dan barang-barang yang
berhubungan dengan pendidikan, yaitu Buku umum, buku agama,
buku pelajaran SD,SMS,SMA, Alat Tulis Kantor, Buku tulis, Majalah,
alat peraga, MP3, Kalkulator, alfalink dan lain-lain. Berdasarkan
katalog yang ada di program komputer sebagai pendukung
operasional toko buku Zanafa, saat ini sudah menjual 43.548 produk
(judul buku dan barang lainnya), setiap judul buku terdiri dari 5-10
eksemplar.

I. SISTEM MANAGEMENT
Managemen toko buku Zanafa menggunakan sistem komputerisasi,
pembukuan barang-barang yang masuk dan laporan penjualan
dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan membuat software
khusus yang dirancang dan dibuat oleh ahlinya. Sumber daya
manusia juga dipilih melalui seleksi dan dibina secara empirik, dengan
latar belakang pendidikan dari SMA/MA sampai sarjana (S-1)
management dan akutansi yang berkompeten.

J. ALAMAT
Alamat toko buku ZANAFA adalah:
Jl. HR. Subrantas Kompleks Metropolitan City(MTC)/Giant Blok A 39-
41 Tampan Pekanbaru Riau. Telp. 0761-589935, 0761-589936 Fax.
O761-589990 HP. 082387916640, Website: zanafa.com
Email: marketing@zanafa.com

Pekanbaru, Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai