Anda di halaman 1dari 38

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hujan
1. Pengisian Data Hujan yang Hilang
Perkiraan pengisian data hujan diperlukan untuk melengkapi data hujan
yang hilang akibat kesalahan dalam pengamatan stasiun hujan, kerusakan alat dan
kesalahan dalam pencatatan data. Pengisian data hujan ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil analisis yang akurat. Data hujan diperoleh dari Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai
Pusur Kabupaten Klaten.
2. Uji Konsistensi Hujan
Uji konsistensi hujan dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diolah adalah data yang konsisten atau tidak. Perhitungan ini dilakukan dengan
cara RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Uji konsistensi dilakukan pada
stasiun Keposong, stasiun Satrian, stasiun Cokrotulung, stasiun Polan, stasiun
Ponggok, stasiun Pundung, stasiun Bagor dan stasiun Delanggu.
Tabel V.1. Uji Konsistensi pada Stasiun Satrian
No Tahun Hujan Sk* Komulatif Dy Sk** │Sk**│
1 2006 613 -1148 -1148 703,21 -1,63255 1,63255
2 2007 2008 247 -901 703,21 -1,28142 1,28142
3 2008 688 -1073 -1974 703,21 -2,80692 2,80692
4 2009 1175 -586 -2560 703,21 -3,64027 3,64027
5 2010 2815 1054 -1506 703,21 -2,14145 2,14145
6 2011 2686 925 -581 703,21 -0,82608 0,82608
7 2012 1964 203 -378 703,21 -0,53743 0,53743
8 2013 2202 441 63 703,21 0,08967 0,08967
9 2014 1520 -241 -178 703,21 -0,25307 0,25307
10 2015 1469 -292 -470 703,21 -0,66834 0,66834
11 2016 2231 470 0 703,21 0,00000 0,00000
Jumlah 19371 7735
Xr 1761

Rtabel = R ( nilai R, lihat lampiran 1, Tabel 1)


= 1,148 = 4,295
Rhitungan = Sk**max – Sk**min

28
29

= 3,640 – (0,089) = 3,550


Qtabel = Q (nilai Q, lihat lampiran 1, Tabel 1)
= 1,295 = 3,807
Qhitungan = MAX(Sk**)
= 3,640
Dari perhitungan di atas diperoleh : Rhitungan = 3,550 < Rtabel = 4,295 jadi
data panggah dan Qhitungan = 3,640 < Qtabel = 3,807 jadi data panggah. Namun
terdapat beberapa data dari stasiun lain (lihat lampiran 2, tabel 1) yang tidak
konsisten, sehingga peneliti menggunakan data parsial series yaitu diambil 20
terbesar curah hujan harian rata-rata dari seluruh stasiun hujan yang ada.
3. Perhitungan Hujan Rata-rata
Metode yang digunakan untuk menghitung hujan rata-rata harian adalah
metode Polygon Theissen yaitu dengan mencari koefisien Theissen pada tiap
stasiun hujan.
Tabel V.2. Tabel Koefisien Theissen
Luas daerah tangkapan Koefisien Thiessen
No Nama Stasiun 2
(Ai)(km ) (Ci) (%)
1 Stasiun Satriyan 0,76 0,013
2 Stasiun Polan 6,54 0,110
3 Stasiun Bagor 12,33 0,207
4 Stasiun Keposong 18,50 0,311
5 Stasiun Cokrotulung 9,77 0,164
6 Stasiun Ponggok 6,55 0,110
7 Statsiun Pundung 0,01 0,000
8 Stasiun Delanggu 5,10 0,086
Jumlah ( Σ ) 59,56 1,00
Luas daerah dan luas tata guna lahan dihitung dengan menggunakan
software Arc GIS. Koefisien Theissen digunakan untuk mencari hujan rata-rata
harian total semua stasiun dengan mengalikan jumlah hujan per hari pada
masing-masing stasiun dengan koefisien Theissen masing-masing stasiun.
Sehingga, diperoleh hujan harian rata-rata tiap tahun sempel, kemudian diambil
20 data terbesar sebagai sempel data hujan harian rata-rata untuk perhitungan
analisis selanjutnya.
30

Gambar V.1. Poligon Thiessen

30
31

4. Analisis Frekuensi Hujan


Jenis sebaran atau distribusi curah hujan diperoleh dari analisis distribusi
frekuensi, dalam pelaksanaannya dilakukan dengan beberapa metode untuk
menemukan sebaran yang sesuai dengan data yang ada.
Tabel V.3. Analisis Frekuensi Curah Hujan
No Xi Xi - Xr ( Xi - Xr)2 ( Xi - Xr)3 ( Xi - Xr)4
1 105,906 45,725 2090,798 95602,231 4371435,101
2 84,931 24,750 612,581 15161,622 375255,909
3 72,932 12,751 162,600 2073,394 26438,839
4 66,448 6,267 39,279 246,169 1542,808
5 64,472 4,292 18,421 79,060 339,318
6 64,167 3,987 15,894 63,366 252,622
7 60,888 0,708 0,501 0,355 0,251
8 59,265 -0,915 0,838 -0,766 0,701
9 58,832 -1,348 1,817 -2,450 3,303
10 56,411 -3,769 14,205 -53,540 201,794
11 55,152 -5,029 25,289 -127,175 639,541
12 54,844 -5,337 28,481 -151,992 811,140
13 53,893 -6,288 39,535 -248,581 1562,993
14 53,447 -6,734 45,341 -305,306 2055,794
15 49,727 -10,453 109,274 -1142,286 11940,788
16 49,443 -10,737 115,286 -1237,848 13290,956
17 49,179 -11,001 121,029 -1331,481 14648,048
18 48,136 -12,044 145,063 -1747,170 21043,290
19 48,019 -12,162 147,908 -1798,811 21876,646
20 47,516 -12,664 160,383 -2031,136 25722,818
Jumlah 1203,607 0,000 3894,523 103047,655 4889062,659
Xr 60,180335
Keterangan :
Xi = 20 data curah hujan yang diurutkan dari curah hujan terbesar ke terkecil
Xr = Rata-rata curah hujan
1) Perhitungan Standar Deviasi (Sd)

= 14,317
32

2) Perhitungan Koefisien Kemencengan (Cs)

= 2,053
3) Perhitungan Koefisien Kurtosis (Ck)

= 0,400
4) Perhitungan Koefisien Variasi (Cv)

= 0,238
Tabel V.4. Perbandingan antara syarat distribusi dengan hasil perhitungan

Distribusi Syarat Hasil Hitungan Keterangan


Cs ≈ 0 2,053 > 0
Normal Tidak memenuhi
Cv = 3 0,400 < 3
Cs = 3 Cv 2,053 < 1,102
Log Normal Tidak memenuhi
Cs = 0,6 0,400 > 0,6
Cs ≈ 1,1396 2,053 > 1,1396
Gumbel Tidak memenuhi
Cv ≈ 5,4002 0,400 ≈ 5,4002
(Sumber : CD. Soemarto, 1995)
Karena ketiga metode tidak memenuhi maka digunakan metode distribusi
frekuensi Log Pearson III untuk perhitungan curah hujan rancangan.
33

5. Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi


1) Uji Smirnov - Kolmogorov
Data yang diketahui :
X = Curah hujan rencana
Tabel V.5. Analisis perhitungan Uji Smirnov - Kolmogorov
Hujan Peluang kejadian Peluang teoritis
m D
X (m/n+1)x100(%) (%)
105,906 1 4,76 1,72 3,04
84,931 2 9,52 6,00 3,52
72,932 3 14,29 13,50 0,79
66,448 4 19,05 22,00 2,95
64,472 5 23,81 25,00 1,19
64,167 6 28,57 26,50 2,07
60,888 7 33,33 34,00 0,67
59,265 8 38,10 38,00 0,10
58,832 9 42,86 39,00 3,86
56,411 10 47,62 48,00 0,38
55,152 11 52,38 53,00 0,62
54,844 12 57,14 56,80 0,34
53,893 13 61,90 61,92 0,02
53,447 14 66,67 64,00 2,67
49,727 15 71,43 92,00 20,57
49,443 16 76,19 90,00 13,81
49,179 17 80,95 92,00 11,05
48,136 18 85,71 98,00 12,29
48,019 19 90,48 97,00 6,52
47,516 20 95,24 99,00 3,76
Dmax = 20,57 %
Dkritis = 29,4 %
Persamaan yang digunakan dapat diterima, karena sesuai dengan
ketentuan yang harus dipenuhi yaitu nilai Dmax (20,57%) < Dkritis (29,4%).
Lihat lampiran 1, tabel 3.
2) Uji Chi Kuadrat
Berikut ini adalah analisis perhitungan uji Chi Kuadrat :
a. Mengurutkan data curah hujan dari yang terbesar ke yang terkecil atau
sebaliknya.
34

b. Menghitung jumlah kelas (G) dengan cara sebagai berikut :


G = 1 + 3,322 log N
= 1 + 3,322 log (20)
= 5,32 ≈ nilai G diambil 5 kelas
c. Menghitung Derajat Kebebasan (Dk)
Dk= G – (R+1)
= 5 – (2+1)
=2
R = banyaknya keterkaitan besar adalah 2.
d. Menghitung Nilai Ef
Ef = N/G
= 20/5 = 4
e. Menghitung Range (ΔR)
ΔR= (Xmax – Xmin) / (G – 1)
= (105,906 – 47,516) / (5-1)
= 14,597
f. Menghitung Xawal
Xawal = Xmin – (0,5 x ΔR)
= 47,516 – (0,5 x 14,597)
= 40,217
Tabel V.6. Perhitungan nilai χ2

Nilai Batas Tiap Kelas Ef Of (Ef-Of)2 (Ef-Of)2/Ef


40,217 < X < 54,8148 4 5 1 0,25
54,8148 < X < 69,4121 4 7 9 2,25
69,4121 < X < 84,0095 4 3 1 0,25
84,0095 < X < 98,6069 4 3 1 0,25
98,6069 < X < 113,2043 4 2 4 1
Jumlah 20 20 16 4,00
Menggunakan signifikansi (a) = 0,05 diperoleh harga Chi kuadrat kritis (χ2
cr ) = 5,991, lihat lampiran 1, tabel 4. Dari perhitungan diperoleh χ2
analisis (4,00) < χ2 cr kritis (5,991), maka distribusi memenuhi syarat
(dapat diterima).
35

140

Tr = 100 th
120

100
Tr = 50 Th

Hujan (mm)
Tr = 25 th
80
Tr = 10 th
Tr = 1,1111 th Tr = 5 th 60

Tr = 2 th
Tr = 1,0101 th 40

20

0
100,00 10,00 1,00

Probabilitas P = (m/n+1)x100 (%)

Gambar V.2. Ploting Probabilitas Hujan Rencana

35
36

6. Curah Hujan Rancangan


Analisis curah hujan rancangan dilakukan dengan menggunakan distribusi
frekuensi metode Log Pearson III. Berikut ini adalah analisis perhitungannya :
1) Perhitungan Standar Deviasi (Sd)

2) Perhitungan Koefisien Kemencengan (Cs)

3) Perhitungan Koefisien Kurtosis (Ck)

4) Perhitungan Koefisien Variasi (Cv)

5) Log XT = log Xr + k.Sd


Tr XT Xtr (mm)
1,01 1,656383 45,329725
1,11 1,678533 47,701593
1,25 1,696082 49,668576
2 1,748767 56,074641
5 1,831817 67,891777
10 1,889052 77,455439
25 1,961229 91,459476
50 2,014236 103,33223
37

Tabel V.7. Curah Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson III
No X Log X (Log X - Log Xr) (Log X - Log Xr)2 (Log X - Log Xr)3 (Log X - Log Xr)4 Probabilitas
1 105,9056 2,0249 0,2550 0,0650 0,0166 0,004230446 4,7619
2 84,9307 1,9291 0,1592 0,0253 0,0040 0,000642013 9,5238
3 72,9318 1,8629 0,0930 0,0087 0,0008 7,49059E-05 14,2857
4 66,4476 1,8225 0,0526 0,0028 0,0001 7,65121E-06 19,0476
5 64,4723 1,8094 0,0395 0,0016 0,0001 2,43121E-06 23,8095
6 64,1671 1,8073 0,0374 0,0014 0,0001 1,96208E-06 28,5714
7 60,8884 1,7845 0,0146 0,0002 0,0000 4,60521E-08 33,3333
8 59,2652 1,7728 0,0029 0,0000 0,0000 7,20868E-11 38,0952
9 58,8322 1,7696 -0,0003 0,0000 0,0000 5,35452E-15 42,8571
10 56,4113 1,7514 -0,0185 0,0003 0,0000 1,17627E-07 47,6190
11 55,1515 1,7416 -0,0283 0,0008 0,0000 6,44002E-07 52,3810
12 54,8436 1,7391 -0,0308 0,0009 0,0000 8,95207E-07 57,1429
13 53,8927 1,7315 -0,0384 0,0015 -0,0001 2,16438E-06 61,9048
14 53,4468 1,7279 -0,0420 0,0018 -0,0001 3,10112E-06 66,6667
15 49,7269 1,6966 -0,0733 0,0054 -0,0004 2,88588E-05 71,4286
16 49,4432 1,6941 -0,0758 0,0057 -0,0004 3,29763E-05 76,1905
17 49,1790 1,6918 -0,0781 0,0061 -0,0005 3,72166E-05 80,9524
18 48,1361 1,6825 -0,0874 0,0076 -0,0007 5,83897E-05 85,7143
19 48,0186 1,6814 -0,0885 0,0078 -0,0007 6,12781E-05 90,4762
20 47,5161 1,6768 -0,0930 0,0087 -0,0008 7,49505E-05 95,2381
Jumlah 35,3977 0,0000 0,1516 0,0180 0,005260047 1000,0000
Rata-rata (Xr) 1,770
38

B. Hidrograf Banjir

Gambar V.3. DAS Sungai Pusur


39

1. Analisis Curah Hujan Jam-jaman


Kejadian hujan yang digunakan adalah 5 jam, hal ini didasarkan pada
maksimum kejadian hujan yang ditentukan dari rumus modifikasi Mononobe
dalam Hadisusanto (2011). Kejadian hujan yang terjadi di lapangan diasumsikan
menyebabkan banjir selama 5 jam. Perhitungan intensitas curah hujan jam-jaman
dengan menggunakan rumus modifikasi Mononobe adalah :

dengan,
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)
t = lamanya hujan / durasi (jam)
Tabel V.8. Intensitas Hujan dengan metode Mononobe
Curah Hujan Maksimum 24 Jam (R24) (mm/24jam)
Durasi
1,0101 1,1111 1,25
(Jam) 2 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun 50 tahun
tahun tahun tahun
45,32973 47,70159 49,66858 56,07464 67,89178 77,45544 91,45948 103,33223
Intensitas Hujan dengan rumus Mononobe
1 26,50898 27,89606 29,04636 32,79265 39,70335 45,29622 53,48583 60,42905
2 16,69961 17,57342 18,29806 20,65807 25,01154 28,53483 33,69396 38,06792
3 12,74419 13,41103 13,96403 15,76506 19,08738 21,77615 25,71330 29,05126
4 10,52010 11,07056 11,52706 13,01377 15,75629 17,97582 21,22586 23,98129
5 9,06595 9,54032 9,93372 11,21493 13,57836 15,49109 18,29190 20,66645
Perhitungan selanjutnya untuk mengetahui hujan jam-jaman dilakukan
dengan menggunakan metode Alternating Block Metode (AMB). Perhitungan
dilakukan dengan cara memasang intensitas curah hujan maksimum di tengah
kemudian memasang curah hujan yang lain di atas dan di bawahnya.
Tabel V.9. Nilai ABM Periode Ulang 1,0101 Tahun
Lamanya Intensitas Intensitas Hujan
ABM
hujan (jam) Hujan (mm) Hujan (mm) Efektif
1 26,509 26,509 3,848 0,268
2 16,700 6,890 6,890 3,310
3 12,744 4,833 26,509 22,929
4 10,520 3,848 4,833 1,253
5 9,066 3,249 3,249 0,000
Jumlah 75,539 45,330
40

Kemudian dicari hujan efektifnya dengan cara mengurangkan nilai ABM


dengan banyaknya hujan yang meresap ke tanah (X). Nilai X diperoleh dari
perkalian antara intensitas hujan dengan koefisien limpasan (C) hujan total. Nilai
C diperoleh sesuai tataguna lahan ada di wilayah DAS. Nilai ABM pada periode
ulang yang lain dapat dilihat pada lampiran 2, tabel 2.

Gambar V.4. Grafik ABM Periode 1,0101 Tahun


2. Analisis Debit Banjir Rencana
Analisis debit banjir rencana dilakukan dengan metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu (HSS Nakayasu). Berikut ini adalah perhitungan HSS
Nakayasu :
Luas DAS = 59,56 km2
Panjang DAS = 18 km
1) Waktu Konsentrasi (Tg)
Tg = 0,4 + 0,058 L (L > 15 km)
= 0,4 + 0,058 (18)
= 1,444 jam
2) Satuan Waktu Hujan (Tr)
Tr = (0,5 Tg) – (1,0 Tg) ≈ 0,75 Tg
41

= 0,75 . 1,4440
= 1,083
3) Time to Peak (Tp)
Tp = 0,8 Tr + Tg
= 0,8 1,083 + 1,4440
= 2,314 jam
4) Koefisien Karakteristik DAS (a)

= 1,8624
5) Waktu dari Qp sehingga Debit Hidrograf 0,3Qp (T0,3)
T0,3 = a Tg
= 1,8624 . 1,4440
= 2,6894
6) Debit Puncak Banjir (Qp)

= 4,8913

Gambar V.5. Sketsa HSS Nakayasu


42

Hasil perhitungan Debit Banjir Rencana dengan metode HSS Nakayasu


akan menghasilkan kurva seperti gambar sketsa di atas. Perhitungan HSS
Nakayasu dapat dilihat pada lampiran 2, tabel 3.
C. Analisis Hidraulik Sungai
Analisis hidraulik sungai yang dilakukan sesuai data lapangan yang
dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan dan hasil analisis hujan yang
telah dilakukan.

3m

4m

9,2 m
56 cm

13 m

Gambar V.6. Tampang Melintang Sungai


Dari gambar di atas diperoleh besarnya luas tampang basah sungai (A) =
86,16 m2 dan keliling basah (P) = 32, 906 m. Sehingga, diperoleh jari-jari
hidraulik (R) sebesar 2,6183 m. Besarnya kemiringan dasar sungai (So) adalah
0,0005263 m, data ini diperoleh dari pengukuran pada peta Bakusortanal (Peta
Rupa Bumi Indonesia/RBI). Perhitungan kecepatan aliran sungai dilakukan
dengan menggunakan persamaan Manning, dengan koefisien Manning (n) =
0,035.
1. Kecepatan Aliran (v)

v = 1,2452 m/dt
43

2. Debit Existing Maksimal di Lapangan


Qmaks = A.v
= 86,16 x 1,2452
= 107,28693 m3/dt
Qmaks di atas jika disesuaikan dengan perhitungan HSS Nakayasu (lihat
tabel V.10), Qmaks hitungan berada di bawah kala ulang 1,0101 tahun. Debit
banjir maksimal yang diperoleh dari perhitungan data tampang sungai sebesar
Qmax = 107,2869 m3/dt. Sedangkan debit banjir rancangan yang diperoleh dari
perhitungan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu
adalah sebagai berikut :
Tabel V.10. Kala Ulang dan Debit Maksimum

Kala Ulang Qmax HSS Nakayasu


50 292,8504656
25 259,2022954
10 219,5139141
5 192,4098535
2 158,9192971
1,25 140,7640803
1,1111 135,1895179
1,0101 128,4674841
Sumber : Hasil perhitungan
Desain debit banjir awal adalah desain banjir dengan kala ulang 50
tahunan (Q50). Namun, dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa debit banjir
sungai tidak masuk dalam perhitungan debit rancangan menggunakan metode
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu, hal ini menunjukkan bahwa jika
debit banjir tetap di desain dengan kala ulang 50 tahun maka kemungkinan harus
dilakukan pelebaran sungai dan efek yang ditimbulkan adalah relokasi penduduk
dan memungkinkan terjadinya masalah sosial. Sehingga, peneliti menggunakan
data debit banjir existing yang terbesar yaitu 107,2869 m3/dt, untuk pengendalian
bangunan pelindung tebing di lokasi penelitian.
Perhitungan di atas merupakan analisis perhitungan pada saluran lurus,
sehingga perlu dianalisis pula kecepatan pada saluran berbelok. Menurut
44

Rozovkii dalam Kinori (1984) penambahan kecepatan pada saluran berbelok


adalah sebagai berikut :
a = 28 ° (diperoleh dari pengukuran pada Peta RBI)
dmax = 3,56 m (ketinggian aliran sesuai desain banjir)
g = 9,8 m/dt2
B = 26,2 m (lebar sungai)
R = 2,6183 m
n = 0,035 m-1/3dt
v = 1,2452 m/dt
Diperoleh koefisien Chezy (C) = 33,541 m1/2 dt dan Δ sebesar 0,14913
selanjutnya diperoleh Δ x 102 dari grafik distribusi kecepatan lihat lampiran 1
grafik 1, diperoleh Δ Vmax x 102 sebesar 7,52 ; 2x/B = 0,37 .
x = (0,37 x 100)/2 = 18,5 m
Kemudian gunakan grafik distribusi kecepatan lihat gambar III.4 , untuk
menentukan nilai vb/v, dari hasil pengamatan grafik diperoleh vb/v = 1,07 , jadi vb
= 1,33 m/dt. Besarnya tegangan geser yang ditimbulkan dari arus pada tikungan
sungai (τtikungan) dibandingkan dengan tegangan geser yang ditimbulkan dari arus
pada tampang lurus (τlurus) adalah sebesar 1,14. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa penambahan tegangan geser yang terjadi akibat tampang sungai yang
menikung adalah 14 % dan penambahan kecepatan akibat belokan sebesar 8 %.
45

D. Data Tanah dan Hasil Uji Klasifikasi Tanah


1. Uji Berat Jenis
Tabel V. 11. Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah
PEMERIKSAAN BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY )
SK-SNI-04-1989-F

KEDALAMAN CONTOH NOMOR CONTOH


NO. PIKNOMETER 1 2
BERAT PIKNOMETER + TANAH (W1) gr 370 361
BERAT PIKNOMETER (W2) gr 170 161
BERAT TANAH (WT=W1-W2) gr 200 200
SUHU o
C 28 28
PIKNOMETER + AIR + TANAH (W3) gr 791 781
PIKNOMETER + AIR PADA °C (W4) gr 670 662
( W1 - W2 ) + W4 (W5) gr 870 862
ISI TANAH (W5-W3) gr 79 81
BERAT JENIS 3
WT/(W5-W3) gr/cm 2,527 2,464
BERAT JENIS RATA-RATA 2,50

Jadi diperoleh berat jenis tanah adalah 2,5 gr/cm3


2. Uji Batas-batas Atteberg
Tabel V.12. Hasil Pengujian Karakteristik Tanah
PEMERIKSAAN BATAS-BATAS ATTERBERG

Batas Cair LL Batas Plastis


Banyak Pukulan 15 23 38 42 PL
A Nomor Cawan 1 2 3 4 1 2
B Berat Cawan gr 3,46 3,95 3,52 3,89 3,83 3,46
C Berat Cawan + Contoh Basah gr 16,45 12,02 12,69 14,09 4,84 5,33
D Berat Cawan + Contoh Kering gr 13,99 10,63 11,16 12,42 4,68 5,00
E Berat Air = C - D gr 2,46 1,39 1,53 1,67 0,16 0,33
F Berat Contoh Kering = D - B gr 10,53 6,68 7,64 8,53 0,85 1,54
G Kadar Air = (E/F) x 100% % 23,36 20,81 20,03 19,58 18,82 21,43
H Rata-rata % 20,94 20,13

Batas Susut SL
LL % PL % PI % SL %
A Nomor Cawan 1 2
B Berat Cawan gr 8,7 8,67
C Berat Cawan + Contoh Basah gr 47,89 45,86
20,94 20,13 0,82 16,56
D Berat Cawan + Contoh Kering gr 40,99 39,33
E Berat Air = B - C gr 6,90 6,53
F Brt Contoh Kering ( Wo ) = D - B gr 32,29 30,66
G Kadar Air ( w ) = (E/F)x100% % 21,37 21,30
H Isi contoh Basah ( V ) ml 21,5 21
I Isi Contoh Kering ( Vo ) ml 20 19,5
J Batas Susut ( LL ) = G-((H-I)/F)X100% % 16,72 16,41

Dari pengujian tersebut termasuk dalam simbol ML yaitu jenis tanah pasir
berbutir halus. Jadi jenis tanah adalah tanah Granuler (Pasir) berbutir halus.
Lihat lampiran 1, grafik 3)
46

3. Uji Direct Shear Test

Gambar V.7. Grafik Hasil Pengujian Direct Shear Test


Dari tabel di atas diperoleh persamaan y = 0,217X + 0,2119 sehingga
diketahui bahwa tg φ = 0,217. Jadi, φ (sudut gesek dalam) = 12,25°.
4. Uji Standard Proctor

Gambar V.8. Grafik Hasil Pengujian Standard Proctor


Jadi dari grafik di atas diperoleh besarnya γb = 1,895 gr/cm3, maka dapat
dihitung besarnya γ’ = 0,935 gr/cm3.
47

E. Kriteria Pemilihan Bangunan


Jenis bangunan yang digunakan untuk pelindung tebing adalah tipe
struktur, yang ditinjau dari kriteria pemilihan bangunan sebagai berikut :
Tabel V.13. Kriteria Pemilihan Bangunan

Kriteria Pemilihan Langsung (1) Tidak Langsung (2)


Longsoran, erosi,
Permasalahan Erosi, gerusan
gerusan
Tingkat permasalahan Mendesak Tidak mendesak
Dampak kerusakan Tinggi Rendah
Kawasan yang Pemukiman, jalan,
Sawah, perkebunan
dilindungi bangunan
Arus Sungai - Mengarah ke tebing

Pada pemilihan jenis bangunan yang harus digunakan, penulis membagi


lokasi penelitian menjadi tiga daerah (lihat gambar V.18) yaitu Daerah A, Daerah
B, dan Daerah C.
Pada Daerah A bangunan yang mendukung untuk digunakan yaitu dinding
penahan tanah, turap (sheetpile), bronjong kawat dan dump stones. Namun, jika
disesuaikan dengan kondisi lapangan di Daerah A bangunan yang paling cocok
digunakan adalah bangunan bronjong kawat karena kawasan yang dilindungi
adalah daerah persawahan dan permasalahan erosi yang terjadi tidak mendesak
dan dampak kerusakannya rendah, sehingga dibutuhkan bangunan yang paling
efisien dari segi teknis dan bahannya.
Jika digunakan dinding penahan tanah dan turap secara teknis dan bahan
yang digunakan bangunan tersebut relatif mahal, untuk penggunaan dump stones
tidak disarankan karena kondisi kemiringan lahan sangat curam sehingga
dikhawatirkan kemungkinan bangunan menjadi tidak stabil terhadap tegangan
geser aliran sangat tinggi.
Pada Daerah B bangunan yang mendukung untuk digunakan sebagai
pelindung tebing yaitu dinding penahan tanah, turap (sheetpile), krib, bronjong
kawat dan dump stones. Namun, jika disesuaikan dengan kondisi lapangan di
Daerah B bangunan yang paling cocok digunakan adalah bangunan krib, kawasan
yang dilindungi adalah daerah persawahan dan pemukiman, permasalahan erosi
48

yang terjadi tidak mendesak dan dampak kerusakannya rendah, sehingga


dibutuhkan bangunan cocok untuk melindungi tebing dengan efek jangka panjang
yang diharapkan mampu memperbaiki kondisi tebing yang rusak dengan
mengendapkan angkutan sedimen sehingga tebing kembali ke kondisi semula.
Bangunan lain tidak efektif digunakan karena jika digunakan dinding
penahan tanah dan turap secara teknis dan bahan yang digunakan bangunan
tersebut relatif mahal, untuk penggunaan dump stones tidak disarankan karena
kondisi kemiringan lahan curam dan menikung sehingga dikhawatirkan
kemungkinan bangunan menjadi tidak stabil terhadap tegangan geser aliran sangat
tinggi yaitu trgangan geser akibat tampang sungai lurus dan penambahan tegangan
geser akibat tampang menikung. Pemasangan bronjong kawat mungkin untuk
dilakukan, namun karena peneliti menilai pemasangan krib lebih menguntungkan
karena efeknya jangka panjang maka peneliti lebih menyarankan penggunaan krib
untuk mengatasi permasalahn gerusan di Daerah B.
Pada Daerah C bangunan yang mendukung untuk digunakan yaitu krib dan
turap (sheetpile). Namun, jika disesuaikan dengan kondisi lapangan di Daerah C
bangunan yang paling cocok digunakan adalah bangunan turap (sheetpile), karena
permasalahan erosi yang terjadi mendesak dan dampak kerusakannya tinggi,
kawasan yang dilindungi adalah pemukiman dan arus sungainya pun mengarah ke
tebing yang mengakibatkan terjadinya longsoran. Oleh karena itu, dibutuhkan
bangunan dengan tingkat keamanan tinggi untuk segera digunakan dalam
menangani masalah yang terjadi di daerah tersebut.
Hasil dari pemilihan bangunan yang sesuai dengan daerah yang dibagi di
atas merupakan bangunan yang dipakai untuk mengatasi masalah gerusan tebing
yang ada di lapangan. Kemudian, peneliti melakukan perhitungan secara teknis
untuk menentukan desain bangunan yang aman digunakan di lapangan. Analisis
yang dilakukan akan dijelaskan pada poin F yaitu analisis bangunan pelindung
tebing dan stabilitas bangunan.
49

Gambar V.9. Pembagian Daerah


50

F. Analisis Bangunan Pelindung Tebing dan Stabilitas Bangunan


1. Analisis Perhitungan
a. Dump Stones

2,3 m

H 0,45 m

1m
Gambar V.10. Desain Bangunan Dump Stones
Perhitungan Diameter Butiran Batu
dmax = 3,56 m ketinggian air maksimum
So = 0,000526316 m kemiringan dasar sungai
3
γcr = 26,50 kN/m
3
γw = 10,0 kN/m tabel berat jenis batu pecah
2
g= 9,8 m/dt
D= 0,002 m
υ = 0,000001007 m/dt Suhu 20°
Re* = 269,13
Ψcr = 0,9
Δ= 1,7
Lihat grrafik Shields τc/(γs-γa)gd = 0,9
1. Analisis Stabilitas Dump Stones tegangan geser
3
τc = 0,2911 kN/m
3
τo = 0,1836 kN/m
τo < τcr maka butiran diam atau stabil
51

2. Analisis Stabilitas Dump Stones kecepatan gesek


u* = 0,1355 m/dt
u*c = 0,1706 m/dt
u* < u*c maka butiran diam atau stabil

Kontrol Re
Re*c = 338,838
Ψcr' = 1,000
Ψcr < Ψcr' maka butiran diam atau stabil

3. Stabilitas Bangunan terhadap Daya Dukung Tanah


Data :
2
g= 9,8 m/s
φ= 12,25 ° sudut gesek dalam tanah
θ = 60 ° sudut kemiringan dump stones
Nc = 11,085
Tabel nilai faktorkapasitas dukung Terzhagi
Nγ = 1,785
Gs = 2,5 kN/m3 Pengujian tanah
Perhitungan
γb = 18,950 kN/m3 volume tanah basah tanah
B= 1+2,3.Cos φ2 = 2,150 m
3
qu = 0,5 B.γ.Nγ = 36,363 kN/m
Berat Volume Batuan
H= 0,45 m
γcr = 26,50 kN/m3 berat volume batu
3
q= γb x H = 11,93 kN/m

SF = 3,05 > 3 Aman

Jadi tanah dapat menopang beban batuan


52

b. Dinding Penahan Tanah


2m
B1

2 m H1
P1
1

2 H2
2m
P2

H3 P3 P4
P6 P5 3

4m 2m 2m
B2 B3 B1

8m
B4

Gambar V.11. Desain Bangunan Dinding Penahan Tanah

Data lapangan :
3
φ1 = 12,245 ° γw = 10 kN/m
3
γb = 18,95 kN/m φ2 = 35 °
3
γcr = 24 kN/m Ka = 0,7
3
γ' = 9,7721 kN/m Kp = 1,5
Nq = 33,3 Nγ = 34
Analisis Perhitungan
1) Tekanan Tanah Aktif
P1 = 1/2.γb.H12.Ka = 24,636
P2 = γb.Ka.H1(H2+.H3) = 24,636 H3 + 49,272
2 2
P3 = 1/2.γ'.Ka.(H2+H3) = 3,18 H3 + 12,704 H3 + 12,704
2 2
P4 = 1/2.γw.(H2+H3) = 5,00 H3 + 20,000 H3 + 20,000
2
Pa = 8,18 H3 + 57,340 H3 + 106,612

2) Tekanan Tanah Pasif


2
P5 = 1/2.γ'.H32 .Kp = 7,52 H3
2
P6 = 1/2 γw.H32 = 5,00 H3
2
Pp = 12,52 H3
53

Pa - Pp =0
2
Pa = 8,18 H3 + 57,340 H3 + 106,612
2
Pp = 12,52 H3
Gempa = 18,2 H3 + 27,8
2
ΣPh = -4,34 H3 + 75,540 H3 + 134,412

3) Beban Akibat Berat Bangunan dan Tanah


W1 = (H1+H2).B1.γcr = 192,00
W2 = (H1+H2)/2.B2.γcr = 96,00
W3 = H3.B3.γcr = 192,00 H3
Up = (H3+(H2+H3)/2*γw = 10,00 H3 10,00
= 182,00 H3 + 278,00
# Analisis Kestabilan terhadap Penggeseran dan Gempa

Triall H3 = 3,0

W-Up = 182,00 H3 + 278,00 = 824 kN


2
ΣPh = -4,34 H3 + 75,540 H3 + 134,41 = 321,97 kN
2
Pp = 12,52 H3 = 112,65 kN
tan 2/3 δ = 0,43

Maka Kestabilan terhadap Penggeseran adalah

SFgs = 1,5 = 1,5 Aman


Bangunan aman terhadap bahaya penggeseran

# Stabilitas terhadap Daya Dukung Tanah


Xe = (ΣMr-ΣMgl)/ΣW = 3,638886713
e = B/2 - Xe = 0,361113287 e < B/6 1,333333
54

B' = B - 2e = 7,277773426
L' = L - 2e = 0,277773426
dq = 1+2.Df/B.tanφ(1-sinφ)2 = 1,095492758
dγ = = 1
sq = 1+ (B'/L') sin φ = 16,02792907
sγ = 1 - 0,4 (B'/L') = 9,480157912 ≥ 0,6

qu = 55414,30818 kN

e < B/6

qmak = 130,8960014 < qu = 55414, 3 kN


Aman
qmin = 75,10399859 > 0
Bangunan aman / tahan terhadap daya dukung tanah, karena tanah mampu
menopang bangunan
# Stabilitas terhadap Penggulingan

SFgl = 4,8 > 2 (Aman)


Bangunan aman terhadap bahaya penggulingan
55

c. Bronjong Kawat
1,0 m
I
P1
H1 1 m
m.a.t

H2 2 m P2
H3 II
III P3 IV P4
P6 P5 1,5 m

O
2m
Gambar V.12. Desain Bangunan Bronjong Kawat

Data :
2
g= 9,8 m/dt
φ= 12,25 °
Nq = 3,0425
Nγ = 0,6675
3
γb = 1,895 ton/m
3
γcr = 2,65 ton/m
3
γ' = 0,977 ton/m
3
γw = 1 ton/m

Penyelesaian :
1. Tekanan Tanah Lateral pada Tanah Granuler (Pasir)
Ka = 0,650
Kp = 1,538

1) Tekanan Tanah Aktif


Tekanan Gaya Lengan Momen
Daerah 2
(ton/m ) (ton/m) terhadap O (tonm)
I 1,232 0,616 2,833 1,745
II 1,232 3,080 1,250 3,849
III 1,588 1,985 0,833 1,654
IV 2,500 2,500 0,833 2,083
ΣMgl = 9,332
56

2) Tekanan Tanah Pasif


Tekanan Gaya Lengan Momen
Daerah
(ton/m2 ) (ton/m) terhadap O (tonm)
V 3,007 3,007 0,667 2,004
VI 2,000 2,000 0,667 1,333
ΣPh = 3,174

3) Beban yang ditimbulkan bangunan


Beban Lengan Momen
Daerah
(ton/m) terhadap O (ton)
A 21,20 1,75 37,10
B 11,93 1,25 14,91
C 5,30 0,75 3,98
D 1,33 0,25 0,33
ΣW = 39,75 ΣMr = 56,31
1. Stabilitas terhadap Penggulingan

SFgl = 6,0 >2

2. Stabilitas terhadap Penggeseran

SFgs = 3,5 > 1,5


3. Stabilitas terhadap Keruntuhan Daya Dukung Tanah

Xe = 1,1819002 iq = 1
e= 0,0680998 < B/6 0,4166667 iγ = 1
B' = 2,36380041 dq = 1,2156
L' = 1,86380041 dγ = 1
sq = 1,26900085 Df = H3 = 2m
sγ = 0,493 ≥ 0,6 ok

2
qu = 21,8125484 ton/m
57

qu = 21,8125484 ton/m2

e < B/6

qmak = 18,4986882 < qu Aman


qmin = 13,3013118 > 0

2. Turap (Sheetpile)
_

5m 5 P1

5m
5

P2

Pa
D D Pp P3

Gambar V.13. Desain Struktur Dinding Papan Turap

Data lapangan :
3
φ1 = 12,25 ° γw = 10,00 kN/m
3
γb = 18,950 kN/m φ2 = 35 °
3
γcr = 24,00 kN/m Ka = 0,650
3
γ' = 9,772 kN/m Kp = 1,538
Nq = 3,0425 Nγ = 0,6675
58

Analisis Perhitungan
1) Tekanan Tanah Aktif dan Pasif
P1 = 1/2.γb.H12.Ka = 153,9753
P2 = γb.Ka.H2.(H2+D) = 61,59014 D + 307,9507
2
P3 = 1/2.γ'.Ka.(H2+D)2 = 3,176057 D + 31,76057 D + 79,40141
2
Pa = 3,176057 D + 93,3507 D + 541,3274

Pp = 1/2.γ'.Kp.D
2
= 7,51665 D2
ΣPh = -4,34059 D2 + 93,3507 D + 541,3274
M1 = 1/3.H1+(H2+D) x 153,9753 D+ 1026,502
2
M2 = 1/2.(H2+D) x 30,79507 D + 307,9507 D+ 769,8767
M3 = 1/3.(H2+D) x 1,058686 D3 + 15,88028 D2 + 79,40141 D+ 132,3357
3 2
1,058686 D + 46,67535 D + 541,3274 D+ 1928,715

3
M4 = 1/3 . D x 2,50555 D
ΣMgl = 3,564236 D3 + 46,67535 D2 + 541,3274 D+ 1928,715
= 6038,847 kN

Triall D = 6 m
Panjang total (L) = 16 m

Momen yang mampu ditahan adalah 6038,847 kN

3. Krib
Menurut Ernawan dalam Humairoh (2014) jarak antar krib dinyatakan
sebagai berikut :

dengan
a = 0,1 (parameter empiris)
C = koefisien Chezy = 33,541 m1/2 dt
h = nilai tengah kedalaman air (1/2 * 3,56 = 1,78 m)
g = percepatan gravitas ( 9,8 m/dt2)
maka jarak antar krib adalah :
59

2. Analisis Pembahasan
Penelitian ini menggunakan data lapangan yaitu data hujan, data tampang sungai,
dan tanah dari lokasi penelitian.
a. Dump Stones
Analisis perhitungan dump stones dilakukan dengan menentukan terlebih
dahulu diameter batuan minimum yang kuat, sesuai dan aman digunakan dalam
struktur. Selanjutnya, dilakukan perhitungan stabilitas struktur dump stones yang
sesuai dengan syarat aman yang harus dipenuhi.
Bangunan Dump Stones yang direncanakan adalah bangunan yang
tersusun dari tumpukan batu pecah yang disusun sedemikian rupa sehingga
dengan kemiringan rencana dan didesain sesuai dengan kondisi lapangan.

Gambar V.14 Pemasangan Dump Stones di lapangan


 Keuntungan menggunakan bangunan Dump Stones :
1. Material mudah didapat.
2. Pengerjaannya mudah.
3. Efektif untuk mengatasi gerusan pada penampang yang relatif lurus.
4. Tidak memerlukan alat berat yang terlalu banyak dalam pengerjaan.
60

 Kelemahan menggunakan bangunan Dump Stones :


1. Tidak efektif untuk mengatasi gerusan pada penampang berbelok belok.
2. Efektif untuk dibangun pada lereng dengan kemiringan landai, karena
namun boros.
b. Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah yang digunakan didesain sesuai dengan desain
kedalaman banjir yang direncanakan yaitu 3,56 m dan diambil tinggi 4 m, bahan
yang digunakan adalah pasangan batu kali.

Gambar V.15 Pemasangan Dinding Penahan Tanah di lapangan


 Keuntungan menggunakan bangunan Dinding Penahan Tanah
1. Dapat digunakan untuk mengatasi gerusan pada tampang sungai yang
leratif lurus, namun juga masih aman untuk menangani pada tampang
belokan ringan.
2. Lebih kuat, karena terbuat dari material batu dan adukan beton.
 Kelemahan menggunakan bangunan Dinding Penahan Tanah
1. Tidak efektif digunakan pada penampang belokan besar .
2. Memerlukan alat berat untuk melakukan galian, namun sesuai kondisi
lapangan alat berat sulit menjangkau lokasi.
61

c. Bronjong Kawat
Bronjong kawat merupakan bangunan yang tersusun dari batu yang
didesain sedemikian rupa yang diikat dengan kawat anyaman.

Gambar V.16. Pemasangan Bronjong Kawat di Lapangan


 Keuntungan menggunkakan bangunan Bronjong Kawat
1. Mudah dalam pengerjaan.
2. Mudah dalam menjangkau lokasi.
3. Efektif digunakan pada ketinggian lereng yang sedang.
 Kerugian menggunkakan bangunan Bronjong Kawat
1. Hanya efektif digunakan pada lereng dengan ketinggian sedang.
2. Kurang efektif digunakan pada daerah tikungan yang besar.
3. Tidak tahan lama ( ± 2 – 3 tahun).
d. Turap (Site Pile)
Analisis bangunan turap dilakukan dengan menentukan kedalaman
penetrasi dinding turap terlebih dahulu, kemudian dilakukan perhitungan tekanan
lateral tanah dan stabilitas bangunan terhadap penggulingan. Nilai D triall adalah
nilai hasil perhitungan D yang sudah dikalikan faktor aman 1,2 untuk kedalaman
penetrasi turap di atas.
62

Gambar V.17 Pemasangan Turap Precast di Lapangan


 Keuntungan menggunakan bangunan Turap
1. Mampu menahan gerusan dengan tinggi lereng yang sesuai lapangan.
2. Efektif digunakan pada semua bentuk penampang sungai dari tampang
lurus sampai tampang berbelok.
 Kelemahan menggunakan bangunan Turap
1. Perlu alat berat untuk melakukan penanaman turap yang cukup dalam ( ±
2 meter), sedangkan alat berat sulit mencapai lokasi.
2. Sulit dalam pengerjaan.
3. Biaya mahal karena terbuat dari beton bertulang.
e. Krib
Krib yang direncanakan adalah tipe krib impermiabel dengan posisi tegak
lurus terhadap arus, peneliti tidak melakukan perhitungan mengenai bagaimana
tipe krib ini yang digunakan, peneliti memilih tipe krib tersebut dengan mengacu
pada penelitian yang dilakukan Ukiman (2006), Humairoh (2014), dan Sunaryo
(2010) yang menyatakan bahwa pemasangan krib dengan posisi tegak lurus
dengan aliran lebih baik dalam menangani gerusan pada tikungan sungai.

Gambar V.18. Posisi Krib terhadap Arus Sungai


63

Gambar V.19. Pemasangan Krib pada Sungai


Jadi penempatan krib disarankan dengan jarak kurang dari 10,218 m antar
krib satu dengan yang lain.
 Keuntungan menggunakan bangunan Krib :
1. Efektif untuk meredam kecepatan pada daerah tikungan sungai.
2. Efektif digunakan untuk membelokkan aliran arus sungai.
3. Menlindungi tebing dari gerusan pada tikungan luar sungai.
4. Memungkinkan terjadinya sedimentasi pada tikungan bagian sungai
yang dilindungi sehingga dapat memperbaiki atau mengembakikan
tebing ke kondisi semula.
 Kelemahan menggunakan bangunan Krib :
1. Belum sempurnanya penelitian tentang analisis bangunan krib.
2. Dapat mengakibatkan gerusan di daerah hilir bangunan.
Dari hasil analisis di atas diketahui bahwa bangunan pelindung tebing
yang digunakan sebagai alternatif penanganan erosi tebing di Sungai Pusur adalah
aman. Kemudian, hasil analisis digunakan untuk mendukung pemilihan bangunan
yang disesuaikan dengan kriteria pemilihan. Hasil pemilihan banguanan sesuai
kriteria pemilihan dapat digunakan untuk mengatasi gerusan tebing sesuai daerah
yang telah dibagi di lapangan dengan hasil sebagai berikut :
64

Tabel V.14 Hasil Pemilihan Bangunan dan Analisis Bangunan


Analisis Perhitungan
Pemilihan
No Daerah dan Stabilitas Keterangan
Bangunan
Bangunan
1 Daerah A Bronjong Kawat Aman Memenuhi
2 Daerah B Krib Aman Memenuhi
3 Daerah C Turap (sheetpile) Aman Memenuhi

Sehingga pemilihan bangunan yang cocok disetiap daerah yang dibagi,


dapat digunakan untuk mengatasi gerusan yang terjadi di lapangan.
66

Gambar V.20. Lokasi dan penempatan bangunan sesuai hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai