ID Implikasi Mobilitas Penduduk Dan Gaya Hidup Seksual Terhadap Penularan Hivaids PDF
ID Implikasi Mobilitas Penduduk Dan Gaya Hidup Seksual Terhadap Penularan Hivaids PDF
Dewi Rokhmah
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
The availability of modern transportation and communication caused revolution popu-
lation mobility. Research problem was how the implications of population mobility and
sexual lifestyles to HIV/AIDS transmission in Jember. Research purpose was to analyze
the implications of population mobility and sexual lifestyles to HIV/AIDS transmission.
Mixmethod research with quantitative and qualitative, using secondary data sources to
examine documents and through indept interview on NGO of HIV/AIDS field personnel
in Jember district. The results showed that many current residents who do vertical mobility
with change from farmers to factory worker or other work in urban areas. This allows the
men who have sex before marriage or have sex with female sex workers, while the women
who mobilized to the town faced with “survival sex “ because they do not have adequate
skills and education. Currently in Jember has identified illegal localization totaling 15
points and the number of people with HIV/AIDS is increasing every year. The conclusions,
population mobility and sexual lifestyle have implications with HIV/AIDS transmission.
184
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5- 9
0- 4
10 05 00 05 10
Persentase
Gambar 1. Piramida Penduduk Kabupaten Jember 2009
185
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176
lam mencukupi kebutuhan sehari-hari anggota untuk jangka waktu yang lama bila dibanding-
keluarga, termasuk di dalamnya biaya pendidi- kan dengan seluruh negara di dunia (Hugo,
kan dan kesehatannya. Dalam rangka meme- 2001).
nuhi kebutuhan hidupnya, tidak jarang kepala
keluarga harus mencari nafkah ke luar kota (2) Mobilitas penduduk dan gaya hidup sek-
atau luar pulau dalam beberapa waktu tertentu sual beresiko
(mobilisasi). Sementara pekerjaan sebagai pe- Sebagai buruh migran yang bekerja di
tani tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup, sektor industri, konstruksi atau transportasi
karena uang baru didapat setelah masa panen (sopir), para penduduk musiman ini memi-
dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan se- liki tingkat penghasilan yang lebih tinggi jika
kali. dibandingkan dengan mereka yang bertahan
Mobilisasi penduduk tidak hanya secara hidup di desa sebagai petani. Hal ini seperti
vertikal, tetapi juga secara horisontal, dengan diungkapkan oleh responden dari LSM pen-
meninggalkan pekerjaan sebagai petani untuk damping ODHA berikut ini :
menjadi buruh pabrik atau pekerjaan lain di
daerah perkotaan, bahkan sampai ke luar Pulau .....Orang-orang di desa sudah enggan
Jawa. Yang termasuk dalam mobilitas horizon- kerja di sawah. Mereka lebih memilih
tal adalah perpindahan penduduk secara teri- kerja di Kota sebagai buruh pabrik, kuli
torial, spasial atau geografis, sedangkan mobili- bangunan atau sopir, karena gajinga lebih
tas vertikal dikaitkan dengan perubahan status banyak dan didapat setiap seminggu seka-
sosial dengan melihat kedudukan generasi. Mo- li...Kalau bertani kan pegang uang kalau
bilisasi tidak hanya dilakukan oleh penduduk pas panen saja selama kurang lebih tiga
laki-laki tetapi juga oleh penduduk perempu- bulan sekali...(WK, 41 tahun )
an. Dengan bekal tingkat pendidikan yang ti-
dak memadai, maka alternatif pekerjaan seba- Gaji yang mereka dapatkan setiap minggu
gai buruh migran seperti buruh pabrik, kuli sebagian mereka gunakan untuk biaya hidup
bangunan, sopir, pramuniaga adalah pilihan serta sebagian ditabung untuk dikirimkan ke-
mereka. Bagi laki-laki, menjadi buruh migran pada keluarga di desa. Namun tidak semua bu-
memungkinkan mereka untuk mendapatkan ruh migran dapat konsisten mempertahankan
uang lebih mudah dari pada jadi petani. Karena kebiasaan ini. Karena hidup di kota perantauan
gaji mereka dapatkan setiap minggu, cukup un- jauh dari keluarga, yang berarti pula tidak ada
tuk mengirim sebagian uang kepada keluarga kontrol dari orang terdekat. Hal ini diperparah
di desa. Sedangkan bagi perempuan, kebutu- lagi dengan kemudahan akses tehnologi infor-
han di kota tidak dapat tercukupi dari gaji se- masi (internet dan handphone) serta transpor-
bagai buruh pabrik. Akibatnya mereka terjebak tasi yang ada di kota. Terutama para laki-laki,
pada kondisi “survival sex”. Yaitu memiliki pe- mereka cenderung untuk menggunakan uang
kerjaan sambilan menjadi perempuan pekerja gaji mereka untuk melakukan transaksi seks
seks untuk dapat bertahan hidup di Kota. dengan perempuan PSK (Pekerja Seks Komersial)
Sebagain besar penduduk Indonesia di tempat pelacuran. Ada indikasi di Kabupaten
merupakan pelaku migran. Mereka memilih Jember, tempat-tempat pelacuran ilegal (terse-
hidup berpisah dari keluarga dalam beberapa lubung) banyak ditemukan di daerah dekat
waktu tertentu untuk mencari nafkah atau be- pabrik atau tempat pemberhentian sementara
kerja di luar kota bahkan luar pulau. Kondisi ini truk atau bus antar kota. Hal ini seperti diung-
terjadi karena di desa atau di kota tempat me- kapkan oleh petugas dari LSM Laskar berikut
reka tinggal tidak dapat menyediakan lapangan ini :
pekerjaan dengan upah yang mereka inginkan. ...saat ini banyak kita temukan tem-
Rakyat Indonesia memiliki tingkat mobilitas pat prostitusi terselubung yang ada di
tinggi jika diukur dengan standar internasional warung-warung lesehan tempat sopir
dan kecenderungan ini terus meningkat. Indo- truk antar kota berhenti...mereka (PSK)
nesia memiliki jumlah buruh migran non per- tidak secara langsung menawarkan diri,
manen terbesar yang tinggal jauh dari keluarga tapi dari menemani minum kopi dulu...
186
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176
187
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176
untuk Pekerja Seks Komersial dan Penutupan litan mencari klien terlihat lebih besar diban-
Prostitusi di Kabupaten Jember. Akibatnya ke- dingkan dengan WPS di lokalisasi sehingga
bermunculan lokalisasi ilegal baik di warung dapat disimpulkan bahwa posisi tawar mereka
lesehan pinggir jalan, di cafe atau diskotik, sangat rendah dengan klien (Lokollo, 2010) .
serta di hotel atau losmen. Kondisi ini di satu Hal ini diperkuat dengan perilaku penggu-
sisi lebih memudahkan para laki-laki hidung naan kondom dikalangan WPS yang rendah.
belang untuk melakukan transaksi seksual. Ka- Keberadaannya WPS sulit diidentifikasi se-
rena tempat prostitusi terselubung bebas dari mentara transaksi seks diantara mereka cukup
kontrol masyarakat. Berbeda apabila lokalisasi tinggi dan rawan terkena IMS dan HIV/AIDS
sudah legal, maka laki-laki yang memasuki (Widyastuti, 2007).
wilayah tersebut harus siap mendapat stigma Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari
dari masyarakat sebagai laki-laki yang tidak tiga juta laki-laki di Indonesia yang merupakan
bermoral. pelanggan penjaja seks perempuan (kisaran
Dampak dari banyaknya lokalisasi ilegal, 2.324.660-3.981.180) (Departemen Kesehatan
tidak adanya kontrol dari keluarga terdekat me- 2011). Meningkatnya risiko infeksi HIV sering
mungkinkan orang untuk melakukan transaksi dihubungkan dengan beberapa jenis mobilitas,
seksual dengan perempuan pekerja seks. Se- meskipun bukti temuan dari penelitian masih
hingga menyebabkan penyebaran dari penyakit sangat terbatas. Hal ini termasuk migrasi ke
HIV/AIDS semakin mudah. Pola pekerjaan kota, perputaran beberapa jenis pekerjaan seperti
WPS yang ilegal dianggap ilegal pula secara pengangkutan, perikanan dan kelautan (Hugo,
hukum sehingga ada rasa ketidaknyamanan dan 2001).
ketdakamanan ketika mereka bekerja, kesu- Kabupaten Jember adalah Kabupaten di
188
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176
Jawa Timur yang memberikan kontribusi jum- meningkat secara tajam. Data HIV/AIDS di Ka-
lah penderita HIV/AIDS yang cukup tinggi bupaten Jember mencapai 982 orang. Berdasar-
setelah Kota Surabaya dan Malang. Penularan kan faktor risiko, terdapat 84,11% yang ditular-
infeksi HIV melalui hubungan seksual meru- kan secara heteroseksual. Dari sisi umur, usia
pakan yang paling banyak terjadi (Adisasmito, 25-49 tahun 71,89%, usia 20-24 tahun 16,19%.
2010). Hal ini terjadi pada ibu rumah tangga Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan, ibu ru-
yang tidak bekerja sebagai PSK atau memi- mah tangga (IRT) menempati urutan pertama
liki aktifitas penggunan narkoba suntik, telah yaitu 23,42%, disusul oleh penjaja seks (WPS)
ditularkan oleh suami yang sering membeli dan wiraswasta yaitu masing-masing 15,58%.
seks pada PSK di lokalisasi ilegal. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Adisasmito (2010) yang Daftar Pustaka
mengungkapkan bahwa wanita usia subur bi-
asanya tertular HIV melalui hubungan heterosek- Adisasmito, W. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT
sual. RajaGrafindo Persada
Data HIV/AIDS berdasarkan kelompok Elisa, Desak M.P., Iis S. 2012. Pengalaman Ibu yang
umur menunjukkan bahwa di Kabupaten Jem- Terdeteksi HIV Tentang Dukungan Keluarga
ber kasus HIV/AIDS didominasi oleh mereka Selama Persalinan. Jurnal Kemas, 8(1): 35-41
Hugo, G. 2001. Mobilitas penduduk dan HIV/AIDS
yang berusia produktif dan dalam usia seksual
di Indonesia. Bangkok : UNDP South East
aktif yaitu pada usia 20-49 tahun. Usia produk- Asia HIV and Development Project.
tif dan seksual aktif memungkinkan seseorang José, Ricardo. 2006. Vulnerability, Human Rights,
dapat menularkan HIV/AIDS secara lebih mu- and Comprehensive Health Care Needs
dah melalui hubungan seksual. of Young People Living With HIV/AIDS.
Dalam Strategi Nasional 2007-2010 (ba- American Journal of Public Health, 96(6):
gian 1,2,3) melaporkan bahwa HIV secara tidak 1001-1006
proporsional mempengaruhi kaum muda dan Kenderwis & Yustina I. 2009. Kemampuan Tawar
mereka yang berusia produktif (94 % dari kasus Pekerja Seks Komersial Dalam Penggunaan
HIV yang terjadi menimpa kelompok umur Kondom Untuk Mencegah Penularan HIV/
AIDS di Kabupaten langkat. Majalah Keseha-
produktif antara 19-49 tahun) sehingga epide-
tan Masyarakat Indonesia,34(3): 133-140
mi HIV/AIDS akan berpengaruh besar terha-
KPA Nasional, 2008. Strategi Komunikasi Penanggu-
dap ketersediaan dan produktifitas tenaga ker- langan HIV dan AIDS di Indonesia. Jakarta :
ja, juga berimbas kepada problem kemiskinan KPAN.
yang bertambah parah dan disparitas ekonomi Lokollo, F.Y. 2010. Perilaku Wanita Pekerja Seksual
yang disebabkan oleh imbas dari epidemi HIV Tidak Langsung Dalam Pencegahan IMS,
dan AIDS terhadap individu dan juda ekonomi HIV dan AIDS di Pub dan Karaoke, Cafe dan
negara (KPAN, 2008). Diskotik di Kota Semarang. Jurnal Promosi
Kresehatan Indonesia, 5(1)
Penutup Lurie, M.N et al. 2003. The Impact of Migration on
HIV-1 Transmission in South Africa : A Study
of Migrant and Non Migrant Men and Their
Adanya mobilitas oleh penduduk Kabu-
Partners. Sex. Transm. Dis. 30 (149-156)
paten Jember baik secara horisontal dan ver- MacKellar, Duncan A MA. 2005. Unrecognized
tikal, serta didukung dengan meningkatknya HIV Infection, Risk Behaviors, and Perceptions
penggunaan sarana transportasi dan teknologi of Risk Among Young Men Who Have Sex
komunikasi maka berdampak pada perubahan With Men: Opportunities for Advancing
gaya hidup seksual yang berisiko terhadap pe- HIV Prevention in the Third Decade of HIV/
nularan HIV/AIDS. Hal ini diperkuat dengan AIDS. JAIDS Journal of Acquired Immune
adanya penutupan lokalisasi Puger, sehingga Deficiency Syndromes, 38(5): 603-614
bermunculan 15 titik lokalisasi ilegal. Aki- Martha, Bedelu. 2007. Implementing Antiretroviral
batnya penularan HIV/AIDS terutama yang Therapy in Rural Communities: The Lusikisi-
ki Model of Decentralized HIV/AIDS Care. J
ditularkan melalui hubungan seksual tidak
Infect Dis., 196: S464-S468
aman melalui WPS ilegal yang memiliki daya Susan Reif, Kristin Lowe Geonnotti. 2006. HIV In-
tawar rendah dalam penggunaan kondom fection and AIDS in the Deep South. Ameri-
189
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176
can Journal of Public Health, 96(6): 970-973 Widyastuti. 2006. Perilaku Menggunakan Kon-
Theodore M. Hammett. 2005. HIV/AIDS and Other dom Pada Wanita Penjaja Seks Jalanan di
Infectious Diseases Among Correctional In- Jakarta Timur tahun 2006. Jurnal Kesehatan
mates: Transmission, Burden, and an Appro- Masyarakat Nasional Vol. 1 Nomor 4. Febru-
priate Response. American Journal of Public ari 2007 : 161-167
Health, 96(6): 974-978
190