Anda di halaman 1dari 10

MINUMAN FUNGSIONAL ANTIOKSIDAN BERBASIS TANAMAN OBAT

Bagem Br Sembiring

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat


Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor anna.sembiring@yahoo.com

ABSTRAK

Sistem antioksidan didalam tubuh dapat ditingkatkan aktivitasnya melalui peningkatan konsumsi zat-zat gizi yang
berperan dalam penyusunan sistem antioksidan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi minuman herbal yang
berfungsi sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji aktivitas antioksidan bahan baku dan formula
sebagaiberikut: F1 (pegagan:asitaba: jahe), F 2 (pegagan: asitaba: temulawak), F3 (pegagan: jahe: temulawak), F4
(asitaba: jahe: temulawak), F5 (pegagan: asitaba: jahe: temulawak), F6 (jahe : temulawak) dan F7 (asitaba : pegagan).
Masing masing formula dibuat dalam dua bentuk sediaan, yaitu instan dan sirup. Penelitian dilaksanakan pada tahun
2011 di Laboratorium Pengujian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor dan Laboratorium Pusat Ilmu
Hayati Institut Teknologi, Bandung. Parameter pengamatan : pH, kadar air, aktivitas antioksidan dari bahan baku dan
formula serta uji organoleptik formula. Formula yang paling disukai panelis diuji efikasi kearah imunomodulator
menggunakan hewan model mencit betina galur Webster usia dua bulan. Formula diuji melalui uji aktivitas fagositik
RES dalam mengleminasi partikel karbon dan penentuan indeks organ (hati limpa dan kelenjar thyimus). Hasil
penelitian menunjukkan, aktivitas antioksidan (IC50) asitaba 38,00 ppm, pegagan 44,91 ppm, temulawak 197,24 dan
jahe merah 367 ppm. Kemampuan dalam menangkap radikal bebas, asitaba dan pegagan lebih baik dibandingkan
temulawak dan jahe merah. Formula minuman instan yang paling disukai adalah F4, dan sirup F7. Aktivitas antioksidan
formula minuman instan tertinggi yaitu F6 (IC50 = 2104,6 ppm), dan minuman sirup F7 (IC50 = 2267,8 ppm). Formula F4
berpotensi menginduksi respon imun terhadap mikroorganisme intracelular seperti virus.
Kata kunci: Tanaman obat, formulasi, minuman fungsional, aktivitas antioksidan, imunomodulator

PENDAHULUAN

Penyakit degeneratif dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya asupan bahan-bahan makanan yang mengandung senyawa aktif yang dapat mencegah reaksi
autooksidasi dari radikal bebas. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan daya
tahan tubuh melalui konsumsi suplemen. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu
antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas sehingga tidak dapat menginduksi suatu
penyakit(Kikuzaki et al., 2002).
Radikal bebas akan terus terbentuk baik melalui proses metabolisme maupun akibat dampak
lingkungan. Untuk menetralisir radikal bebas salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu mengkonsumsi
suplemen yang berfungsi sebagai antioksidan.Penggunaan saplemen berbahan kimia dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan efek samping. Sebagai penggantinya dapat menggunakan tanaman obat antara
lain jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Pada umumnya tanaman
tersebut mengandung senyawa-kimia yang berperan dalam mendukung ketahanan tubuh yaitu flavonoid,
tanin, kurkumin, asiatikosid dan polifenol. Tanaman obat mengandung senyawa-senyawa yang berfungsi
sebagai antioksidasi dan dapat diformulasi menjadi minuman fungsional sebagai menu untuk sehari-hari.
Menurut Manoi (2010), formula produk antioksidan dapat dalam bentuk sirup dan instan, dan formulanya
lebih baik dikombinasi dari pada tunggal karena dapat terjadi sinergisme dari kedua zat antioksidan

451
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

sehingga aktivitas antioksidannya menjadi lebih baik.Tanaman obat selain bermanfaat untuk kesehatan
manusia juga bermanfaat untuk kesehatan ternak yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan serta
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Peternak di negeri China, sudah lama menggunakan
tanaman obat (herba) sebagai feed additive. Polisakarida yang terdapat di dalam herba merupakan
komponen penting sebagai immuno modulator, sehingga immuno active polysaccarides yang terdapat
dalam tanaman obat sangat baik digunakan sebagai feed additive pada ransum (Guo et al., 2003). Menurut
Hasan (1988) komponen polisakarida yang terdapat pada herba secara nyata dapat menurunkan pengaruh
infeksi dan secara langsung mempengaruhi mekanisme respon immunitas.
Temu-temuan dapat bermanfaat sebagai imunomodulator (daya tahan tubuh), growth regulator
(meningkatkan nafsu makan) dan growth stimulator (mempercepat pertumbuhan badan), dan secara tidak
langsung mengobati berbagai penyakit (Sumardi et al., 2007). Ekstrak jahe, kunyit, temulawak, lengkuas
mampu meningkatkan aktivitas sistim imun (Spelman et al., 2006). Menurut Aliadi et al. (1996), temulawak
bermanfaat sebagai obat lever, empedu, penambah nafsu makan, radang lambung, pencegah kanker, anemia dan
anti mikroba. Sedangkan jahe berkhasiat sebagai obat sakit kepala, masuk angin, rematik, memperkuat lambung,
menambah nafsu makan, difteria, kolera dan neoropat (Yusuf, 2002). Jahe mengandung zat aktif zingiberen 5,60%,
zingeron 6,53%, as heksadekanoat 3,07%, cis-6-shogaol 5,70%, trans-6-shogaol 12,78%, gingerol 8,22%, cis-8-shogaol
5,29%, asfa roemehibrin 6,17%, decanon 3,30 dan as benzena asetat 1,47%. Sedangkan temulawak mengandung
minyak atsiri, xanthorizol, kurkumin,senyawa fenol, flavonoid, terpenoid dan as karboksilat (Sembiring dan Rizal,
2011).
Pegagan memiliki aktivitas terhadap sistim saraf pusat, sebagai tonik saraf, penguat daya ingat dan
kecerdasan (Veerendra dan Gupta, 2002). Hasil uji pra klinik, pemberian ekstrak air dari pegagan pada tikus
menunjukkan adanya aktivitas untuk meningkatkan kecerdasan melalui mekanisme antioksidan (Veerendra
dan Gupta, 2002) dan secara kultur sel, ekstrak pegagan mampu mereduksi oksidan nitrit oksida yang
terbentuk akibat menumpuknya flak beta amiloid di otak Rao et al. (2006). Sedangkan Jayashree et al.
(2003) pemberian ekstrak metanol pada tikus selama 14 hari secara signifikan dapat meningkatkan aktivitas
enzim-enzim antioksidan seperti superoxide dismutase (SOD), catalase dan glutathione peroxidase (GSHPx),
dan anti-oxidan seperti glutathione (GSH). Selain itu senyawa aktif pegagan juga dapat menghambat
kematian sel saraf otak yang disebabkan oleh radikal bebas dan beta-amiloid (Mook et al., 1999).
Ashitaba (Angelica keiskei Koidzumi) merupakan tanaman introduksi dari jepang mengandung klorofil dan
zat aktif chalcon yang berfungsi sebagai anti mikroba, meningkatkan produksi darah merah dan membantu
meningkatkan keseimbangan fungsi tubuh. Selain itu juga dapat meningkatkan perhatian dan konsentrasi,
meningkatkan produksi hormon pertumbuhan, dan meningkatkan sistim pertahanan tubuh melawan penyakit infeksi
dan kanker (Hida, 2007).Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formula jamu berbasis tanaman obat
yang efektif sebagai minuman fungsional antioksidan.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,
Bogor dan Laboratorium Ilmu Hayati ITB, Bandung. Bahan baku menggunakan pegagan, ashitaba dan
temulawak diperoleh dari Kebun Percobaan Balittro dan jahe merah dari Sumedang. Sedangkan hewan uji
menggunakan mencit betina galur webster usia dua bulan.
Penelitian terdiri dari dua sub kegiatan (1)Formulasi minuman fungsional antioksidan berbasis
tanaman obat dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor,
dan (2) Uji efektivitas formula sebagai imunomodulator dilaksanakan di Laboratorium Pusat Ilmu Hayati ITB,

452
Bagem Br. Sembiring : Minuman Fungsional Antioksidan Berbasis Tanaman Obat

Bandung. Kegiatan pertama terdiri dari dua faktor yang pertama adalah kombinasi formula yang terdiri dari
F1 (pegagan: asitaba: jahe), F2 (pegagan: asitaba: temulawak), F3 (pegagan: jahe: temulawak), F4 (asitaba:
jahe: temulawak), F5 (pegagan: asitaba: jahe: temulawak),F6 (jahe : temulawak) dan F7 (asitaba : pegagan).
Faktor kedua adalah bentuk formula: instan dan cair. Parameter pengamatan meliputi: rendemen, pH,
aktivitas antioksidan bahan baku dan formula serta uji organoleptik formula. Aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH (Chen et al., 1996) dan uji organoleptik dengan metode Hedonik dengan
memanfaatkan sebanyak 20 orang panelis yang terdiri dari pria dan wanita pada berbagai umur (35-45)
dengan pekerjaan sebagai pegawai dan ibu rumah tangga. Setiap panelis diminta tanggapannya terhadap
warna, aroma, rasa dan penerimaan secara keseluruhan dari formula minuman fungsional yang terdiri
sirup dan instan. Skala kesukaan terdiri dari angka 1-7, yaitu 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak
tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka dan 7 = sangat suka (Rahayu, 1998).
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga ulangan. Untuk
mengetahui respon perlakuan yang diberikan, digunakan uji lanjut DMRT atau T test. Kegiatan dua yaitu uji
efektivitas formula yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi serta disukai oleh panelis sebagai
imunomodulator melalui uji aktivitas fagositik RES (Retikula Endotelial System (Zakaria, et al., 1999)

Formulasi minuman fungsional berbasis tanaman obat dalam bentuk instan dan sirup

Instan

Semua bahan baku dicuci bersih, lalu diperkecil ukurannya dan khusus temulawak dan jahe merah
kulitnya dikupas, kemudian ditimbang dan jumlahnya disesuaikan dengan perlakuan formula. Setelah
dicampur, bahan diolah menjadi bubur dengan cara diblender, kemudian diperas dan disaring. Sari yang
diperoleh diendapkan lebih kurang satu jam supaya patinya mengendap. Selanjutnya larutan hasil
pengendapan dimasak diatas kompor dengan api yang kecil sambil diaduk-aduk dan tambahkan gula putih
dan flavor secukupnya. Pemasakan dilakukan hingga terbentuk kristal. Parameter pengamatan: uji
organoleptik (warna, rasa, aroma), aktivitas antioksidan, pH, rendemen, dan kadar air.

Sirup

Semua bahan baku dicuci bersih kemudian ditimbang sesuai perlakuan. Selanjutnya masing-masing
bahan diblender sambil ditambahkan air 1:4, kecuali temulawak 1:6. Bubur yang diperoleh diperas, disaring
lalu diendapkan. Untuk selanjutnya masing-masing filtrat/sari dicampur sesuai dengan perlakuan kemudian
dimasak didalam panci diatas kompor api sambil ditambahkan flavor dan bahan penunjang serta diaduk
sampai mendidih. Parameter yang diamati: organoleptik (rasa, warna, aroma), pH, dan aktivitas
antioksidan.

Uji efektivitas formula minuman instan sebagai imunomodulator

Formula minuman dalam bentuk instan yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi dan disukai
panelis diuji efektivitasnya kearah imunomodulator melalui uji aktivitas fagositik RES (Retikula Endotelial
System) dalam mengeleminasi partikel karbon (uji bersihan karbon) dan penentuan indeks organ (hati,
limpa, dan kelenjar thymus). Formula diberikan kepada hewan model yaitu mencit betina galur webster
usia dua bulan secara oral sesuai dosis uji (1950 mg/kg bb). Mencit kelompok kontrol hanya diberi
pembawa secara oral dan mencit kelompok pembanding diberi Zymosan A (10 mg/kg bb) secara
intraperitoneal yang dilakukan selama empat minggu. Pengamatan meliputi: titer antibodi total, uji reaksi
hipersentivitas tipe lambat, khasiat.

453
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas antioksidan bahan baku

Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas antioksidan ashitaba dan pegagan lebih tinggi
dibandingkan temulawak dan jahe merah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai IC50-nya yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan jahe merah dan temulawak (Tabel 1). Menurut Windono (2001) semakin kecil nilai
IC50 suatu bahan, maka aktivitas antioksidannya dalam menangkap radikal bebas semakin tinggi. Dari
keempat jenis bahan baku formula yang digunakan, asitaba memiliki aktivitas antioksidan tertinggi.

Mutu dan aktivitas antioksidan formula minuman fungsional

Minuman instan

Hasil pengamatan menunjukkan rendemen formula minuman instan yang dihasilkan berkisar antara
36,42-53,58%, pH 6,28-6,58 dan kadar air 0,56-1,23%. Dari ketujuh formula minuman instan, yang memiliki
aktivitas antioksidan tinggi adalah F6, F4 dan F3, dan terkecil adalah F7, F5 dan F2 (Tabel 2). Formula F6
menghasilkan nilai IC50 sebesar 2104,6 ppm, tetapi kurang disukai oleh panelis karena rasanya agak
getir/langu. Formula tersebut mengandung senyawa aktif kurkumin dan gingerol. Menurut Kikuzaki dan
Nakatani (1993) dalam Suhirman dan Winarti (2011) senyawa aktif non volatil fenol seperti gingerol,
shogaol dan zingeron, yang terdapat pada jahe terbukti memiliki kemampuan sebagai antioksidan melebihi
dari vitamin E. Sedangkan formula F4 nilai IC50-nya 7962,5 ppm tetapi disukai oleh panelis dan didalamnya
terdapat pegagan, ashitaba, jahe merah dan temulawak.

Tabel 1. Nilai aktivitas penangkapan radikal bebas ashitaba, pegagan, jahe merah dan, temulawak

Sampel Aktivitas penangkapan radikal bebas(IC50)


Ekstrak daun asitaba 38,00c
Ekstrak pegagan 44,91 c
Ekstrak temulawak 197,24 b
Ekstrak jahe merah 367,99 a

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi formula terhadap mutu minuman instan

Formula Hasil Pengamatan


Rendemen (%) pH Kadar Air (%) Tekstur Aktivitas antioksidan (IC50) ppm
F1 52,17 6,28 0,75 Kristal 9664,5 b
F2 50,33 6,34 1,11 Kristal 10864 a
F3 51,00 6,53 0,89 Kristal 9250 b
F4 50,00 6,31 0,64 Kristal 7962,5c
F5 53,58 6,39 0,84 Kristal 10354 a
F6 36,42 6,58 1,23 Kristal 2104,6 d
F7 46,17 6,31 0,56 Kristal 11973 a
Ket: F1 = asitaba:pegagan:jahe merah (30:50:20) F2 = asitaba:pegagan:temulawak (30:50:20)
F3 = pegagan:temulawak:jahe merah (50:30:20) F4 = asitaba:pegagan:temulawak:jahe merah (20:40:20:20)
F5 = asitaba:temulawak:jahe merah (50:20:30) F6 = temulawak:jahe merah (50:50)
F7 = asitaba:pegagan (50:50)

454
Bagem Br. Sembiring : Minuman Fungsional Antioksidan Berbasis Tanaman Obat

Menurut hasil pengamatan, semua formula berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan dan
nilai IC 50 nya lebih besar dibandingkan dengan bahan baku formula sebelum diolah menjadi minuman
instan. Penurunan aktivitas dapat terjadi akibat proses pemanasan pada saat pengolahan. Senyawa aktif
yang terdapat pada bahan baku formula kemungkinan sensitif terhadap panas, sehingga mengalami
degradasi. Menurut Nurdianti (2010), semakin lama pemanasan aktivitas antioksidan sirup stroberi, bluberi
dan murberi menurun. Penurunan mutu formula minuman instan berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidannya. Semakin baik kualitas formula, semakin baik aktivitas antioksidannya didalam menangkap
radikal bebas. Menurut Larson (1997), aktivitas antioksidan dari suatu zat aktif ditentukan oleh
kemampuannya dalam menangkap radikal bebas.

Uji organoleptik minuman instan

Hasil uji organoleptik menunjukkan, warna seduhan minuman instan yang paling disukai adalah
formula F6 dengan nilai skor enam (warna orange), mengandung temulawak, sedangkan formula F3, F4, F5
dan F7 kurang disukai karena warnanya agak gelap yang mengandung asitaba dan pegagan. Sedangkan
terhadap rasa dan aroma, formula yang paling disukai adalah F7 dengan nilai skor masing-masing adalah
4,93 dan 4,71 yaitu agak suka, aroma lebih segar dan rasanya seperti teh (Gambar 1).

Gambar 1. Minuman fungsional berbasis tanaman obat dalam bentukinstan

7
F1
6
5 F2

4 F3
3 F4
2 F5
1 F6
0 F7
warna Rasa Aroma
Gambar 2. Hasil uji organoleptik minuman instan terhadap warna, rasa dan aroma

Ket: 1 = Sangat tidak suka 2 = Tidak suka 3 = Agak tidak suka


4 = Netral 5 = Agak suka 6 = Suka 7 = Sangat suka

455
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

Minuman sirup

Formula minuman fungsional dalam bentuk sirup memiliki nilai pH berkisar antara 5,05-5,30 (Tabel
3).Nilai pH minuman sirup tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan.Formula yang memiliki
aktivitas antioksidan tertinggi adalah F7 yang menghasilkan nilai IC50-nya sebesar 2267,80 ppm, lebih kecil
dibandingkan dengan formula lain dan didalamnya terdapat pegagan dan ashitaba (Tabel 3). Sedangkan
formula yang memiliki aktivitas antioksidan terkecil yaitu F6 dengan nilai IC50 sebesar 10423,61 ppm yang
mengandung temulawak dan jahe merah. Menurut Kusuma (2006), pemanasan dapat mempercepat
oksidasi terhadap antioksidan sehingga komponen aktif yang terdapat pada bahan alam mengalami
degradasi. Dengan terjadinya oksidasi bahan alam dapat mengakibatkan penurunan aktivitas antioksidan
(Landy, 2013).Menurut Nurdianti (2010) untuk pembuatan sirup lama pemasakan cukup 10 menit pada
suhu 80ºC-90ºC.

Tabel 3. Pengaruh jenis formula terhadap mutu minuman sirup

Parameter
Formula
pH Aktivitas Antioksidan (IC 50)% ppm
F1 5,05 6940,43 b
F2 5,06 6071,11 c
F3 5,25 8104,44 b
F4 5,21 7219,23 b
F5 5,24 5400,94 c
F6 5,27 10423,61 a
F7 5,30 2267,80 d
Ket: F1 = asitaba:pegagan:jahe merah (30:50:20)
F2 = asitaba:pegagan:temulawak (30:50:20)
F3 = pegagan:temulawak:jahe merah (50:30:20)
F4 = asitaba:pegagan:temulawak:jahe merah (20:40:20:20)
F5 = asitaba:temulawak:jahe merah (50:20:30)
F6 = temulawak:jahe merah (50:50)
F7 = asitaba:pegagan (50:50)

Gambar 3. Minuman fungsional berbasis tanaman obat dalam bentuk sirup

456
Bagem Br. Sembiring : Minuman Fungsional Antioksidan Berbasis Tanaman Obat

Uji organoleptik minuman sirup

Hasil uji organoleptikformula minuman sirupterhadap beberapa panelis diperoleh, aroma sirup
yang paling disukai adalah F3 dan F4 dengan nilai skor masing-masing adalah 5,16 dan 5,25 (agak suka) dan
aromanya seperti teh. Sedangkan dari segi rasa adalah formula F1 dan F2 dengan nilai skor 5,42 dan 5,17
(agak suka). Selanjutnya terhadap warna, formula yang paling disukai adalah F3 dan F5 dengan nilai skor
masing-masing adalah 5,00 dan 5,08 (agak suka).

5 F1
F2
4
F3
3 f4
F5
2
F6
1 F7

0
Aroma Rasa Warna

Gambar 4. Hasil uji organoleptik minuman sirup terhadap aroma, rasa dan warna
Ket: 1 = Sangat tidak suka 2 = Tidak suka 3 = Agak tidak suka
4 = Netral 5 = Agak suka 6 = Suka 7 = Sangat suka

Pengujian efikasi formula ke arah imunomodulator

Formula minuman fungsional dalam bentuk instan yang disukai oleh panelis adalah F4 dan F3.
Selanjutnya kedua formula tersebut diuji efikasi kearah imunomodulator. Hasil pengamatan menunjukkan
formula F4 lebih aktif sebagai imunostimulan dibandingkan F3. Hal ini ditunjukkan oleh angka indeks
fagositosisnya dimana formula F4 rata-rata sebesar 1,3475, F3 sebesar 1,153dan kontrol positif sebesar
1,300 (Tabel 4). Formula F4 berpotensi menginduksi respon imun terhadap mikroorganisme intracelular
seperti virus.Daya tahan tubuh untuk melawan penyakit dapat ditingkatkan melalui aktivasi sel fagositik
seperti makrofag dan netrofil. Kedua sel tersebut berperan aktif dalam melenyapkan semua agen infeksi
yang masuk ke dalam tubuh(Tizard, 2000).
Menurut Chang et al. (1995) dan Spelman et al. (2006), tanaman temu-temuan memiliki aktivitas
sebagai imunomodulator dan bersifat anti virus pada manusia. Ekstrak jahe, kunyit, dan temulawak mampu
meningkatkan aktivitas sistim imun pada hewan coba. Demikian juga dengan ashitaba, menurut Wicaksono
dan Syafirudin (2003) dalam Sembiring dan Manoi (2011), ashitaba memiliki efek antioksidan lebih tinggi
dibandingkan anggur, teh hijau maupun kedelai, yang ber-fungsi menjaga organ tubuh dan ke-rusakan sel
akibat radikal bebas serta memperlambat proses penuaan. Sedangkan ekstrak pegagan dapat bermanfaat
sebagai antibakteri (Taemchuay, et al., 2007), penyembuh luka (Sharma dan Jaimala, 2003), pencegahan
penyakit (Shetty, 2008) dan sebagai imuno stimulan (Punturee et al., 2005).

457
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

Tabel 4. Hasil pengujian efikasi formula kearah imunomodulator

Bahan uji Dosis Kecepatan eliminasi Indeks Rata-rata Efek imunostimulasi


fagositik
F3 I 0,5595 1 1.1530b -
II 0,862 1,306 Aktif, imunostimulasi
F4 I 0,89 1,348 1.3475a Aktif, imunostimulasi
II 0,889 1,347 Aktif,Imunostimulasi
Kontrol 0 0,5595 1 1.0000c -
Pembanding 10 0,856 1,3 1.3000a Aktif, Imunostimulasi
(Zymosan A) mg/kg,ip
Ket:F3 = pegagan:temulawak:jahemerah (50:30:20)
F4 = asitaba:pegagan:temulawak:jahe merah (20:40:20:20)

Formula F4 mengandung senyawa aktif asiaticosid, chalcon, gingerol dan kurkumin. Sumber
antioksidan dari berbagai senyawa aktif jika disatukan dapat mengoptimalkan sistem kerja imun. Menurut
Danielle et al. (2006) komponen sistem imun yang bekerja sendiri-sendiri tidak akan menghasilkan kerja
yang optimal. Komponen-komponen yang terdapat di dalah bahan pangan, khususnya komponen mikro
dan antioksidan memiliki peranan yang penting di dalam menjaga dan memelihara sistem imun. Aktivitas
sistem imun dapat bekerja secara optimal jika asupan tubuh akan nutrisi-nutrisi penting dapat tercukupi,
dimana zat gizi tersebut dapat sebagai regulator bagi sel imun sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh tidak
terganggu dan dapat terpelihara dengan baik.
Penggunaan bumbu yang terdiri dari berbagai macam rempah-rempah dapat memberikan
penghambatan maksimal terhadap bakteri pathogen dan perusak makanan (Puji Rahayu, 2000). Oleh sebab
itu agar lebih efektif, produk minuman fungsional yang dibuat merupakan kombinasi dari beberapa
tanaman dan senyawa aktif. Produk pangan fungsional diharapkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh
(imunitas), memperlancar dan membantu metabolisme tubuh serta menambah kesegaran tubuh.

KESIMPULAN

Secara tunggal ekstrak ashitaba dan pegagan memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi
dibandingkan temulawak dan jahe merah. Aktivitas aktioksidan formula minuman lebih rendah dari pada
ekstrak tunggal. Formula minuman instan yang paling disukai panelis adalah F4 yang mengandung asitaba,
pegagan, jahe merah dan temulawak, tetapi yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi adalah F6 hanya
rasanya agak langu. Minuman sirup yang paling disukai F7 dan memiliki nilai IC50 paling kecil. Formula
minuman instan F4 aktif sebagai imunostimulasi yaitu berpotensi menginduksi respon imun terhadap
mikroorganisme intracelular seperti virus.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Dr. Afifah yang telah memberikan kontribusinya dalam
penyelesaian kegiatan ini.

458
Bagem Br. Sembiring : Minuman Fungsional Antioksidan Berbasis Tanaman Obat

DAFTAR PUSTAKA

Aliadi, Arief R, Brotosudibyo, Djoko Hargono, Farouk, Sidik, Sutaryadi. 1996. Tanaman Obat Pilihan. Yayasan
Sidowayah. Bogor. hlm. 42-45.
Chang CP, Chang JY, Wang FY and Chang JG. 1995. The effect of Chinese herb Zingiber rhizoma extract on cytokine
secretion by human peripheral blood mononuclear cells. J. Ethnopharmacology (48): 13-19.
Chen HM, Koji M, Fumio Y, Kiyoshi N. 1996. Antioxidant activity of designed peptides based on the antioxidative
peptide isolated from digests of a soybean protein. J Agric Food Chem. 44:2619-2623.
Danielle AW Wolvers, Wendy MR van Herpen-Broekmans, Margot HGM Logman, Reggy PJ van der Wielen and Ruud
Albers. 2006. Effect of a mixture of micronutrients, but not of bovine colostrum concentrate, on immune function
parameters in healthy volunteers: a randomized placebo-controlled study. Nutrition Journal 2006, 5:28.
Guo HC, HFJ Savelkoul, RP Kwakkel, BAWilliams and MWA Verstegon. 2003. Immunoactive medical properties of
mushroom and herb polysaccharides and their potential use chicken diets. Worlds Poultry Science Journal. Vol.5
No.4:427-440.
Hasan H. 1988. Biosynthesis and regulation of superoxide dismutases. Free radical Biol. Med. 5: 377.
Hida K. 2007. Ashitaba, A Medicinal Plant and Health Method. http://www.Organic asitaba.com/articles.html. 9
Desember 2009.
Jayashree G, Kurup MG, Sudarsial S, Jacob VB. 2003. Antioxidant activity of Centella asiatica on lymphoma-bearing
mice. Fitoterapia 74(5):431-434.
Kusuma D. 2006. Identifikasi dan karakterisasi antioksidan dari jus aloe chinensis dan evaluasi potensi aloe emmodin
sebagai antifotooksidan dalam sistem asam linoleat. Disertasi S3 Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 136 hlm.
Landy A, Ch Lolaen, Fatimawati, Gayatri C. 2013. Uji aktivitas antioksidan kandungan fitokimia jus buah gandaria
(Bouea macrophylla Griffit). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. UNSRAT. Vol.2 No.2. 7 hlm.
Larson RA. 1997. Naturally, Occuring Anti-oxidants. Boca Raton. New York: Lewis Publisher. p. 100-121.
Manoi F. 2010. Formulasi minuman kesehatan dari jahe dan temulawak. Prosiding Seminar Nasional Sains &
Teknologi-III Lembaga Penelitian-Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010 “Peran Strategis Sains & Teknologi
dalam Mencapai Kemandirian Bangsa”. hlm. 205-212.
Mook JI, Shin JE, Yun SH, Huh K, Koh JY, Park HK. 1999. Protective effect of asiaticoside derivatives against beta
amyloid neurotoxicity. J Neurosci Res. 58:417-425.
Nurdianti D. 2010. Aktivitas antioksidan produk olahan sirup berbahan dasar buah beri, stroberi, bluberi dan mulberi.
Skripsi. FMIPA UPI. Bandung. 49 hlm.
Puji Rahayu W. 2000. Aktivitas antimikroba bumbu masak tradisional hasil olahan industry terhadap bakteri pathogen
dan perusak. Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol.XI.No.2. hlm. 42-48.
Punturee K, Christopher PW, Watchara K, dan usanee V. 2005. Immunomodulatory activities of Centella asiatica and
Rhinacanthus nasutus extracts. Asian Pacific J cancer Prev, 6:396-400.
Rao MKG, SM Rao, SG Rao. 2006. Centella asiatica L. Leaft extract treatment during the growth spurt period enhances
hippocampal CA3 neuronal dendritic arborisation in rats. Evid Based Complement. Altern. Med.3(3):349-357.
Rinanda YR. 2002. Formulasi, karakterisasi kimia dan uji aktivitas antioksidan produk minuman fungsional tradisional
sari jahe (Zingiberofficinale Rosc.) dan sari sereh dapur (Cymbopogon flexuosus). Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 112 hlm.
Sembiring B dan M Rizal. 2011. Penyiapan ekstrak kering jahe dan temulawak sebagai sumber antioksidan alami.
Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XV dan Kongres Obat Tradisional Indonesia IV. 10 hlm.

459
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

Sembiring BS dan F Manoi. 2011. Identifikasi mutu tanaman ashitaba. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,
22(2): 177-185.
Sharma R, Jaimala. 2003. Alteration of acid phosphatase activty in the liver of gamma irradiated mouse by Centella
asiatica. Asian J. Exp. Sci, 17: 1-2.
Shetty BS, Udupa SL dan Udupa AL. 2008. Biochemical analysis of granulation tissue in steroid and Centella asiatica (L)
teated rats. Pharmacologyonline 2;624-632.
Spelman K, Burns JJ, Nichols D, Winters N, Ottersberg S and Tenborg M. 2006. Modulation of cytokine expression by
tradisional medicines: a review of herbal immunomodulators. Alternative Medicine Review (11): 128-146.
Sumardi. 2007. Company and products profiles P.T. Indoherb sains Medika Semarang. 62 hal.
th
Tizard. 2000. Veterinary Immunology. An Introduction. 6 ed. WB Saundres Company. Philadelpia. pp. 26-34
Veerendra KMH and YK Gupta. 2002. Effect of different extracts of Centella asiatica on cognition and markers of
oxcidative stress in rats. J. Ethnopharmacol.
Windono, T Soediman, S Yudawati, U Ermawati, E Erowati, T Inayah. 2001. Uji perendaman radikal bebas terhadap
1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) dari ekstrak kulit buah dan biji anggur (Vitis vinifera L.) Probolinggo biri dan
Bali, Artocarpus 1(1): 34-43.
Zakaria FR dan TM Rajab. 1999. Pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap produksi radikal bebas
makrofag mencit sebagai indicator imunostimulan secara invitro. Prosiding Seminar Teknologi Pangan. hlm. 707-
716.

460

Anda mungkin juga menyukai