Anda di halaman 1dari 113

SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL


SEKOLAH (BOS) TERHADAP ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH
DI INDONESIA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

DIAJUKAN OLEH:
ADINDHA NUR RIZKY
NIM: 041511133107

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2019
Surabaya,………………………….
Skripsi telah selesai dan siap untuk diuji
Dosen Pembimbing,

RUMAYYA S.E., M. Reg. Dev., Ph.D


NIP.198301092009121003

ii
SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH


(BOS) TERHADAP ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH DI INDONESIA

DIAJUKAN OLEH:

ADINDHA NUR RIZKY

NIM: 041511133107

TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH

DOSEN PEMBIMBING,

RUMAYYA S.E., M.Reg. Dev., Ph.D. TANGGAL ……...…………


NIP. 198301092009121003

KOORDINATOR PROGRAM STUDI,

Drs. Ec. TRI HARYANTO, M.P., Ph.D. TANGGAL ……….………..


NIP. 196811131993031003

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya, (Adindha Nur Rizky, 041511133107), menyatakan bahwa:

1. Skripsi saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya saya sendiri, dan

bukan hasil karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, serta bukan

merupakan hasil peniruan atau penjiplakan (plagiarism) dari karya orang

lain. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik baik

di Universitas Airlangga, maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam

daftar kepustakaan.

3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya tulis Skripsi ini, serta sanksi-sanksi lainnya

sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di Universitas Airlangga.

Surabaya, …………………...

Adindha Nur Rizky


NIM. 041511131023

iv
DECLARATION

I, (Adindha Nur Rizky, 041511133107), declare that:

1. My Thesis is genuine and truly my own creation and is not another person

work made under my name, neither a piracy nor plagiarism. This Thesis has

never been submitted to obtain an academic degree in Universitas Airlangga

or in any universities.

2. This Thesis does not contain any work or opinion written or published by

anyone, unless clearly acknowledge or referred to by quoting the author’s

name and stated in the References.

3. This statement is true. If on the future this statement is proven to be fraud

and dishonest, I agree to receive an academic sanction in form of removal

at the degree obtained through this Thesis, and other sanction accordance

with the prevailing norms and regulation in Universitas Airlangga.

Surabaya, …………………...

Adindha Nur Rizky


NIM. 041411131023

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena limpahan rahmat, petunjuk, dan

kemudahan penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap Angka Partisipasi Sekolah

(APS) di Indonesia”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Ilmu Ekonomi Program

Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

Penulis sangat mensyukuri segala bentuk dukungan, doa, saran, semangat,

dan bimbingan yang terus diberikan oleh beberapa pihak kepada penulis selama

proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, Ibu (Ibu Masfiyah), Bapak (Bapak Wasli Hidayat),

Kakak (Nurul Hidayah dan Kurnia Latifah), serta adik (Qoni Wahyu

Saputra) atas dukungan, doa dan segalanya yang telah diberikan selama ini

hingga penulis mampu mencapai tahap ini. Semoga penulis mampu untuk

selalu memberikan yang terbaik bagi keluarga.

2. Rumayya, S.E., M.Reg.Dev., Ph.D selaku dosen pembimbing penulis.

Terima kasih atas waktu, bimbingan, semangat, serta kepercayaan yang

telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mendapat berbagai macam

ilmu baru dan motivasi untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang jauh

vi
lebih baik. Thank you for your patience to me, Pak. May Allah bless you,

dan semoga ilmu yang bapak berikan menjadi berkah, Aamiin.

3. Prof. Dr. Hj. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., SMA., CA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

4. Dr. Muryani, S.E., M.Si., MEMD selaku Kepala Departemen Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

5. Drs. Ec. Tri Haryanto, M.P., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi.

6. Rossanto Dwi Handoyo, S.E., M.Si., Ph.D. selaku Sekretaris Departemen

Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Terima

kasih pula untuk bapak yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis

untuk melakukan asistensi mahasiswa UT dan sebagainya. Terimakasih pak

semoga selalu dalam lindungan Allah.

7. Terimaksih kepada ibu Kiptiyah selaku wali kelas SMA yang telah

memberikan kesempatan penulis berkembang dengan memberikan

kepercayaan kepada penulis untuk menjadi pengajar pembantu OSN SMAN

1 Manyar Gresik. Semoga ibu selalu dalam lindungan Allah.

8. Seluruh teman-teman EP 2015 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Terimakasih telah menemani penulis selama proses perkuliahan ini. Semoga

Allah selalu melimpahkan rahmatNya untuk kita semua, Aamiin.

9. Sahabat dan juga keluarga “Kost Biru Ceria Ibu Slamet”. Terimakasih untuk

Maretha, yang telah menemani perjuangan menulis skripsi dan belajar

mengenai hal-hal baru. Terima kasih atas doa, saran, dan semangat yang

vii
selalu diberikan. Semoga persahabatan ini dapat membawa manfaat di dunia

dan di akhirat. Terimakasih kepada Mbak Ciko yang sering memberi asupan

makanan buat penulis, semoga Allah selalu limpahkan rezekinya. Juga

kepada Keluarga Ibu Slamet yang baik sekali, terimakasih buk semoga

Allah selalu melimpahkan rezeki dan kesehatan untuk ibu dan keluarga,

barakallah.

10. Sahabat Srikandhi, Elly, Elisa, Nope, Nia. Terima kasih telah memberikan

warna dan keceriaan selama hampir empat tahun masa perkuliahan ini.

Thank you for everything you shared to me. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan kemudahan dan kebahagiaan dalam hidup kalian.

11. Terimakasih pula untuk teman teman Dolan, badminton, dll. Terimakasih

untuk Rosin, Ryan Damara, Fatah, Rendra, Fawaied, terimakasih semoga

pertemanan selalu terjaga selalu dan semoga Allah melimpahkan rizkiNya

kepada kalian semua, selalu semangat rek.

12. Keluarga Menuju Berumur, Feni, Adel, Wafdah, dan Umami. Terimakasih

atas kekeluargaan yang telah dibangun. Semoga tetap menjadi keluarga

yang baik hingga kelak Aamiin. Sektor sangar!!!

13. Terimaksih kepada teman-teman Unair Mengajar, Puteri, Andika, dll yang

telah berproses bersama penulis dalam organisasi, sehingga penulis

mengerti akan pentingnya akses pendidikan untuk generasi selanjutnya,

terimakasih, semoga Allah selalu melindungi kita semua, Aamiin.

14. Terimakasih dan maaf kepada teman teman Karang Taruna 03/07 yang telah

berikan kesempatan kepada penulis untuk berkembang bersama dan

viii
mengerti akan arti bermasyarakat. Semoga Allah selalu memudahkan

urusan kita semua dan selalu dalam lindunganNya, Aamiin.

15. Teman-teman seperjuangan KKN Desa Renteng, Probolinggo. Terimakasih

untuk Mas Car, Mas Bagos, Mbak Nur, Mbak Prat, Windu, Dita, Shasha

yang tetap menjalin komunikasi dan pertemanan hingga saat ini.

Terimakasih atas kekeluargaan yang tetap dijaga sampai sekarang. Renteng!

We are One! Sukses rek!

16. Keluarga ARC Lantai 3, Nisa, Liza, Aini, Icha, Mbak Anggra, Mbak Eka

dll. Terima kasih telah menemani penulis, berjuang bersama dalam proses

penulisan skripsi. Terima kasih juga atas semua ilmu yang telah dibagi

dengan penulis. Semoga pertemanan ini selalu membawa manfaat bagi kita

semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran bagi penulis akan sangat berguna untuk menyempurnakan penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surabaya, …………………...

Penulis,

Adindha Nur Rizky

ix
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN
DAFTAR NO. : …………………..

ABSTRAK
SKRIPSI SARJANA EKONOMI

NAMA : ADINDHA NUR RIZKY


NIM : 041511133107
TAHUN PENYUSUNAN : 2019
JUDUL:
ANALISIS DAMPAK PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(BOS) TERHADAP ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH DI INDONESIA
ISI:

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dicanangkan oleh pemerintah


Indonesia bertujuan untuk menurunkan beban pembiayaan orang tua akan
pendidikan. Penurunan beban pembiayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
angka partisipasi sekolah di Indonesia pada jenjang SD, SMP, dan SMA sebagai
tujuan dari program tersebut. Penelitian ini menggunakan Difference in Difference
(DID) sebagai alat analisis. Data yang digunakan adalah data makro yang
bersumber dari INDODAPOER (Indonesia Database for Policy and Economy
Research) yang dihimpun oleh World Bank dengan tahun yang digunakan adalah
tahun 2000 sampai dengan 2014. Estimasi model DID ini berfokus pada dampak
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap angka partisipasi sekolah
(APS) pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa, dengan adanya Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
berdampak pada angka partisipasi sekolah pada ketiga jenjang pendidikan tersebut
secara statistika, namun dampak yang paling besar didapatkan pada jenjang SMP
dan jenjang SD memiliki dampak yang paling kecil.
Kata Kunci: Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pendidikan,
Indonesia, Difference-in-Difference (DID)

x
MINISTRY OF TECHNOLOGY RESEARCH AND HIGH EDUCATION
FACULTY OF ECONOMICS & BUSINESS AIRLANGGA UNIVERSITY
STUDY PROGRAM : ECONOMICS
SIG. NUMBER : ………….

ABSTRACT
BACHELOR THESIS
NAME : ADINDHA NUR RIZKY
STUDENT ID : 041511133107
ARRANGEMENT’S YEAR : 2019
TITLE:
THE IMPACT ANALYSIS OF BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(BOS) PROGRAMME ON NET ENROLMENT SCHOOL RATE (NER) IN
INDONESIA
CONTENT:
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Programme was being introduced by
Indonesian government to decrease household educational expenditure. The
decrease of household educational expenditure is being expected to increase the
net enrolment in Indonesia at primary school level (which consist of primary school
and junior high school) and at secondary school level or senior high school. This
research uses Difference in Difference (DID) as an analytical tool. The data was
obtained from INDODAPOER (Indonesia Database for Policy and Economy
Research), which was collected by World Bank in 2000 until 2014. This DID
estimation focused on the impact of Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Programme on Net Enrolment School Rate (NER) in Indonesia at primary school
level (which consist of primary school and junior high school) and at secondary
school level or senior high school. The result of this research shows that Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Programme statistically has some impacts on Net
Enrolment School Rate (NER), which the biggest impact is on Junior high school
level and the smallest impact is on primary school level.
Keywords: Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Programme, education,
Indonesia, Difference-in-Difference (DID)

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ............................................................................................... iii
Pernyataan Orisinalitas Skripsi .............................................................................. iv
Kata Pengantar ....................................................................................................... vi
Abstrak .................................................................................................................... x
Daftar Isi................................................................................................................ xii
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ....................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11
1.5 Sistematika Skripsi ...................................................................................... 11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 13
2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 13
2.1.1 Subsidi dalam Barang Publik ............................................................... 13
2.1.2 Angka Partispasi Sekolah (APS) .......................................................... 15
2.1.3 Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) .................................... 17
2.1.4 Proxy Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ......................... 19
2.1.5 Dampak Subsidi Barang Publik (Pendidikan) terhadap Harga, Belanja,
dan Akses Pendidikan ................................................................................... 22
2.1.6 Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Kontrol .................... 24
2.3 Hipotesis dan Model Analisis ..................................................................... 27
2.3.1 Hipotesis............................................................................................... 27
2.3.2 Model Analisis ..................................................................................... 27
2.4 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 30

xii
BAB 3 LANDASAN TEORI .............................................................................. 34
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................. 34
3.2 Identifikasi Variabel .................................................................................... 35
3.2.1 Variabel Independen: ........................................................................... 35
3.2.2 Variabel Dependen ............................................................................... 36
3.3 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 37
3.3.1 Variabel Independen ............................................................................ 37
3.3.2 Variabel Dependen ............................................................................... 41
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 42
3.5 Prosedur dan Pengumpulan Data ................................................................ 42
3.6 Teknik Analisis ........................................................................................... 42
3.6.1 Estimasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ..................... 42
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 45
4.1 Gambaran Umum Penelitian ....................................................................... 45
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................................... 52
4.2.1 Hasil Estimasi Dampak Program BOS Terhadap Rasio Pengeluaran
Rumah Tangga untuk Pendidikan ................................................................. 52
4.2.2 Hasil estimasi dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi
Sekolah (APS) di Indonesia .......................................................................... 59
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 66
4.3.1 Dampak Program BOS terhadap Rasio Pengeluaran Rumah Tangga
untuk Pendidikan........................................................................................... 66
4.3.2 Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah (APS) di
Indonesia ....................................................................................................... 70
4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 73
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 74
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 74
5.2 Saran ............................................................................................................ 74
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 76
LAMPIRAN ....................................................................................................... xvii

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Jenis, Definisi, dan Dampak Elastisitas …………………………….. 23

Tabel 2.2: Penelitian Terdahulu ...………………………….……………………26

Tabel 4.1: Perbedaan Variabel Treatment dan kontrol (variabel independen)

pada SD, SMP, dan SMA …………………………………………….50

Tabel 4.2: Perbedaan Variabel Dependen ……………………………………….50

Tabel 4.3: Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Pengeluaran

Rumah Tangga untuk Pendidikan Pada Kebijakan Kesatu / Pertama...54

Tabel 4.4: Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Pengeluaran

Rumah Tangga untuk Pendidikan pada Kebijakan kedua ……………58

Tabel 4.5: Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Angka

Partisipasi Sekolah pada Jenjang SD …………………………………61

Tabel 4.6: Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Angka

Partisipasi Sekolah pada Jenjang SMP ……………………………….63

Tabel 4.7: Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Angka

Partisipasi Sekolah pada Jenjang SMA ………………………………65

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Angka Partisipasi Sekolah beberapa Negara di Dunia setelah

MDG’s Tahun 2002 jenjang Primary School atau jenjang SD ……..2

Gambar 1.2: Angka Partisipasi Sekolah beberapa Negara di Dunia setelah

MDG’s Tahun 2002 jenjang Secondary School atau jenjang

SMP dan SMA ……………………………………………………...3

Gambar 1.3: Angka Partisipasi Sekolah di Indonesia Tahun 2000-2014 ………...4

Gambar 2.1: Eksternalitas Positif Subsidi sebagai Kebijakan Pemerintah …….. 14

Gambar 2.2: Kerangka Berpikir ………………………………………………....33

Gambar 4.1: Alokasi Dana untuk Program BOS tahun 2010-2014 ……………..46

Gambar 4.2: Total APBN RI Tahun 2010 – 2015 ………………………………47

Gambar 4.3: Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2010 – 2017 ………………...49

Gambar 4.4: Kenaikan Pd (Harga Pendidikan) akibat kenaikan Qd ……………. 67

Gambar 4.5: Satuan Biaya Program BOS Setiap Siswa Per-Tahun ……………. 68

Gambar 4.6: Penurunan PxQ (Rasio Pengeluaran Rumah Tangga untuk


Pendidikan) akibat Kenaikan Supply (Besaran dana Program BOS) ……………69

Gambar 4.7: Biaya sekolah pada jenjang Primary dan Secondary di Indonesia . 72

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Hasil Estimasi DID Program BOS terhadap pengeluaran

Rumah Tangga untuk pendidikan (tanpa estimasi masing-

masing tahun pada kebijakan pertama) .....................................xvii

LAMPIRAN 2: Hasil Estimasi DID Program BOS terhadap pengeluaran

Rumah Tangga untuk pendidikan ……………………………...xix

LAMPIRAN 3: Hasil estimasi DID Program BOS terhadap APS ……..….…xxvii

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 2000 pemerintah Indonesia dan 189 negara lain berkumpul dan

bertemu di New York, Amerika Serikat, untuk menandatangani deklarasi yang

menjadi kesepakatan bersama yakni Deklarasi Milenium. Deklarasi ini dapat

dikenal sebagai Millenium Development Goal’s (MDG’s) yang berisi mengenai

komitmen dari berbagai negara untuk mempercepat pembangunan manusia dan

pemberantasan kemiskinan yang menjadi masalah utama di berbagai negara

(Suzetta, 2008). MDG’s ini berisi delapan tujuan pokok yang salah satunya adalah

mengenai pencapaian pendidikan untuk semua dengan menjamin pada tahun 2015

semua anak dimanapun, laki-laki atau perempuan dapat menyelesaikan pendidikan

dasar (United Nations, 2002).

Merujuk dari tujuan MDG’s tersebut, pendidikan dasar di Indonesia setara

dengan pendidikan di tingkat SD dan SMP, sehingga semua anak di Indonesia

diharapkan mampu menyelesaikan pendidikan tingkat SD dan SMP tersebut.

Sasaran di tingkat dasar ini sebesar seratus persen pada masing-masing jenjang

hingga berakhirnya MDG’s di tahun 2015 (Stalker, 2008). Menuju perjalanannya,

mencapai angka seratus persen tersebut, pada tahun 2010 angka partisipasi sekolah

untuk jenjang SMP telah mendekati 90%. Konsekuensinya, jumlah siswa lulusan

SMP haruslah ditampung ke jenjang SMA (Juknis BOS SMA, 2013). Oleh karena

itu pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan angka partisipasi SMA ini, untuk

menghindari kasus siswa putus sekolah yang hanya berakhir di jenjang SMP.

1
2

99,86%

99,75%

99,26%

98,73%

98,71%

97,70%

97,30%

96,53%

95,43%

94,32%

91,35%

91,30%

89,59%

87,92%

84,66%
Sumber : UNESCO Institute for Statistic (2018)
Gambar 1.1 Angka Partisipasi Sekolah (Net Enrollment Rate) di beberapa
Negara di Dunia setelah kesepakatan MDG’s Tahun 2002 pada jenjang
Primary School atau jenjang SD
UNESCO mendefinisikan jenjang pendidikan menjadi empat yaitu pre-

primary atau setara TK, primary atau setara SD, secondary atau SMP dan SMA,

serta tertiary atau setara perguruan tinggi (Glosariun UNESCO Institute for

Statistic, 2018). Merujuk pada gambar 1.1 diatas, Angka Partisipasi Sekolah (APS)

pada jenjang Primary School yang setara dengan jenjang SD di Indonesia, pada

tahun 2002 yakni dua tahun setelah adanya MDG’s, menunjukan bahwa APS SD

di Indonesia sebesar 91.30% masih berada diatas rata-rata APS dunia yakni

84.66%. Selain itu, dibanding dengan APS negara Filipina sebesar 89.59%

memperlihatkan bahwa APS SD Indonesia masih lebih tinggi. Namun, Angka

Partisipasi sekolah pada jenjang SD tersebut dibanding dengan negara tetangga di

Asia Tenggara yakni Malaysia sebesar 96.53% dan Myanmar sebesar 91.35%,

Indonesia masih tertinggal dibawahnya.


3

97,57%

95,60%

94,40%

92,85%

91,05%

89,61%

89,28%

86,62%

74,68%

63,81%

59,19%

56,34%

54,59%

50,81%

36,15%
Sumber : UNESCO Institute for Statistic (2018).

Gambar 1.2 Angka Partisipasi Sekolah (Net Enrolment Rate) di beberapa


Negara di Dunia setelah kesepakatan MDG’s Tahun 2002 pada jenjang
Secondary School atau jenjang SMP dan SMA
Berdasarkan gambar 1.2 diatas menunjukan bahwa, Angka Partisipasi

Sekolah (APS) pada jenjang Secondary School atau setara dengan jenjang SMP dan

SMA di Indonesia yakni sebesar 50.81%, masih lebih rendah dibandingkan dengan

negara tetangga Indonesia sendiri, yakni Malaysia sebesar 74.68%. Namun APS

Indonesia ini masih lebih tinggi dibanding dengan Myanmar yakni 36.15%. Selain

itu, APS Indonesia dibanding dengan rata-rata APS dunia sebesar 56.34%,

Indonesia masih tertinggal dibawahnya. Hal ini berbeda dengan APS Indonesia

pada jenjang Primary School atau jenjang SD pada gambar 1.1 yang telah

dijelaskan sebelumnya. Menurut Stalker (2008), rendahnya APS di Indonesia pada

jenjang SMP ini dikarenakan cukup tingginya biaya pendidikan. Selain itu, anak

sengaja tidak disiapkan oleh orang tua dari keluarga yang miskin untuk bersekolah.

Keluarga yang miskin akan memerlukan tenaga anak mereka untuk bekerja, disisi
4

lain mereka tidak memiliki biaya untuk membayar biaya sekolah anaknya. Hal

tersebut mendasari orang tua lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya

atau menyekolahkan anaknya namun hanya pada tingkat sekolah yang paling dasar

atau pada jenjang SD.

100,00
90,00
80,00
70,00
APS (%)

60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00

TAHUN

Angka Partisipasi Sekolah SD

Angka Partisipasi Sekolah SMP

Angka Partisipasi Sekolah SMA

Sumber: BPS (2018)


Gambar 1.3 Angka Partisipasi Sekolah di Indonesia Tahun 2000-2014

Gambar 1.3 diatas memperlihatkan bahwa angka partisipasi sekolah pada

jenjang SD adalah paling tinggi. APS SD cenderung paling tinggi diantara jenjang

pendidikan yang lainnya, yakni SMP dan SMA. Hal ini dikarenakan SD merupakan

lembaga pertama dari pendidikan formal yang harus dilalui oleh usia sekolah untuk

bersekolah. Selain itu disinilah letak kebijakan pertama orang tua untuk

memutuskan menyekolahkan anaknya (Stalker, 2008). Sejalan dengan itu, menurut

Hartono (2008) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tingginya APS SD.

Faktor tersebut diantaranya yaitu ketersediaan bangunan sekolah beserta sarana


5

penunjangnya yang dapat menyediakan akses kegiatan belajar di sekolah. Hal ini

menyebabkan APS SD yang cenderung tinggi. Selain itu, menurut Suryadarma dkk

(2006) dalam studinya mengenai APS yang rendah di tingkat SMP, yang dilakukan

pada penelitian SMERU, mendapatkan hasil bahwa selain putus sekolah, transisi

dari SD ke SMP merupakan faktor yang penting mengapa partisipasi sekolah pada

tingkat SMP di Indonesia masih rendah. Selanjutnya dari hasil studi tersebut

diketahui bahwa tingginya biaya sekolah pada tingkat SMP masih menjadi

penghalang keluarga miskin dalam menginvestasikan sumber dayanya untuk

bidang pendidikan. Temuan lain mengenai rendahnya APS jenjang SMP dan SMA

adalah bahwa rendahnya APS pada jenjang ini diakibatkan oleh pengeluaran

pendidikan pada kedua jenjang tersebut pada keluarga miskin, yakni untuk SMP

mendekati 86% dari total pengeluaran rumah tangga perkapita, sedangkan pada

jenjang SMA total pengeluaran untuk pendidikan mendekati 93% dari total

pengeluaran rumah tangga perkapita (Susenas, 2003). Tingginya beban untuk

pendidikan pada keluarga miskin, menyebabkan mereka lebih memilih untuk tidak

menyekolahkan anaknya pada tingkat SMP dan SMA tersebut, sehingga pada

keluarga miskin rentan mengalami drop out dan menjadi indikasi rendahnya APS.

Data yang dihimpun oleh Susenas (2003), menemukan bahwa pada

penduduk yang berusia 7-18 tahun yang tidak melanjutkan sekolahnya dan tidak

bersekolah, disebabkan oleh dua alasan utama yang mendasarinya, yakni dengan

porsi paling besar 67% karena persoalan biaya sekolah dan sebanyak 8.7%

disebabkan karena memilih untuk bekerja, dengan 24.3 % karena alasan lain.

Paparan tersebut dapat menggambarkan bahwa beban finansial atau biaya sekolah
6

merupakan alasan yang sangat berperan dalam menentukan keputusan rumah

tangga atau orang tua untuk menyekolahkan anaknnya. Adanya kasus putus sekolah

(drop out) atau tidak melanjutkan sekolah akan sangat rentan terjadi pada kelompok

rumah tangga miskin, karena faktor biaya atau memilih untuk bekerja.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah sesuai

dengan sasaran dari MDG’s, adalah dengan cara mengucurkan dana untuk

pendidikan. Hal ini dilakukan dengan menurunkan hingga menggratiskan biaya

pendidikan melalui subsidi pendidikan, yang diharapakan mampu menurunkan

biaya pengeluaran untuk pendidikan pada rumah tangga. Upaya pemerintah ini

diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang

berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan

bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib

belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan

dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara

yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah pusat, pemerintah

daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut, adalah

pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan

bagi seluruh peserta didik pada tingkat dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan

lain yang sederajat. Hal ini tercermin dengan memberikan subsidi pendidikan

berupa bantuan dana melalui Program BOS (Buku Panduan Bantuan Operasional

Sekolah, 2010).
7

Dana bantuan BOS ini dimaksudkan untuk membantu pengeluaran

operasional (non personalia) sekolah, sehingga tidak termasuk dalam biaya-biaya

yang berhubungan dengan investasi. Program BOS memiliki perbedaan dengan

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPSBBM) pada bidang

pendidikan yang telah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya, dimana program

tersebut adalah program yang berbentuk beasiswa (Bantuan Khusus Murid - BKM)

kepada siswa yang dianggap miskin. Sedangkan BOS adalah program yang

diberikan kepada seluruh sekolah untuk mengurangi biaya-biaya operasional anak

untuk sekolah, sehingga dana ini penyalurannya melalui pihak sekolah (SMERU,

2006). Hal ini menuntut sekolah untuk mengurangi biaya sekolah yang dipungut

dari orang tua dan bahkan menggratiskan biaya sekolah bagi keluarga yang kurang

mampu. Ini guna memberikan kesempatan yang sama untuk bersekolah bagi siswa

miskin. Hal ini berlaku jika masih terdapat beban biaya pendidikan yang masih

ditanggungkan kepada orang tua, atau dengan kata lain jika dana BOS tidak

menutup seluruh biaya operasional sekolah (Buku Panduan Bantuan Operasional

Sekolah, 2010).

Langkah pemerintah mengenai Program BOS tersebut, tak luput diwarnai

dengan berbagai masalah yang telah terjadi, seperti yang dihimpun oleh Media

Online Suara Pembaharuan pada tanggal 24 September 2018 melaporkan, bahwa

terjadi pungutan liar di salah satu SD di Jakarta, dimana siswa masih ditarik iuran

untuk pembelian ATK, sampul rapor, dan sebagainya, yang seharusnya sudah

termasuk dalam dana BOS yang diberikan. Pada berita yang dilansir oleh

VIVA.co.id pada tanggal 28 September 2018 melaporkan bahwa, terdapat 250 ribu
8

ruang kelas yang rusak di Indonesia, padahal sudah dikucurkan dana BOS yang

seharusnya dapat digunakan untuk perbaikan kelas. Selain itu, Tribun Lampung

pada tanggal 9 Agustus 2018 juga melaporkan bahwa siswa di salah satu SDN di

Lampung masih di bebankan untuk membeli buku yang mahal, meskipun sudah

dikucurkan dana BOS, dimana seharusnya sekolah menyediakan dengan memberi

pinjaman buku untuk siswa (Buku Panduan Operasional Operasional Sekolah,

2010). Selain itu, masih terdapat masalah-masalah lain seperti lambatnya pencairan

dana BOS, kasus korupsi dana BOS oleh kepala sekolah, dan sebagainya.

Banyaknya berita mengenai masalah yang telah terjadi pada Program BOS ini,

dicurigai berdampak pada rendahnya angka partisipasi sekolah (APS) di Indonesia.

Oleh karena itu penelitian ini perlu untuk dilakukan.

Penelitian ini menggunakan rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan pada periode adanya Program BOS, yang menggambarkan program

BOS yakni untuk SD dan SMP sebagai kebijakan pertama yang dimulai pada tahun

2005, sedangkan untuk SMA sebagai kebijakan kedua dimulai pada tahun 2013.

Penggunaan rasio pengeluran rumah tangga ini dimaksudkan untuk menyamakan

karakteristik pada variabel Program BOS (treatment). Oleh karena itu penulis

menggunakan periode BOS terhadap rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan sebagai proxy Program BOS.

Penelitian mengenai dampak Program BOS telah dilakukan sebelumnya.

Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Kharisma (2013) yang meneliti

dampak Program BOS terhadap angka putus sekolah (Drop Out) di Indonesia,

penelitian tersebut menggunakan data mikro yakni dari IFLS dengan metode yang
9

sama yaitu Difference in Difference (DID). Penelitian lain dilakukan oleh

Sulistyaningrum (2016) yang meneliti dampak Program BOS terhadap nilai ujian

(Test Score) di Indonesia dengan menggunakan data mikro dari IFLS dan metode

penelitian yang digunakan adalah Propensity Score Matching (PSM). Selain itu,

penelitian mengenai dampak subsidi pendidikan terhadap angka partispasi sekolah,

sebelumnya pernah dilakukan di luar negeri pula. Diantarnya yaitu di Columbia

oleh Attanasio, dkk (2005). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pada Program

FA signifikan mempengaruhi pada jenjang SMA. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Araujo dan Schady (2008) di Ecuador, menyimpulkan bahwa Program BDH

memiliki dampak yang positif terhadap angka partisipasi sekolah jenjang SMP dan

SMA di Ecuador. Selain kedua penelitian tersebut, terdapat beberapa penelitian lain

mengenai dampak subsidi pendidikan terhadap angka partispasi sekolah yang

pernah dilakukan di beberapa negara berkembang, seperti Mexico (Behrman dkk,

2005; Schultz, 2004), Brazil (Cardoso dan Portela Souza, 2004), Honduras

(Glewwe dan Olinto, 2004), Nicaragua (Maluccio dan Flores, 2004). Keempat

penelitian tersebut menemukan bahwa subsidi pendidikan memiliki dampak yang

positif terhadap angka partisipasi sekolah.

Berbagai penelitian di beberapa negara diatas menunjukan bahwa subsidi

yang diberikan oleh pemerintah untuk pendidikan memberikan dampak positif

terhadap angka partispasi sekolah di beberapa jenjang pendidikan di negara lain.

Oleh karena penelitian mengenai dampak Program BOS terhadap angka partisipasi

sekolah juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah hasil positif di beberapa

negara tersebut juga berlaku di Indonesia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
10

sebelumnya dan belum dilakukan analisis mengenai dampak Program BOS

terhadap Angka Partisipasi Sekolah (APS) jenjang SD, SMP, dan SMA di

Indonesia. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan analisis

dampak Program BOS terhadap rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan.

Setelah itu, dilakukan analisis mengenai dampak Program BOS terhadap Angka

Partisipasi Sekolah (APS) pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Selain

itu penelitian ini menggunakan data makro yang diperoleh dari INDODAPOER

yang dikumpulkan oleh World Bank. Penggunaan jenis data yang berbeda dengan

penelitian yang telah dilakukan di Ecuador dan Columbia (dengan data survey

mikro), apakah akan menghasilkan dampak yang sama yakni positif. Penelitian ini

menggunakan metode Difference-in-Difference (DID) dengan teknik Fixed Effect

(FE), seperti yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang ingin dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak Program BOS terhadap rasio pengeluaran rumah tangga

untuk pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana dampak Program BOS terhadap angka partispasi sekolah (APS)

di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang serta rumusan masalah yang telah diuraikan

diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
11

1. Untuk menguji dan menganalisis dampak Program BOS terhadap rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan di Indonesia.

2. Untuk menguji dan menganalisis dampak Program BOS terhadap angka

partispasi sekolah di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian:

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pembaca dan penulis, penelitian ini diharapakan dapat menambah

wawasan dan ilmu mengenai dampak program BOS terhadap angka

partisipasi sekolah di Indonesia.

2. Bagi Pemerintah Indonesia, penelitian ini diharapakan dapat menjadi

masukan dan evaluasi kebijakan mengenai subsidi pendidikan yang telah

dilakukan supaya lebih dapat dikembangkan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan topic penelitian ini. Selain itu dapat

dijadikan pengembangan ilmu-ilmu ekonomi.

1.5 Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bagian yang

pembahasnnya saling berkaitan, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian ini membahas hal dasar dalam penulisan skripsi ini, diantaranya

yaitu: mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.


12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini berisi tentang landasan teori yang menjadi pedoman dan acuan dalam

membahas mengenai permasalahan yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.

Selain itu, bab ini juga menguraikan penelitian sebelumnya, hipotesis dan model

analisis, serta kerangka berfikir yang digunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pada bagian ini akan dikemukakan secara rinci mengenai beberapa hal

diantaranya yaitu: pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel,

definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan dan

pengolahan data, serta teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum objek

penelitian, analisis model, deskripsi hasil uji empiris, pembuktian hipotesis, dan

pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pada

bagian ini akan diperlihatkan dan akan dilakukan analisis mengenai hasil atau

output dari estimasi yang telah dilakukan.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah atau hipotesis yang diajukan, serta saran sebagai

alternatif pemecahan masalah, sehingga diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi

pihak manapun yang berkepentingan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Subsidi dalam Barang Publik

Menurut Hutchinson (2016), subsidi adalah suatu keuntungan atau benefit

yang diberikan oleh pemerintah kepada individu maupun kepada sekelompok

individu atau masyarakat yang diberikan dalam bentuk pembayaran secara cash

(Cash Payment) atau berupa penurunan pajak (Tax Reduction). Subsidi diberikan

untuk menurunkan atau menghilangkan beban yang ditanggung oleh individu atau

masyarakat yang sering dikaitkan dalam penyediaan barang publik.

Menurut Mc Conell dan Brue (2005:321-322), dikatakan bahwa subsidi

merupakan sebuah spillover benefits yang tersebar secara luas yang diberikan oleh

pemerintah dengan mengalokasikan sumber daya kepada tiga pilihan, yakni (a)

subsidi kepada pembeli, (b) subsidi kepada produsen, dan (c) subsidi berupa

kebijakan pemerintah. Kasus dalam penelitian mengenai dampak Program BOS ini,

alokasi subsidi berupa kebijakan pemerintah dengan memberikan penurunan

hingga menggratiskan biaya untuk pendidikan melalui program BOS. Gambar 2.1

berikut ini akan menggambarkan ketika adanya pemberian subsidi sebagai

kebijakan yang diberikan oleh pemerintah secara teori.

Gambar 2.1 dibawah ini menyatakan bahwa dengan adanya subsidi maka

akan meningkatkan quantitas anak yang besekolah atau akses pendidikan (Q1) yang

dapat ditunjukan dengan perubahan Q ke Q1. Hal ini didukung dengan mekanisme

13
14

penurunan harga P ke P1. Berdasarkan pendapat Hutchinson (2016) dikatakan

bahwa subsidi sering dikaitkan dengan barang publik, dimana pemerintah

melakukan kebijakan kebijakan tertentu untuk penyediaan barang yang dapat

dinikmati masyarakat dengan harga yang lebih rendah.

Sumber: Mc Conell dan Brue (2005:321)

Gambar 2.1 Eksternalitas Positif Subsidi sebagai Kebijakan Pemerintah

Menurut Hyman (2005:150-152), Pendidikan dapat dikatakan sebagai

barang publik dan swasta. Dikatakan sebagai barang publik adalah ketika

pemerintah memberikan penyediaan pendidikan secara gratis melalui subsidi,

sedangkan untuk barang swasta adalah ketika pendidikan tersebut disediakan oleh

swasta dengan biaya pendidikan yang lebih tinggi, yang tentunya orang tua murid

mampu membeli pendidikan tersebut, seperti bimbingan belajar luar sekolah atau

guru privat. Kasus dalam penelitian ini, pendidikan dengan harga yang lebih rendah

karena pemerintah memberikan subsidi pendidikan melalui Program BOS, maka

pendidikan dapat dikatakan sebagai barang publik.


15

Barang publik dapat memiliki dua ekternalitas yakni positif maupun negatif.

Ekternalitas positif didapatkan ketika penyediaan barang tersebut memberikan

dampak yang baik kepada individu maupun masyarakat, sedangkan negatif ketika

dampaknya adalah buruk kepada individu atau masyarakat (Mc Conell dan Brue,

2005:321). Ketika terdapat Program BOS pemerintah berusaha untuk menurunkan

biaya sekolah, sehingga akan meningkatkan akses pendidikan, maka Program BOS

memberikan eksternalitas positif yang sebaiknya harus ditambah atau tetap

dilanjutkan (Pindyck dan Rubinfeld, 1997:650-651).

2.1.2 Angka Partispasi Sekolah (APS)

Cara untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memperoleh

pendidikan, dapat dilihat dari persentase penduduk menurut angka partisipasi dalam

pendidikan. Angka partisipasi dalam pendidikan dapat dikenal melalui beberapa

indikator untuk mengetahuinya, antara lain yaitu: Angka Partisipasi Sekolah (APS),

Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka Partispasi Murni (APM). Menurut

Kemendikbud (2018) terdapat perbedaan perhitungan dan definisi dari ketiga angka

partisipasi, diantaranya yaitu:

(a). APS adalah ukuran daya serap suatu lembaga pendidikan terhadap usia sekolah

atau seberapa besar penduduk sesuai umur sekolah mendapat akses pendidikan.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 7−12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ


APS 7-12 tahun = 𝑥 100% ….2.1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 7−12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 13−15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ


APS 13-15 tahun = 𝑥 100% ..2.2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 13−15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 16−18 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ


APS 16-18 tahun = 𝑥 100 … .2.3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 16−18 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
16

(b). APK adalah angka partispasi penduduk yang mengenyam pendidikan sesuai

dengan jenjang atau tingkatan pendidikannya. Perhitungannya adalah sebagai

berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝐷/𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡


APK SD = 𝑥 100% ……………………………...2.4
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 7−12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝑀𝑃/𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡


APK SMP= 𝑥 100% ……………………………2.5
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 13−15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝑀/𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡


APK SM= 𝑥 100% ……………………………..2.6
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 16−18 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

(c). APM merupakan proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan

tertentu yang masih bersekolah pada kelompok umur tersebut. Perhitungannya

adalah sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝐷/ 𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑢𝑠𝑖𝑎 7−12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


APM SD = 𝑥 100% ……………………2.7
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 7−12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝑀𝑃/𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑢𝑠𝑖𝑎 13−15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


APM SMP= 𝑥 100% …………………2.8
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 13−15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝑀/𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑢𝑠𝑖𝑎 16−18 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


APM SM= 𝑥 100% ……………….......2.9
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 16−18 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Penelitian ini menggunakan variabel dependen atau terikat yakni Angka

Partisipasi Sekolah (APS). Hal ini dikarenakan Angka Partisipasi Sekolah (APS)

berguna untuk memperlihatkan akses atau terbukanya peluang yang lebih besar

dalam pendidikan secara umum. Ini dapat dilihat dari besarnya APS pada setiap

kelompok umur, sehingga APS ini mengindikasikan ketepatan kelompok umur

disetiap jenjang sekolah dimana siswa mendapatkan pendidikan sesuai dengan porsi

umurnya (Sirusa BPS, 2018). Penggunaaan APS ini sesuai dengan tujuan pada buku

panduan BOS, bahwa adanya Program BOS bertujuan untuk meningkatkan akses

sekolah di jenjang pendidikan sesuai dengan umur siswa, sehingga semakin tinggi
17

nilai APS akan memperlihatkan kualitas pendidikan yang semakin tinggi pula.

Karena APS menunjukan usia per jenjang siswa, maka akan menghasilkan angka

yang tidak melebihi seratus persen, karena tepat pada usianya di jenjang pendidikan

tertentu. Hal ini berbeda dengan APK dimana angka partisipasinya bisa melebihi

seratus persen, karena tidak memandang pendidikan sesuai dengan porsi umur

siswa, sehingga anak yang tidak naik kelas juga dihitung dalam APK, sedangkan

untuk APM digunakan untuk mengetahui penduduk usia sekolah yang dapat

memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai umur dan jenjang (Sirusa BPS, 2018).

2.1.3 Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah

yang pada dasarnya adalah untuk menyediakan pendanaan biaya operasional

(nonpersonalia) bagi satuan pendidikan sebagai program wajib belajar (Juknis

BOS, 2014). Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2008 tentang pendanaan

pendidikan, biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan baku atau peralatan

pendidikan, seperti penyediaan buku pinjaman untuk siswa, kapur tulis (spidol),

dan biaya-biaya tak langsung yang berupa: daya/listrik, air, jasa telekomunikasi,

pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi (khususnya bagi

siswa miskin), konsumsi, pajak, dll yang terhitung dalam sumbangan pembiayaan

pendidikan (SPP).

Menurut Juknis BOS (2014), ada beberapa biaya personalia yang

diperbolehkan secara khusus, yakni pembayaran untuk guru honorer dan tenaga

honorer seperti pegawai perpustakaan, penjaga sekolah, satpam, pegawai

kebersihan, dsb. Namun harus ditetapkan dan dipertimbangkan batas maksimum


18

dalam penggunaan dari dana BOS untuk hal-hal tersebut. Pengembangan profesi

guru juga dapat dibiayai dari BOS, namun syaratnya adalah hanya digunakan untuk

biaya transportasi, akomodasi, biaya pendaftaran, dan fotocopy materi guru

tersebut. Selain itu dana BOS juga dapat digunakan untuk biaya personalia lain

yakni membantu peserta didik yang miskin, dengan pemberian tambahan biaya

bantuan transportasi, membeli seragam, dan sebaginya yang mendukung dan

mendorong siswa miskin tersebut tetap sekolah.

Program BOS untuk pendidikan dasar dan menengah tidak diberikan dalam

waktu yang bersamaan. Program BOS pada kebijakan pertama, untuk sekolah dasar

yakni SD/MI/SDLB dan SMP/MTS/SMPLB/SMPT dimulai pada tahun 2005

sedangkan untuk tingkat SMA/MA/SMK dimulai pada tahun 2013. Selain itu,

Program BOS untuk SD dan SMP serta Program BOS untuk SMA juga memiliki

beberapa tujuan yang ingin dicapai. Secara umum program BOS untuk sekolah

dasar (SD dan SMP) bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap

pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Selain

itu, diharapkan program BOS juga dapat berperan dalam mempercepat pencapaian

standar pelayaan minimal di sekolah. Secara khusus BOS bertujuan untuk:

1. Membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik SD/MI/SDLB dan

SMP/MTS/SMPLB/SMPT terhadap biaya operasi sekolah.

2. Membebaskan pungutan seluruh peserta didik miskin dari seluruh pungutan

dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta.

3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah swasta

(Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah, 2014).


19

Pada jenjang SMA/SMK program BOS juga memiliki tujuan umum yakni

mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan

masyarakat, sedangkan tujuan khusus nya adalah sebagai berikut:

1. Membantu biaya operasional sekolah

2. Mengurangi angka putus sekolah siswa SMA/MA/SMK

3. Meningkatkan angka partisipasi sekolah siswa SMA/MA/SMK

4. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affirmative action) bagi

SMA/MA/SMK dengan cara meringankan biaya sekolah

5. Memberikan kesempatan bagi siswa SMA/MA/SMK untuk mendapatkan

layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu (Petunjuk Teknis Program

BOS SMA/MA/SMK, 2013).

Tujuan dari Program BOS untuk tingkat dasar dan menengah ini sama-sama

untuk mengurangi biaya operasional sekolah siswa. Turunnya biaya operasional ini

diharapkan dapat meningkatkan angka partisipasi sekolah (APS) dari tingkat dasar

maupun menengah. Oleh karena itu dalam penelitian ini adanya Program BOS yang

telah dicanangkan oleh pemerintah, diharapakan dapat memberikan dampak yang

positif terhadap angka partisipasi sekolah di ketiga jenjang sekolah yakni SD, SMP,

dan SMA di Indonesia.

2.1.4 Proxy Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Ketidaktersediaan data mengenai program BOS untuk sekolah yang

menerima dan tidak menerima dana BOS sebagai treatment menjadi tantangan.

Selain itu jika digunakan sekolah yang menerima dan tidak menerima dana BOS

sebagai variabel treatment dan untreatment akan kurang tepat. Hal ini dikarenakan
20

sekolah yang tidak menerima BOS adalah sekolah yang masuk dalam kategori

Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) atau Sekolah Internasional

(SBI), dimana RSBI dan SBI ini sudah dihapuskan (Dharmaningtias, 2013),

meskipun adanya sekolah internasional tidak mampu menggambarkan karakteristik

yang sama dengan sekolah nasional, karena syarat evaluasi dengan metode DID

adalah penggunaan karakteristik yang sama (Khandker, 2009). Hal ini menjadi

tantangan penulis untuk melakukan evaluasi mengenai dampak dari Program BOS

ini. Untuk mensiasati hal diatas tersebut, maka penulis menggunakan rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada tingkat kabupaten/kota.

Penggunaaan kabupaten/kota ini akan bertujuan untuk memberikan karakterikstik

yang sama karena perlakuan dari dana BOS akan didistribusikan dari pusat pada

sekolah-sekolah nasional hingga level kabupaten/kota (daerah) di Indonesia.

Alasan lain menggunakan rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan adalah sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Bhattacharya

(2012) di India, bahwa adanya subsidi pendidikan akan menurunkan pengeluaran

rumah tangga untuk pendidikan. Selain itu, dalam buku BOS (2014) menyebutkan

bahwa dengan adanya Program BOS, diharapkan mampu menurunkan pengeluaran

orang tua untuk pendidikan anak. Rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan ini akan dibandingkan antara rata-rata kabupaten dengan nasional.

Penggunaan rata-rata nasional ini adalah sebelum adanya program BOS dimana rata

rata nasional untuk SD, SMP, serta kebijakan pertama (BOS untuk SD dan SMP

saja) adalah sebesar 3.6 persen, sedangkan untuk SMA dan kebijakan kedua (BOS

untuk SD, SMP,dan SMA) adalah sebesar 4.1 persen. Perbedaan ini dikarenakan
21

adanya perbedaan waktu pelaksanaan Program BOS pada jenjang sekolah tersebut.

Ketika rasio pengeluaran rumah tangga dibawah nasional maka bernilai dummy 1

(Treated). Hal ini dikarenakan, ketika rasio pengeluaran dibawah rata-rata nasional

maka rumah tangga tersebut terdampak lebih besar terhadap program, dimana rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada penduduk miskin lebih rendah

sesuai dengan pendapatan yang diterima (Ebaidalla, 2018). Hal ini secara logika

dapat dikatakan bahwa penduduk miskin tidak menyekolahkan semua anaknya,

dimana mereka masih membutuhkan tenaga anaknya untuk mencukupi kebutuhan

hidup (Stalker, 2008), sehingga rasio pengeluaran untuk pendidikannya lebih

rendah. Selain itu dalam Juknis BOS (2014) dituliskan bahwa adanya Program BOS

diharapkan mampu menurunkan beban biaya sekolah yang ditanggung oleh orang

tua, sehingga ketika adanya BOS diharapkan mampu menurunkan rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan. Ketika biaya untuk sekolah turun

maka rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pun turun. Oleh karena

pada kelompok dibawah rata-rata nasional ini adalah kelompok yang terdampak

lebih besar adanya Program BOS. Sedangkan kelompok yang rasio pengeluaran

rumah tangga untuk pendidikannya diatas nasional maka dikelompokkan dalam

dummy 0. Hal ini dikarenakan pada kelompok ini terdampak Program BOS lebih

kecil dibanding kelompok sebelumnya atau miskin.

Pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan ini masuk kedalam jenis

konsumsi bukan makanan berupa barang dan jasa, sehingga didalam konsumsi

barang dan jasa tersebut terdapat pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan

(BPS, 2018). Selain itu, pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan ini merupakan
22

biaya yang didalamnya terdapat jenis pengeluaran yang berkaitan dengan

penyelenggaraan pendidikan. Jenis pengeluaran tersebut meliputi biaya berupa

uang pangkal, persatuan orang tua murid dan guru (POMG), iuran sekolah lain

(seperti iuran keterampilan, les, tes), uang sekolah berupa sumbangan

penyelenggaraan pendidikan (SPP), buku pelajaran, alat tulis, dan biaya kursus.

Oleh karena itu mengikuti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan

buku BOS (2014), maka Program BOS di proxy menggunakan pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan yang menggambarkan adanya Program BOS. Hal ini dapat

diharapkan pada waktu diadakannya Program BOS pengeluaran rumah tangga

untuk pendidikan adalah menurun, maka Program BOS dapat dikatakan memiliki

dampak pada pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan tersebut.

2.1.5 Dampak Subsidi Barang Publik (Pendidikan) terhadap Harga, Belanja, dan

Akses Pendidikan

Adanya Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai subsidi

pendidikan, secara teori mampu berdampak pada peningkatan permintaan

pendidikan, sehingga meningkatkan akses penddidikan (Qd), yang dalam penelitian

ini adalah angka partisipasi sekolah (APS). Hal ini sesuai dengan gambar 2.1 yang

telah dituliskan pada sub bab 2.1.1 sebelumnya, yang memperlihatkan bahwa Qd

sebagai akses pendidikan akan naik ketika terdapat subsidi pendidikan (S1).

Kenaikan akses pendidikan ini melalui mekanisme penurunan Pd atau harga

pendidikan, secara teori.


23

Tabel 2.1
Jenis, Definisi, dan Dampak Elastisitas
Dampak pada
Elastisitas Sifat Definsi (Ed) Belanja Pendidikan
(PxQ)
Elastis  Substitutability Persentase perubahan Penurunan pada harga
(E > 1)  Expensiveness jumlah yang diminta akan berdampak
 Durability (Qd) lebih besar meningkatkan belanja

 Peka dalam daripada pesentase pendidikan (+).

jangka pendek perubahan harga (Pd).

Inelastis  Urgency Persentase perubahan Penurunan pada harga


(E < 1)  Versality jumlah yang diminta akan berdampak
(serbaguna) (Qd) lebih kecil menurunkan belanja
daripada pesentase pendidikan (-).
perubahan harga (Pd).
Sumber: Samuelson dan Nordhaus (1992) & Rosyidi (2005)

Hal ini sejalan dengan hukum elastisitas permintaan (Ed) yakni suatu

kepekaan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang tersebut,

dengan asumsi bahwa hal lainnya tidak berubah (Samuelson dan Nordhaus,

1992:79). Elastisitas yang diantaranya pada tabel 2.1 diatas berisi mengenai jenis

elastisitas, definisi, dan dampak dari elastistas permintaan tersebut untuk

menghubungkan pendidikan dengan subsidi pendidikan. Penelitian ini

mendefinisikan harga (Pd) sebagai harga pendidikan, jumlah (Qd) sebagai akses

pendidikan (APS), sedangkan (PxQ) sebagai belanja pendidikan atau dalam

penelitian ini adalah rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan.

Menurut Umaroh (2015), pendidikan dikategorikan dalam permintaan yang

bersifat inelastis. Selain itu Program BOS merupakan penawaran yang bersifat
24

inelastis. Kedua hal ini dikarenakan, berdasarkan sifat yang dimiliki pada

pendidikan dan Program BOS, dimana keduanya nonsubstitusi (pendidikan) atau

memiliki substitusi dekat (Program BOS). Selain itu berdasarakan urgensinya

keduanya sangat penting, oleh karena itu keduanya adalah barang yang

dikategorikan bersifat inelastis. Idealnya, ketika adanya Program BOS akan

meningkatkan supply pendidikan (gambar 2.1) yang nantinya akan meningkatkan

Qd sebagai akses pendidikan (APS). Adanya program BOS dan pendidikan yang

bersifat inelastis ini, secara teori menyebabkan penurunan belanja pendidikan. Ini

dikarenakan adanya Program BOS terjadi perubahan pada akses pendidikan (Qd)

yang lebih kecil dibanding perubahan harga pendidikan (Pd). Sehingga belanja

pendidikan atau PxQ adalah lebih kecil atau bernilai negative (tabel 2.1), dengan

kata lain adanya Program BOS mampu menurunkan belanja pendidikan atau

menurunkan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan.

2.1.6 Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Kontrol

Tingkat kemiskinan (Povrate) digunakan sebagai variabel kontrol,

didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Meydiasari dan Soejoto (2017),

bahwa tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi

sekolah (APS). Hubungan antara keduanya adalah negatif. Oleh karena itu peneliti

menggunakan variabel ini sebagi kontrol, karena variabel ini memiliki pengaruh

terhadap APS selain program BOS.

Selain itu, pendapatan percapita (lngdppcp) juga digunakan sebagai variabel

kontrol yang didasarkan pada penelitian Gumus dan Kayhan (2012) serta Dash

(2011), bahwa pendapatan percapita (GDP percapita) mempengaruhi secara


25

signifikan angka partisipasi sekolah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

menggunakan variabel pendapatan perkapita sebagi kontrol, atau variabel lain yang

turut memberikan dampak selain variabel independen utama yakni Program BOS.

Kedua Variabel kontrol ini disertakan dalam estimasi, yang nantinya

berguna untuk memperlihatkan dampak yang yang sesungguhnya dari Program

BOS, sehingga hasil yang diperoleh lebih valid (Gertler dkk, 2010:35).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai dampak subsidi pendidikan terhadap angka partisipasi

sekolah (APS) pernah dilakukan oleh Attanasio, dkk (2005) yang dilakukan di

Columbia. Subsidi pendidikan yang diberikan ini bernama Familias en Accion (FA)

Program. Penelitian ini menggunakan data mikro yang berasal dari lembaga survey

individu di Columbia. Penelitian ini menggunakan metode Propensity Score

Matching (PSM) dan DID. Hasil yang diperoleh bahwa program FA telah

berdampak pada APS pada usia 14-17 tahun atau setara dengan pendidikan di

tingkat SMA secara statistika. Sedangkan untuk usia 8-13 atau setara dengan

pendidikan jenjang SD dan SMP tidak signifikan berdampak secara statistika.

Selain itu terdapat penelitian lain yang dilakukan oleh Schady dan Araujo

(2008) di Ecuador. Subsidi pendidikan di Ecuador ini benama Bono de Desarollo

Humono (BDH). Penelitian ini menggunakan data mikro dari lembaga survey

Ecuador dengan sampel sebanyak 1.488 rumah tangga. Penelitian ini menggunakan

metode Difference in Difference dengan Fixed Effects. Hasil penelitian tersebut


26

adalah bahwa Program BDH memiliki dampak positif terhadap APS siswa berusia

13 tahun keatas (SMP dan SMA) di Ecuador secara statistika.

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Variabel Hasil Penelitian


Attanaio, PSM dan Variabel terikat: Program FA
dkk DID APS berdampak pada
(2005) Variabel bebas : angka partisipasi
Program FA (dummy sekolah (APS) pada
partisipan dan non partisipan usia 14-17 tahun.
dari program tersebut) Sedangkan untuk
Variabel Kontrol: usia 8-13 tidak
- Gender signifikan
- Usia kepala keluarga berdampak
- Kepemilikan rumah
- Jumlah sekolah
- Jumlah murid per guru
- Jumlah rumah sakit, dsb
Schady FE Variabel Terikat : Program BDH
dan regression APS memiliki dampak
Araujo Variabel Bebas : positif terhadap
(2008) Program BDH (dummy angka partisipasi
individu yang mendapat dan sekolah (APS) di
tidak mendapat subsidi dari Ecuador
program)
Variabel Kontrol :
- Ukuran rumah tangga
- Jumlah ruangan di rumah
- Usia kepala rumah tangga
- Pendidikan kepala rumah
tangga, dsb
Sumber: Ilustrasi Penulis (2018)
27

2.3 Hipotesis dan Model Analisis

2.3.1 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, landasan teori, dan penelitian terdahulu, maka


hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Program BOS dapat memberikan dampak penurunan terhadap rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan di Indonesia.

2. Program BOS dapat memberikan dampak peningkatan terhadap Angka

Partispasi Sekolah (APS) di Indonesia.

2.3.2 Model Analisis

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, model yang digunakan

untuk mengestimasi dampak periode adanya Program BOS terhadap rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan dan dampak Program BOS terhadap

Angka Partispasi Sekolah (APS) di Indonesia, adalah sebagai berikut :

1. Model Estimasi Dampak Program BOS terhadap Rasio Pengeluaran Rumah

Tangga untuk Pendidikan (HHEedu).

Model yang digunakan untuk melakukan estimasi dampak adanya Program

BOS terhadap rasio Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan adalah

model Difference in Difference (DID). Model ini merupakan model yang

umum digunakan dalam studi evaluasi dampak. Ini dilakukan dengan

membandingkan kelompok yang terdampak besar yakni dengan proxy

ketika adanya program BOS, rasio rata-rata pengeluaran rumah tangga

untuk pendidikan tingkat kabupaten/kota lebih kecil dibanding dengan rasio

rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan tingkat nasional


28

(dummy = 1). Sedangkan terdampak kecil dengan proxy ketika adanya

program BOS, rasio rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan

tingkat kabupaten/kota lebih besar dibanding dengan rasio rata-rata

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan tingkat nasional (dummy = 0).

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah benar pada tahun adanya

program BOS berpengaruh terhadap rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan, dimana diharapkan adanya penurunan rasio pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan ketika adanya program BOS.

HHEeduit = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitast + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit ………………….……………………….(2.10)

dimana,

HHEeduit :Rasio Pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan selama

periode sebelum dan sesudah adanya Program BOS

Targeti : Dummy kabupaten/kota yang terdampak besar dan

terdampak kecil sebelum dan sesudah adanya Program BOS

Intensitast : Dummy tahun sebelum dan sesudah adanya Program BOS

Interaksi : Perkalian antara target dan tahun sebelum dan sesudah

adanya program BOS

Controlit : Variabel kontrol sebelum dan sesudah adanya program

BOS
29

i : Cross Section berupa 496 sampai 497 kabupaten/kota di

Indonesia

t : time series berupa tahun 2000 sampai 2014

u : error term

2. Model estimasi Pengaruh Program BOS terhadap Angka Partispasi Sekolah

(APS) di Indonesia

Model yang digunakan untuk mengestimasi pengaruh program BOS

terhadap angka partisipasi sekolah (APS) di Indonesia adalah dengan

metode yang sama yakni Difference in Difference (DID). Model tersebut

adalah sebagai berikut :

APSit = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitast + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit ………………………..……....…….............(2.11)

dimana,

APSit : Angka Partisipasi Sekolah

Targeti : Dummy kabupaten/kota yang terdampak besar dan

terdampak kecil sebelum dan sesudah adanya Program BOS

Intensitast : Dummy tahun sebelum dan sesudah adanya Program BOS

Interaksi : Perkalian antara target dan tahun sebelum dan sesudah

adanya program BOS


30

Controlit : Variabel kontrol sebelum dan sesudah adanya program

BOS

i : Cross Section berupa 496 sampai 497 kabupaten/kota di

Indonesia

t : time series berupa tahun 2000 sampai 2014

u : error term

2.4 Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 dibawah ini menunjukan kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Kerangka berpikir ini berawal dari adanya MDG’s yang disepakati oleh negara-

negara didunia, dimana targetnya adalah angka partisipasi sekolah dasar yakni

sebesar 100% ketika berakhirnya MDG’s pada tahun 2015 yang dihitung sampai

jenjang SMP. Namun, ironinya Angka Partispasi Sekolah (APS) di Indonesia yang

masih rendah dan masih jauh dibawah target tersebut.

Harapan pemerintah untuk meningkatkan APS tersebut dilakukan dengan

memberikan subsidi pendidikan berupa Program BOS. Program BOS ini dapat

dikatakan sebagai barang publik karena pemerintah memberikan penyediaan

fasilitas pendidikan berupa bantuan hingga menggratiskan biaya pendidikan pada

jenjang SD sampai dengan SMA. Selain itu secara teori Subsidi dalam pendidikan,

pemberian Program BOS ini diharapakan untuk menurunkan pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan. Selain itu dengan adanya Program BOS secara teori

mampu meningkatkan angka partisipasi sekolah di jenjang pendidikan.


31

Pemerintah mendukung hal ini dengan mengeluarkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan

bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan

dasar. Selain itu pada Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan

pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang

pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 yang

menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah pusat, pemerintah daerah,

dan masyarakat sebagai warga negara.

Tingginya biaya pendidikan masih menjadi hambatan di Indonesia untuk

orang tua memutuskan menyekolahkan anaknya. Oleh karena itu, pemerintah

berusaha untuk menarik minat masyarakat untuk meningkatkan partisipasinya

dalam pendidikan. Usaha pemerintah ini melalui pemberian subsidi pendidikan

berupa Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai pada tahun

2005, yang nantinya diharapakan akan meningkatkan angka partispasi sekolah. Hal

ini dikarenakan dengan adanya BOS diharapkan menurunkan biaya pendidikan

yang ditanggung oleh rumah tangga.

Ketidaktersediaan data mengenai sekolah penerima dan bukan penerima

Program BOS menjadi tantangan bagi penulis, sehingga penulis menggunakan

proxy rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan tingkat kabupaten/kota.

Dimana dengan membandingkan kelompok kabupaten/kota yang terdampak besar

yakni dengan proxy ketika adanya program BOS maka rata-rata rasio pengeluaran
32

rumah tangga untuk pendidikan tingkat kabupaten/kota lebih kecil dibanding

dengan rata-rata rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan tingkat

kabupaten/kota nasional (dummy = 1). Sedangkan terdampak besar dengan proxy

ketika adanya program BOS rasio rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan tingkat kabupaten/kota lebih besar dibanding dengan rasio rata-rata

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan tingkat nasional (dummy = 0).

Penelitian ini menggunakan analisis dampak yakni Difference in Difference

(DID) yang nantinya akan dianalisis mengenai dampak dari adanya Program BOS

terhadap pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada saat itu. Kemudian

menganalisis dampak dari Program BOS terhadap Angka Partispasi Sekolah (APS)

di tiga jenjang pendidikan di Indonesia yaitu SD, SMP, dan SMA. Estimasi dalam

analisis dampak ini membutuhkan kelompok kontrol yaitu Tingkat kemiskinan

(poverty rate) dan GDP perkapita. Kelompok kontrol ini digunakan untuk

menggambarkan variabel ekonomi lain yang turut mempengaruhi variabel Y atau

variabel terikat selain program BOS itu sendiri, sehingga hasil yang didapatkan

dapat berupa hasil yang lebih valid, karena menggambarkan dampak yang

sebenarnya. Kerangka mengenai penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2

dibawah ini.
33

e
Latar Belakang :
1. Target MDGs pada bidang pendidikan dengan APS sekolah dasar (SD dan SMP)
100% di tahun 2015 (berakhirnya MDG’s)
2. APS SD, SMP, dan SMA di Indonesia yang masih rendah
3. Pemerintah Mengucurkan subsidi pendidikan berupa Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS)

Landasan Teori :
UU Pendidikan : Penelitian Terdahulu
Teori Subsidi
Undang-Undang Nomor 1. Attanaio, dkk (2005)
dalam Barang Publik 20 Tahun 2003 pasal 34 2. Schady dan Araujo (2008)
ayat 2 dan 3

Adanya Program Bantuan Operasioanl Sekolah (BOS)


(diproxy dengan share rata rata pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan (HHEDUEXP) pada
tingkat kabupaten)

Share rata rata HHEDUEXP tingkat kab/kota Share rata rata HHEDUEXP tingkat
< share Rata rata HHEDUEXP tingkat kab/kota > share rata rata HHEDUEXP
Nasional (d=1) tingkat Nasional (d=0)

Difference in Difference (DID)

Variabel Y (Terikat)

Pengeluaran RT untuk pendidikan

Angka Partisipasi Kasar SD, SMP, dan SMA

Sumber: Ilustrasi Penulis (2018)


Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

ini menitikberatkan pada pembuktian hipotesis yang telah dibentuk pada awal

bagian penelitian. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan dengan menggunakan

metode analisis ekonometrika, yaitu metode yang menggabungkan antara analisis

matematis, statistik, dan teori ekonomi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Difference-

in-Difference (DID) dengan Teknik Fixed Effect (FE) dan Random Effect (RE).

Penggunaan kedua teknik ini sebenaranya sama-sama untuk mengestimasi dampak,

namun perbedaanya dengan menggunakan FE dapat menghilangkan faktor yang

tidak mampu ditangkap, atau yang disebut unobserved factor, yang konstan antar

waktu di variabel treated maupun untreated, sehingga dengan FE diperoleh hasil

estimasi yang lebih robust. Pengggunaan metode DID dengan teknik FE dan RE ini

bertujuan untuk melihat apakah hasil yang diperoleh konsisten pada kedua teknik

tersebut (Khandker dkk, 2009:192). Kedua teknik ini digunakan sebagai alat

analisis untuk mendapatkan dampak dari adanya Program Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) dalam Angka Partisipasi Sekolah (APS) jenjang SD, SMP, dan

SMA di Indonesia.

34
35

Penelitian ini tergolong dalam penelitian Quasi-Eksperimental karena

peneliti tidak terjun langsung untuk bereksperimen terhadap objek yang diteliti,

selain itu objek penelitian yang digunakan lebih besar dibanding penelitian

eksperimental (Gertler dkk, 2010:210). Selain itu peneliti melakukan kontrol atas

beberapa variabel yang berpengaruh. Hal ini disebabkan karena dalam

mengelompokkan observasi antara grub partisipan (Treated) yang dalam penelitian

ini adalah terdampak besar dan grub non-partisipan (Untreated) yang dalam

penelitian adalah terdampak kecil. Variabel kontrol juga digunakan dalam

penelitian ini, dimana kontrol diambil dari penelitian terdahulu yang turut

mempengaruhi (determinan) dalam variabel terikat (dependen). Penelitian ini akan

diestimasi dengan STATA 14.0.

3.2 Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis untuk mengevaluasi dampak

Program BOS terhadap angka partisipasi sekolah SD, SMP, dan SMA, yaitu

menggunakan metode DID dengan teknik FE dan RE. Evaluasi ini dilakukan

dengan menggunakan tiga jenis variabel, dimana variabel tersebut adalah:

3.2.1 Variabel Independen:

a. Variabel Kelompok Target

Variabel ini menggunakan dummy variabel yang membedakan antara

kelompok kabupaten yang terdampak besar dan terdampak kecil saat adanya

Program Bantuan Operasioal Sekolah (BOS). Variabel tersebut bernilai 1

jika terdampak lebih besar (dummy=1) dan bernilai 0 jika terdampak lebih

kecil (dummy=0).
36

b. Variabel Intensitas

Variabel ini menggunakan dummy tahun sebelum dan sesudah adanya

Program BOS, dimana tahun sebelum adanya Program BOS bernilai 0 dan

sesudah adanya Program BOS bernilai 1.

c. Variabel Interaksi

Variabel ini merupakan interaksi atau perkalian antara variabel target dan

intensitas. Varibel ini mencerminkan dampak yang merupakan

penggabungan antara teknik with-without (Target) dan before-after

(Intensitas). Variabel ini bernilai 1 dan 0 (dummy).,,

d. Variabel Kontrol

Variabel ini berupa GDP percapita (lngdppcp) dan tingkat kemiskinan

(povrate) yang berupa persentase (%).

3.2.2 Variabel Dependen:

Variabel dependen ini merupakan aspek yang dievaluasi mengenai adanya

Program BOS terhadap rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan, dimana

pada kebijakan pertama atau kesatu (Program BOS untuk SD dan SMP saja) dan

kebijakan kedua (Program BOS untuk SD, SMP, dan SMA). Variabel pengeluaran

rumah tangga untuk pendidikan ini adalah berbentuk rasio. Selain itu, adanya

Program BOS juga akan dilihat dampaknya terhadap APS pada jenjang pendidikan

SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Variabel Angka Partisipasi Sekolah (APS) ini

berbentuk persentase (%) di masing-masing kabupaten/kota di Indonesia.


37

3.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional bertujuan untuk menjelaskan atau mendefinisikan

seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara detail, agar tidak

menimbulkan kesalahan persepsi. Definisi operasional variabel dan ukurannya

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Independen

a. Variabel Kelompok Target

Variabel kelompok target ini dibentuk dari perbandingan antara

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan terhadap total pengeluaran

rumah tangga. Variabel terdampak (Treated) yang dalam penelitian ini

terdampak lebih besar diproxy dengan menggunakan rasio rata-rata

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada tingkat kabupaten dan

nasional. Ketika rasio rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan

pada tingkat kabupaten lebih kecil dibandingkan dengan rasio rata-rata

pengeluaran rumah tangga pada tingkat nasional maka dampak dari program

BOS tersebut lebih besar. Variabel ini akan bernilai 1 (dummy=1).

Variabel kelompok terdampak lebih kecil (Untreated group) di

proxy seperti kelompok terdampak, namun perbedaanya adalah bahwa

ketika rasio rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada

tingkat kabupaten lebih besar dibandingkan dengan rasio rata-rata

pengeluaran rumah tangga pada tingkat nasional maka dampak dari program

BOS tersebut lebih kecil dirasakan oleh rumah tangga atau orang tua,

sehingga variabel ini bernilai 0 (dummy=0). Hal ini dilakukan karena


38

keterbatasan data mengenai sekolah penerima dan bukan Program Bantuan

Operasional Sekolah di Indonesia, sehingga sesuai dengan penelitian

Bhattacharya (2012), bahwa ketika terdapat subsidi pendidikan akan

menurunkan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan.

b. Variabel Intensitas

Variabel Intensitas berupa variabel waktu atau tahun sebelum

(before) dan sesudah (after) adanya Program BOS. Variabel ini berupa

variabel dummy, dimana sebelum adanya Program BOS akan bernilai 0

(dummy=0) dan setelah adanya Program BOS bernilai 1 (dummy=1).

Dimulainya Program BOS pada tiga jenjang sekolah di Indonesia ini

berbeda pelaksanaannya, dimana jenjang SD dan SMP dimulai terlebih

dahulu pelaksanaan Program BOS nya. Hal ini dikarenakan tujuan awal dari

BOS adalah meningkatakan APS di jenjang sekolah dasar (Buku Panduan

Bantuan Operasional Sekolah, 2010).

Program BOS yang dilaksanakan untuk jenjang dasar yakni SD dan

SMP dilaksanakan pada tahun 2005 yang disebut sebagai kebijakan

pertama. Sedangkan untuk sekolah jenjang menengah yakni SMA

dilaksanakan pada tahun 2013. Perbedaan pelaksanaan kebijakan pada

kedua jenjang sekolah ini, membawa konsekuensi bahwa penulis harus

mengestimasi dengan start waktu yang berbeda untuk variabel dependennya

yakni pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan dan angka partisipasi

sekolah (APS) SD, SMP, dan SMA.


39

Estimasi dampak program BOS terhadap variabel pengeluaran

rumah tangga untuk pendidikan akan diestimasi dua tahap untuk melihat

apakah terjadi penurunan pengeluaran rumah tangga pada kebijakan

pertama dan kedua tersebut pada saat Periode Program BOS. Pada jenjang

dasar yakni sebagai kebijakan pertama (SD dan SMP) yang dilaksanakan

pada tahun 2005-2012 akan digunakan dummy 1 (after) dan pada tahun

2000-2004 akan digunakan dummy 0 (before). Sedangkan, untuk kebijakan

kedua (SD, SMP, dan SMA) yang dilaksanakan pada tahun 2013, maka

akan digunakan tahun 2013-2014 sebagai dummy 1 (after) dan dummy 0

(before) untuk tahun 2000-2012.

Selain itu untuk estimasi dampak yang kedua yakni Program BOS

terhadap variabel Angka Partisipasi Sekolah (APS) SD, SMP, dan SMA

juga akan menggunakan start waktu yang berbeda sebagai konsekuensi

adanya perubahan kebijakan Program BOS. Program BOS untuk jenjang

dasar ini, SD dan SMP, berjalan dengan waktu yang bersamaan yakni tahun

2005 sebagai start, sehingga untuk kedua jenjang ini waktu yang digunakan

adalah 2005-2014 sebagai dummy 1 (after), yang berarti pelaksanaan

Program BOS, sedangkan untuk 2000-2004 sebagai dummy 0 (before) yang

berarti sebelum pelaksanaan Program BOS. Selain itu untuk jenjang SMA

dimana Program BOS dilaksanakan pada tahun 2013, maka pada tahun

2013-2014 adalah dummy 1 (after) dan 2000-2012 adalah dummy 0 (before).

Dari jenjang diatas perbedaannya hanya terletak pada tahun awal

pelaksanaan program saja. Hal ini sebagai konsekuensi perubahan


40

kebijakan, namun tahun yang digunakan tetap sama yakni dari 2000-2014,

atau 15 tahun.

c. Variabel Interaksi

Variabel interaksi adalah variabel yang menggambarkan dampak dari

analisis DID ini. Variabel ini merupakan hasil perkalian antara dummy pada

variabel target dan variabel intensitas, hasilnya menggambarkan dampak.

Variabel interaksi ini mampu menghilangkan bias pada teknik evaluasi

dengan with-without atau evaluasi dengan before-after, sehingga dalam

analisis dampak dengan DID, teknik ini menggabungkan dua teknik tersebut

sebagai kelebihan DID (Khandker, 2009:77).

d. Variabel Kontrol

Variabel kontrol ini berguna untuk memperlihatkan dampak yang yang

sesungguhnya dari Program BOS, sehingga data hasil yang digunakan lebih

valid (Gertler dkk, 2010:35). Variabel kontrol tersebut berupa GDP

percapita, dimana penentuannya adalah berasal dari GDP yang dibagi

dengan jumlah penduduknya. Variabel ini dilakukan transformasi menjadi

lngdppcp, sehingga satuannya menjadi persen. Selain itu tingkat kemiskinan

(povrate) berupa data persentase penduduk miskin di tungkat

kabupaten/kota dengan satuan persen (%). Kedua variabel tersebut juga

berasal dari data INDODAPOER.


41

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen yang akan dievaluasi dampakanya ini adalah variabel

rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan dan angka partisipasi sekolah

pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Variabel rasio pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan ini dipilih karena keterbatasan data mengenai sekolah

penerima dan bukan penerima Program BOS. Selain itu ketika terjadi penurunan

rasio pengeluaran rumah tangga pada periode adanya subsidi pendidikan, hal ini

akan mencerminkan adanya dampak dari subsidi pendidikan (Bhatacharya, 2012),

yang dalam penelitian ini adalah Program BOS. Selain itu program BOS dalam

tujuannya yaitu untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah di Indonesia, oleh

karena itu variabel tersebut dipilih yang menjadi variabel dependen. Adanya

Program BOS akan dilihat dampaknya pada dua variabel berikut ini yaitu:

1. Rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan (hheduexp)

Variabel ini berupa rasio rata rata pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan yang berupa pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan

perbulan (monthly household education expenditure) yang dibandingkan

dengan total pengeluaran rumah tangga. Sehingga data dalam bentuk data

rasio atau berupa share.

2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) jenjang SD, SMP, dan SMA (enrol)

Berupa data angka partisipasi sekolah per jenjang yakni SD, SMP, dan SMA

dalam bentuk persentase di setiap kabupaten/kota di Indonesia. Variabel

dependen ini diperoleh dari data INDODAPOER.


42

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data makro yang

bersumber dari INDODAPOER (Indonesia Database for Policy and Economy

Research) dalam website Bank Dunia (World Bank), dimana World Bank

menghimpunnya dari BPS (Badan Pusat Statistik), Kemenkeu, Bank Indonesia,

dsb. Penulis menggunakan data yang berasal dari INDODAPOER ini dikarenakan

ketersediannya dan kelengkapan data hingga tingkat kabupaten dari tahun 1975

sampai 2015. Namun, tahun yang digunakan adalah tahun 2000-2014 atau selama

15 tahun. Data yang digunakan berupa data pada tingkat kabupaten/kota dengan

jumlah 496 sampai 497 kabupaten/kota di Indonesia.

3.5 Prosedur dan Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data yang berasal dari INDODAPOER kemudian

melakukan seleksi data untuk kepentingan penelitian ini, dimana berupa data

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan, angka partisipasi sekolah, tingkat

kemiskinan, dan pendapatan percapita pada level kabupaten/kota. Kabupaten/kota

yang digunakan adalah sebanyak 496 sampai 497 kabupaten di Indonesia.

3.6 Teknik Analisis

3.6.1 Estimasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Langkah awal dari penelitian ini adalah melakukan estimasi dengan

menggunakan metode DID dengan teknik Fixed Effects Regression (FE) dan

Random Effect (RE) yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap dampak

dari Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan menggunakan model


43

yang sudah dijelaskan dalam persamaan 2.10 dan 2.11 pada sub bab 2.3.1 mengenai

model analisis.

Metode Difference in Difference digunakan untuk mendapatkan nilai

koefisein dampak dari Program BOS terhadap pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan dan angka partisipasi sekolah SD, SMP, dan SMA di Indonesia.

Estimasi ini dengan menggunakan variabel kontrol dan juga menggunakan teknik

Fixed Effects Reression (FE) untuk mengoreksi bias yang berpotensi muncul karena

perbedaan karakteristik. Selain itu teknik RE juga digunakan untuk melakukan

pengecekan konsekuensi hasil yang didapatkan, namun hasil yang lebih robust tetap

diperoleh pada hasil estimasi FE.

Langkah pertama adalah menganalisis dampak BOS terhadap rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan. Setelah itu dilakukan estimasi

Program BOS terhadap angka partisipasi sekolah pada jenjang SD, SMP, dan SMA.

Estimasi yang dilakukan dengan metode DID dengan teknik FE dan RE (No FE).

Hasil estimasi tersebut akan dilihat tingkat signifikansi dan besarnya dampak yang

diciptakan melalui koefisiensi dampak (interact). Setelah itu dilakukan

perbandingan mengenai signifikansi antara dua teknik tersebut, hal ini berguna

untuk melihat konsistensi pada kedua teknik yang digunakan (Khandker dkk,

2010).
44

3.6.2 Pengujian Statistika

3.6.2.1 Uji F – Statistik

Uji ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel bebas

secara simultan atau bersama-sama. Berikut adalah hipotesisnya:

H0 : β1 = β2 = β3 = … = βk = 0

H1 : Paling tidak ada satu parameter yang tidak sama dengan 0

Hasilnya H0 ditolak dan H1 diterima apabila Fhitung < Ftabel atau p-value <

tingkat signifikansi, vice versa. Jika H0 ditolak, maka kesimpulannya seluruh

variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Namun jika H1 diterima maka seluruh variabel bebas secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

3.6.2.2 Uji t-statistik

Uji ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

secara simultan atau bersama-sama. Berikut adalah hipotesisnya:

H0 : β1 = 0

H1 : β1 ≠ 0

Hasilnya H0 ditolak dan H1 diterima apabila thitung < Ftabel atau p-value <

tingkat signifikansi, vice versa. Jika H0 ditolak, maka kesimpulannya variabel bebas

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Namun jika H1

diterima maka variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Indonesia cenderung rendah bila

dibanding dengan negara lain seperti yang telah digambarkan pada grafik 1.1 dan

1.2 pada bab 1 sebelumnya. Gambar tersebut menggambarkan bahwa APS

Indonesia masih dibawah APS negara tetangga sendiri yakni Malaysia. Selain itu

secara nasional, pada gambar 1.3 sebelumnya, dapat diketahui bahwa APS di

Indonesia memang cenderung meningkat dari tahun 2000-2014 (BPS, 2018).

Namun secara pendidikan dasar di Indonesia, dimana wajib belajar 9 tahun yang

dihitung sampai pada jenjang SMP tidak sampai 100% seperti yang diharapkan

dalam Program BOS dan MDG’s Goal’s (Buku Panduan BOS, 2010). Oleh karena

itu pemerintah berupaya untuk menyukseskan peningkatan APS tersebut dengan

adanya Program BOS sebagai subsidi pendidikan di Indonesia, yang kini memang

tidak hanya diberikan untuk sekolah jenjang dasar saja, namun sekolah jenjang

menengah yakni SMA juga masuk dalam programnya (Petunjuk Teknis BOS,

2014).

Pada periode adanya Program BOS dimana jenjang SD dan SMP dimulai

pada tahun 2005 (Buku Panduan BOS, 2010) dan Program BOS untuk jenjang SMA

pada tahun 2013 (Petunjuk Teknis BOS, 2014), memperlihatkan bahwa APS di

Indenesia untuk ketiga jenjang sekolah tersebut mengalami peningkatan sepanjang

tahun. Namun berbagai masalah yang telah disampaikan pada bab 1 sebelumya

45
46

menjadi pertimbangan apakah dengan adanya Program BOS berdampak pada

peningkatan APS di Indonesia ataukah Program BOS tidak memiliki pengaruh

terhadap peningkatan APS tersebut. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting

untuk dilakukan sebagai evaluasi program kerja pemerintah, dimana setiap program

yang dilaksanakan pastilah mengeluarkan anggaran negara. Sehingga dengan

penelitian ini dapat dikatakan bahwa anggaran untuk pendidikan yang berupa dana

Program BOS ini, apakah memberikan dampak.

Pemerintah telah mengucurkan dana untuk Program BOS yang setiap

tahunnya meningkat, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia. Berikut ini adalah dana Program BOS yang dikucurkan oleh pemerintah

pada Tahun 2010 – 2015.

35000
31298,3

30000
24919,74
25000 23594,8 23446,9
(DALAM JUTA RUPIAH )
DANA BOS

20000
16160,5 16812

15000

10000

5000

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
TAHUN

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DIRJEN PK) RI (2018)

Gambar 4.1 Alokasi Dana untuk Program BOS tahun 2010-2014


47

Gambar 4.1 diatas menunjukan bahwa meningkatnya dana yang dikucurkan

disebabkan karena meningkatnya jumlah siswa yang bersekolah. Hal ini

dikarenakan Dana BOS diberikan kepada siswa yang bersekolah, semakin banyak

siswa yang bersekolah maka dana yang dikucurkan juga semakin meningkat (buku

Panduan BOS, 2010). Pemberian dana BOS akan berbeda setiap sekolah dengan

sekolah lain, hal ini dikarenakan semakin bertambahnya siswa yang ada di sekolah

tersebut. Selain itu, anggaran untuk Program BOS mengalami kenaikan setiap

tahunnya per siswa hal ini yang menyebabkan semakin tingginya pengeluaran

pemerintah atau alokasi BOS untuk siswa (gambar 4.5).

450 409,1
400 375,4
345,3
350
( DALAM TRILIUN RUPIAH)

310,8
300 266,9
TOTAL APBN

250 225,2

200

150
100
50
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
TAHUN

Sumber: Departemen Keuangan RI (2018)

Gambar 4.2 Total APBN RI 2010-2015

Disisi lain, kenaikan anggaran Program BOS ini adalah konsekuensi dari

UUD Pasal 31 ayat 2 bahwa “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan

dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Hal tersebut dicerminkan dengan

pemerintah mengalokasikan 20% dari APBN untuk bidang pendidikan, dimana


48

salah satunya dialokasikan untuk Program BOS. Semakin tinggi APBN maka

alokasi untuk dana Program BOS tersebut semakin tinggi (Departemen Keuangan

RI, 2015). Sesuai gambar 4.2 diatas, bahwa APBN yang semakin meningkat ini

menyebabkan anggaran untuk pendidikan juga meningkat, dimana salah satu

anggaran pendidikan yakni untuk Program BOS juga turut meningkat sejalan

peningkatan APBN.

Adanya Program BOS ini diharapkan mampu berdampak menurunkan rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan, sehingga dampaknya mampu

mengurangi beban biaya pendidikan pada orang tua. Biaya pendidikan di Indonesia

menjadi salah satu faktor orang tua untuk memutuskan menyekolahkan anaknya

(Hartono, 2008). Ketika biaya pendidikan masih relatif tinggi maka orang tua akan

cenderung untuk memutuskan tidak menyekolahkan anaknya dan memilih untuk

menggunakan tenaga anak untuk bekerja (UNESCO, 2011). Sehingga dengan

penurunan rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan maka diharapkan

dapat meningkatkan angka partisipasi sekolah karena orang tua terbantu adanya

Program BOS ini.

Selain itu pada gambar 4.3 dibawah ini, memperlihatkan bahwa pada tahun

2000 sampai dengan tahun 2017 dimana program BOS sedang berjalan

memperlihatkan bahwa semakin mendekati tahun 2017 siswa yang menamatkan

hingga jenjang SMA semakin meningkat. Selain itu siswa yang tidak bersekolah

atau tidak tamat SD semakin menurun. Hal ini mencerminkan bahwa akses

pendidikan yang lebih tinggi di Indonesia semakin mudah. Akses pendidikan ini
49

diindikasikan dapat dibantu melalui adanya Program BOS yang dicanangkan oleh

pemerintah ini.

40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Tidak/belum sekolah Tidak tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat

Sumber: BPS (2018), diolah

Gambar 4.3 Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2010 – 2017

Semakin mudahnya akses pendidikan maka penduduk akan semakin

memilih untuk melanjutkan pendidikannya, dimana pada usia anak SD tidak hanya

berhenti sampai jenjang SD saja, begitupula jenjang SMP. Puncaknya dalam

gambar 4.3 diatas yakni pada jenjang SMA yang memperlihatkan bahwa semakin

tahun semakin meningkat dan terjadi penurunan pada lulusan penduduk yang hanya

bersekolah pada jenjang SD dan SMP saja. Oleh karena itu adanya Program BOS

apakah memang membuka akses untuk penduduk bersekolah ke jenjang yang lebih

tinggi atau tidak, maka peneliti perlu melakukan penelitian ini. Berikut adalah

gambaran umum terkait variabel yang digunkan dalam penelitian ini.


50

Tabel 4.1 Perbedaan Variabel Treatment dan kontrol (Variabel Independen)


pada SD, SMP, dan SMA

Variabel Obs Mean Std dev Min Max

Treath_sd 7710 .4189364 .4934169 0 1

Treath_smp 7710 .4241245 .4942414 0 1

Treath_sma 7710 .628275 .4832968 0 1

Lngdppcp 6604 14.21816 1.301916 9.770528 18.64382

Povrate 5860 16.49661 9.905492 1.33 111.39

Sumber: Ilustrasi Penulis (2018)

Tabel 4.2 Perbedaan Variabel Dependen

Variabel Obs Mean Std dev Min Max


Enrolsd 6343 92.71523 6.182622 6.6 100

Enrolsmp 6343 65.59288 13.04507 1.14 95.71114

Enrolsma 6338 46.41492 15.4624 0 88.17

Rasio 5887 .0403515 .0194121 .0015528 .1658338

Sumber: Ilustrasi Penulis (2018)

Variabel independen yang digunakan terdapat dua jenis yaitu variabel

treatment atau dapat disebut sebagai variabel independen utama yakni Program

BOS, dan variabel kontrol yang berupa pendapatan perkapita (lngdppcp) dan

Poverty Rate (povrate). Pada treath_sd dan treath_smp yang berupa Program BOS

pada jenjang SD dan SMP memiliki tahun pelaksanaan yang sama. Hal ini

dikarenakan pada jenjang dasar yakni SD dan SMP Program BOS dilaksanakan

pada tahun yang sama, dimana sama-sama dimulai pada tahun 2005. Hal ini berbeda
51

dibanding dengan jenjang SMA, dimana sebagai kebijakan kedua yang dimulai

pada tahun 2013. Meskipun terdapat perbedaan dalam penggunaan awal tahun yang

digunakan, namun data yang digunakan masih sama yakni dari tahun 2000-2014

atau selama 15 tahun pada ketiga jenjang tersebut. Selain itu, variabel kontrol yang

digunakan juga ditarik dari tahun 2000-2014. Hal ini untuk menyeimbangkan

variabel independen tersebut sehingga menghindari bias yang mungkin terjadi.

Tabel kedua berisi variabel dependen terdiri dari rasio pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan dan angka partisipasi sekolah SD, SMP, dan SMA. Rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan ini digunakan dari tahun 2000-2014

yakni selama 15 tahun. Variabel ini diperoleh dari rasio antara pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan dibanding dengan pengeluaran total rumah tangga, seperti

yang telah dijelaskan sebelmunya, sehingga data berupa rasio dan bukan dalam

bentuk rupiah. Ini dilakukan pada pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan

yang dilakukan pada masing-masing kabupaten supaya sesuai dengan proporsi

pengeluaran pada kabupaten tersebut. Variabel pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan ini karena digunakan dari tahun 2000-2014, maka didalamnya berupa

kebijakan kesatu atau pertama dan kebijakan kedua. Selain itu pada variabel

independen atau variabel bebas yang kedua yakni angka partispasi sekolah dari SD,

SMP, dan SMA juga digunakan dari tahun 2000-2014 atau selama 15 tahun. Hal ini

harus digunakan tahun yang sama di semua variabel yang dilakukan supaya regresi

yang dilakukan matching di seluruh variabel.


52

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Estimasi Dampak Program BOS Terhadap Rasio Pengeluaran Rumah
Tangga untuk Pendidikan
4.2.1.1 Dampak Program BOS terhadap Rasio Pengeluaran Rumah Tangga untuk
Pendidikan Pada Kebijakan Kesatu / Pertama

Estimasi mengenai dampak ini dilakukan dengan metode yaitu Difference

in Difference (DID), dimana dilakukan estimasi dengan teknik Fixed Effects

Regression (FE) atau dituliskan dengan FE (OLS) dan juga menggunakan RE atau

dituliskan dengan No FE (GLS) yang juga dapat digunakan pada data panel

(Gujarati, 2012:249). Kedua teknik ini digunakan untuk mendapatakan hasil yang

konsisten. Namun hasil yang lebih robust adalah hasil estimasi pada teknik FE,

karena teknik ini mampu menghilangkan faktor yang tidak mampu ditangkap

disebut unobserved factor yang konstan antar waktu, sehingga lebih robust

(Khandker dkk, 2009:192).

Sebelumnya penulis melakukan estimasi pada rasio pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan dengan kebijkan satu dan kebijakan kedua, dimana

kebijakan satu dengan tahun 2005-2012 dan kebijakan kedua dengan tahun 2013-

2014. Hasilnya memperlihatkan bahwa pada kebijakan satu tidak mendapatakan

hasil yang signifikan (Lampiran 1). Peneliti mencoba untuk menggali dengan

melakukan regresi satu persatu untuk mengetahui pada tahun berapa Program BOS

tersebut tidak berdampak dan mulai berdampak pada rasio pengeluran rumah

tangga pada kebijakan ke satu. Hal ini dilakukan mengingat kebijakan kesatu

Program BOS tidak hanya pada satu tahun saja melainkan berkesinambungan,
53

yakni tahun 2005-2012. Oleh karena itu peneliti melakukan regresi dampak

Program BOS per tahun dimulai dari tahun 2005-2012, 2006-2012, 2007-2012, dan

seterusnya untuk mengeatahui tahun keberapa progam BOS pada kebijakan kesatu

mulai berdampak pada pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan. Estimasi ini

masih menggunakan model yang sama dengan model yang telah dituliskan

sebelumnya, namun dilakukan penjabaran tahun yang digunakan dan model

estimasinya yaitu sebagai berikut:

1). HHEedu(2005-2012) = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitas(2005-2012) + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit …………………….…….………………….(4.1)

2). HHEedu(2006-2012) = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitas(2006-2012) + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit …………………….…….…………………. (4.2)

3). HHEedu(2007-2012) = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitas(2007-2012) + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit …………………….…….…………………. (4.3)

4). HHEedu(2008-2012) = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitas(2008-2012) + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit …………………….…….…………………. (4.4)

5). HHEedu(2009-2012) = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitas(2009-2012) + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit …………………….…….………………….4.5)

6). HHEedu(2010-2012) = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitas(2010-2012) + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit …………………….…….…………………. (4.6)

7). HHEedu(2011-2012) = β0 + β1 Targeti + β2 Intensitas(2011-2012) + β3 Interaksiit +

β4 Controlit + uit …………………….…….…………………. (4.7)


Tabel 4.3 Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan Pada Kebijakan
Kesatu / Pertama
Program BOS Kebijakna kesatu/pertama

2005-2012 (tahun 1) 2006-2012 (tahun 2) 2007-2012 (tahun 3) 2008-2012(tahun 4)

Variabel No FE FE No FE FE No FE FE No FE FE

Target -0.0133*** -0.0082*** -0.0142*** -0.0090*** -0.0165*** -0.0120*** -0.0166*** -0.0118***


(0.0008) (0.0010) (0.0008) (0.0010) (0.0008) (0.0012) (0.0008) (0.0013)
Intensitas 0.0019*** 0.0029*** 0.0019*** 0.0029*** 0.0031*** 0.0050*** 0.0030*** 0.0050***
(0.0006) (0.0007) (0.0006) (0.0008) (0.0006) (0.0010) (0.0006) (0.0010)
Interaksi 0.0001 0.0008 -0.0001 0.0000 -0.0004 -0.0005 0.0005 0.0006
(0.0008) (0.0009) (0.0008) (0.0010) (0.0008) (0.0012) (0.0008) (0.0012)
Povrate -0.0003*** -0.0004*** -0.0003*** -0.0005*** -0.0002*** -0.0002** -0.0002*** -0.0002**
(0.0000) (0.0001) (0.0000) (0.0001) (0.0000) (0.0001) (0.0000) (0.0001)
Lngdppcp 0.0035*** 0.0019* 0.0026*** 0.0018 0.0034*** 0.0008 0.0030*** 0.0024***
(0.0003) (0.0011) (0.0002) (0.0012) (0.0004) (0.0012) (0.0004) (0.0002)
Constanta 0.0007 0.0212 0.0091* 0.0246 0.0002 0.0349** 0.0035*** 0.0008
(0.0053) (0.0163) (0.0053) (0.0168) (0.0054) (0.0174) (0.0004) (0.0012)
Observasi
4,267 4,267 3,860 3,860 2,967 2,967 2,967 2,967
N kab/kota
497 497 497 497 497 497 497 497
Keterangan *** signifikan 1%, ** signifikan 5%, * signifikan 10%
Sumber: Hasil Estimasi STATA 14

54
Tabel 4.3 Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan Pada Kebijakan
Kesatu / Pertama (Tabel lanjutan)

Program BOS Kebijakan kesatu / pertama

2009-2012 (tahun 5) 2010-2012 (tahun 6) 2011-2012 (tahun 7)

Variabel No FE FE No FE FE No FE FE

Target -0.0155*** -0.0115*** -0.0161*** -0.0113*** -0.0169*** -0.0109***


(0.0008) (0.0012) (0.0008) (0.0012) (0.0009) (0.0013)
Intensitas 0.0030*** 0.0050*** 0.0021*** 0.0032*** 0.0022*** 0.0036***
(0.0006) (0.0010) (0.0006) (0.0011) (0.0007) (0.0012)
Interaksi -0.0020** -0.0021* -0.0019** -0.0031** -0.0026*** -0.0047***
(0.0009) (0.0011) (0.0009) (0.0012) (0.0010) (0.0013)
Povrate -0.0002*** -0.0002** -0.0004*** -0.0002*** -0.0002*** -0.0005***
(0.0000) (0.0001) (0.0001) (0.0000) (0.0000) (0.0001)
Lngdppcp 0.0030*** 0.0003 0.0034*** 0.0025** 0.0035*** 0.0024
(0.0003) (0.0011) (0.0004) (0.0013) (0.0004) (0.0015)
Constanta 0.0093*** 0.0268* 0.0018 0.0150 0.0006 0.0170
(0.0035) (0.0160) (0.0054) (0.0181) (0.0057) (0.0213)
Observasi
2,967 2,967 2,498 2,498 2,001 2,001
N kab/kota
497 497 497 497 497 497
Keterangan *** signifikan 1%, ** signifikan 5%, * signifikan 10%
Sumber: Hasil Estimasi STATA 14

55
56

Hasil estimasi yang dilakukan dengan metode Difference in Difference

(DID) diatas pada Program BOS kebijakan pertama memperlihatkan bahwa

Program BOS tidak berdampak menurunkan pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan pada tahun 2005-2008, namun mulai berdampak pada tahun 2009 atau

tahun kelima adanya Program BOS. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa pada

tahun 2009 tersebut Program BOS mampu berdampak menurunkann rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada variabel

interaksi dengan teknik FE dimana Program BOS berdampak menurunkan

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan sebesar 0.21% secara statistika dengan

tingkat signifikansi pada level 5%. Hasil ini cukup mampu dipercaya karena dengan

teknik FE mampu menangkap Unobserved factor sehingga mampu mendapatkan

hasil yang lebih robust (Khandker dkk, 2009:192). Hasil yang diperoleh dengan

teknik No FE pada tahun 2009 tersebut memperlihatkan dampak yang negatif,

secara signifikan. Dalam kasus ini kedua teknik memperlihatkan bahwa, adanya

Program BOS mampu menurunkan rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan pada tahun kelima dari palaksanaan Program BOS, atau tahun 2009.

Hal ini dikarenakan kedua hasil pada kedua teknik FE maupun No FE tersebut

memperlihatkan hasil yang konsisten negatif meskipun pada teknik No FE tidak

signifikan. Penurunan rasio pengaluaran rumah tangga untuk pendidikan ini

berlanjut hingga pada tahun ketujuh pelaksanaan Prorgam BOS yaitu pada tahun

2009 hingga tahun 2012.


57

4.2.1.2 Dampak Program BOS terhadap Rasio Pengeluaran Rumah Tangga untuk
Pendidikan pada Kebijakan Kedua

Pada kebijakan kedua dari Program BOS yang dilaksanakan mulai tahun

2013 ini, seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa pada Program BOS ini

mengikutsertakan jenjang SMA didalamnya, sehingga terdapat SD, SMP, dan juga

SMA. Dapat dikatakan bahwa pada kebijakan kedua ini pemerintah melakukan

upgrading program pada penerimanya. Oleh karena itu estimasi yang digunakan

dalam kebijakan kedua ini tahun yang digunakan adalah 2013-2014 sebagai tahun

adanya Program atau sebagai after. Karena tahun yang digunakan dalm penelitian

ini adalah sama dimana dimulai dari tahun 2000, maka untuk kebijakan kedua ini

menggunakan tahun before atau sebelum adanya Program BOS adalah dari tahun

2000-2012.

Model yang digunakan dalam estimasi dampak Progran BOS terhadap

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan kebijakan kedua masih sama dengan

model yang telah dituliskan pada bab 2 sebelumnya. Estimasi ini menggunakan

metode Difference in Difference (DID), dimana dilakukan estimasi dengan teknik

Fixed Effects Regression (FE) atau dituliskan dengan FE dan juga bukan

menggunakan FE atau dituliskan dengan No FE. Seperti pada kebijakan kesatu atau

pertama, kedua teknik yang digunakan ini bertujuan untuk melihat konsistensi hasil

yang diperolah, namun hasil yang lebih robust tetap akan ditunjukan dengan teknik

estimasi FE (Khandker dkk, 2009:192). Berikut adalah hasil dari estimasi pada

kebijakan kedua Program BOS.


58

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Pengeluaran


Rumah Tangga untuk Pendidikan pada Kebijakan kedua

Program BOS Kebijakan Kedua

2013-2014

Variabel No FE FE

Target -0.0063*** -0.0056***


(0.0010) (0.0010)
Intensitas 0.0047*** 0.0065***
(0.0007) (0.0008)
Interaksi -0.0063*** -0.0086***
(0.0010) (0.0009)
Povrate -0.0003*** -0.0004***
(0.0000) (0.0001)
Lngdppcp 0.0031*** 0.0013
(0.0004) (0.0014)
Constanta 0.0108* 0.0334*
(0.0057) (0.0200)
Observasi
3,757 3,757
N kab/kota
497 497

Keterangan *** signifikan 1%, ** signifikan 5%,


* signifikan 10%
Sumber: Hasil Estimasi STATA 14

Pada hasil estimasi Program BOS pada kebijakan kedua diatas, dengan

menggunakan metode Difference in Difference (DID), memperlihatkan hasil yang

konsisten antara teknik No FE maupun dengan teknik FE. Kedua teknik tersebut

memperlihatkan hasil yang sama-sama berdampak negatif. Hal ini dapat dilihat dari

variabel interaksi, dimana dengan teknik No FE memperlihatkan dampak Program

BOS menurunkan rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan sebesar 0.63

persen secara statistika, dimana tingkat signifikansinya pada level 1 persen. Selain

itu dengan teknik FE juga memperlihatkan hasil yang sama-sama negatif, dimana

dengan teknik FE Program BOS berdampak menurunkan rasio pengeluaran rumah


59

tangga untuk pendidikan sebesar 0.86 persen secara statistika dengan tingkat

signifikansi pada level yang sama pula yakni 1 persen. Kedua hasil ini

memperlihatkan dampak yang sangat konsisten antara kedua teknik baik No FE dan

FE. Sehingga dapat disimpulan bahwa, secara statistika pada kebijakan kedua yang

dilaksanakan pada tahun 2013-2014, Program BOS berdampak menurunkan rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan.

4.2.2 Hasil estimasi dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah
(APS) di Indonesia

Hasil Estimasi ini akan memperlihatkan dampak Program BOS terhadap

angka partisipasi sekolah pada SD, SMP, dan SMA. Estimasi yang dilakukan per

jenjang tersebut akan menggunakan metode yang sama yakni metode Difference in

Difference (DID), teknik yang digunakan adalah dengan Fixed Effect Regression

atau ditulis dengan FE dan bukan teknik RE yang dituliskan dengan No FE. Namun

hasil yang lebih robust akan diperolah pada teknik FE karena ia mampu mengatasi

Unobserved Factor yang time invariant (Gujarati, 2012:242). Berikut adalah hasil

dari estimasi pada jenjang pendidikan.

4.2.2.1 Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada
jenjang SD

Dampak Program BOS terhadap APS SD akan dilakukan estimasi dengan

dicoba memasukan kontrol dan juga tidak memasukkan kontrol. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui dampak yang konsisten, namun hasil yang lebih robust adalah

ditampilkan dengan menggunakan kontrol. Ini dikarenakan dengan adanya kontrol


60

berguna untuk memeperlihatkan dampak yang yang sesungguhnya dari Program

BOS, sehingga data hasil yang digunakan lebih valid (Gertler dkk, 2010:35).

Pada tabel 4.5 dibawah ini merupakan hasil dari estimasi yang telah

dilakukan. Hasil dari estimasi tersebut memperlihatkan dampak Program BOS

terhadap angka partisipasi sekolah SD pada teknik No FE sebesar 0.37 persen,

sedangkan dengan teknik FE memperlihatkan dampak yang lebih besar yakni

sebesar 0.56 persen. Teknik No FE dampak yang dihasilkan tidak signifikan secara

stastitika, namun hasil yang dapat dipercaya adalah FE. Sehingga dari hasil tersebut

dapat dikatakan bahwa dengan adanya Program BOS akan berdampak

meningkatkan angka partisipasi sekolah pada jenjang SD secara statistika. Dampak

ini dapat diketahui dari variabel interaksi pada tabel tersebut.

Kedua teknik memperlihatkan bahwa dampak yang diperoleh adalah sama-

sama meningatkan APS, oleh karena itu hasil dari estimasi ini dapat dikatakan

konsisten dengan dua teknik tersebut, meskipun dengan teknik No FE tidak

signifikan, namun tetap mempercayai hasil estimasi FE. Ketika estimasi tidak

memasukkan variabel kontrol maka menghasilkan hasil yang lebih besar namun

tetap berdampak meningkatkan APS SD. Setelah dimasukkan variabel kontrol pada

kedua teknik, menghasilkan dampak yang lebih robust. Namun dari kedua teknik

ini yang lebih robust adalah pada hasil yang didapatkan pada estimasi dengan teknik

FE dengan memasukkan kontrol.


61

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi
Sekolah pada Jenjang SD
Dampak Program BOS terhadap APS SD (Enrol SD)

No FE FE

Variabel Tanpa Kontrol Dengan Kontrol Tanpa Kontrol Dengan Kontrol

Target -0.8482*** -0.2158 -0.6710*** -0.2534


(0.2282) (0.2694) (0.2314) (0.2376)
Intensitas 0.9280*** 0.1761 0.9428*** 0.2208
(0.1519) (0.1885) (0.1309) (0.1803)
Interaksi 0.5964** 0.3720 0.7619*** 0.5614**
(0.2319) (0.2751) (0.2835) (0.2669)
Povrate -0.0603*** -0.0176
(0.0134) (0.0221)
Lngdppcp 1.3919*** 1.5401***
(0.1733) (0.4059)
Constanta 91.859*** 73.208*** 92.043*** 70.459***
(0.3363) (2.5722) (0.1864) (5.8332)
Observasi
6,343 5,208 6,343 5,208
N kab/kota
497 496 497 496
Keterangan
*** signifikan 1%, ** signifikan 5%,* signifikan 10%

Sumber: Hasil Estimasi STATA 14

Pada estimasi yang dilakukan pada jenjang SD diatas memperlihatkan

bahwa Program BOS pada jenjang SD memberikan dampak yang signifikan

terhadap APS SD. Penulis ingin mengetahui dampak BOS secara parsial untuk

mendapatkan hasil yang konsisten berdampak positif sepanjang tahun adanya BOS

yakni dari tahun 2005 – 2014. Oleh karena itu penulis melakukan uji kembali

dengan masing masing tahun yakni dimulai dari tahun 2006, 2007, hingga 2014. Ini

berarti bahwa penulis ingin melihat dampak yang diperoleh secara pertahun dari

pelaksanaan Program.
62

Penjabaran ini dilakukan dengan teknik Fixed Effects (FE) dengan metode

yang sama yakni Difference in Difference (DID). Hasil dari regresi ini dapat dilihat

pada lampiran 3.1.1 yang menunjukan bahwa sepanjang tahun 2006-2014 dari

pelaksanaan Program BOS berdampak untuk meningkatkan Angka Partisipasi

Sekolah pada jenjang SD. Oleh karena itu hasil yang diperoleh bahwa Program

BOS meningkatkan APS adalah konsisten sepanjang tahun pelaksanaan BOS yakni

dari tahun 2005-2014 dari adanya Program BOS. Pada tahun 2013-2014

memperlihatkan hasil bahwa Program BOS berdampak meningkatkan APS SD

namun secara tidak signifikan ditingkat level. Hal ini dapat diindikasi karena

observasi yang lebih kecil dibandingkan dengan estimasi tahun sebelumnya.

4.2.2.2 Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah pada jenjang
SMP

Tabel 4.6 dibawah ini menunjukan hasil estimasi yang telah dilakukan,

dimana memperlihatkan bahwa dampak Program BOS terhadap APS SMP.

Dampak Program BOS terhadap APS SMP adalah sebesar 4.87 persen dengan

teknik No FE, dengan teknik FE dampaknya sebesar 5.40 persen, dimana

memasukkan variabel kontrol didalamnya. Ketika kedua teknik tersbut tidak

diberikan kontrol, maka hasil dampaknya adalah lebih besar. Namun hasil tanpa

adanya kontrol adalah kurang robust, oleh karena itu dampak yang lebih robust

diperoleh pada hasil estimasi dengan teknik FE dan dengan adanya kontrol

didalamnya.

Hasil yang diperoleh dari kedua teknik tersebut mampu memperlihatkan

secara statistika, bahwa dengan adanya Program BOS secara statistika memberikan
63

dampak terhadap angka partisipasi sekolah pada jenjag SMP. Selain itu hal ini juga

sangat konsisten dengan tingkat atau level signifikansi adalah pada 1 persen dan

tidak berubah. Berikut adalah hasil dari estimasi dampak Program BOS terhadap

APS pada jenjang SMP. Hal ini sesuai dengan penelitian Schady dan Araujo (2008).

Dibandingkan dengan dampak Program BOS pada jenjang SD memperlihatkan

bahwa, pada jenjang SMP Program BOS memberikan dampak yang lebih besar.

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi
Sekolah pada Jenjang SMP

Dampak Program BOS terhadap APS SMP (Enrol SMP)

No FE FE

Variabel Tanpa Kontrol Dengan Kontrol Tanpa Kontrol Dengan Kontrol

Target -8.5755*** -6.4525*** -6.8889*** -5.5644***


(0.5289) (0.5845) (0.8308) (0.8123)
Intensitas 1.8326*** -1.1699*** 2.1147*** -1.2502**
(0.3680) (0.4194) (0.4708) (0.5002)
Interaksi 6.1362*** 4.8722*** 6.9719*** 5.3119***
(0.5441) (0.5998) (0.8393) (0.7834)
Povrate -0.4051*** -0.4103***
(0.0270) (0.0551)
Lngdppcp 2.0905*** 2.7369***
(0.3046) (0.9069)
Constanta 66.196*** 44.467*** 65.059*** 34.610***
(0.6205) (4.6395) (0.5571) (13.2149)
Observasi
6,343 5,208 6,343 5,208
N kab/kota
497 496 497 496
Keterangan *** signifikan 1%, ** signifikan 5%,* signifikan 10%

Sumber: Hasil Estimasi STATA 14

Sama halnya dengan jenjang SD, pada jenjang SMP ini penulis ingin

mengetahui juga konsitensi dampak yang diperoleh sepanjang tahun pelaksanaan

BOS. Oleh karena itu penulis melakukan penjabaran dengan menggunakan teknik
64

yang sama yakni FE, output regresi ini dapat dapat diketahui pada lampiran 3.2.1.

Hasilnya diketahui bahwa Program BOS secara konsisten memberikan dampak

positif yakni meningkatkan angka partisipasi sekolah pada jenjang SMP secara

konsisten. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa dari tahun 2006 hingga tahun 2014

memperlihatkan dampak yang konsisten positf dan signifikan.

4.2.2.3 Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah pada jenjang
SMA
Dampak Program BOS terhadap APS SMA juga dilakukan estimasi seperti

pada kedua jenjang diatas. Hasil estimasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel

4.7 dibawah ini menunjukan bahwa, dampa adanya Program BOS terhadap APS

SMA adalah sebesar 4.38 persen dengan teknik No FE, sedangkan dengan teknik

FE adalah sebesar 4.21 persen. Hasil dari dampak ini dapat diketahui pada variabel

interaksi pada tabel tersebut. Jika tanpa memasukan variabel kontrol maka dampak

yang diperoleh pada kedua teknik adalah lebih besar. Pada teknik No FE

memperlihatkan dampak sebesar 6.57 persen, sedangkan dengan teknik FE

memperlihatkan dampak sebesar 6.18 persen. Namun, estimasi tanpa kontrol ini

kurang robust karena tidak memperlihatkan dampak yang lebih valid. Selain itu,

Pada kedua teknik tersebut memperlihatkan dampak Program BOS yang memiliki

tingkat atau level signifikansi yang sama yakni pada level 1 persen. Ha ini seseuai

dengan penelitian yang dilakukan Schady dan Araujo (2008) serta Attanasio, dkk

(2005).

Dibandingkan dengan kedua estimasi sebelumnya yakni pada jenjang SD

dan SMP memperlihatkan bahwa pada jenjang SMA, dampak yang dihasilkan

adalah lebih kecil dibandingkan dengan jenjang SMP namun dibandingkan dengan
65

dampak SD, maka dampak pada jenjang SMA lebih besar. Sehingga jika diurutkan

dari yang terbesar dampaknya adalah SMP, SMA, kemudian SD. Berikut ini adalah

hasil dari estimasi yang dilakukan untuk dampak Program BOS terhadap APS pada

jenjang SMA.

Tabel 4.7 Hasil Estimasi Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi
Sekolah pada Jenjang SMA

Dampak Program BOS terhadap APS SMA (Enrol SMA)

No FE FE

Variabel Tanpa Kontrol Dengan Kontrol Tanpa Kontrol Dengan Kontrol

Target -9.8392*** -5.9233*** -6.7773*** -4.7041***


(0.8024) (0.8842) (1.3300) (1.5056)
Intensitas 8.7162*** 3.4670*** 9.1242*** 2.6564***
(0.4729) (0.5787) (0.6048) (0.6320)
Interaksi 6.5778*** 4.3800*** 6.1805*** 4.2136***
(0.6068) (0.7372) (0.7841) (0.8158)
Povrate -0.6865*** -0.7054***
(0.0291) (0.0640)
Lngdppcp 0.8287** 4.2732***
(0.3483) (1.1680)
Constanta 50.486*** 48.908*** 48.634*** -1.1697
(0.7401) (5.3548) (0.8412) (17.3184)
Observasi
5,203 6,338 6,338 5,203
N kab/kota
497 496 497 496
Keterangan *** signifikan 1%, ** signifikan 5%,* signifikan 10%

Sumber: Hasil Estimasi STATA 14


66

4.3 Pembahasan

4.3.1 Dampak Program BOS terhadap Rasio Pengeluaran Rumah Tangga untuk
Pendidikan

Estimasi yang telah dilakukan pada Program BOS memperlihatkan bahwa,

pada kebijakan kesatu Program BOS berdampak pada penurunan rasio pengeluaran

rumah tangga untuk pendidikan yakni pada tahun 2009 hingga 2012. Pada

kebijakan kedua Program BOS signifikan secara statistik berdampak pada

penurunan rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan. Pada kebijakan

pertama Program BOS diketahui bahwa pada tahun pertama atau 2005 dan tahun

2008 atau pada tahun ke-empat pelaksanaan Program BOS secara statistika

menaikkan rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan, meskipun tidak

signifikan. Hal ini dapat dikarenakan sebagai konsekuensi adanya Program BOS itu

sendiri. Adanya Program BOS maka orang tua akan mencukupi kebutuhan

keperluan anak mereka untuk bersekolah seperti biaya transport, biaya

perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Uzuki (2013) yang dilakukan di Jepang. Penelitian tersebut

menunujukan bahwa meskipun di Jepang telah diberikan subsidi untuk pendidikan,

namun pada jenjang primary school atau setara SD dan lower secondary atau setara

dengan SMP, pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan masih tinggi. Ini

dikarenakan adanya biaya-biaya lain yang harus ditanggung oleh orang tua. Rumah

tangga atau orang tua harus menanggung biaya akibat memasukkan anaknya

kesekolah, seperti biaya pembelian seragam, tas, sepatu, dan kepeluan lain untuk

sekolah (school supplies). Selain itu, uang saku untuk pembelian makan anak (pay
67

for school meals) juga masih harus ditanggung oleh orang tua sebagai

konsekuensinya. Biaya transport (school commuting) juga ikut mempengaruhi

kenaikan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan.

Hal ini sesuai dengan buku petunjuk BOS (2010) dimana subsidi BOS tidak

menanggung biaya beberapa keperluan sekolah seperti: pembelian alat tulis

sekolah, seragam, maupun uang transportasi untuk semua siswa. Sekolah hanya

berkewajiban untuk membantu anak yang berasal dari keluarga miskin yang tidak

mampu untuk membeli barang barang tersebut. Namun inipun akan ditanggung

sekolah hanya jika terdapat sisa Dana BOS. Oleh karena itu kenaikan pengeluaran

rumah tangga untuk pendidikan ini dapat diindikasikan sebagai konsekuensi adanya

Program BOS itu sendiri, dimana sebagai konsekuensi orang tua ketika terdapat

bantuan biaya sekolah dan memilih untuk menyekolahkan anaknya.

Sumber: Ilustrasi Penulis (2018)

Gambar 4.4 Kenaikan Demand (D1) Pendidikan menyebabakan Rasio


Pengeluaran Rumah Tangga untuk pendidikan (PxQ) Meningkat
68

Secara teori dapat dijelaskan bahwa pada kebijakan pertama ketika terjadi

kenaikan rasio pengeluaran rumah tangga untuk penddikan yang tidak sesuai

dengan hipotesis dan teori yang telah ditulis. Hal ini dikarenakan bahwa demand

untuk pendidikan (D1) naik seiring pemerintah mengucurkan Program BOS (S1).

Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut 4.4 diatas. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa awal adanya Program BOS mendorong orang tua untuk

menyekolahkan anaknya, konsekuensinya adalah orang tua harus mencukupi

kebutuhan sekolah anak mereka, seperti seragam, uang saku, alat tulis, dan

sebagainya. Karena permintaan untuk pendidikan ketika adanya BOS meningkat

dari D menjadi D1, maka berdampak pula pada kenaikan rasio pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan (PxQ). Ini dapat dikatakan terjadi peningkatan akses

pendidikan (Q2) melalui Program BOS, maka orang tua akan memiliki pengeluaran

biaya pendidikan yang lebih banyak dibanding sebelum menyekolahkan anaknya.

Oleh karena itu kenaikan pada demand (D1) ini akan menyebabkan kenaikan pada

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan.

1600
1400
Satuan biaya BOS setiap siswa per

1400
1200
1200
1000 1000
tahun (Rp 000)

1000
800 800
800 710
570 580 560
600
354 397
400 324
235 254
200
0
2005 2006 2009 2013 2015 2017
TAHUN

SD SMP SMA

Sumber: Buku Panduan BOS (2018)

Gambar 4.5 Satuan Biaya Program BOS Setiap Siswa Per-Tahun


69

Namun pada tahun 2009 -2012 terjadi penurunan rasio pengeluaran rumah

tangga untuk pendidikan, hal ini diindikasi sebagai akibat dari berubahnya besaran

dana BOS yang dikucurkan. Penurunan rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan yakni dimulai pada tahun 2009. Hal ini dapat ditangkap secara logika

karena pada gambar 4.5 diatas yakni memperlihatkan bahwa pada tahun 2009

terjadi lonjakan besaran dana BOS yang diberikan, sehingga dapat menyumbang

penurunan pada rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan. Hal ini sesuai

secara hipotesis dan teori, yang mana dapat dijelaskan melalui gambar 4.6 dibawah

ini. Ketika terjadi kenaikan dana yang dikucurkan dalam Program BOS yang berarti

bahwa terjadi kenaikan kembali supply (S2) yang mengakibatkan penurunan PxQ

yakni rasio pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan yang juga akan menurun,

oleh karena itu hal ini secara teori mampu dijawab dan dibuktikan.

Sumber: Ilustrasi Penulis (2018)

Gambar 4.6 Penurunan PxQ (Rasio Pengeluaran Rumah Tangga untuk


Pendidikan) akibat Kenaikan Supply (Besaran dana Program BOS)
70

Pada Program BOS kebijakan kedua memperlihatkan bahwa pada awal

pelaksaan Program, Program BOS secara statsitika mampu menurunkan rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan. Hal ini dapat diindikasikan sebagai

akibat dari penyempurnaan pada beberapa item yang telah ditanggung dalam

Program BOS. Beberapa item ini meliputi pendidikan lingkungan hidup;

pembiayaan lomba yang tidak didanai oleh pemerintah; dan bantuan seragam,

sepatu, alat tulis bagi peserta didik atau siswa yang telah terdaftar sebagai siswa

miskin disetiap sekolah. Oleh karena itu semakin banyaknya item yang ditanggung

dalam Program BOS maka dampaknya akan lebih terasa dan dirasakan pada rumah

tangga atau orang tua, sehingga rasio pengeluran untuk rumah tangganya akan

menurun. Hal ini juga dapat diinidikasikan sebagai konsekuensi dari dana Program

BOS yang meningkat pada tahun 2013 hingga 2015 seperti pada gambar 4.5 diatas.

Ketika terdapat BOS maka pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan menjadi

lebih terbantu, sehingga konsekuensinya menurunkan pengeluran rumah tangga

untuk pendidikan (PxQ).

4.3.2 Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah (APS) di


Indonesia

Hasil dari estimasi yang dilakukan pada dampak Program BOS terhadap

angka partisipasi sekolah (APS) ini dibedakan menjadi tiga jenjang yakni SD, SMP,

dan SMA. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Program BOS berdampak signifikan

meningkatkan APS pada ketiga jenjang sekolah tersebut secara statistika. Hasil dari

estimasi ini juga menunjukan bahwa pada ketiga jenjang sekolah tersebut dampak

yang paling besar adalah pada jenjang SMP, sedangkan dampak yag terkecil adalah
71

pada jenjang SD. Kecilnya dampak pada jenjang SD ini dapat diindikasikan bahwa

SD adalah lembaga awal untuk memulai sekolah formal, sehingga secara tidak

langsung siswa diwajibkan untuk menempuh jenjang SD ini. Ada atau tidak adanya

Program BOS ini, dampaknya terhadap APS dibanding kedua jenjang yang lainnya

adalah lebih kecil, dimana memang SD adalah lembaga awal untuk pendidikan

formal tersebut (Stalker, 2008). Selain itu pada jenjang SD ini adalah suatu

keputusan awal orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Sehingga orang tua

sangat memegang kendali dalam penentuan keputusan awal untuk bersekolah

tersebut (Bhalotra dkk, 2014). Meskipun dalam data yang diketahui bahwa APS

pada jenjang SD ini adalah paling tinggi, namun Program BOS tidak terlalu

memberikan dampak yang besar terhadap jenjang SD.

Pada jenjang SMP dan SMA diketahui bahwa dampak Program BOS

terhadap APS nya adalah lebih tinggi dibandingkan dengan dampak pada APS SD,

hal ini diindikasikan bahwa biaya pendidikan di Indonesia semakin meningkat

sejalan dengan semakin tingginya jenjang pendidikan. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Sulfasyah (2016), menyatakan bahwa biaya pendidikan di Indonesia

meningkat seiring dengan tingginya jenjang pendidikan. Oleh karena itu biaya pada

SMP dan SMA cenderung lebih tinggi dibanding dengan biaya pada jenjang SD.

Gambar 4.4 dibawah ini akan memperlihatkan perbedaan biaya pada jenjang

Primary dan Secondary di Indonesia.


72

350 297,88522
282,32224 274,60487
300
Biaya Sekolah (US $)
253,97538 241,23018
250 213,31353
200
133,7412 127,44679 140,69303
150 113,52905 124,8395

100 71,18934

50
0
2007 2008 2009 2010 2012 2014
TAHUN

Primary Secondary

Sumber: UNESCO Institute for Statistic (2018)

Gambar 4.7 Biaya sekolah pada jenjang Primary dan Secondary di


Indonesia

Gambar 4.7 diatas dapat diketahui bahwa biaya pendidikan pada jenjang

SMP dan SMA (Secondary) adalah lebih tinggi dibanding dengan biaya sekolah

pada jenjang SD (Primary). Maka dengan adanya Program BOS sebagai subsidi

pendidikan akan lebih terasa dampaknya pada kedua jenjang pendidikan ini yakni

SMP dan SMA karena orang tua lebih terbantu dengan adanya pengurangan beban

biaya sekolah yang harus ditanggung, sehingga dampaknya lebih terasa atau lebih

besar pada kedua jenjang ini yakni SMP dan SMA. Meskipun begitu dampak pada

SMA adalah lebih kecil daripada SMP yang dapat diindikasikan bahwa BOS

dampak nya masih terlalu dini yang hanya diperlihatkan dua tahun setelah adanya

Program pada jenjang SMA, sehingga memperlihatkan dampak yang tidak terlalu

besar.

Selain itu, dengan tigginya biaya sekolah pada SMP dan SMA dibandingkan

dengan SD, maka pemerintah memberikan pagu anggaran yang berbeda di setiap

jenjangnya. Dimana pada gambar 4.5 sebelumnya dapat diketahui bahwa anggaran
73

yang disediakan untuk SMP dan SMA adalah lebih tinggi dibanding dengan SD.

Hal ini berguna untuk mengimbangi besarnya biaya sekolah yang terjadi antar

jenjang pendidikan.

Dari ketiga hasil dampak dari adanya Program BOS terhadap Angka

Partisipasi Sekolah di ketiga jenjang tersebut memperlihatkan bahwa secara

statistika, Program BOS memberikan dampak positif atau berupa kenaikan pada

APS. Hal ini sesuai dengan hipotesis dan dapat terjawab melalui teori, bahwa

dengan adanya Program BOS yakni sebagai supply pendidikan melalui subsidi dana

BOS, akan berdampak pada peningkatan Qd, yang dalam hal ini adalah akses

pendidikan atau angka partisipasi sekolah (APS).

4.4 Keterbatasan Penelitian

Setelah menganalisis dan membahas hasil penelitaian yang ada, penulis

menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Terlepas dari

terbatasnya pubikasi data mengenai sekolah yang menerima dan tidak menerima

dana Program BOS, keterbatasan ini berupa perlunya estimasi dampak berupa

besaran satuan biaya BOS terhadap peningkatan APS untuk memperkuat argumen.

Dengan dukungan data yang ada, diharapkan penelitian selanjutnaya dapat

mengestimasi hal tersebut. Namun, diperlukan data yang lengkap mengenai Dana

Program BOS, karena data mengenai besaran dana BOS penulis kurang lengkap,

sehingga ketika dilakukan analisis mengenai besaran tersebut sebaiknya perlu

dilakukan pengumpulan data yang lengkap. Hal ini berguna untuk memperoleh

hasil yang lebih valid ketika dilakukan regresi.


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan pembahasan, maka

simpulan dalam studi ini adalah sebagai berikut:

1. Terbukti secara robust bahwa Program BOS berdampak menurunkan rasio

pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada kebijakan kesatu di tahun

ke 2009 atau tahun ke lima pelaksanaan Program. Selain itu Program BOS

juga berdampak menurunkan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan

pada kebijakan kedua.

2. Terbukti secara robust bahwa Program BOS berdampak meningkatkan

angka partisipasi sekolah (APS) pada jenjang SD, SMP, dan SMA di

Indonesia

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya,

berikut ini akan diuraikan mengenai saran yang berkaitan dengan penelitian dan

kebijakan yang sebaiknya diambil.

1. Indonesia perlu keberlanjutan mengenai subsidi pendidikan. Diharapkan

Program BOS ini terus ada, karena adanya dampak yang dirasakan oleh

rumah tangga dalam penurunan rasio pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan. Sehingga rumah tangga atau orang tua akan lebih terbantu

dalam biaya pendidikan dan mendorong keputusan orang tua untuk

74
75

menyekolahkan anaknya. Keberlanjutan Program BOS ini juga dapat

dicapai jika masalah-masalah seperti lambatnya pencairan, dan sebagainya

yang ada dalam program BOS mendapatkan perhatian yang tegas dan diusut

tuntas oleh pemerintah. Sehingga pemerintah mendapat kepercayaan dari

orang tua, dimana orang tua memegang keputusan untuk menyekolahkan

anaknya.

2. Memberikan edukasi atau sosialisasi kepada orang tua atau rumah tangga

akan pentingnya pendidikan. Sehingga orang tua, sebagai pemegang

keputusan untuk menyekolahkan anak, terdorong untuk menyekolahkan

anaknya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan dampak adanya Program

BOS yang telah dicangankan oleh pemerintah sejak jenjang SD tersebut.


Daftar Pustaka

Araujo, M. C., & Schady, N. (2008). Cash Transfer, Conditions, and School
Enrolment in Ecuador. Article in Economia: World Bank.
Attansio, O., & dkk. (2005). The Impact of a Conditional Education Subsidy on
School Enrolment in Columbia . Journal of Fiscal and Development
Politics.
Badan Pusat Statistik . (2018). Indikator Pendidikan. Jakarta : Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2018). Angka Partisipasi Sekolah SD 2000-2017. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2018). Angka Partisipasi Sekolah SMA 2000-2017. Jakarta
: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2018). Angka Partisipasi Sekolah SMP 2000-2017. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2018). Pedidikan yang Ditamatkan . Jakarta : Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2018). Sirusa Badan Pusat Statistik: Definisi Angka
Partisipasi Sekolah (APS) di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Barro, R., & Lee, J. (1993). Interational Comparisons of the Educational
Attainment. Journal of Monetary Economics 32(3), 363-394.
Bhalotra, S., & dkk. (2014). The Impact of School Fees on Educational Attainment
and The Intergenerational Transmission of Education. Economics of
Education.
Bhattacharya , R. (2012). Comparative analysis of Extent of Free Education and
Average Private Expenditure on Education in India . Social and Behavioral
Science (37), 277-295.
Brian, K. (2006). OECD INSIGHT: The Value of People . OECD: OECD Library.
Cardoso, E., & A, P. S. (2004). The Impact of Cash Transfr on Child Labor and
School Attendence in Brazil . Unpublished journal, Vanderbit University .
Carsamer , E., & Ekyem, E. (2015). An Empirical Analysis of Government
Educational Expenditure on Enrolments at Primary and Secondary School
Levels in Africa. International Journal of Economics, Commerce, and
Management 03(07), 273-294.

76
77

Dash, T. R. (2011). Growth of Higher Education and Its Relationship with Per
Capita Gross Domestic Product in Cambodia. International Journal of
Business and Social Science 02(12), 53-61.
Dearden, L., & dkk. (2014). Money for Nothing: Estimating the Impact of Student
Aid on Participation in Higher Edication . Economics of Education Review
, 66-78.
Depertemen Kuangan Republik Indonesia. (2018). Total APBN Republik
Indonesia. Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Dharmaningtias, D. S. (2013). Penghapusan Kebijakan Rintisan Sekolah
Berstandar Internasional (RSBI). Journal of Politica 4(2).
Direktoral Jenderal Perimbangan Keuanga (DIRJEN PK) Republik Indonesia.
(2018). Alokasi Dana untuk Program BOS. Jakarta: DIRJEN PK RI.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).
PETUNJUK TEKNIS: Badan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekolah
menengah. Jakarta: KEMENDIKBUD.
Dirjen Manajemen Penddikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan
Nasional . (2010). Buku Panduan: Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
untuk pendidikan gratis dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu
. Jakarta : Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan Nasional .
Dirjen Pendidikan dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan . (2014).
PETUNJUK TEKNIS: Penggunaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan
Dana Bantuan Operasioanal sekolah SD, SMP, SMA, dan SMKTahun 2014.
Jakarta : KEMENDIKBUD.
Dubois, P., De Janvry, A., & Sadoulet, E. (2011). Effects of School Enrollment and
Performance of a Conditional Cash Transfer Program in Mexico.
Ebaidalla, E. M., & Ebadalla, E. M. (2018). Understanding Household Education
Expenditure in Sudan: Do Poor and Rural Household Spend Less on
Education. African Journal of Economics Review, Volume VI, Issue I,
January 2018.
Estevan, F. (2013). The Impact of Conditional Cash Transfer on Public Education
Expenditures. A Political Economy Approach .
Glewwe , P., & P, O. (2004). Evaluating the Impact of Conditional Cash Transfers
on Schooling: An Experimental Analysis of Honduras' PRAF Program.
Unpublished Journal, University of Minnesota.
78

Glewwe, P., & Kassouf, A. L. (2005). The Impact of the Bolsa Escola/Familia
Conditional Cah Trannsfer Program on Enrollment, Grade Promotion, and
Drop Out Rates in Brazil.
Grimm, M. (2007). Does Household Income Matter for Childeren's Scholling?
Evidance for Rural Sub Saharan Africa. Economics of Education Reviews
30(4), 740-754.
Gujarati, D. N., & Porter , D. C. (2012). Dasar dasar Ekonometrika. Jakarta:
Salemba Empat.
Hartono, D. (2008). Akses Pendidikan Dasar: Kajian dari Segi Transisi SD ke SMP
. Jurnal Kependudukan Indonesia 3(2).
Herttgen, K., & dkk. (2014). The Impact of School Fees on Educational Attainment
and The Intergeneratioanl Transmission of Education. UNESCO and
EFAGMR (Education for All Global Monitoring Report).
Hyman , D. N. (2005). Public Finance: A Contemporary Application of Theory to
Policy. Ohio, USA: Thomson Learning.
Johnes, G., & Jill, J. (2004). International Handbook on The Economics Education.
Chaltenham (UK) dan Northamption (USA): Edward Elgar Publish Ltd.
Khandker, S. R. (2009). Hanbook on Impact Evaluation: Quatitative Method and
Practices. Washington D.C: The World Bank.
Maluccio, J., & R, F. (2004). Impact Evaluation of a Conditional Cash Transfer
Program: The Nicaraguan Red de Proteccion Social . Unpublished journal,
International Food Policy Research Institute.
Mc Connell, C. R., & Brue, S. L. (2005). Microeconomics: Principles, problems,
and Policies Sixteenth Editon. United States: Mc Graw Hill/Irwin.
OECD. (2006). OECD Sustainable Development Studies: Subsidy Reform and
Sustainable Development (Political Economy Aspects). OECD Publisher.
Rahmatin, U. Z., & Soejoto, A. (2017). Pengaruh Tingkat Kemiskinan dan Jumlah
Sekolah Terhadap Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Surabaya.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Mnaajemen dan Keuangan 01(02), 127-140.
Romer, P. M. (1986). Increasing Retun and Long Run Growth . Journal of Political
Economy 94(5), 1002-1037.
Rosyidi, S. (2005). Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (1992). Mikro Ekonomi Edisi Keempatbelas.
Jakarta: Erlangga.
79

Schultz, T. (2004). School Subsidies for Poor: Evaluating the Mexican Progresa
Poverty Program . Journal of Development Economics 74, 199-250.
Shell, K. (2003). Economic Theory and Mathematical Economics. Pennsylvania:
University of Philadelphia Press.
Stalker , P. (2008). Lets Speak Out for Millenium Development Goal's . Jakarta:
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan United Nations .
Suara Pembaharuan. (2018, September 24). Pungli SD Di Jakarta. Retrieved from
SuaraPembaharuan.com.
Suryadarma, D. (2006). Causes of Low Secondary School Enrolment in Indonesia.
Jakarta: SMERU.
Tilaar, H. A. (2000). Pendidikan Abad Ke-21 Menunjang Knowledge Based
Economy. Perpustakaan Bapenas.
Todaro, M. P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh Jilid
Ke-3. Jakarta : Erlangga.
Tribun Lampung. (2018, Agustus 9). Mahalnya buku meskipun ada BOS. Retrieved
from Tribunlampung.com.
Tulkens, H. (2006). Public Goods, Environmental Externalities, and Fiscal
Competition. Springer.
UNESCO. (2018). UNESCO Glossarium: Net Enrolment Rate (NER). UNESCO.
UNESCO Institute for Statistic (UIS). (2018). Net Enrolment Rate (NER) on
Primary School. UNESCO.
UNESCO Institute for Statistic (UIS). (2018). Net Enrolment Rate (NER) on
Secondary School . UNESCO.
UNESCO Institute for Statistic. (2018). Tuition per Household on Primary and
Seconary School . UNESCO : UIS.
United Nations. (n.d.). Millenium Development Goals (MDGs) : Goals, Tragets,
and Indicator for Monitoring Progress. United Nations.
Unterhalter, E. (2013). Education Trgets, Indicators, and a Post 2015Development
Agenda: Education for All, the MDGs, and Human Development. Working
Paper Series.
Uzuki, Y. (2013). Public Financial Assistance for Formal Education in Japan .
Jurnal tidak dipublikasikan .
VIVA.co.id. (2018, September 28). 250 ribu kelas rusak meskipun ada BOS.
Retrieved from viva.co.id.
LAMPIRAN 1
Hasil Estimasi DID Program BOS terhadap pengeluaran Rumah Tangga
untuk pendidikan (tanpa dilakukan estimasi masing-masing tahun pada
kebijakan pertama)
Fixed Effect Regression (FE)

xvii
Random Effects Regression (No FE)

Pada kedua teknik yang digunakan baik Fixed Effects Regression maupun

Random Effects Regression memperlihatkan bahwa dampak program Bantuan

Operasional Sekolah dari tahun 2005 sampai 2012 (sebagai kebijakan pertama),

yang dapat dilihat pada variabel inter_k1a, tidak berdampak pada pengeluaran

rumah tangga untuk pendidikan secara statistika. Oleh karena itu penulis ingin

membedah tahun dari 2005 sampai 2012, dimanakah tahun pada kebijakan pertama

atau kesatu yang berdampak menurunkan pengeluaran rumah tangga untuk

pendidikan. Sehingga akan dilakukana estimasi per masing masing tahun dari 2005

hingga 2012 tanpa merubah struktur model. Pada lampiran 2 berikut ini akan

dilakukan pembedahan dampak dari pelaksanaan program BOS pada kebijakan

kesatu atau pertama.

xviii
LAMPIRAN 2
Hasil Estimasi DID Program BOS terhadap pengeluaran Rumah Tangga
untuk pendidikan
2.1 Kebijakan kesatu atau pertama (Program BOS untuk SD dan SMP tahun
2000-2012)

2.1.1 Kebijakan Pertama Program BOS tahun 2005-2012

Fixed Effect Regression (FE)

Random Effects Regression (No FE)

xix
2.1.2 Kebijakan Pertama Program BOS tahun 2006-2012

Fixed Effect Regression (FE)

Random Effect Regression (No FE)

xx
2.1.3 Kebijakan Pertama Program BOS tahun 2007-2012

Fixed Effects Regression (FE)

Random Effects Regression (RE)

xxi
2.1.4 Kebijakan Pertama Program BOS tahun 2008-2012

Fixed Effects Regresion (FE)

Random Effects Regression (RE)

xxii
2.1.5 Kebijakan Pertama Program BOS tahun 2009-2012

Fixed Effects Regression (FE)

Random Effects Regression (No FE)

xxiii
2.1.6 Kebijakan Pertama Program BOS tahun 2010-2012

Fixed Effects Regression (FE)

Random Effects Regression (No FE)

xxiv
2.1.7 Kebijakan Pertama Program BOS tahun 2011-2012

Fixed Effects Regression (FE)

Random Effects Regression (No FE)

xxv
2.2 Kebijakan Kedua (Program BOS untuk SD, SMP, dan SMA tahun 2000-
2014)

Fixed Effects Regression (FE)

Random Effects Regression (No FE)

xxvi
LAMPIRAN 3

Hasil estimasi DID Program BOS terhadap APS

3.1 Dampak Program BOS terhadap APS SD

Fixed Effects (FE) tanpa Kontrol

Fixed Effects (FE) dengan Kontrol

xxvii
Random Effects (No FE) tanpa kontrol

Random Effects (No FE) dengan Kontrol

xxviii
3.1.2 Estimasi Dampak Program BOS terhadap APS SD (Penjabaran)

Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah SD

2006-2014 2007-2014 2008-2014 2009-2014 2010-2014 2011-2014 2012-2014 2013-2014


VARIABLES (tahun ke-2) (tahun ke-3) (tahun ke-4) (tahun ke-5) (tahun ke-6) (tahun ke-7) (tahun ke-8) (tahun ke-9)

Interaksi 0.7506*** 1.0067*** 1.0067*** 1.0565*** 1.1369*** 1.0993*** 1.0497** 0.3398


(0.2787) (0.3067) (0.3067) (0.3418) (0.3455) (0.3894) (0.4094) (0.4718)
Intensitas 0.6851*** 0.8706*** 0.8706*** 0.7817*** 0.5001* -0.7875** 0.8867*** 2.8747***
(0.1871) (0.2412) (0.2412) (0.2698) (0.2573) (0.3386) (0.3363) (0.3819)
Target -0.4930** -0.6542** -0.6542** -0.5766** -0.6983** -0.6471* -0.8902** -0.6186
(0.2441) (0.2655) (0.2655) (0.2882) (0.2964) (0.3391) (0.3740) (0.4043)
Lngdppcp 0.8898** 0.8273* 0.8273* 1.2460*** 1.4294*** 2.1611*** 1.1864*** 0.8208*
(0.4021) (0.4512) (0.4512) (0.4162) (0.3874) (0.5207) (0.4484) (0.4753)
Povrate 0.0284 0.0754** 0.0754** 0.0864** 0.0775** -0.0055 0.0545 0.0750**
(0.0213) (0.0313) (0.0313) (0.0340) (0.0313) (0.0343) (0.0348) (0.0356)
Constant 92.1513*** 78.8584*** 78.8584*** 72.6520*** 70.3493*** 61.5997*** 74.4804*** 79.2834***
(0.1632) (6.4056) (6.4056) (5.8415) (5.5128) (7.4091) (6.4322) (6.8369)

Observations 5,936 3,911 3,911 3,456 2,988 2,492 1,996 1,500


R-squared 0.0517 0.0359 0.0359 0.0404 0.0425 0.0332 0.0929 0.2820
Number of idkabkota 497 496 496 496 496 496 496 496
Robust standard errors in parentheses *** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1

xxix
3.2 Dampak Program BOS terhadap APS SMP

Fixed Effects (FE), tanpa kontrol

Fixed Effects (FE), dengan Kontrol

xxx
Random Effects (No FE), tanpa Kontrol

Random Effects (No FE), dengan kontrol

xxxi
3.1.3 Estimasi Dampak Program BOS terhadap APS SMP (Penjabaran)

Dampak Program BOS terhadap Angka Partisipasi Sekolah SMP

2006-2014 2007-2014 2008-2014 2009-2014 2010-2014 2011-2014 2012-2014 2013-2014


VARIABLES (tahun ke-2) (tahun ke-3) (tahun ke-4) (tahun ke-5) (tahun ke-6) (tahun ke-7) (tahun ke-8) (tahun ke-9)

Interaksi 5.5345*** 5.4832*** 5.4771*** 6.2257*** 5.9608*** 5.7322*** 5.0907*** 3.7638***


(0.8299) (0.8754) (0.9252) (0.9808) (1.0345) (1.1144) (1.1465) (1.2371)
Intensitas -0.5202 -1.2006** -1.5953** -1.2743* -0.7120 0.0499 2.4730** 4.1447***
(0.5375) (0.6014) (0.6764) (0.7482) (0.7927) (0.9042) (0.9858) (0.9975)
Target -5.8624*** -6.1163*** -6.0748*** -6.5351*** -6.3532*** -6.4696*** -6.0914*** -5.3635***
(0.8891) (0.9496) (1.0003) (1.0538) (1.0604) (1.1462) (1.2024) (1.1924)
Lngdppcp 2.0536** 2.6263*** 2.9178*** 2.2119** 2.1122* 2.1715* 1.0887 0.9511
(0.9023) (0.9370) (1.0097) (1.0330) (1.1180) (1.2825) (1.3145) (1.2625)
Povrate -0.3474*** -0.4204*** -0.4806*** -0.4355*** -0.4145*** -0.3764*** -0.2849*** -0.2999***
(0.0558) (0.0607) (0.0744) (0.0779) (0.0833) (0.0909) (0.0952) (0.0967)
Constant 43.0986*** 36.5923*** 33.6021** 42.9606*** 43.8555*** 42.2763** 55.6960*** 57.8164***
(13.1396) (13.5265) (14.4271) (14.6830) (15.8415) (18.1438) (18.6683) (18.1134)

Observations 4,802 4,364 3,911 3,456 2,988 2,492 1,996 1,500


R-squared 0.1289 0.1493 0.1603 0.1890 0.2200 0.2582 0.3130 0.3652
Number of idkabkota 496 496 496 496 496 496 496 496
Robust standard errors in parentheses *** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1

xxxii
3.3 Dampak Program BOS terhadap APS SMA

Fixed Effects (FE), tanpa Kontrol

Fixed Effects (FE), dengan kontrol

xxxiii
Random Effects (No FE), tanpa Kontrol

Random Effects (No FE), dengan kontrol

xxxiv

Anda mungkin juga menyukai