Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BATUAN BEKU
(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geologi Dasar)

Disusun Oleh :
Kelompok : 1
Anggota :1. Ridwan Ali/C1931201003
2. Fadlan Gunawan/C1931201004
3. Gaitsa Fauzi Ataya/C1931201005
4. Rayhan Bintang P/C1931201010
5. Risna Nur Halimah/C1931201013

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Batuan Beku”
ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bayu Himawan selaku
Dosen mata kuliah Geologi Dasar yang telah memberikan tugas mengerjakan makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami sebagai penyusun mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman
dan pengetahuan bagi kita semua tentang Batuan Beku ini.

Tasikmalaya, 10 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1 Pengertian Batuan Beku ................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genesanya ........................... 3
2.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi ........................... 5
2.4 Struktur Batuan Beku ....................................................................... 6
2.5 Tekstur Batuan Beku ........................................................................ 7
BAB III PENUTUP ................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi kita ini kaya dengan berbagai macam kekayaan yang ada di dalamnya.
Bumi kita memiliki berbagai macam material yang merupakan salah satu jenis kekayaan
yang dimiliki. Berbagai macam material dari bumi yang sering kita temukan antara lain
tanah, pasir, batu, kapur, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak material yang ada di
bumi, ada satu material yang keberadaannya sangat mudah ditemukan, bahkan ada
dimanapun saja. Material tersebut adalah batu.

Batu merupakan sebuah benda padat dan keras yang keberadaannya sangat
mudah kita temukan di lingkungan sekitar kita. Batu ini apabila jumlahnya banyak maka
disebut degan batuan. Batuan ini ada berbagai macam. Batuan yang jenisnya ada
bermacam- macam ini terbentuk oleh bermacam- macam sebab pula. Adanya perbendaan
jenis jenis batuan ini dapat dilihat dari terkstur ataupun massa dari batuan tersebut, atau
juga karena proses pembentukannya.

Berbagai macam jenis batuan kita ketahui di dunia ini. Salah satu dari berbagai
jenis batuan adalah batuan beku. Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari
magma yang mengalami pembekuan. Batuan beku ini juga disebut dengan batuan
ignesius. Magma yang membeku ini merupakan magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, yang terjadi baik di bawah permukaan sebagai jenis
batuan intrusif atau plutonik, maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif atau
vulkanik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu batuan beku?
2. Apa saja klasifikasi batuan beku berdasarkan genesanya?
3. Apa saja klasifikasi batuan beku berdasarkan mineralogi?
4. Apa saja struktur batuan beku?
5. Apa saja tekstur batuan beku?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Dasar
2. Untuk mengetahui apa itu batuan beku
3. Untuk mengetahui klasifikasi batuan beku berdasarkan genesanya
4. Untuk mengetahui klasifikasi batuan beku berdasarkan mineraloginya
5. Untuk mengetahui struktur batuan beku
6. Untuk mengetahui tekstur batuan beku
1.4 Manfaat
Memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai batuan beku, klasifikasi
batuan beku terhadap genesanya, klasifikasi batuan beku berdasarkan mineraloginya,
struktur batun beku, dan tekstur batuan beku.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batuan Beku


Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari
satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan
vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih
lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik
ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan
batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
(misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
2.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genesanya
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku,
pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan
batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :
1. Batuan beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan
beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai
karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan
tahun),memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif
sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi
magma dan batuan di sekitarnya. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi
lagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi permukaan.
berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya,
struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan. Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di
sekitarnya disebut diskordan. yaitu:

3
a. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya.
Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya.
Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh
intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan
bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari
1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan
penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30
km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena
tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat
mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat
tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada
proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan
yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih
padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap
fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua
magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan
yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
b. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang
diterobosnya.
d. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya
tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol
dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit
a. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya
sejajar.

4
b. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan
Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapat tersingkap di permukaan.
c. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.
2. Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
b. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
c. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
d. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
e. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
2.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar batuan beku
didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan adalah
mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik
mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin. Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan
tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan
beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur
granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa
terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada
ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :

5
a. Batuan Dalam Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan Gang Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan Gang Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan Lelehan Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
2.4 Struktur Batuan Beku
Struktur Batuan Beku adalah pembagian batuan beku berdasarkan bentuk batuan
beku dan proses kejadiannya, yang terbagi menjadi:
a. Struktur Bantal (pillow structure)
Struktur Bantal adalah struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu
yang dicirikan oleh massa batuan yang berbentuk bantal, berukuran antara 30 –
60 cm dan biasanya jarak antar bantal berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan
dari sedimen klastik, terbentuk di dalam air dan umumnya terbentuk di laut
dalam.
b. Struktur Vesikular
Struktur Vesikular adalah struktur pada batuan ekstrusi yang terdapat rongga-
rongga yang berbentuk elip, silinder maupun tidak beraturan. Terbentuknya
rongga-rongga terjadi akibat keluarnya/dilepaskannya gas-gas yang terkandung di
dalam lava setelah mengalami penurunan tekanan.
c. Struktur Aliran
Struktur Aliran terjadi akibat lava yang disemburkan tidak ada yang dalam
keadaan homogen, karena saat lava menuju ke permukaan selalu terjadi
perubahan komposisi, kadar gas, kekantalan, dan derajat kristalisasi. Struktur
aliran dicerminkan dengan adanya goresan berupa garis-garis yang sejajar,
perbedaan warna dan teksturnya.
d. Struktur Kekar
Struktur Kekar adalah bidang-bidang pemisah/retakan yang terdapat dalam
semua jenis batuan, biasanya disebabkan oleh proses pendinginan tetapi ada yang
disebabkan oleh gerakan-gerakan di dalam bumi yang berlaku sesudah batuan
mengalami pembekuan. Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan
permukaan bumi menghasilkan struktur perlapisan, sedang yang tegak lurus
dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur bongkah. Retakan dapat
pula membentuk kolom-kolom yang dikenal dengan struktur kekar meniang

6
(columnar jointing), hal ini disebabkan karena adanya pendinginan dan
penyusutan yang merata dalam magma dan dicirikan oleh perkembangan retakan
membentuk segi empat, segi lima atau segi enam, umumnya terdapat pada batuan
basal.
2.5 Tekstur Batuan Beku
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu
kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal.
1. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar.
Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus,
akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi,
yaitu:
a. Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun
oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
b. Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa
gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
c. Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa
gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2. Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a. Fanerik atau fanerokristalin,
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata telanjang. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat
dibedakan menjadi:

1. Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

7
2. Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
3. Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
4. Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
b. Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik
dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis
dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
2. Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil
untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran
berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
3. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk
kristal, yaitu:
a. Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
b. Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
c. Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli. Ditinjau
dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
d. Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
e. Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.
f. Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
g. Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari
satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma,
2. Penggolongan batuan beku berdasarkan genesanya adalah penggolongan
berdasarkan tempat keterbentukan batuan yaitu batuan beku intrusif dan batuan
beku ekstrusif,
3. Penggolongan batuna beku berdasarkan mineraloginya adalah penggolongan
batuan yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencerminkan sejarah
pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia
4. Struktur Batuan Beku adalah pembagian batuan beku berdasarkan bentuk batuan
beku dan proses kejadiannya
5. Kenampakan butir-butir
i mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat
kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir
(fabric)

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dalam kata sempurna, untuk kedepannya diharapkan
pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar makalah selanjutnya yang akan dibuat
dapat lebih baik dari sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2019 Batuan Beku “https://ilmugeografi.com” diakses pada 10 Januari 2020


pukul 20:00 WIB
2. Anonim, 2019 Struktur dan Tekstur Batuan Beku “https://catatansidogol.
wordpress.com/” diakses pada 10 januari 2020 pukul 18:00 WIB
3. Kholil, Abdul. 2019 Batuan Beku “https://www.academia.edu” diakses pada 10
Januari 2020 pukul 22:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai