Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ASUHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Kebutuhan eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan
untuk mengeluarkan bahan sisa.Batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
terbentuknya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor
itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang yang meliputi
herediter, umur, jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
di sekitarnya yang meliputi geografi, iklim dan temperature, asupan air,diet, dan pekerjaan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra yang terbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urine. Ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urine. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak parirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentuk di dalam vertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Efek ginjal tidak berfungsi atau terganggu maka terjadi kebocoran protein melalui unit
penyaring ginjal (nefron). Pada urine ditemukan protein bahkan albumin yang memiliki berat
molekul besar. Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama pada penyakit hipertensi akan
menyebabkan ginjal harus bekerja keras dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya terganggunya
fungsi ginjal pada mekanisme pengaturan tekanan darah juga dapat menyebabkan hipertensi
B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengkajian pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
2.      Bagaimana diagnosa pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
3.      Apa saja rencana keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
4.      Bagaimana implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
5.      Bagaimana evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
6.      Bagaimana pendokumentasian keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi
urine?

C.        Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
klien Tn. D dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi
Urine yaitu Batu Ginjal.
b.    Mahasiswa mampu melakukan menentukan diagnose pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
c.    Mahasiswa mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien Tn. B dengan
Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
d.   Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
e.    Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil Asuhan Keperawatan yang telah disusun
pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
f.     Mahasiswa mampu melakukan penyusunan pendokumentasian hasil Asuhan Keperawatan
yang telah dilaksanakan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu
Ginjal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      Konsep Eliminasi Urine
1.        Pengertian 
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari plasma
darah di glomelurus.
Menurut para ahli definisi eliminasi urine adalah :
a.       Arthonah (2004)
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia.
b.      Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine taupun bowel
feses.
c.    Ambarwati  (2009)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan eliminasi alvi.

B.       Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine


Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandung
kemih, dan uretra.

1.      Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas ginjal sebelah
kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan
dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak
diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan
oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang
merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam bagian pelvis
ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

2.      Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli—bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus,
berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang
paling panjang, memanjang ditengah dan melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi
untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan
tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang
berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan
urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian
dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendor dan
terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam kandung kemih.
Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan
penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya
kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.

C.     Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra
pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat
pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas tiga
bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra
memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine kebagian
luar tubuh.

C.    Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria
yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian reseptor). Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang
dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih
yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan melalui
medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan
relaksasi otot sfingter internal.

Komposisi urine :
1.      Air (96%)
2.      Larutan (4%)
a.       Larutan Organik
Urea, amonia, kreatin, dan uric acid.
b.      Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor. Natrium klorida
merupakan garam anorganik yang paling banyak.

D.   Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine.


A. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output atau jumlah
urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.

B. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak
tertahan di dalam vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.

C.  Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya
dengan ketersediaan fasilitas toilet.

D.  Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

E.   Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun
dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

F.   Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut
dapat ditemukan pada anak-anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami
kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia, kemampuan untuk
mengontrol buang air kecil meningkat.

G.  Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, dapat memengaruhi produksi urine.
I.     Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.

J.     Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalan membantu proses berkemih adalah
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.

K.  Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.

L. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah  urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik
atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

E.    Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemihseperti intravenouspyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat
memengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

F.    Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine


  1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung
kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria. Atau,
retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika urinaria adalah sebesar 250-
450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang refleks untuk berkemih. Dalam
keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung sebanyak 3000-4000 ml urine.

Tanda-tanda klinis pada retensi :


a.       Ketidaknyamanan daerah pubis
b.      Distensi vesika urinaria
c.       Ketidaksanggupan untuk berkemih
d.      Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
e.       Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
f.       Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
g.      Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih

Penyebabnya yaitu :
a.       Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
b.      Trauma sumsum tulang belakang
c.       Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d.      Sfingter yang kuat
e.       Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

2.    Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia yaitu : proses
penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau
sedatif. Inkontinensia urine terdiri dari :

A.       Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine
tanpa sadar, tetapi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemungkinan penyababnya yaitu :
a.       Penurunan kapasitas kandung kemih
b.      Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluran
kemih.
c.       Minum alkohol atau kafein
d.      Peningkatan cairan
e.       Peningkatan konsentrasi urine
f.       Distensi kamdung kemih yang berlebihan

Tanda-tanda inkontinensia dorongan :


a.        Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
Spasme kandung kemih.
B.      Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang
terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebabnya adalah :
a.       Disfungsi neurologis
b.      Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
c.       Trauma atau penyakit yang memengaruhi saraf medula spinalis
d.      Fistula
e.       Neuropati

Tanda-tanda inkontinensia total :


a.       Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b.      Tidak ada distensi kandung kemih
c.       Nokturia
d.      Pengobatan inkontinensia tidak berhasil

C.       Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari
50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.

Kemungkinan penyebanya adalah :    


a.       Tekanan intra abdomen tinggi (obesitas)
b.      Distensi kandung kemih
c.       Otot pelvis dan struktur penunjang lemah

Tanda-tanda inkontinensia stres :


a.        Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
b.        Adanya dorongan berkemih
c.        Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
D.      Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine
yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih
mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab :
a.       Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda inkontinensia refleks :


a.       Tidak ada dorongan untuk berkemih
b.      Merasa bahwa kandung kemih penuh
c.       Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur

E.       Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine
secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.

Kemungkinan penyebab :
a.   Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda inkontinensia fungsional :


a.       Adanya dorongan untuk berkemih
b.      Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine

3.      Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang
jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab enuresis yaitu :
a.       Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b.      Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak
diketahui yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c.     Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar.
d.     Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan
saudara kandung atau cekcok dengan orang tua).
e.     Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa
dibantu untuk mendidiknya.
f.       Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g.      Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.
  
4.      Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk
rainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.

G.   Perubahan Pola Eliminasi Urine


Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan
pola eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik,
infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1.      Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa tekanan
asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stres
atau hamil.

2.       Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia jika
tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol
sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka.

3.      Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada
penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.

4.       Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besra oleh ginjal tanpa adanya
peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes melitus,
defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal kronik.

5.      Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine
diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A.      PENGKAJIAN
        Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2019
        Nomor Register      : 627622
        Diagnosa Medis      : Batu Ginjal.
        Tanggal Masuk       : 13 Juni 2019

1 . IDENTITAS KLIEN
Nama                               : Tn. B
Umur                               : 44 tahun
Jenis Kelamin                  : Laki-laki
Tingkat Pendidikan         : SMA
Pekerjaan                         : Swasta
Agama                             : Islam
Suku Bangsa                    : Indonesia
Status Perkawinan           : Menikah
Alamat                             : Ranotana
Sumber Biaya                  : BPJS
Sumber Informasi            : Klien dan keluarga.

B.     RIWAYAT KEPERAWATAN
1.      Kesehatan Saat Ini
a.       Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pinggang bagian sebelah kiri dan
muncul secara berulang-ulang. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya sampai
ujung penis. Klien merasakan nyeri sejak 5 hari yang lalu.
b.      Kronologis Keluhan :
5 hari yang lalu klien mengalami nyeri pinggang yang hebat, akhirnya keluarga klien di bawah
ke RS BHAYANGKARA
1.      Faktor pencetus     :kekurangan minum air putih
2.      Timbulnya keluhan : Mendadak
3.      Lamanya                 : 5 hari.
4.      Upaya mengatasi     : Dibawa ke rumah sakit.

2.      Riwayat Kesehatan Masa Lalu.


a.       Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) :
Tidak Ada.
b.      Riwayat Kecelakaan :
Tidak Ada.
c.       Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan dan berapa lama) :
Tidak Ada. 
d.      Riwayat pemakaian obat :
Tidak ada

4.      Riwayat Psikososial dan Spiritual 


a.       Adakah orang yang terdekat dengan pasien : Istri
b.      Interaksi dalam keluarga
1.      Pola komunikasi      : terbuka
2.      Pembuat keputusan : Istri
3.      Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak Ada
c.       Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : tidak ada
d.      Mekanisme koping terhadap penyakitnya : Tidur
e.       Masalah yangvmempengaruhi pasien : tidak ada
f.       Persepsi pasien terhadap penyakitnya :
1.      hal yang difikirkan saat ini : ingin cepat sembuh.
2.      Harapan setelah menjalani perawatan : ingin segera kumpul bersama keluarga.
g.      Tugas perkembangan menurut usia saat ini : menikah.
h.      Sistem nilai kepercayaan
1.  nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan saat ini : tidak ada
2. aktivitas agama kepercayaan yang dilakukan : tidak ada

5.      Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit 


A.    Pola Nutrisi 
a.       Frekwensi makan : 3x sehari
b.      Nafsu makan : baik
c.       Jenis makanan dirumah : nasi dan lauk pauk
d.      Makanan yang tidak disukai : tidak ada.
e.       Kebiasaan sebelum makan : berdoa.

B.      Pola eliminasi 
1.      BAK
a.       Frekwensi : 7-8 x/hari
b.      Warna : kuning jernih
c.       Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
2.      BAB
a.       Frekwensi : 2-3 x/hari
b.      Warna : kecoklatan
c.       Bau : khas
d.      Konsistensi : lembek
e.       Keluhan : tidak ada
f.       Pencahar : tidak ada.

C.       Pola Personal Hygiene


1.      Mandi
a.       frekwensi : 2x sehari
b.      waktu : pagi dan sore
2.      Oral Hygiene :
a.       frekwensi : 2x sehari
b.      waktu : pagi dan sore
3.      Cuci Rambut 
a.       Frekwensi : 1x sehari
b.      Waktu : sore hari
4.      Pola istirahat dan tidur 
a.       Lamanya tidur : 7-8 jam/hari
b.      Tidur siang : Ya
5.      Pola Aktivitas dan Latihan
a.       kegiatan dalam pekerjaan : tidak ada
b.      waktu bekerja : pagi
c.       olahraga : tidak
d.      jenisnya : tidak ada 
e.       frekwensi : tidak ada.
f.       Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh.

6.      Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan 


a.       Merokok : Ya
1.      Frekwensi : 5 x sehari
2.      Jumlah : 1 bungkus 2 hari
3.      Lama pemakaian : sudah lama

b.      Minuman Keras : tidak


1.      frekwensi : tidak ada
2.      jumlah : tidak ada
3.      lama pemakaian : tidak ada

7.      Pola kebiasaan dirumah sakit 


a.       Pola nutrisi 
1.      Frekwensi : 3x sehari
2.      Berat badan : 54 kg Tinggi badan : 153cm

b.      Pola personal hygiene 


1.      Mandi 
a.       Frekwensi : 1x sehari
b.      Waktu : pagi
c.       Sabun : ada
2.      Oral hygiene :
a. Frekwensi : tidak ada
b. Waktu : tidak ada
c. Pasta gigi : ada
c.       Pola istirahat dan Tidur
1.      Lamanya tidur : 8-10 jam perhari
2.      Tidur siang : Ya
3.      Pola aktivitas dan latihan
Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh

C.    PENGKAJIAN FISIK 
1.      Kepala
a.       Bentuk : simetris
b.      Keluhan : tidak ada

2.      Mata 
a.       Posisi mata : simetris
b.      Kelopak mata : normal
c.       Pergerakan bola mata : normal
d.      Konjungtiva normal
e.       Kornea : normal 
f.       Sklera : normal
g.      Pupil : isokor
h.      Otot-otot mata : normal
i.        Fungsi penglihatan : baik
j.        Tanda-tanda radang : tidak ada
k.      Pemakaian kaca mata : tidak ada
l.        Pemakaian lensa kotak : tidak ada

3.      Hidung
a.       Reaksi alergi : tidak ada
b.      Cara mengatasi : tidak ada
c.       Pernah mengalami flu : pernah
d.      Ada sinus : tidak ada

4.      Telinga 
a.       Daun telinga : normal
b.      Karakteristik serumen : tidak ada
c.       Kondisi telinga : normal
d.      Cairan dalam telinga : tidak ada
e.       Perasaan penuh di telinga : tidak ada
f.       Tinitus : tidak ada
g.      Fungsi pendengaran : normal 
h.      Bantu pendengaran : tidak ada

5.      Mulut dan tenggorokan 


a.       Keadaan mulut
1.      Gigi : caries
2.      Penggunaan gigi palsu ; tidak ada
3.      Stomatitis : tidak ada
4.      Lidah kotor : Ya
5.      Salifa : tidak 
b.      Gangguan berbicara : tidak ada
c.       Kesulitan menelan : tidak ada
d.      Pemeriksaan gigi terakhir : tidak ada
6.         Pernafasan.
a.       Jalan nafas : bersih
b.      Pernafasan : tidak sesak 
c.       Menggunakan alat bantu nafas : tidak
d.      Frekwensi : tidak ada
e.       Irama : teratur 
f.       Kedalaman dalam
g.      Batuk : tidak
h.      Sputum : tidak ada
i.        Konsistensi : tidak ada
j.        Terdapat darah : tidak ada
k.      Suara nafas : normal

7.         Sirkulasi
a.       Sirkulasi perifer
1.      Nadi : 90x/menit, Irama : teratur, Denyut : kuat
2.      Tekanan Darah :140/90 mmHg
3.      Temperatur kulit : dingin
4.      Warna kulit : pucat
5.      Pengisian kapiler : 2/detik

b.      Sirkulasi jantung
1.      Kecepatan denyut apical : 81 kali/menit
2.      Irama : teratur
3.      Sakit dada : tidak ada

8.         Sistem Hematologi 
a.       Hb : 13 Gr/dl 
b.      Ht : 23,1 vol%
c.       Leukosit : tidak ada
d.      Hematokrit : 23,1%
e.       Trombosit : 249 Ribu/ul
f.       Mengeluh kesakitan : tidak ada

9.      Neurologis
a.       Tingkat kesadaran : Compos mentis
b.      Orientasi :
1.      Waktu : Klien mengenal waktu.
2.      Tempat : Klien mengenal tempat.
3.      Orang : Kien mengenal orang
c.       Nilai GCS : E = 4. V=5, M=6
d.      Riwayat kejang : tidak ada
e.       Kekuatan menggenggam : kuat
f.       Pergerakan ekstremitas : aktif

10.  Abdomen dan Nutrisi 


a.       Muntah : tidak ada
b.      Mual : tidak ada
c.       Nafsu makan : baik
d.      Nyeri daerah perut : Ya.
e.       Rasa penuh di perut : Ya.
f.       Karakteristik nyeri : kiri bawah.
g.      Hepar : tidak teraba 
h.      Abdomen : baik
i.        Bising usus : 10x/menit

9.      Eliminasi 
a.         BAB
1.    Frekwensi : 1x sehari
2.    Diare : tidak ada
3.    Warna feces : coklat
4.    Konsistensi feces : setengah padat
5.    Konstipasi : tidak ada.

b.      BAK 
1.    Pola rutin : 6X/hari (terkontrol)
2.    Jumlah/24 jam : 400 ml
3.    Warna : kuning pekat
4.    Distensi : tidak ada

10.  Kulit
a.       Turgor kulit : elastis/baik
b.      Warna kulit : normal.
c.       Keadaan kulit : baik
d.      Keadaan rambut 
1.        Tekstur : baik
2.        Kebersihan : Ya

13.  Muskuloskeletal 
a.         Kesulitan dalam pergerakan : Ya
b.         Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak
c.         Fraktur : tidak ada
d.        Kelainan bentuk tulang sendi : normal 

14.  Sistem kelemahan tubuh


a.         Suhu tubuh : 36,5 derajat Celcius
b.         BB sebelum sakit : 54 kg
c.         BB setelah sakit : 54 kg
d.        Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada 

15.  Penatalaksanaan
No. Nama Obat Dosis Untuk diagnosa Jam pemberian Cara
pemberian
1. Ketorolac  2x30mg Rasa nyaman: 11.00 wib dan 23.00 Injeksi IV
nyeri wib
2. Batugin 2x30mg Eliminasi      urine 11.00 wib dan 23.00 Injeksi IV
wib
3. Rl 20 tpm 14.00 Infusan
4. Natrium 2x30mg Eliminasi Urine 11.00 dan 23.00 wib Injeksi IV
Bikarbonat

5. Tamsulosin 1x0,4mg Eliminasi urine 08.00 wib Obat Oral


6. Aspirin  3x500mg Rasa nyaman 08.00, 13.00, 17.00 wi Obat Oral
nyeri  b
ASUHAN KEPERAWATAN 
Tn. B berumur 44th datang ke IGD RSUD. Koja diantar oleh keluarganya pada tanggal 15 Juni
2016 pada pukul 11.05 wib dengan keluhan utama klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang
timbul. Selanjutnya klien di periksa oleh tenaga medis dan dilakukan tindakan memasang infus
ke pasien.Klien dinyatakan terdiagnosa penyakit batu ginjal. Kemudian klien dipindahkan ke
ruang perawatan lantai 8 Blok D pada pukul 13.05 wib. Pada tanggal 15 Juni 2019 saat dilakukan
pengkajian klien mengatakan nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya sampai penis.
Klien mengatakan nyerinya sejak 5 hari yang lalu. Klien mengatakan kurang minum. Klien
mengatakan sakit saat buang air kecil. 
TTV klien TD :140/90mmHg.
      Suhu : 36,5 oC, 
      RR: 22x/menit.
      Nadi  : 90x/menit.

Setelah dilakukan pengkajian, klien ditemukan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri, gangguan elimininasi urine. Klien terpasang infus RL 500ml 20 t/m.
ANALISA DATA 
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis : Batu Ginjal
No Tanggal Data Masalah Etiologi
1.  15 Juni DS : Gangguan b.d inflamasi
2016 1.      Klien mengatakan nyeri pada daerah perut rasa nyaman sekunder
2.      Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 dan nyeri terhadap
hari yang lalu. iritasi batu
3.      Kien mengatakan nyerinya dari pinggang
sebelah kiri menjalar sampai daerah penis.
4.      Klien mengatakan nyerinya seperti dililit.

DO :
1. Klien tampak memegangi   perutnya
2. Skala nyeri klien 3 jika di ukur 
    dengan skala nyeri.
3. Klien tampak meringis kesakitan.
1.    Klien tampak lemas.
2.     TTV Klien :
 TD   : 140/90mmHg.
              Nadi  : 90x/menit.       
              RR    : 22x/menit.
              Suhu : 36,5◦ᴄ.

DS :
1. Klien mengatakan lemas. 
2. 15 Juni 2. Klien mengatakan minumnya hanya Perubahan b.d sumbatan
2016 sedikit. Eliminasi di daerah
3. Klien mengatakan kurang minum. Urine uretral.
4. Klien mengatakan sakit saat buang air
kecil.
5.    Klien mengatakan
urinnya berwana kuning pekat

DO :
1. Klien tampak lemas. 
2. Klien tampak minum sedikit.
3. klien tampak sakit saat buang air   kecil
4. Urine klien tampak berwarna
  kuning pekat.
5. Klien tampak lemas  
6.  balance Cairan
Intake :
Infus    : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc  +1500 cc
Output   :
Urine     : 400 cc
BAB      : 50 cc
Keringat :50 cc
IWL      : 810 cc   +1310 cc
Balance Cairan = Intake – Output
1500cc-1310cc= 190 cc

DIAGNOSA KEPERAWATAN 
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :Batu Ginjal.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap iritasi batu
2. Perubahan eliminasi urine b.d sumbatan di daerah uretral

 
RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA 1
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :Batu Ginjal
No Tang Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Dx gal Keperawatan Kriteria Hasil
1. 15 J Setelah dilakukan 1. Obs TTV klien 1. Untuk mengetahui TTV
uni tindakan klien
2019 keperawatan 2. Kaji skala nyeri klien 2. Untuk mengetahui skala
. kepada Tn. D nyeri klien berkurang atau
selama 3x24 jam 3.Jelaskan penyeba nyeri tidak
masalah Nyeri  Klien 3. Membantu klien agar
teratasi : mengetahui penyebab nyeri
1. Klien dapat 4. Berikan posisi yang tersebut
menunjukkan rasa Nyaman 4. Agar klien merasa tenang
nyeri berkurang / dan nyeri berkurang
hilang . 5. Kolaborasi pemberian 5. Agar nyeri berkurang/
2. Klien tampak obat anti nyeri hilang
rileks.      
3.Skala nyeri
klien berkurang
yaitu 1.
RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA 2
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :BatuGinjal
No Tangga Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx l Keperawatan Hasil

2. Kamis, Setelah dilakukan 1. Observasi pemasukan dan 1. untuk mengetahui pemasukan


16 Juni tindakan pengeluaran karakteristik dan pengeluaran karakteristik
2016 keperawatan urin. urine klien.
kepada Tn. D selama 2. Tentukan pola berkemih 2. Agar mengetahui pola
3x24 jam masalah normal pasien. berkemih normal pasien
Perubahan eliminasi 3. Obs peningkatan 3. Untuk mengetahui
urine teratasi: pemasukan cairan 3-4 peningkatan pemasukan
1. Menunjukkan pola liter/hari cairan pada klien.
eliminasi urine  4. Obs semua urin, catat 4. untuk mengetahui semua
kembali normal.     adanya batu urine dan adanya pengeluaran
2.  Aliran urine batu atau tidak.
lancar.
3.  Klien berkemih
dengan jumlah
normal dansepertibia
sanya.
IMPLEMENTASI
NamaKlien/Umur :Tn.B/44th
DiagnosaMedis    : Batu Ginjal.  

No. Hari/Tanggal Implementasi Paraf


Dx
1. Rabu,   
15 Juni 2019 1.   Mengobservasi  TTV klien.
10.00 wib R:
     TD : 140/90 mmHg.
     Nadi  : 90x/menit.
     RR    : 22x/menit.
     Suhu : 36,5 derajat celcius.
2.    Mengkaji skala nyeri klien.
R: Nyeri klien masih 3 jika diukur dengan skala nyeri

3.    Memberikan posisi yang nyaman


R : klien tampak nyaman dengan posisinya.   

11.00 wib 4.   Memberikan obat injeksi Ketorolac 30 mg


R: Klien sudah diberikan obat
 

IMPLEMENTASI DIAGNOSA 2
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoD Hari/Tangga Implementasi Paraf


x l
2. Rabu, 1. Mengobservasi  pemasukan dan pengeluaran
  

15 Juni 2016 karakteristik urin.


10.00 wib R : klien tampak mau di observasi urinenya.

2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4


liter/hari.
R :klien tampak mau untuk peningkatan cairan perhari 
3-4  liter.

3. Menghitung balance cairan


    Intake : 
          Infus    : 500 cc
          Minum : 600 cc
          Makan : 400 cc  +
     1500 cc
          Output   : 
          Urine     : 400 cc
          BAB      : 50 cc
          Keringat : 50 cc
           IWL      : 810 cc   +
       1310 cc 

IWL : (15XBB)  
            24 jam
        =  (15x54kg)
                24 jam
       =  33,75 cc/24 jam
Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24    
                                          = 810cc/24jam
Balance Cairan = Intake –Output
                          =1500cc-1310cc = 190 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.


R :klien tampak mau dilihat urinnya, dan belum ada batu
     yang keluar.
EVALUASI DIAGNOSA 1
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :BatuGinjal

No Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


Dx
1. Rabu, S : - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut
15 Juni 2016      -Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 hari yang lalu.
- Klien mengatakan nyerinya seperti dililit.

O : - Klien tampak memegangi perutnya


- Skala nyeri klien 3 jika di ukur dengan skala nyeri.
      - Klien tampak meringis kesakitan.
      - Klien tampak lemas. 

A : masalah belum teratasi.

P  : Lanjutkan Intervensi

Kamis, S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
16 Juni 2016 - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri 
   menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.
      - klien tampak memegangi perutnya.

A :  masalah belum teratasi.
P :Lanjutkan Intervensi.

Jum`at, 17 S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
Juni 2016 - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri
1.      Juni 2016  menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.
      - klien tampak memegangi perutnya.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P :Lanjutkan Intervensi.

EVALUASI DIAGNOSA 2

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th


Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoD Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


x
2. Rabu, S : - Klien mengatakan lemas. 
15 Juni 2019      - Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
     - Klien mengatakan sakit saat buang air kecil
- Klien mengatakan urinnya berwana kuning pekat.

O : - Klien tampak lemas. 


      - Klien tampak minum sedikit.
      - Klien tampak kesakitan saat miksi.
A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

Kamis, S : - Klien mengatakan sakit saat miksi.


16 Juni 2019 - Klien mengatakan urinnya berwana kuning dan jernih.

O : - Klien tampak kesakitan saat miksi.


      - Urine klien tampak berwarna kuning dan jernih.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

Jum`at,  S : - Klien mengatakan lemas. 


17 Juni 2019      - Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
     - Klien mengatakan sakit saat miksi.

O : - Klien tampak lemas. 


      - Klien tampak minum sedikit.
      - Klien tampak kesakitan saat miksi.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

DAFTAR PUSTAKA
AlimulHidayat, A. Aziz. 2006. PengantarKebutuhanDasarManusia. Aplikasidan Proses
Keperawatan.Jakarta :SalembaMedika

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC 

TarwotoWartonah, 2011. KebutuhanDasarManusiadan Proses Keperawatan.Edisi 5.Jakarta


:SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai