BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan
untuk mengeluarkan bahan sisa.Batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
terbentuknya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor
itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang yang meliputi
herediter, umur, jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
di sekitarnya yang meliputi geografi, iklim dan temperature, asupan air,diet, dan pekerjaan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra yang terbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urine. Ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urine. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak parirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentuk di dalam vertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Efek ginjal tidak berfungsi atau terganggu maka terjadi kebocoran protein melalui unit
penyaring ginjal (nefron). Pada urine ditemukan protein bahkan albumin yang memiliki berat
molekul besar. Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama pada penyakit hipertensi akan
menyebabkan ginjal harus bekerja keras dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya terganggunya
fungsi ginjal pada mekanisme pengaturan tekanan darah juga dapat menyebabkan hipertensi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengkajian pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
2. Bagaimana diagnosa pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
3. Apa saja rencana keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
6. Bagaimana pendokumentasian keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi
urine?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
klien Tn. D dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi
Urine yaitu Batu Ginjal.
b. Mahasiswa mampu melakukan menentukan diagnose pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien Tn. B dengan
Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
d. Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil Asuhan Keperawatan yang telah disusun
pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
f. Mahasiswa mampu melakukan penyusunan pendokumentasian hasil Asuhan Keperawatan
yang telah dilaksanakan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu
Ginjal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Eliminasi Urine
1. Pengertian
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari plasma
darah di glomelurus.
Menurut para ahli definisi eliminasi urine adalah :
a. Arthonah (2004)
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia.
b. Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine taupun bowel
feses.
c. Ambarwati (2009)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan eliminasi alvi.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas ginjal sebelah
kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan
dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak
diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan
oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang
merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam bagian pelvis
ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
2. Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli—bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus,
berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang
paling panjang, memanjang ditengah dan melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi
untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan
tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang
berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan
urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian
dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendor dan
terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam kandung kemih.
Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan
penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya
kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.
C. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra
pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat
pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas tiga
bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra
memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine kebagian
luar tubuh.
C. Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria
yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian reseptor). Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang
dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih
yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan melalui
medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan
relaksasi otot sfingter internal.
Komposisi urine :
1. Air (96%)
2. Larutan (4%)
a. Larutan Organik
Urea, amonia, kreatin, dan uric acid.
b. Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor. Natrium klorida
merupakan garam anorganik yang paling banyak.
C. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya
dengan ketersediaan fasilitas toilet.
D. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
E. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun
dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
F. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut
dapat ditemukan pada anak-anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami
kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia, kemampuan untuk
mengontrol buang air kecil meningkat.
G. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, dapat memengaruhi produksi urine.
I. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.
J. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalan membantu proses berkemih adalah
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
K. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
L. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik
atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemihseperti intravenouspyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat
memengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
Penyebabnya yaitu :
a. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
b. Trauma sumsum tulang belakang
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfingter yang kuat
e. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia yaitu : proses
penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau
sedatif. Inkontinensia urine terdiri dari :
A. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine
tanpa sadar, tetapi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemungkinan penyababnya yaitu :
a. Penurunan kapasitas kandung kemih
b. Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluran
kemih.
c. Minum alkohol atau kafein
d. Peningkatan cairan
e. Peningkatan konsentrasi urine
f. Distensi kamdung kemih yang berlebihan
C. Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari
50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
E. Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine
secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab :
a. Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang
jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab enuresis yaitu :
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak
diketahui yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan
saudara kandung atau cekcok dengan orang tua).
e. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa
dibantu untuk mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.
4. Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk
rainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.
2. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia jika
tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol
sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka.
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada
penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.
4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besra oleh ginjal tanpa adanya
peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes melitus,
defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal kronik.
5. Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine
diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2019
Nomor Register : 627622
Diagnosa Medis : Batu Ginjal.
Tanggal Masuk : 13 Juni 2019
1 . IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Ranotana
Sumber Biaya : BPJS
Sumber Informasi : Klien dan keluarga.
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pinggang bagian sebelah kiri dan
muncul secara berulang-ulang. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya sampai
ujung penis. Klien merasakan nyeri sejak 5 hari yang lalu.
b. Kronologis Keluhan :
5 hari yang lalu klien mengalami nyeri pinggang yang hebat, akhirnya keluarga klien di bawah
ke RS BHAYANGKARA
1. Faktor pencetus :kekurangan minum air putih
2. Timbulnya keluhan : Mendadak
3. Lamanya : 5 hari.
4. Upaya mengatasi : Dibawa ke rumah sakit.
B. Pola eliminasi
1. BAK
a. Frekwensi : 7-8 x/hari
b. Warna : kuning jernih
c. Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
2. BAB
a. Frekwensi : 2-3 x/hari
b. Warna : kecoklatan
c. Bau : khas
d. Konsistensi : lembek
e. Keluhan : tidak ada
f. Pencahar : tidak ada.
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Kepala
a. Bentuk : simetris
b. Keluhan : tidak ada
2. Mata
a. Posisi mata : simetris
b. Kelopak mata : normal
c. Pergerakan bola mata : normal
d. Konjungtiva normal
e. Kornea : normal
f. Sklera : normal
g. Pupil : isokor
h. Otot-otot mata : normal
i. Fungsi penglihatan : baik
j. Tanda-tanda radang : tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : tidak ada
l. Pemakaian lensa kotak : tidak ada
3. Hidung
a. Reaksi alergi : tidak ada
b. Cara mengatasi : tidak ada
c. Pernah mengalami flu : pernah
d. Ada sinus : tidak ada
4. Telinga
a. Daun telinga : normal
b. Karakteristik serumen : tidak ada
c. Kondisi telinga : normal
d. Cairan dalam telinga : tidak ada
e. Perasaan penuh di telinga : tidak ada
f. Tinitus : tidak ada
g. Fungsi pendengaran : normal
h. Bantu pendengaran : tidak ada
7. Sirkulasi
a. Sirkulasi perifer
1. Nadi : 90x/menit, Irama : teratur, Denyut : kuat
2. Tekanan Darah :140/90 mmHg
3. Temperatur kulit : dingin
4. Warna kulit : pucat
5. Pengisian kapiler : 2/detik
b. Sirkulasi jantung
1. Kecepatan denyut apical : 81 kali/menit
2. Irama : teratur
3. Sakit dada : tidak ada
8. Sistem Hematologi
a. Hb : 13 Gr/dl
b. Ht : 23,1 vol%
c. Leukosit : tidak ada
d. Hematokrit : 23,1%
e. Trombosit : 249 Ribu/ul
f. Mengeluh kesakitan : tidak ada
9. Neurologis
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. Orientasi :
1. Waktu : Klien mengenal waktu.
2. Tempat : Klien mengenal tempat.
3. Orang : Kien mengenal orang
c. Nilai GCS : E = 4. V=5, M=6
d. Riwayat kejang : tidak ada
e. Kekuatan menggenggam : kuat
f. Pergerakan ekstremitas : aktif
9. Eliminasi
a. BAB
1. Frekwensi : 1x sehari
2. Diare : tidak ada
3. Warna feces : coklat
4. Konsistensi feces : setengah padat
5. Konstipasi : tidak ada.
b. BAK
1. Pola rutin : 6X/hari (terkontrol)
2. Jumlah/24 jam : 400 ml
3. Warna : kuning pekat
4. Distensi : tidak ada
10. Kulit
a. Turgor kulit : elastis/baik
b. Warna kulit : normal.
c. Keadaan kulit : baik
d. Keadaan rambut
1. Tekstur : baik
2. Kebersihan : Ya
13. Muskuloskeletal
a. Kesulitan dalam pergerakan : Ya
b. Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak
c. Fraktur : tidak ada
d. Kelainan bentuk tulang sendi : normal
15. Penatalaksanaan
No. Nama Obat Dosis Untuk diagnosa Jam pemberian Cara
pemberian
1. Ketorolac 2x30mg Rasa nyaman: 11.00 wib dan 23.00 Injeksi IV
nyeri wib
2. Batugin 2x30mg Eliminasi urine 11.00 wib dan 23.00 Injeksi IV
wib
3. Rl 20 tpm 14.00 Infusan
4. Natrium 2x30mg Eliminasi Urine 11.00 dan 23.00 wib Injeksi IV
Bikarbonat
Setelah dilakukan pengkajian, klien ditemukan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri, gangguan elimininasi urine. Klien terpasang infus RL 500ml 20 t/m.
ANALISA DATA
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis : Batu Ginjal
No Tanggal Data Masalah Etiologi
1. 15 Juni DS : Gangguan b.d inflamasi
2016 1. Klien mengatakan nyeri pada daerah perut rasa nyaman sekunder
2. Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 dan nyeri terhadap
hari yang lalu. iritasi batu
3. Kien mengatakan nyerinya dari pinggang
sebelah kiri menjalar sampai daerah penis.
4. Klien mengatakan nyerinya seperti dililit.
DO :
1. Klien tampak memegangi perutnya
2. Skala nyeri klien 3 jika di ukur
dengan skala nyeri.
3. Klien tampak meringis kesakitan.
1. Klien tampak lemas.
2. TTV Klien :
TD : 140/90mmHg.
Nadi : 90x/menit.
RR : 22x/menit.
Suhu : 36,5◦ᴄ.
DS :
1. Klien mengatakan lemas.
2. 15 Juni 2. Klien mengatakan minumnya hanya Perubahan b.d sumbatan
2016 sedikit. Eliminasi di daerah
3. Klien mengatakan kurang minum. Urine uretral.
4. Klien mengatakan sakit saat buang air
kecil.
5. Klien mengatakan
urinnya berwana kuning pekat
DO :
1. Klien tampak lemas.
2. Klien tampak minum sedikit.
3. klien tampak sakit saat buang air kecil
4. Urine klien tampak berwarna
kuning pekat.
5. Klien tampak lemas
6. balance Cairan
Intake :
Infus : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc +1500 cc
Output :
Urine : 400 cc
BAB : 50 cc
Keringat :50 cc
IWL : 810 cc +1310 cc
Balance Cairan = Intake – Output
1500cc-1310cc= 190 cc
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :Batu Ginjal.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap iritasi batu
2. Perubahan eliminasi urine b.d sumbatan di daerah uretral
RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA 1
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :Batu Ginjal
No Tang Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Dx gal Keperawatan Kriteria Hasil
1. 15 J Setelah dilakukan 1. Obs TTV klien 1. Untuk mengetahui TTV
uni tindakan klien
2019 keperawatan 2. Kaji skala nyeri klien 2. Untuk mengetahui skala
. kepada Tn. D nyeri klien berkurang atau
selama 3x24 jam 3.Jelaskan penyeba nyeri tidak
masalah Nyeri Klien 3. Membantu klien agar
teratasi : mengetahui penyebab nyeri
1. Klien dapat 4. Berikan posisi yang tersebut
menunjukkan rasa Nyaman 4. Agar klien merasa tenang
nyeri berkurang / dan nyeri berkurang
hilang . 5. Kolaborasi pemberian 5. Agar nyeri berkurang/
2. Klien tampak obat anti nyeri hilang
rileks.
3.Skala nyeri
klien berkurang
yaitu 1.
RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA 2
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :BatuGinjal
No Tangga Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx l Keperawatan Hasil
IMPLEMENTASI DIAGNOSA 2
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
Diagnosa Medis :Batu Ginjal
IWL : (15XBB)
24 jam
= (15x54kg)
24 jam
= 33,75 cc/24 jam
Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24
= 810cc/24jam
Balance Cairan = Intake –Output
=1500cc-1310cc = 190 cc
A : masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi
Kamis, S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
16 Juni 2016 - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri
menjalar sampai penis.
O : - klien tampak meringis kesakitan.
- klien tampak memegangi perutnya.
A : masalah belum teratasi.
P :Lanjutkan Intervensi.
Jum`at, 17 S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
Juni 2016 - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri
1. Juni 2016 menjalar sampai penis.
O : - klien tampak meringis kesakitan.
- klien tampak memegangi perutnya.
A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.
P :Lanjutkan Intervensi.
EVALUASI DIAGNOSA 2
P : Lanjutkan Intervensi.
P : Lanjutkan Intervensi.
P : Lanjutkan Intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
AlimulHidayat, A. Aziz. 2006. PengantarKebutuhanDasarManusia. Aplikasidan Proses
Keperawatan.Jakarta :SalembaMedika
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC