Anda di halaman 1dari 10

BAB III

SILA KE-2
KEMANUSIAA
N YANG ADIL
www.google.com
DAN BERADAB

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Ulurkan tangan mu dengan memberi apa yang kau
miliki saat ini
Kepada mereka yang sedang membutuhkan hari ini

Ulurkan tangan mu
Bagi mereka yang tunduk di jalan

Tebarkanlah kasih sayang mu


Pada sesama manusia

Ikklaskan lah kebajikan yang telah kau lakukan


Bagi siapa saja

SILA KE-2 KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN


BERADAB
A. Pengantar
Kemanusiaan berkaitan dengan diakuinya Hak
Asasi Manusia. Sila kedua dalam Pancasila yang
berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” ini
merupakan pengungkapan yang menjadikan hubungan
sosial dan budaya antar masyarakat di Indonesia sebagai
dasar. Nilai utama yang perlu diketahui dan diamalkan
daripada sila adil dan beradab ini yaitu pengakuan hak
asasi manusia, karena berbicara mengenai kemanusiaan,
tidak lepas dari HAM, adil dan beradab dapat dikatakan
sebagai sebuah cerminan terhadap masyarakat Indonesia
di mata dunia yang diharapkan.

Sila ke-2 ini dituangkan dalam Pancasila yang


seperti kita ketahui sebagai falsafah bangsa Indonesia,
dengan tujuan terwujudnya dan terjaganya HAM di
Indonesia agar masyarakatnya adil dan memiliki adab
yang diharapkan. Lebih jauh mengenai sila ke-2,
dibawah akan dipaparkan.
B. Seluk Beluk Sila Ke-2
Isi daripada sila ke-2 terdiri dari kata
kemanusiaan, yang berarti makhluk ciptaan Tuhan yang
Maha Esa yang memiliki potensi, rasa, pikir, karsa dan
cipta. Demikianlah manusia disebut sebagai makhluk
yang memiliki martabat paling tinggi dibanding dengan
ciptaan Tuhan lainnya. Kemudian, terdapat kata adil
yang artinya bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas ukuran/norma-norma yang objektif
bukan subjektif, sehingga tidak sewenang-wenang.
Terakhir, terdapat kata beradab yang memiliki bentuk
dasar adab berarti budaya. Oleh karena itu beradab
berarti melakukan segala sesuatu dalam hidup sesuai
nilai-nilai budaya, khususnya nilai sosial dan moral.
Kemanusiaan yang adil dan beradab secara
keseluruhann memiliki arti kesadaran baik sikap dan
perbuatan manusia yang didasarkan pada akal budi
manusia, rasa adil, dan nilai-nilai kebudayaan tanpa
membedakan suku, agama, ras, dan golongan.
Setiap sila-sila dalam pancasila memiliki makna
yang berkaitan, mulai dengan sila pertama yaitu
Ketuhanan yang Maha Esa, menjiwai dan berkaitan
dengan sila-sila II, III, IV, dan V. Sila Kemanusiaan
yang adil dan beradab menjiwai sila I, III, IV, dan V.
Begitu pula sila lainnya.

C. Nilai-Nilai Di Dalam Sila Ke-2


1. Kesamaan Derajat di Antara Setiap Warga
Negara.
Pada masa lalu bangsa ini mengalami sejarah
panjang yang cukup kelam untuk diingat. Namun
sejarah panjang itu jugalah yang menjadikan kita semua
lebih bijaksana dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tentunya kita semua tidak lupa penderitaan
akan ketidakadilan dan kebiadaban para penjajah yang
menimpa leluhur kita di masa lalu. Dengan adanya sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, maka diiaminlah
kesamaan derajat seluruh manusia yang di negara ini.
Keadilan seharusnva bukan sesuatu yang mahal bagi
kita. Sila ini memerintahkan segenap bangsa, baik
pemerintah maupun rakyat.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak,


dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia
mempunyai martabat, sehingga tidak boleh melecehkan
manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain
untuk hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan
atau milik (harta, sifat dan karakter) orang lain.

3. Saling mencintai sesama manusia.


Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan
yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa
untuk memiliki dan kalau perlu pengorbanan untuk
mempertahankannya. Dengan perasaan cinta pula
manusia dapat mempergiat hubungan social seperti
kerjasama, gotong royong, dan solidaritas. Dengan rasa
cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling
membesarkan hati, serta saling menghargai. Inilah yang
nantinya menumbuhkan rasa simpat dan empati
terhadap orang lain. Rasa simpati dan empati yang
tumbuh karena adanya sikap menghargai akan
membawa keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat sehingga terjadi rasa "tepa slira" diantara
anggota masyarakat. Sikap saling menghargai tidak
hanya dilakukan kepada orang yang kita kenal, tetapi
juga kepada orang yang tidak kita kenal termasuk
kepada lingkungan baru yang kita kunjungi. Ada
pepatah yang mengatakan dimana bumi dipijak, disitu
langit dijunjung" yang berlaku di dalam kehidupan
masvarakat Indonesia yang digunakn sebagai pedoman
dalam menumbuhkan sikap saling menghargai.

4. Mengembangkan sikap tenggang rasa.


Sikap ini menghendaki adanya usaha dan
kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk
menghargai dan menghormati perasaan orang lain
4 Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan
maupun perbuatan kepada orang lain,
hendaknya diukur dengan diri kita sendiri,
bilamana kita tidak senang disakiti hatinya,
maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap
tenggang rasa juga dapat kita wujudkan dalam
toleransi dalam beragama.

5. Tidak semena-mena terhadap orang lain.


Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat
sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini
menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang
tidak boleh sewenang-wenang.

Dari penjelasan diatas, perwujuatan dalam


penerapan nilai ini bisa dilakukan dalam upaya
menghormati dan bekerja sama antar masyarakat
Indonesia sebagai bentuk realisasi dan nilai-nilal
kemanusiaan yang adil dan beradab (Sila kedua
Pancasila) Sikap ini dapat pula secara keseluruhan dapat
menjadi pendorong hubungan harmonis masvarakat,
sehingga senantianya menghilangkan adanya
kemunculan konflik sosial yang terjadi. Oleh karena
itulah penting bagi siapapun untuk menerapan dan
menjadi pedoman Warga negara Indonesia.

D. Contoh Kasus Pada Sila Ke-2


Kasus yang bertentangan dengan sila kedua
ini adalah :
1. Hutang Ciptakan Ketidak Adilan bagi
Rakyat Miskin

JAKARTA – Upaya pemerintah untuk


memenuhi kewajiban pembayaran utang yang
dinilai sudah mencapai taraf membahayakan
telah memunculkan ketidakadilan bagi rakyat
kecil pembayar pajak.  Pasalnya, saat ini,
penerimaan pajak, baik dari pribadi maupun
pengusaha, digenjot untuk bisa membayar
pinjaman, termasuk utang yang dikemplang
oleh pengusaha hitam obligor Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Hal ini
berarti rakyat kecil pembayar pajak seakan
dipaksa menyubsidi pengusaha kaya
pengemplang BLBI. Akibatnya, kemampuan
penerimaan negara dari pajak justru kian
berkurang untuk program peningkatan
kesejahteraan pembayar pajak seperti jaminan
sosial, pendidikan, dan kesehatan.“Kebijakan
pajak negara sangat tidak adil bagi rakyat
karena penerimaan pajak tidak mampu
mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat,”
ujar pengamat Koalisi Anti Utang (KAU), Dani
Setiawan, Kamis (5/5). Ia mengungkapkan
persentase pembayaran cicilan pokok dan
bunga utang telah menyerap 31 persen
penerimaan perpajakan pada 2010. “Angkanya
diperkirakan tidak banyak berkurang pada
tahun 2011,” imbuh dia. Pada 2011, target
penerimaan pajak dipatok sekitar 764,49 triliun
rupiah, naik dari penerimaan tahun lalu sekitar
590,47 triliun rupiah. Sementara itu, tren
kewajiban pembayaran cicilan dan bunga utang
pemerintah terus meningkat dan pada 2011
mencapai 247 triliun rupiah, melebihi penarikan
utang baru tahun ini sekitar 184 triliun rupiah.

Anda mungkin juga menyukai