SILA KE-2 KEMANUSIAA N YANG ADIL www.google.com DAN BERADAB
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Ulurkan tangan mu dengan memberi apa yang kau miliki saat ini Kepada mereka yang sedang membutuhkan hari ini
Ulurkan tangan mu Bagi mereka yang tunduk di jalan
Tebarkanlah kasih sayang mu
Pada sesama manusia
Ikklaskan lah kebajikan yang telah kau lakukan
Bagi siapa saja
SILA KE-2 KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAB A. Pengantar Kemanusiaan berkaitan dengan diakuinya Hak Asasi Manusia. Sila kedua dalam Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” ini merupakan pengungkapan yang menjadikan hubungan sosial dan budaya antar masyarakat di Indonesia sebagai dasar. Nilai utama yang perlu diketahui dan diamalkan daripada sila adil dan beradab ini yaitu pengakuan hak asasi manusia, karena berbicara mengenai kemanusiaan, tidak lepas dari HAM, adil dan beradab dapat dikatakan sebagai sebuah cerminan terhadap masyarakat Indonesia di mata dunia yang diharapkan.
Sila ke-2 ini dituangkan dalam Pancasila yang
seperti kita ketahui sebagai falsafah bangsa Indonesia, dengan tujuan terwujudnya dan terjaganya HAM di Indonesia agar masyarakatnya adil dan memiliki adab yang diharapkan. Lebih jauh mengenai sila ke-2, dibawah akan dipaparkan. B. Seluk Beluk Sila Ke-2 Isi daripada sila ke-2 terdiri dari kata kemanusiaan, yang berarti makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa yang memiliki potensi, rasa, pikir, karsa dan cipta. Demikianlah manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki martabat paling tinggi dibanding dengan ciptaan Tuhan lainnya. Kemudian, terdapat kata adil yang artinya bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran/norma-norma yang objektif bukan subjektif, sehingga tidak sewenang-wenang. Terakhir, terdapat kata beradab yang memiliki bentuk dasar adab berarti budaya. Oleh karena itu beradab berarti melakukan segala sesuatu dalam hidup sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai sosial dan moral. Kemanusiaan yang adil dan beradab secara keseluruhann memiliki arti kesadaran baik sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan pada akal budi manusia, rasa adil, dan nilai-nilai kebudayaan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Setiap sila-sila dalam pancasila memiliki makna yang berkaitan, mulai dengan sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, menjiwai dan berkaitan dengan sila-sila II, III, IV, dan V. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab menjiwai sila I, III, IV, dan V. Begitu pula sila lainnya.
C. Nilai-Nilai Di Dalam Sila Ke-2
1. Kesamaan Derajat di Antara Setiap Warga Negara. Pada masa lalu bangsa ini mengalami sejarah panjang yang cukup kelam untuk diingat. Namun sejarah panjang itu jugalah yang menjadikan kita semua lebih bijaksana dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya kita semua tidak lupa penderitaan akan ketidakadilan dan kebiadaban para penjajah yang menimpa leluhur kita di masa lalu. Dengan adanya sila kemanusiaan yang adil dan beradab, maka diiaminlah kesamaan derajat seluruh manusia yang di negara ini. Keadilan seharusnva bukan sesuatu yang mahal bagi kita. Sila ini memerintahkan segenap bangsa, baik pemerintah maupun rakyat.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak,
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang lain.
3. Saling mencintai sesama manusia.
Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu pengorbanan untuk mempertahankannya. Dengan perasaan cinta pula manusia dapat mempergiat hubungan social seperti kerjasama, gotong royong, dan solidaritas. Dengan rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, serta saling menghargai. Inilah yang nantinya menumbuhkan rasa simpat dan empati terhadap orang lain. Rasa simpati dan empati yang tumbuh karena adanya sikap menghargai akan membawa keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga terjadi rasa "tepa slira" diantara anggota masyarakat. Sikap saling menghargai tidak hanya dilakukan kepada orang yang kita kenal, tetapi juga kepada orang yang tidak kita kenal termasuk kepada lingkungan baru yang kita kunjungi. Ada pepatah yang mengatakan dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" yang berlaku di dalam kehidupan masvarakat Indonesia yang digunakn sebagai pedoman dalam menumbuhkan sikap saling menghargai.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Sikap ini menghendaki adanya usaha dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang lain 4 Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri, bilamana kita tidak senang disakiti hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang rasa juga dapat kita wujudkan dalam toleransi dalam beragama.
5. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang.
Dari penjelasan diatas, perwujuatan dalam
penerapan nilai ini bisa dilakukan dalam upaya menghormati dan bekerja sama antar masyarakat Indonesia sebagai bentuk realisasi dan nilai-nilal kemanusiaan yang adil dan beradab (Sila kedua Pancasila) Sikap ini dapat pula secara keseluruhan dapat menjadi pendorong hubungan harmonis masvarakat, sehingga senantianya menghilangkan adanya kemunculan konflik sosial yang terjadi. Oleh karena itulah penting bagi siapapun untuk menerapan dan menjadi pedoman Warga negara Indonesia.
D. Contoh Kasus Pada Sila Ke-2
Kasus yang bertentangan dengan sila kedua ini adalah : 1. Hutang Ciptakan Ketidak Adilan bagi Rakyat Miskin
JAKARTA – Upaya pemerintah untuk
memenuhi kewajiban pembayaran utang yang dinilai sudah mencapai taraf membahayakan telah memunculkan ketidakadilan bagi rakyat kecil pembayar pajak. Pasalnya, saat ini, penerimaan pajak, baik dari pribadi maupun pengusaha, digenjot untuk bisa membayar pinjaman, termasuk utang yang dikemplang oleh pengusaha hitam obligor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Hal ini berarti rakyat kecil pembayar pajak seakan dipaksa menyubsidi pengusaha kaya pengemplang BLBI. Akibatnya, kemampuan penerimaan negara dari pajak justru kian berkurang untuk program peningkatan kesejahteraan pembayar pajak seperti jaminan sosial, pendidikan, dan kesehatan.“Kebijakan pajak negara sangat tidak adil bagi rakyat karena penerimaan pajak tidak mampu mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat,” ujar pengamat Koalisi Anti Utang (KAU), Dani Setiawan, Kamis (5/5). Ia mengungkapkan persentase pembayaran cicilan pokok dan bunga utang telah menyerap 31 persen penerimaan perpajakan pada 2010. “Angkanya diperkirakan tidak banyak berkurang pada tahun 2011,” imbuh dia. Pada 2011, target penerimaan pajak dipatok sekitar 764,49 triliun rupiah, naik dari penerimaan tahun lalu sekitar 590,47 triliun rupiah. Sementara itu, tren kewajiban pembayaran cicilan dan bunga utang pemerintah terus meningkat dan pada 2011 mencapai 247 triliun rupiah, melebihi penarikan utang baru tahun ini sekitar 184 triliun rupiah.