Abstract - Misconception is one of the cause of students' learning difficulties, especially on physics.
Misconceptions experienced by students needs to be diagnosed and its results used to improve learning. Its
result should be delivered to students to help them learn better, so that these misconceptions can be corrected.
In this regard, it should be developed diagnostic instruments which can provide information quickly and
accurately one of them is a three-tier test. The aim of this study was to investigate whether the three-tier test
able to identify student misconceptions. The sample of this study was 136 students of senior high school in
Malang. Besides using written tests, interviews were conducted on several students to verify the results of the
three-tier test. Conclusions of this study is the three-tier test that has been developed on Temperature and
Heat topic is able to identify misconceptions students quickly and accurately.
jauh pada upaya penanggulangannya, terlebih dahulu Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki
para pengajar harus memiliki pengetahuan dan apakah instrumen diagnostik three tier test yang
kemampuan mengidentifikasi miskonsepsi secara dikembangkan benar-benar mampu mengidentifikasi
tepat, sehingga setiap saat dapat digunakan dalam miskonsepsi siswa. Hasil penelitian diharapkan dapat
pembelajaran. Oleh karenanya, para peneliti dan menjadi referensi dan sumber informasi bagi para
pendidik dituntut untuk terus mengembangkan peneliti dan pendidik guna mengatasi dan
berbagai upaya untuk mengatasi miskonsepsi menindaklanjuti miskonsepsi yang dimiliki siswa
meskipun hasilnya belum menggembirakan. pada setiap konsep suhu dan kalor. Oleh karena itu,
Salah satu cara yang dipandang efektif dalam peneliti menganggap perlunya dilakukan
mengidentifikasi miskonsepsi siswa adalah tes pengidentifikasian miskonsepsi siswa pada konsep
diagnostik miskonsepsi dalam bentuk tertulis. Tes suhu dan kalor menggunakan three tier test.
diagnostik miskonsepsi dimaksudkan untuk
mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa METODE PENELITIAN
berkaitan dengan adanya miskonsepsi. Diperlukan tes Berdasarkan pada tujuan penelitian yang ingin
diagnostik miskonsepsi dalam mengidentifikasi dicapai, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
miskonsepsi yang dialami siswa (Susanti, 2014). menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam
Berbagai jenis penilaian sebagai tes diagnostik menjelaskan hasil penelitian. Teknik pengumpulan
digunakan dalam pendidikan sains untuk data melalui tes yaitu menggunakan instrumen
mengidentifikasi miskonsepsi siswa antara lain open- diagnostik berbentuk three tier test dan wawancara
ended questions (Calik&Ayas, 2005; Chou, 2002; terbuka. Data hasil diagnostik dinyatakan dalam
Tsaparlis&Papaphotis, 2002), peta konsep bentuk persentase kategori konsepsi siswa.
(Goh&Chia, 1991), pilihan ganda (Schmidt, 1997; Sampel penelitian ini adalah siswa yang telah
Uzuntiryaki&Geban, 2005). Beberapa penelitian telah menerima materi suhu dan kalor, baik kelas X
berhasil mengembangkan instrumen dignostik maupun kelas XI. Sampel berjumlah 136 siswa dari 5
miskonsepsi yang hasilnya dapat diketahui dengan sekolah berbeda di kota Malang, yaitu SMAN 1,
cepat dan akurat, diantaranya pilihan ganda SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5, dan SMAN 9 Malang.
bertingkat dua (two-tier) (Chandrasegan, dkk., 2007; Instrumen penelitian yang digunakan berupa
Chou&Chiu, 2004; Svandova, 2014) dan pilihan instrumen diagnostik dan pedoman wawancara siswa.
ganda bertingkat tiga (three-tier) Instrumen diagnostik dikembangkan berdasarkan
(Caleon&Subramaniam, 2010; Dindar, 2011; Arslan, miskonsepsi-miskonsepsi pada konsep suhu dan kalor
2012; Kusumah, 2013; Gulcay&Gulbas, 2015; yang dirujuk dari beberapa jurnal terkait. Setiap butir
Syahrul&Setyarsih, 2015;). soal mengandung satu miskonsepsi. Pedoman
Instrumen diagnostik three tier test diprediksi wawancara dikembangkan sesuai dengan hasil
dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa lebih diagnosis miskonsepsi. Pertanyaan wawancara sama
akurat dibandingkan dengan tes diagnostik one tier dengan pertanyaan yang ada pada instrumen
atau two tier (Arslan dkk, 2012). Three tier test akan diagnostik. Berikut disajikan konsep dan miskonsepsi
memungkinkan guru dan siswa mengidentifikasi yang terkandung dalam setiap butir soal instrumen
miskonsepsi sehingga memberikan gambaran kepada diagnostik.
guru tentang penguasaan siswa terhadap materi yang Instrumen diagnostik berbentuk three tier
telah disampaikan, dan siswa akan memperbaiki terdiri dari 20 soal. Setiap soal terdiri dari tiga
miskonsepsi mereka dengan konsepsi ilmiah atau tingkatan, yakni tingkat pertama adalah pilihan
terjadi perubahan konsep yang salah menuju konsep jawaban biasa, tingkat kedua adalah pilihan alasan,
yang benar. Pesman dan Eryilmaz (2010) menyatakan dan tingkat ketiga adalah tingkat keyakinan atas
bahwa three tier test dapat dianggap sebagai jawaban dan alasan. Delapan kemungkinan
instrumen yang lebih valid dan dapat diandalkan kombinasi jawaban siswa dan pedoman
untuk penilaian prestasi atau miskonsepsi. Penelitian pengkategorian jawaban untuk soal penguasaan
yang relevan dan telah menggunakan instrumen konsep three tier dapat dilihat di tabel 2.
diagnostik three tier test adalah Arslan dkk. (2012),
menyimpulkan bahwa instrumen diagnostik three tier Validitas dan reliabilitas instrumen three tier
test yang valid dan reliabel tidak hanya bisa test juga ditentukan. Validitas diperoleh dari dua
mengidentifikasi miskonsepsi guru dalam mengajar dosen ahli materi dan bahasa. Validitas instrumen
tetapi juga miskonsepsi siswa dalam belajar. terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk.
Taslidere (2016) dalam penelitiannya menyimpulkan Validitas isi diperoleh sebesar 70, 35% yang
bahwa three tier test yang dikembangkan adalah alat termasuk kategori tinggi, dan validitas konstruk
ukur yang reliabel dan valid untuk menginvestigasi diperoleh sebesar 75,50% yang termasuk kategori
pemahaman konseptual dan miskonsepsi siswa. tinggi. Reliabilitas instrumen ditentukan melalui uji
96
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016
coba instrumen pada 70 siswa SMA yang telah dikatakan bahwa instrumen diagnostik three tier test
menerima materi suhu dan kalor. Reliabilitas yang digunakan telah memenuhi syarat untuk dapat
instrumen diperoleh sebesar 0,54 yang termasuk digunakan dalam penelitian.
kategori sedang atau cukup. Sehingga dapat
Tabel 1. Konsep dan miskonsepsi dalam instrumen diagnostik
Konsep yang Nomor butir
Miskonsepsi
terkait soal
Suhu Pembagian suatu zat yang berbeda ukurannya
mengakibatkan masing-masing bagian memiliki suhu 9, 10, 11
yang berbeda
Kalor Suhu dan kalor dianggap dua hal yang sama 1,2
Pemuaian Pemuaian zat padat lebih besar daripada zat cair 12
Pemuaian benda tidak dipengaruhi oleh koefisien
13
pemuaian
Pemuaian benda hanya terjadi pada satu dimensi linier
14
saja
Massa benda yang memuai bertambah besar
15
Pemuaian dikarenakan pertambahan jumlah partikel
Pemuaian dikarenakan ukuran partikel yang bertambah
16
besar
Pengaruh kalor Kalor jenis zat yang tinggi akan mempercepat zat tersebut
3
terhadap benda menyerap kalor
Warna benda yang lebih terang akan bersifat menyerap
17
cahaya
Perubahan wujud Suhu akan naik saat air mengalami perubahan wujud
4
(menguap)
Suhu akan turun saat air mengalami perubahan wujud
5
(membeku)
Suhu akan naik saat zat mengalami perubahan wujud 6, 7
Zat mengalami perubahan wujud ketika dicampurkan
8
dengan zat lain
Perpindahan kalor Perpindahan kalor secara konduksi menyebabkan ukuran
18
partikel membesar
Partikel bahan dalam perpindahan kalor secara konduksi
19
ikut bergerak sesuai aliran kalor
Suhu dingin limgkungan ditransfer ke badan 20
Siswa mengerjakan three tier test selama 45 dihitung persentase siswa yang menguasai konsep,
menit. Setelah itu peneliti melakukan wawancara miskonsepsi, menebak/tidak percaya, dan tidak tahu
terkait pendapat siswa mengenai three tier test yang konsep untuk setiap butir soal, menggunakan rumus:
telah mereka kerjakan. Hasil pengerjaan siswa
dikodekan dan dikategorikan. Setelah pengkodean
dan pengelompokan kriteria siswa, selanjutnya
Tabel 2. Kategori jawaban three tier test
Tier 1 Tier 2 Tier 3 Kategori
Benar Benar Yakin Menguasai Konsep (MK)
Benar Salah Yakin Miskonsepsi (MS)
Salah Benar Yakin Miskonsepsi (MS)
Salah Salah Yakin Miskonsepsi (MS)
Benar Benar Tidak Yakin Menebak, tidak ada keyakinan diri (MB)
Benar Salah Tidak Yakin Tidak tahu konsep (TT)
Salah Benar Tidak Yakin Tidak tahu konsep (TT)
Salah Salah Tidak Yakin Tidak tahu konsep (TT)
Arslan, dkk. (2012).
97
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016
menghubungkan keempat besaran yang ada dalam Peneliti : dari persamaan tersebut, cepat panas
persamaan pengaruh kalor terhadap suhu benda berhubungan dengan besaran apa?
( ). Siswa harus tahu mana besaran yang Siswa A : dengan besaran ∆T Bu.
berbanding lurus dan mana besaran yang berbanding Peneliti : jadi, jawabanmu yang tadi akan berubah
terbalik. Kategori konsepsi siswa tentang hubungan atau tidak?
kalor dengan perubahan suhu benda disajikan pada Siswa A : tidak Bu, jawaban saya tetap lebih cepat
Tabel 3. aluminium karena lebih besar kalor
Siswa A menjawab soal disajikan pada jenisnya.
Gambar 1. Menurut jawaban siswa tersebut diketahui Peneliti : coba perhatikan persamaan yang kamu
bahwa siswa mengalami miskonsepsi. Siswa tulis. Besaran kalor jenis (c) dan
menganggap bahwa benda dengan kalor jenis yang perubahan suhu (∆T) berbanding lurus
besar akan menyebabkan benda tersebut cepat panas. atau berbanding terbalik?
Siswa belum memahami dengan benar apa yang Siswa A : berbanding lurus Bu.
dimaksud dengan kalor jenis (c), dan belum bisa Peneliti :kamu yakin? Coba perhatikan posisi dua
menghubungkannya dengan perubahan suhu (∆T). besaran tersebut.
Hasil diagnosis ini sejalan dengan temuan Hafizah, Siswa A : oh iya bu. Dua besaran tersebut sama-
dkk. (2014) yang menyebutkan bahwa jika kapasitas sama ada di ruas kanan. Berarti
kalor besar maka suhu benda akan cepat naik, dan berbanding terbalik Bu.
Alwan (2012) dalam penelitiannya menemukan Peneliti : sekarang kamu yakin?
bahwa siswa tidak mempertimbangkan nilai kalor Siswa A : iyah Bu, jawabannya perak berarti Bu.
jenis dan kapasitas kalor sebagai sebuah faktor yang Karena cepat panas berarti perubahan
mempengaruhi perubahan suhu. suhunya cepat atau besar sehingga kalor
jenisnya harusnya yang kecil.
Peneliti : iyah, jawaban dan alasanmu sekarang
sudah benar.
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa
siswa A benar-benar mengalami miskonsepsi dalam
menghubungkan besaran kalor jenis dan perubahan
suhu. Siswa menganggap bahwa cepat panas suatu
benda berhubungan dengan kalor yang diterima
benda sehingga siswa secara spontan menjawab
bahwa benda yang memiliki kalor jenis besar akan
cepat panas. Siswa mampu menggunakan persamaan
untuk menentukan jumlah kalor, namun
Gambar 1. Jawaban miskonsepsi siswa siswa tidak mampu meghubungkan keempat besaran
dalam persamaan tersebut (Alwan, 2012). Siswa
Dari jawaban siswa tersebut, dilakukan benar-benar harus diarahkan untuk dapat menyadari
wawancara untuk mengkonfirmasi jawaban siswa dan memperbaiki miskonsepsinya.
tersebut. Berikut deskripsi wawancara peneliti Tabel 3. Kategori konsepsi siswa terkait pertanyaan
dengan siswa A. pada
Peneliti : aluminium dan perak merupakan logam Kategori Konsepsi Siswa N %
yang baik untuk menghantarkan panas. Menguasai Konsep (MK) 48 35,3
Jika kalor jenis aluminium lebih besar Miskonsepsi (MS) 76 55,9
daripada perak, logam manakah yang Menebak (MB) 6 4,4
akan lebih cepat panas? Tidak Tahu Konsep (TT) 6 4,4
Siswa A : aluminium Bu.
Total 136 100
Peneliti : alasanmu apa?
Konsepsi Siswa tentang Pemuaian Panjang
Siswa A : karena kalor jenisnya lebih besar
Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi
sehingga benda akan cepat panas Bu.
siswa tentang pemuaian, terutama hubungan besaran
Peneiliti : kamu yakin dengan jawabanmu?
koefisien muai panjang dengan pemuaian panjang
Siswa A : iya, saya yakin Bu.
disajikan pada nomor 13. Jawaban yang tepat dari
Peneliti : sekarang, coba kamu tuliskan persamaan
pertanyaan tersebut pada tier pertama adalah A dan
pengaruh kalor terhadap perubahan suhu!
pada tier kedua adalah C. Berdasarkan data tersebut
(peneliti menyodorkan bolpoin dan kertas, kemudian
tampak bahwa sebagian besar siswa (72,1%) telah
siswa menuliskan persamaan ).
menguasai konsep yang ditanyakan soal, sekitar
99
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016
101
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016
102
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016
pilihan alasan dan siswa juga merasa sangat subkonsep pemuaian (27,0%), subkonsep kalor
bertanggungjawab untuk memberikan jawaban yang (11%), perpindahan kalor (10,0%), pengaruh kalor
paling sesuai dengan pikiran dan keyakinan mereka. terhadap suhu benda (8,9%) dan terakhir subkonsep
Three tier test bagi siswa merupakan bentuk soal suhu (7,4%). Hasil wawancara menunjukkan bahwa
yang sangat jarang mereka temui dan berbeda dari penyebab terjadinya miskonsepsi pada tiap
bentuk soal yang selama ini sering mereka kerjakan. subkonsep tersebut adalah representasi materi dan
Menurut siswa, keuntungan three tier test adalah soal saat pembelajaran yang biasanya disajikan
lebih mampu menggali pengetahuan mereka tentang dalam bentuk gambar dan diagram sulit dipahami
konsep, melalui soal tersebut siswa mampu oleh siswa.
mengetahui penerapan konsep dalam kehidupan Penggunaan instrumen diagnostik three tier test
sehari-hari (kontekstual), menjadikan mereka lebih mampu mengkategorikan konsepsi siswa menjadi
teliti dan tidak asal tebak dalam menjawab, dan siswa empat kriteria penguasaan konsep, yaitu menguasai
lebih sadar dan memahami tingkat penguasaan konsep (MK), miskonsepsi (MS), menebak atau tidak
konsep mereka masing-masing, yakni apakah mereka percaya diri atas jawaban (MB), dan tidak tahu
telah menguasai konsep, masih miskonsepsi, hanya konsep (TT). Siswa menjadi sadar akan pemahaman
menebak atau tidak percaya diri atas jawabannya, konsep yang mereka miliki terhadap konsep-konsep
atau malah tidak tahu konsep sama sekali. suhu dan kalor. Oleh karena itu, instrumen diagnostik
Sedangkan, kekurangan three tier test yaitu uraian three tier test yang telah dikembangkan untuk
soal dan alasan yang cukup panjang membuat siswa mendiagnosis miskonsepsi siswa pada materi suhu
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dan kalor mampu mengidentifikasi miskonsepsi
menjawab dan soal-soalnya seperti menjebak jika siswa secara cepat dan akurat.
mereka tidak teliti. Dengan demikian, instrumen Saran
diagnostik three tier test yang digunakan dalam Penulis menyarankan agar para peneliti dan
penelitian ini mampu mengidentifikasi miskonsepsi pendidik lebih memperhatikan prakonsepsi siswa
yang dimiliki siswa. sebelum memberikan pembelajaran. Para pendidik
diharapkan menyampaikan konsep-konsep dasar
SIMPULAN DAN SARAN secara benar dan membantu siswa dalam
Simpulan menghubungkan antarkonsep serta pandai memilih
Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan pendekatan pembelajaran untuk mengatasi dan
sebagaimana telah diuraikan, dapat disimpulkan mengurangi miskonsepsi fisika yang dialami oleh
bahwa konsep-konsep dasar terkait konsep suhu dan siswa. Bagi para peneliti yang ingin mengidentifikasi
kalor meliputi suhu, kalor, pengaruh kalor terhadap miskonsepsi agar menggunakan instrumen diagnostik
benda (pemuaian, perubahan suhu, dan perubahan yang tepat agar miskonsepsi siswa dan penyebabnya
wujud), dan perpindahan kalor merupakan konsep benar-benar dapat diidentifikasi. Para peneliti dan
yang cukup sulit dipahami oleh siswa. Meskipun pendidik juga perlu membuat soal diagnostik
siswa telah mempelajari konsep-konsep tersebut miskonsepsi yang lebih kontekstual namun tidak
sebelumnya di bangku SMP, mereka masih terlalu panjang sehingga tidak memakan waktu lama
mengalami kesulitan dalam memecahkan soal untuk siswa menyelesaikannya. Mengupayakan agar
penguasaan konsep yang dilandasi konsep-konsep instrumen diagnostik mengandung semua konsep
tersebut. fisika yang berkaitan dengan materi yang ingin
Dari analisis data diagnostik three tier test diujikan serta setiap konsepnya terdiri dari jumlah
siswa menunjukkan bahwa dari 136 siswa yang soal yang sama.
menjadi objek penelitian, 47% termasuk kriteria
menguasai konsep, sedangkan sisanya 38% UCAPAN TERIMA KASIH
mengalami miskonsepsi, 5% menebak atau tidak Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
percaya diri atas jawaban, dan 10% tidak tahu lembaga yang telah memberikan kontribusi pada data
konsep. Hal ini disebabkan oleh, siswa telah penelitian, SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5,
menerima pembelajaran yang membahas konsep- dan SMAN 9 Malang.
konsep yang diujikan namun siswa kesulitan
mengabstraksikan konsep dengan tepat sehingga REFERENSI
intuisi pada pengetahuan awal siswa tetap bertahan, [1] Alfiani. (2015). Analisis Profil Miskonsepsi dan
dan sebagian besar siswa lupa dengan materi yang Konsistensi Konsepsi Siswa SMA pada Topik
telah dibahas atau retensi siswa lemah terhadap Suhu dan Kalor. Seminar Nasional Fisika 2015
konsep-konsep tertentu. Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas
Persentase miskonsepsi tertinggi siswa Negeri Jakarta. SNF2015-IV-29.
subkonsep perubahan wujud (35,0%) dan diikuti
103
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016
[2] Alwan, A. A. (2011). Misconception of Heat and MAN 1 Bukittinggi. Edusainstik Jurnal
Temperature Among Physics Students. Procedia Pendidikan MIPA, 1(1): 100-103.
Social and Behavioral Sciences, (Online), 12: [14] Hammer, D. (1996). More Than Misconceptions
600-614, (http://sciencedirect.com),diakses 20 : Multiple Perspectives on Student Knowledge
Februari 2014. and Reasoning, and an Appropriate Role for
[3] Arslan, H. O., Cigdemoglu, C., Moseley, C. Education Research. American Journal of
(2012). A Three-Tier Diagnostic Test to Assess Physics, 64(10): 1316 - 1325.
Pre-Service Teachers’ Misconceptionsmabout [15] Kurniawan, A. (2013). Penerapan Model
Global Warming, Greenhouse Effect, Ozone Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Layer Depletion, and Acid Rain. International Cmaptools Dalam Pembelajaran Fisika Untuk
Journal of Science Education, 34 (11): 1667– Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan
1686. Mempertahankan Retensi Siswa. UPI.
[4] Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan (http://reporsitory.upi.edu), diakses 08 Februari
Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen. Satya 2016.
Wacana. [16] Kusumah, F. H. (2013). Diagnosis Miskonsepsi
[5] Caleon, I. & Subramaniam, R. (2010). Three- Siswa Pada Materi Kalor Menggunakan Three-
Tier Diagnostic Test to Assess Secondary Tier Test. UPI. (http://reporsitory.upi.edu),
Students’ Understanding of Waves. International diakses 12 Februari 2016.
Journal of Science Education, 32 (7): 939–96. [17] Maunah, Nailul & Wasis. (2014). Pengembangan
[6] Calik, M. & Ayas, A. (2005). A comparison of Two-Tier Multiple Choice Diagnostic test Untuk
level of understanding of eighth-grade students Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas X
and science student teachers related to selected pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Inovasi
chemistry concepts. Journal of Research in Pendidikan Fisika (JIPF), (Online), 3(2): 195-
Science Teaching, 42(6): 638–667. 200,( https://www.scribd.com/doc/225982116/),
[7] Chou C.C. & Chiu M.H. (2004). A two-tier diakses 18 Oktober 2015.
diagnostic instrument on the molecular [18] Montfort, D., Brown, S., & Findley, K. (2007).
representations of chemistry: comparison of Using interviews to identify student
performance between junior high school and misconceptions in dynamics. Paper presented at
senior high school students in Taiwan. Paper the 37th ASEE/IEEE Frontiers in Education
th
presented at the 18 International Conference on Conference, (10): 10–13, Milwaukee, WI.
Chemical Education, Istanbul, Turkey. [19] Mosik, P. M. (2010). Usaha Mengurangi
[8] Chou, C. Y. (2002). Science teachers’ Terjadinya Miskonsepsi Fisika Melalui
understanding of concepts in chemistry. Pembelajaran dengan Pendekatan Konflik
Proceedings of the National Science Council, Kognitif. Jurnal Pendidikan Indonesia, (6): 98-
12(2): 73-78. 103, (Online), (http://journal.unnes.ac.id, diakses
[9] Dindar, A. C.& Geban, O. (2011). Development 10 April 2015.
Of A Three-Tier Test To Assess High School [20] Schmidt, H. J. (1997). Students' misconceptions -
Students’ Understanding Of Acids And Bases. Looking for a pattern. Science Education, 81(2):
Procedia Social and Behavioral Sciences 15: 123-135.
600–604. [21] Silung, S.N.W. (2015). Identifikasi Miskonsepsi
[10] Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor serta
Jakarta: Rineka Cipta. Kemungkinan Penyebabnya. Prosiding Seminar
[11] Gurcay, D. & Gulbas, E. (2015). Development of Nasional Jurusan Fisika FMIPA UNESA 2015:
three-tier heat,temperature and internal energy 180-185.
diagnostic test. Research in Science & [22] Susanti, D. (2014). Penyusunan Instrumen Tes
Technological Education, Taylor & Francis, Diagnostik Miskonsepsi Fisika SMA Kleas XI
02635143.2015.1018154: 1-21. Pada Materi Usaha Dan Energi. Jurnal
[12] Goh, N. K. & Chia, L. S. (1991). A practical way Pendidikan Fisika, 2(2): 16-19.
to diagnose pupils’ misconceptions in science. [23] Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik
Teaching and Learning, 6(2): 66-72. Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
[13] Hafizah, D., Haris, V., & Eliwatis. (2014). Pelajar.
Analisis Miskonsepsi Siswa Melalui Tes [24] Svandova, K. (2014). Secondary School
Multiple Choice Menggunakan Certainty Of Students’ Misconceptions about Photosynthesis
Response Index Pada Mata Pelajaran Fisika and Plant Respiration: Preliminary Results.
Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 10(1): 59-67.
104
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016
105