Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

Diagnosis Miskonsepsi Siswa SMA di Kota Malang pada Konsep


Suhu dan Kalor Menggunakan Three Tier Test

Sri Nurul Wahidah Silung1,*), Sentot Kusairi2), Siti Zulaikah3)


Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika.
Universitas Negeri Malang.
Malang, Indonesia.
Email : wahidah.srinurul@gmail.com

Abstract - Misconception is one of the cause of students' learning difficulties, especially on physics.
Misconceptions experienced by students needs to be diagnosed and its results used to improve learning. Its
result should be delivered to students to help them learn better, so that these misconceptions can be corrected.
In this regard, it should be developed diagnostic instruments which can provide information quickly and
accurately one of them is a three-tier test. The aim of this study was to investigate whether the three-tier test
able to identify student misconceptions. The sample of this study was 136 students of senior high school in
Malang. Besides using written tests, interviews were conducted on several students to verify the results of the
three-tier test. Conclusions of this study is the three-tier test that has been developed on Temperature and
Heat topic is able to identify misconceptions students quickly and accurately.

Keywords: diagnosis, misconceptions, temperature and heat, three-tier test

miskonsepsi tersebut (Susanti, 2014). Mengingat hal


PENDAHULUAN tersebut, identifikasi miskonsepsi siswa melalui
Para pendidik fisika sering menemukan bahwa penelitian sering dilakukan oleh para pendidik dan
siswa memiliki miskonsepsi, yakni konsepsi yang peneliti. Hal ini penting agar dapat menjadi sumber
berbeda dengan konsep yang diyakini para ahli. informasi bagi para pendidik dan peneliti dalam
Miskonsepsi terjadi hampir dalam semua konsep mengupayakan pengembangan pembelajaran di kelas
fisika (Wandersee dkk., 1994). Miskonsepsi juga untuk mengatasi dan memperbaiki miskonsepsi.
dialami siswa pada materi tentang Hukum I Newton Salah satu konsep fisika yang erat kaitannya
(Isliyanti & Kurniadi, 2011), usaha dan energi dengan kehidupan siswa dan siswa sering mengalami
(Khasanah, 2010; Ratnasari, 2014; Susanti, 2014) miskonsepsi adalah konsep suhu dan kalor. Beberapa
gaya apung (Cepni&Sahin, 2012), serta suhu dan peneliti menemukan bahwa siswa berpendapat suhu
kalor (Alwan, 2011; Hafizah, dkk., 2014; Maunah, dan kalor adalah hal yang sama (Alwan, 2011;
dkk., 2014; Alfiani, 2015; Silung, 2015). Adanya Suparno, 2013: 19; Alfiani, 2015; Silung, 2015).
miskonsepsi siswa akan menghambat proses Peneliti lain mencatat pemikiran siswa bahwa suhu
penerimaan pengetahuan baru yang berusaha suatu benda bergantung pada besar/massa dimana
dikonstruk melalui pembelajaran di kelas sehingga bila benda besar maka suhunya pun besar, dan
akan menghalangi siswa dalam proses belajar sebaliknya (Suparno, 2013: 20; Maunah, dkk., 2014),
(Alfiani, 2015). Dalam beberapa kajian lain, suhu benda terus meningkat saat mengalami
miskonsepsi juga sering dikenal dengan istilah perubahan wujud (Suparno, 2013: 20; Hafizah dkk.,
konsep alternatif (Suparno, 2013: 6). 2014; Maunah, dkk., 2014; Alfiani, 2015), jika massa
Siswa berdasarkan usia, gender, dan kecil maka kalor yang akan diserap lebih besar
kemampuan cenderung membawa miskonsepsi yang sehingga suhunya cepat naik (Silung, 2015), dan jika
berasal dari pengalaman pribadi maupun hasil kapasitas kalor besar maka suhu benda akan cepat
interaksi sosial. Miskonsepsi dapat terjadi akibat naik (Hafizah, dkk., 2014).
keterbatasan dalam pengamatan dan pengalaman di Identifikasi miskonsepsi merupakan hal yang
lingkungan sehari-hari (Yin, dkk., 2014). penting dilakukan dalam proses pembelajaran fisika.
Miskonsepsi juga dapat diperoleh dari pengalaman Pengidentifikasian dapat dilakukan sebelum, selama,
yang berbeda-beda dan sumber informasi yang tidak dan setelah proses pembelajaran serta perlu
akurat. Hal ini menjadi dasar yang buruk bagi siswa ditindaklanjuti dengan upaya agar siswa terlepas dari
dalam miskonsepsinya (Silung, 2015). Upaya
mengkonstruksi pengetahuan. Siswa dapat dengan pengidentifikasian miskonsepsi harus dilakukan
baik menggunakan satu konsep pada konsteks secara tepat agar terhindar dari kesalahan tindak
tertentu, tetapi dapat pula mengalami miskonsepsi lanjutnya. Kesalahan pengidentifikasian akan
pada konsep yang sama namun pada konteks yang menyebabkan kesalahan dalam cara mengatasinya,
berbeda. Mereka memerlukan bantuan secara tepat dan hasilnya pun tidak akan memuaskan (Tayubi,
dan sedini mungkin agar dapat mengatasi 2005). Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih
95
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

jauh pada upaya penanggulangannya, terlebih dahulu Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki
para pengajar harus memiliki pengetahuan dan apakah instrumen diagnostik three tier test yang
kemampuan mengidentifikasi miskonsepsi secara dikembangkan benar-benar mampu mengidentifikasi
tepat, sehingga setiap saat dapat digunakan dalam miskonsepsi siswa. Hasil penelitian diharapkan dapat
pembelajaran. Oleh karenanya, para peneliti dan menjadi referensi dan sumber informasi bagi para
pendidik dituntut untuk terus mengembangkan peneliti dan pendidik guna mengatasi dan
berbagai upaya untuk mengatasi miskonsepsi menindaklanjuti miskonsepsi yang dimiliki siswa
meskipun hasilnya belum menggembirakan. pada setiap konsep suhu dan kalor. Oleh karena itu,
Salah satu cara yang dipandang efektif dalam peneliti menganggap perlunya dilakukan
mengidentifikasi miskonsepsi siswa adalah tes pengidentifikasian miskonsepsi siswa pada konsep
diagnostik miskonsepsi dalam bentuk tertulis. Tes suhu dan kalor menggunakan three tier test.
diagnostik miskonsepsi dimaksudkan untuk
mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa METODE PENELITIAN
berkaitan dengan adanya miskonsepsi. Diperlukan tes Berdasarkan pada tujuan penelitian yang ingin
diagnostik miskonsepsi dalam mengidentifikasi dicapai, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
miskonsepsi yang dialami siswa (Susanti, 2014). menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam
Berbagai jenis penilaian sebagai tes diagnostik menjelaskan hasil penelitian. Teknik pengumpulan
digunakan dalam pendidikan sains untuk data melalui tes yaitu menggunakan instrumen
mengidentifikasi miskonsepsi siswa antara lain open- diagnostik berbentuk three tier test dan wawancara
ended questions (Calik&Ayas, 2005; Chou, 2002; terbuka. Data hasil diagnostik dinyatakan dalam
Tsaparlis&Papaphotis, 2002), peta konsep bentuk persentase kategori konsepsi siswa.
(Goh&Chia, 1991), pilihan ganda (Schmidt, 1997; Sampel penelitian ini adalah siswa yang telah
Uzuntiryaki&Geban, 2005). Beberapa penelitian telah menerima materi suhu dan kalor, baik kelas X
berhasil mengembangkan instrumen dignostik maupun kelas XI. Sampel berjumlah 136 siswa dari 5
miskonsepsi yang hasilnya dapat diketahui dengan sekolah berbeda di kota Malang, yaitu SMAN 1,
cepat dan akurat, diantaranya pilihan ganda SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5, dan SMAN 9 Malang.
bertingkat dua (two-tier) (Chandrasegan, dkk., 2007; Instrumen penelitian yang digunakan berupa
Chou&Chiu, 2004; Svandova, 2014) dan pilihan instrumen diagnostik dan pedoman wawancara siswa.
ganda bertingkat tiga (three-tier) Instrumen diagnostik dikembangkan berdasarkan
(Caleon&Subramaniam, 2010; Dindar, 2011; Arslan, miskonsepsi-miskonsepsi pada konsep suhu dan kalor
2012; Kusumah, 2013; Gulcay&Gulbas, 2015; yang dirujuk dari beberapa jurnal terkait. Setiap butir
Syahrul&Setyarsih, 2015;). soal mengandung satu miskonsepsi. Pedoman
Instrumen diagnostik three tier test diprediksi wawancara dikembangkan sesuai dengan hasil
dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa lebih diagnosis miskonsepsi. Pertanyaan wawancara sama
akurat dibandingkan dengan tes diagnostik one tier dengan pertanyaan yang ada pada instrumen
atau two tier (Arslan dkk, 2012). Three tier test akan diagnostik. Berikut disajikan konsep dan miskonsepsi
memungkinkan guru dan siswa mengidentifikasi yang terkandung dalam setiap butir soal instrumen
miskonsepsi sehingga memberikan gambaran kepada diagnostik.
guru tentang penguasaan siswa terhadap materi yang Instrumen diagnostik berbentuk three tier
telah disampaikan, dan siswa akan memperbaiki terdiri dari 20 soal. Setiap soal terdiri dari tiga
miskonsepsi mereka dengan konsepsi ilmiah atau tingkatan, yakni tingkat pertama adalah pilihan
terjadi perubahan konsep yang salah menuju konsep jawaban biasa, tingkat kedua adalah pilihan alasan,
yang benar. Pesman dan Eryilmaz (2010) menyatakan dan tingkat ketiga adalah tingkat keyakinan atas
bahwa three tier test dapat dianggap sebagai jawaban dan alasan. Delapan kemungkinan
instrumen yang lebih valid dan dapat diandalkan kombinasi jawaban siswa dan pedoman
untuk penilaian prestasi atau miskonsepsi. Penelitian pengkategorian jawaban untuk soal penguasaan
yang relevan dan telah menggunakan instrumen konsep three tier dapat dilihat di tabel 2.
diagnostik three tier test adalah Arslan dkk. (2012),
menyimpulkan bahwa instrumen diagnostik three tier Validitas dan reliabilitas instrumen three tier
test yang valid dan reliabel tidak hanya bisa test juga ditentukan. Validitas diperoleh dari dua
mengidentifikasi miskonsepsi guru dalam mengajar dosen ahli materi dan bahasa. Validitas instrumen
tetapi juga miskonsepsi siswa dalam belajar. terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk.
Taslidere (2016) dalam penelitiannya menyimpulkan Validitas isi diperoleh sebesar 70, 35% yang
bahwa three tier test yang dikembangkan adalah alat termasuk kategori tinggi, dan validitas konstruk
ukur yang reliabel dan valid untuk menginvestigasi diperoleh sebesar 75,50% yang termasuk kategori
pemahaman konseptual dan miskonsepsi siswa. tinggi. Reliabilitas instrumen ditentukan melalui uji
96
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

coba instrumen pada 70 siswa SMA yang telah dikatakan bahwa instrumen diagnostik three tier test
menerima materi suhu dan kalor. Reliabilitas yang digunakan telah memenuhi syarat untuk dapat
instrumen diperoleh sebesar 0,54 yang termasuk digunakan dalam penelitian.
kategori sedang atau cukup. Sehingga dapat
Tabel 1. Konsep dan miskonsepsi dalam instrumen diagnostik
Konsep yang Nomor butir
Miskonsepsi
terkait soal
Suhu Pembagian suatu zat yang berbeda ukurannya
mengakibatkan masing-masing bagian memiliki suhu 9, 10, 11
yang berbeda
Kalor Suhu dan kalor dianggap dua hal yang sama 1,2
Pemuaian Pemuaian zat padat lebih besar daripada zat cair 12
Pemuaian benda tidak dipengaruhi oleh koefisien
13
pemuaian
Pemuaian benda hanya terjadi pada satu dimensi linier
14
saja
Massa benda yang memuai bertambah besar
15
Pemuaian dikarenakan pertambahan jumlah partikel
Pemuaian dikarenakan ukuran partikel yang bertambah
16
besar
Pengaruh kalor Kalor jenis zat yang tinggi akan mempercepat zat tersebut
3
terhadap benda menyerap kalor
Warna benda yang lebih terang akan bersifat menyerap
17
cahaya
Perubahan wujud Suhu akan naik saat air mengalami perubahan wujud
4
(menguap)
Suhu akan turun saat air mengalami perubahan wujud
5
(membeku)
Suhu akan naik saat zat mengalami perubahan wujud 6, 7
Zat mengalami perubahan wujud ketika dicampurkan
8
dengan zat lain
Perpindahan kalor Perpindahan kalor secara konduksi menyebabkan ukuran
18
partikel membesar
Partikel bahan dalam perpindahan kalor secara konduksi
19
ikut bergerak sesuai aliran kalor
Suhu dingin limgkungan ditransfer ke badan 20

Siswa mengerjakan three tier test selama 45 dihitung persentase siswa yang menguasai konsep,
menit. Setelah itu peneliti melakukan wawancara miskonsepsi, menebak/tidak percaya, dan tidak tahu
terkait pendapat siswa mengenai three tier test yang konsep untuk setiap butir soal, menggunakan rumus:
telah mereka kerjakan. Hasil pengerjaan siswa
dikodekan dan dikategorikan. Setelah pengkodean
dan pengelompokan kriteria siswa, selanjutnya
Tabel 2. Kategori jawaban three tier test
Tier 1 Tier 2 Tier 3 Kategori
Benar Benar Yakin Menguasai Konsep (MK)
Benar Salah Yakin Miskonsepsi (MS)
Salah Benar Yakin Miskonsepsi (MS)
Salah Salah Yakin Miskonsepsi (MS)
Benar Benar Tidak Yakin Menebak, tidak ada keyakinan diri (MB)
Benar Salah Tidak Yakin Tidak tahu konsep (TT)
Salah Benar Tidak Yakin Tidak tahu konsep (TT)
Salah Salah Tidak Yakin Tidak tahu konsep (TT)
Arslan, dkk. (2012).
97
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

Hasil pengkategorian siswa kemudian


digunakan sebagai dasar wawancara untuk Konsepsi Siswa Keseluruhan
mengetahui apakah three tier test yang digunakan
benar-benar mampu mengidentifikasi miskonsepsi 10%
siswa yang telah diperoleh. Wawancara juga 5%
Menguasai Kons
dilakukan untuk mengetahui penyebab siswa 47%
menguasai konsep, miskonsepsi, menebak/tidak Miskonsepsi
percaya diri, dan tidak tahu konsep. Dilakukan pula 38%
analisis persentase untuk konsepsi siswa sehingga Menebak
diperoleh konsepsi siswa secara umum pada
instrumen diagnostik dan persentase konsepsi siswa Grafik 1. Konsepsi Siswa Keseluruhan
Tidak tahu konse
pada subkonsep suhu dan kalor. Hasil analisis ini
kemudian diserahkan kepada guru pengampuh mata Persentase siswa yang menebak atau tidak
pelajaran supaya dapat dijadikan sumber perbaikan percaya diri lebih sedikit daripada siswa yang tidak
konsep siswa pada materi suhu dan kalor. tahu konsep, yaitu berturut-turut 6% dan 10%.
Ketidakpercayaan diri siswa atau menebak dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN menjawab soal disebabkan karena minimnya
Konsepsi Siswa secara Keseluruhan Konsep pemahaman siswa terhadap konsep suhu dan kalor
dalam Instrumen Diagnostik sehingga siswa merasa tidak yakin atas jawaban
Hasil analisis data dari instrumen diagnostik mereka yang sudah benar. Siswa yang tidak tahu
three tier test siswa menunjukkan bahwa dari 136 konsep disebabkan siswa belum pernah menerima
siswa yang menjadi objek penelitian, 47% termasuk atau mempelajari konsep yang diujikan dalam
kriteria menguasai konsep, sedangkan sisanya 38% instrumen tersebut atau konsep tersebut asing bagi
mengalami miskonsepsi, 5% termasuk kriteria mereka sehingga siswa merasa sulit
menebak atau tidak percaya diri atas jawaban, dan mengabstraksikan konsep dalam soal.
10% siswa tidak tahu konsep (Grafik 1). Hafizah, Saat belajar, siswa menentukan, menafsirkan
dkk. (2014) dalam penelitiannya tentang analisis dan menyimpan sendiri konsep yang masuk ke
miskonsepsi siswa menggunakan CRI (Certainty of otaknya (Murni, 2013). Siswa yang pasif dalam
Response is Index) pada konsep suhu dan kalor pembelajaran akan menyusun kembali
menemukan bahwa sekitar 49,69% siswa pengetahuannya secara tidak maksimal sedangkan
teridentifikasi miskonsepsi, siswa tahu konsep siswa yang aktif menyusun kembali pengetahuannya
41,62%, dan tidak tahu konsep (kurang pengetahuan) secara maksimal ketika ikut terlibat dalam
sekitar 9,00%. pembelajaran, sehingga pemahaman konsepnya
Grafik 1 menunjukkan bahwa secara garis semakin baik. Miskonsepsi juga dapat terjadi saat
besar siswa yang mengalami miskonsepsi lebih proses pembelajaran, dimana metode pembelajaran
sedikit dibanding siswa yang menguasai konsep. yang digunakan kurang sesuai dengan konsep yang
Tingginya siswa yang menguasai konsep karena diajarkan.
siswa telah menerima pembelajaran yang membahas Konsepsi Siswa tentang Hubungan Kalor dengan
konsep-konsep yang diujikan dalam instrumen Perubahan Suhu
diagnostik. Cukup tingginya persentase siswa yang Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi
mengalami miskonsepsi disebabkan karena siswa siswa tentang hubungan kalor dengan perubahan
sendiri, intuisi siswa yang salah terhadap konsep suhu benda disajikan pada nomor 3. Jawaban yang
(39%). Dimana siswa tidak mampu tepat dari pertanyaan tersebut pada tier pertama
mengabstraksikan konsep dengan tepat dan sebagian adalah E dan pada tier kedua adalah C. Berdasarkan
besar siswa sudah melupakan materi yang data tersebut tampak bahwa sebagian besar siswa
sebelumnya mereka telah pelajari atau retensi siswa (55,9%) teridentifikasi miskonsepsi, hanya sekitar
lemah terhadap konsep-konsep tertentu (25%). 35,3% siswa yang teridentifikasi menguasai konsep,
Lemahnya retensi (daya ingat) siswa terhadap materi 4,4% siswa teridentifikasi menebak atau tidak yakin
yang telah dipelajari menyebabkan siswa akan cepat dengan jawaban mereka dan 4,4% siswa
melupakan materi dan rumus yang telah mereka hafal teridentifikasi tidak tahu konsep. Sekitar 47% siswa
(Kurniawan, 2013). Siswa dalam memahami konsep teridentifikasi miskonsepsi dalam menjelaskan
juga dipengaruhi oleh pendapat temannya (22%) saat besaran yang mempengaruhi suhu benda ketika
berdiskusi dalam kelompok, metode pembelajaran diberi kalor, sisanya 41% tahu konsep, dan 13% tidak
yang kurang sesuai dengan materi fisika (11%), dan tahu konsep (Hafizah, dkk.).
buku pelajaran (3%). Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut,
siswa dituntut mampu menguasai dan
98
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

menghubungkan keempat besaran yang ada dalam Peneliti : dari persamaan tersebut, cepat panas
persamaan pengaruh kalor terhadap suhu benda berhubungan dengan besaran apa?
( ). Siswa harus tahu mana besaran yang Siswa A : dengan besaran ∆T Bu.
berbanding lurus dan mana besaran yang berbanding Peneliti : jadi, jawabanmu yang tadi akan berubah
terbalik. Kategori konsepsi siswa tentang hubungan atau tidak?
kalor dengan perubahan suhu benda disajikan pada Siswa A : tidak Bu, jawaban saya tetap lebih cepat
Tabel 3. aluminium karena lebih besar kalor
Siswa A menjawab soal disajikan pada jenisnya.
Gambar 1. Menurut jawaban siswa tersebut diketahui Peneliti : coba perhatikan persamaan yang kamu
bahwa siswa mengalami miskonsepsi. Siswa tulis. Besaran kalor jenis (c) dan
menganggap bahwa benda dengan kalor jenis yang perubahan suhu (∆T) berbanding lurus
besar akan menyebabkan benda tersebut cepat panas. atau berbanding terbalik?
Siswa belum memahami dengan benar apa yang Siswa A : berbanding lurus Bu.
dimaksud dengan kalor jenis (c), dan belum bisa Peneliti :kamu yakin? Coba perhatikan posisi dua
menghubungkannya dengan perubahan suhu (∆T). besaran tersebut.
Hasil diagnosis ini sejalan dengan temuan Hafizah, Siswa A : oh iya bu. Dua besaran tersebut sama-
dkk. (2014) yang menyebutkan bahwa jika kapasitas sama ada di ruas kanan. Berarti
kalor besar maka suhu benda akan cepat naik, dan berbanding terbalik Bu.
Alwan (2012) dalam penelitiannya menemukan Peneliti : sekarang kamu yakin?
bahwa siswa tidak mempertimbangkan nilai kalor Siswa A : iyah Bu, jawabannya perak berarti Bu.
jenis dan kapasitas kalor sebagai sebuah faktor yang Karena cepat panas berarti perubahan
mempengaruhi perubahan suhu. suhunya cepat atau besar sehingga kalor
jenisnya harusnya yang kecil.
Peneliti : iyah, jawaban dan alasanmu sekarang
sudah benar.
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa
siswa A benar-benar mengalami miskonsepsi dalam
menghubungkan besaran kalor jenis dan perubahan
suhu. Siswa menganggap bahwa cepat panas suatu
benda berhubungan dengan kalor yang diterima
benda sehingga siswa secara spontan menjawab
bahwa benda yang memiliki kalor jenis besar akan
cepat panas. Siswa mampu menggunakan persamaan
untuk menentukan jumlah kalor, namun
Gambar 1. Jawaban miskonsepsi siswa siswa tidak mampu meghubungkan keempat besaran
dalam persamaan tersebut (Alwan, 2012). Siswa
Dari jawaban siswa tersebut, dilakukan benar-benar harus diarahkan untuk dapat menyadari
wawancara untuk mengkonfirmasi jawaban siswa dan memperbaiki miskonsepsinya.
tersebut. Berikut deskripsi wawancara peneliti Tabel 3. Kategori konsepsi siswa terkait pertanyaan
dengan siswa A. pada
Peneliti : aluminium dan perak merupakan logam Kategori Konsepsi Siswa N %
yang baik untuk menghantarkan panas. Menguasai Konsep (MK) 48 35,3
Jika kalor jenis aluminium lebih besar Miskonsepsi (MS) 76 55,9
daripada perak, logam manakah yang Menebak (MB) 6 4,4
akan lebih cepat panas? Tidak Tahu Konsep (TT) 6 4,4
Siswa A : aluminium Bu.
Total 136 100
Peneliti : alasanmu apa?
Konsepsi Siswa tentang Pemuaian Panjang
Siswa A : karena kalor jenisnya lebih besar
Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi
sehingga benda akan cepat panas Bu.
siswa tentang pemuaian, terutama hubungan besaran
Peneiliti : kamu yakin dengan jawabanmu?
koefisien muai panjang dengan pemuaian panjang
Siswa A : iya, saya yakin Bu.
disajikan pada nomor 13. Jawaban yang tepat dari
Peneliti : sekarang, coba kamu tuliskan persamaan
pertanyaan tersebut pada tier pertama adalah A dan
pengaruh kalor terhadap perubahan suhu!
pada tier kedua adalah C. Berdasarkan data tersebut
(peneliti menyodorkan bolpoin dan kertas, kemudian
tampak bahwa sebagian besar siswa (72,1%) telah
siswa menuliskan persamaan ).
menguasai konsep yang ditanyakan soal, sekitar
99
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

16,2% siswa teridentifikasi miskonsepsi, hanya maka pertambahan panjangnya juga


sekitar 6,6% siswa teridentifikasi menebak atau tidak besaar Bu.
yakin dengan jawaban mereka dan 5,1% siswa Peneiliti : kamu yakin dengan jawabanmu?
teridentifikasi tidak tahu konsep. Teridentifikasi Siswa B : iya, saya yakin Bu.
sekitar 47% siswa miskonsepsi dalam menganalisis Peneliti : sekarang, coba kamu urutkan keempat
hubungan besaran yang mempengaruhi pemuaian, benda tersebut dari yang paling lama
38% siswa tahu konsep dan sisanya 16% siswa tidak memuai hinggapaling cepat memuai!
tahu konsep (Hafizah, 2014). (peneliti menyodorkan bolpoin dan kertas, kemudian
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, siswa menuliskan jawabannya).
siswa dituntut menghubungkan besaran-besaran yang Peneliti : yah, jawabanmu sudah benar.
ada dalam persamaan pemuaian panjang dan Dari wawancara tersebut diketahui bahwa
mengidentifikasi benda mana yang mengalami siswa B benar-benar telah menguasai konsep dalam
pemuaian paling besar. Siswa harus memahami menghubungkan koefisien muai panjang dengan
bahwa koefisien muai panjang logam mempengaruhi pemuaian. Siswa telah memahami bahwa koefisien
pemuaian logam benda. Semakin besar koefisien muai panjang akan mempengaruhi pemuaian benda,
muai panjang benda maka logam akan semakin dan semakin besar koefisien muai panjang benda
mudah dan cepat memuai. Kategori konsepsi siswa maka benda akan memuai semakin panjang.
tentang hubungan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kategori konsepsi siswa terkait pertanyaan
Gambar 2 merupakan jawaban siswa B
pada Gambar 2
terhadap soal nomor 13. Dari jawaban siswa tersebut
Kategori Konsepsi Siswa N %
tampak bahwa siswa menguasai konsep tentang
Menguasai Konsep (MK) 98 72,1
hubungan besaran dalam persamaan pemuaian
panjang. Siswa telah memahami bahwa benda yang Miskonsepsi (MS) 22 16,2
memiliki koefisien muai panjang tertinggi akan Menebak (MB) 9 6,6
memuai lebih panjang daripada benda yang memiliki Tidak Tahu Konsep (TT) 7 5,1
koefisien muai panjang lebih rendah. Total 136 100

Konsepsi Siswa tentang Mekanisme Pemuaian


Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi
siswa tentang mekanisme pemuaian disajikan pada
nomor 15. Jawaban yang tepat dari pertanyaan
tersebut pada tier pertama adalah C dan pada tier
kedua adalah C. Berdasarkan data tersebut tampak
bahwa sebagian besar siswa (60,3%) teridentifikasi
miskonsepsi, 1,7% siswa teridentifikasi menebak
atau tidak yakin dengan jawaban mereka hanya
sekitar dan siswa yang teridentifikasi tidak tahu
konsep cukup banyak (sekitar 21,3%).
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut,
siswa dituntut mampu mengabstraksikan mekanisme
Gambar 2. Jawaban menguasai konsep siswa
pemuaian yang terjadi pada logam. Siswa harus
Wawancara dilakukan untuk mengkonfirmasi memahami bahwa logam terdiri dari partikel-partikel
jawaban siswa B. Berikut deskripsi wawancara yang tersusun sangat rapat dan posisi partikel akan
peneliti dengan siswa B. berubah ketika terkena panas. Kategori konsepsi
(peneliti sebelumnya telah menulis tabel empat benda siswa tentang hubungan disajikan pada Tabel 5.
dengan koefisien muai panjangnya masing-masing) Gambar 3 merupakan jawaban siswa B atas
Peneliti : dari empat benda ini (peneliti soal nomor 15. Menurut jawaban siswa tersebut
menunjukkan tabel), manakah benda yang diketahui bahwa siswa mengalami miskonsepsi.
akan terlebih dahulu memuai? Dan Siswa menganggap bahwa saat bola besi dipanaskan
manakah benda yang akan paling lama volumenya bertambah karena ukuran partikel-
memuai? partikel penyusun bola besi akan semakin besar dan
Siswa B : yang memuai pertama benda 1 dan sebagian siswa beranggapan bahwa volume besi akan
terakhir benda 4 Bu. tetap karena jumlah partikel penyusun bola besi tidak
Peneliti : mengapa demikian? Alasanmu apa? berubah. Sedangkan konsep yang sebenarnya adalah
Siswa B : karena koefiseien benda mempengaruhi volume benda akan bertambah disebabkan jarak
pemuaian, koefisien muai panjang besar antarpartikel penyusun benda bertambah besar. Siswa
100
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

mengalami miskonsepsi karena pertanyaan ini Menebak (MB) 2 1,7


berkaitan dengan mekanisme terjadinya pemuaian Tidak Tahu Konsep (TT) 29 21,3
yang sulit diabstraksikan siswa. Total 136 100

Konsepsi Siswa tentang Pengaruh Kalor terhadap


Perubahan Wujud
Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi
siswa tentang pengaruh kalor terhadap perubahan
wujud disajikan pada nomor 6. Jawaban yang tepat
dari pertanyaan tersebut pada tier pertama adalah E
dan pada tier kedua adalah B. Berdasarkan data
Gambar 3. Jawaban miskonsepsi siswa tersebut tampak bahwa sebagian besar siswa (44,1%)
teridentifikasi miskonsepsi, hanya sekitar 25,0%
Dari jawaban tersebut diketahui bahwa siswa siswa yang teridentifikasi menguasai konsep, sekitar
C mengalami miskonsepsi karena tidak mampu 8,1% siswa teridentifikasi menebak atau tidak yakin
mengabstraksikan mekanisme pemuaian yang terjadi dengan jawaban mereka dan cukup banyak siswa
pada bola besi. Wawancara dilakukan untuk yang teridentifikasi tidak tahu konsep (sekitar
mengkonfirmasi jawaban siswa C. Berikut deskripsi 22,8%). Hal ini sejalan dengan temuan Hafizah, dkk.
wawancara peneliti dengan siswa C. (2014) bahwa yaitu sebagian besar (56%) siswa
Peneliti : apa yang akan terjadi jika bola besi teridentifikasi miskonsepsi, hanya sekitar 39% siswa
dipanaskan dengan suhu yang tinggi? yang tahu konsep, dan sisanya (5%) tidak tahu
Siswa C : suhunya akan meningkat kemudian konsep.
memuai Bu. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut,
Peneliti : bagaimanakah dengan massanya? siswa dituntut mampu membedakan pengaruh kalor
Apakah massa bola besi akan tetap atau terhadap perubahn suhu atau terhadap perubahan
bertambah? wujud. Siswa juga harus memahami grafik hubungan
Siswa C : bertambah Bu. suhu dan kalor yang dapat membedakan dua
Peneliti : mengapa massanya bertambah? pengaruh kalor terhadap benda. Kategori konsepsi
Siswa C : karena panas sehingga partikel-partikel siswa tentang hubungan disajikan pada Tabel 6.
bola besi akan membesar.
Peneiliti : kamu yakin dengan jawabanmu?
Siswa C : iya, saya yakin Bu.
Peneliti : sekarang, coba kamu gambarkan bola
besi yang di dalamnya terdiri dari
partikel-partikel!
(peneliti memberikan bolpoin dan selembar kertas
kepada siswa, siswa B kemudian menggambar bola
besi dengan pertikel-partikelnya).
Peneliti : di antara partikel-partikel tersebut ada
jarak atau tidak?
Siswa C : ada Bu. Kan zat ada 3, zat padat, cair,
dan gas. Padat partikelnya paling rapat, Gambar 3. Jawaban tidak tahu konsep siswa
kemudian cair dan gas jarak Dari jawaban tersebut diketahui bahwa siswa
antarpartikelnya paling jauh. D mengalami tidak tahu konsep. Siswa D
Peneliti : nah, ketika zat itu dipanaskan jarak-jarak menganggap bahwa pemberian kalor searah akan
itulah yang berubah menjadi lebih jauh. menyebabkan kesetimbangan termal. Siswa belum
Bukan partikelnya yang membesar. memahami konsep ilmiah tentang kesetimbangan
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa kalor dan perubahan wujud. siswa menganggap pada
siswa B benar-benar mengalami miskonsepsi dalam saat benda melebur, perubahan dari padat menjadi
mengabstraksi mekanisme pemuaian pada logam. cair membuat siswa beranggapan benda melepaskan
Tabel 5. Kategori konsepsi siswa terkait pertanyaan kalor, ada juga yang berpendapat suhu benda
pada Gambar 3 mengalami kenaikan dikarenakan adanya pengaruh
Kategori Konsepsi Siswa N % suhu dari luar sehingga es melebur dan suhunya naik
Menguasai Konsep (MK) 23 16,9 (Hafizah, dkk., 2014; Maunah, dkk., 2014; Alfiani,
Miskonsepsi (MS) 82 60,3 2015). Wawancara dilakukan untuk mengkonfirmasi

101
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

jawaban siswa D. Berikut deskripsi wawancara Menebak (MB) 11 8,1


peneliti dengan siswa D. Tidak Tahu Konsep (TT) 31 22,8
Peneliti : bagaimakah jika suatu zat ditambahkan Total 136 100
sejumlah kalor namun suhunya tidak Hasil wawancara siswa menunjukkan bahwa
naik? subkonsep suhu, kalor, dan pemuaian dianggap
(siswa terlihat kebingungan dengan pertanyaan cukup mudah karena penjabarannya jelas
seperti itu sehingga peneliti memberikan disampaikan oleh guru dan tercantum dalam
contoh) beberapa buku sedangkan subkonsep pengaruh kalor
Peneliti : misalnya kamu merebus air suhunya terhadap suhu dan perubahan wujud serta
sudah 95oC, kamu terus tambahkan kalor perpindahan kalor dianggap cukup sulit karena
atau panaskan namun suhunya tetap 95oC. representasi materi dan soal yang biasanya disajikan
Mengapa demikian? dalam bentuk gambar dan diagram sulit dipahami
Siswa C : suhunya tidak akan naik lagi karena air oleh siswa. Pengkombinasian persamaan pengaruh
tersebut berubah wujud atau mendidih kalor terhadap suhu dan perubahan wujud juga
Bu. Jadi, kalor yang diterima tersebut dianggap sulit oleh siswa karena sering
tidak untuk menaikkan suhu melainkan menggunakan diagram hubungan suhu dan waktu.
untuk merubah wujud cair menjadi gas. Miskonsepsi paling tinggi terdapat pada pengaruh
Peneliti : apakah kamu yakin dengan jawabanmu kalor terhadap perubahan wujud benda (Hafizah,
tersebut? dkk., 2014).
Siswa C : ya, saya yakin Bu. Dari wawancara siswa yang dilakukan pada 25
Peneliti : nak, dari jawabanmu kemarin saat siswa yang telah mengerjakan three tier test,
mengisi soal three tier diketahui bahwa diperoleh 80% siswa menjawab soal wawancara
kamu tidak tahu konsep tapi sekarang sesuai dengan jawaban mereka pada three tier test.
kamu menguasai konsep. Kenapa 20% siswa mengalami perubahan konsep setelah
konsepsimu bisa berubah nak? mengerjakan three tier test. Hal ini disebabkan siswa
Siswa C : saya belajar lagi Bu. Setelah saya mengingat dan mengulang kembali memahami
mengerjakan soal yang ibu berikan konsep-konsep yang ditanyakan di dalam three tier
kemarin, saya merasa bahwa jawaban test sehingga ketika mereka diwawancarai siswa
saya salah sehingga saya belajar lagi. sudah lebih paham dan memberikan penjelasan yang
Peneiliti : oh seperti itu. Jadi kamu belajar sendiri benar dengan penuh keyakinan. Dari hasil tersebut
di rumah bukan berdiskusi dengan dapat disimpulkan bahwa instrumen diagnostik three
temanmu atau guru les privat mungkin? tier test yang dikembagkan benar-benar mampu
Siswa C : tidak Bu, saya belajar sendiri. mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami siswa.
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa Instrumen diagnostik three tier test ini juga mampu
siswa D menguasai konsep pengaruh kalor terhadap membedakan konsepsi siswa pada setiap konsep suhu
perubahan suhu. Siswa D telah memahami bahwa dan kalor, apakah siswa menguasai konsep,
ketika sejumlah kalor ditambahkan namun suhu air miskonsepsi, hanya menebak atau tidak percaya diri
tetap merupakan proses perubahan wujud karena atau bahkan tidak tahu konsep. Ada beberapa
kalor yang ditambahkan digunakan untuk berubah keuntungan dari pengembangan three tier test,
wujud. Menurut peneliti, siswa D tidak dapat diantaranya lebih praktis untuk menentukan
memahami kalimat pertanyaan di soal nomor 6 three miskonsepsi siswa dan mampu dikelola dengan
tier test. Siswa mengalami kesulitan menganalogikan mudah oleh para pendidik dan peneliti, mudah dan
atau menerjemahkan pertanyaan tersebut, sehingga teliti dalam penggunaannya, dan tidak membutuhkan
saat wawancara peneliti harus memberikan contoh waktu lama dalam pengidentifikasian hasilnya
peristiwa yang berkaitan dan siswa akhirnya (Gurcay&Gulbas, 2015). Three tier test sangat
mengerti dengan pertanyaan tersebut. Jadi, dapat berguna dan cepat untuk menginvestigasi penguasaan
disimpulkan siswa mengalami tidak tahu konsep konsep siswa pada konsep-konsep ilmiah beserta
(dari three tier test) disebabkan siswa tidak dapat tingkat kepercayaan siswa, dan dapat digunakan
memahami pertanyaan. untuk mengidentifikasi masalah-masalah konseptual
(Caleon&Subramaniam, 2015).
Tabel 6. Kategori konsepsi siswa terkait pertanyaan Dari hasil wawancara dengan 28 siswa
pada Gambar 4 diperoleh bahwa siswa merasa tertantang dalam
Kategori Konsepsi Siswa N % mengerjakan instrumen diagnostik berbentuk three
Menguasai Konsep (MK) 34 25 tier test. Hal ini disebabkan siswa dituntut untuk
Miskonsepsi (MS) 60 44,1 berpikir lebih keras memahami setiap konsep dalam

102
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

pilihan alasan dan siswa juga merasa sangat subkonsep pemuaian (27,0%), subkonsep kalor
bertanggungjawab untuk memberikan jawaban yang (11%), perpindahan kalor (10,0%), pengaruh kalor
paling sesuai dengan pikiran dan keyakinan mereka. terhadap suhu benda (8,9%) dan terakhir subkonsep
Three tier test bagi siswa merupakan bentuk soal suhu (7,4%). Hasil wawancara menunjukkan bahwa
yang sangat jarang mereka temui dan berbeda dari penyebab terjadinya miskonsepsi pada tiap
bentuk soal yang selama ini sering mereka kerjakan. subkonsep tersebut adalah representasi materi dan
Menurut siswa, keuntungan three tier test adalah soal saat pembelajaran yang biasanya disajikan
lebih mampu menggali pengetahuan mereka tentang dalam bentuk gambar dan diagram sulit dipahami
konsep, melalui soal tersebut siswa mampu oleh siswa.
mengetahui penerapan konsep dalam kehidupan Penggunaan instrumen diagnostik three tier test
sehari-hari (kontekstual), menjadikan mereka lebih mampu mengkategorikan konsepsi siswa menjadi
teliti dan tidak asal tebak dalam menjawab, dan siswa empat kriteria penguasaan konsep, yaitu menguasai
lebih sadar dan memahami tingkat penguasaan konsep (MK), miskonsepsi (MS), menebak atau tidak
konsep mereka masing-masing, yakni apakah mereka percaya diri atas jawaban (MB), dan tidak tahu
telah menguasai konsep, masih miskonsepsi, hanya konsep (TT). Siswa menjadi sadar akan pemahaman
menebak atau tidak percaya diri atas jawabannya, konsep yang mereka miliki terhadap konsep-konsep
atau malah tidak tahu konsep sama sekali. suhu dan kalor. Oleh karena itu, instrumen diagnostik
Sedangkan, kekurangan three tier test yaitu uraian three tier test yang telah dikembangkan untuk
soal dan alasan yang cukup panjang membuat siswa mendiagnosis miskonsepsi siswa pada materi suhu
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dan kalor mampu mengidentifikasi miskonsepsi
menjawab dan soal-soalnya seperti menjebak jika siswa secara cepat dan akurat.
mereka tidak teliti. Dengan demikian, instrumen Saran
diagnostik three tier test yang digunakan dalam Penulis menyarankan agar para peneliti dan
penelitian ini mampu mengidentifikasi miskonsepsi pendidik lebih memperhatikan prakonsepsi siswa
yang dimiliki siswa. sebelum memberikan pembelajaran. Para pendidik
diharapkan menyampaikan konsep-konsep dasar
SIMPULAN DAN SARAN secara benar dan membantu siswa dalam
Simpulan menghubungkan antarkonsep serta pandai memilih
Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan pendekatan pembelajaran untuk mengatasi dan
sebagaimana telah diuraikan, dapat disimpulkan mengurangi miskonsepsi fisika yang dialami oleh
bahwa konsep-konsep dasar terkait konsep suhu dan siswa. Bagi para peneliti yang ingin mengidentifikasi
kalor meliputi suhu, kalor, pengaruh kalor terhadap miskonsepsi agar menggunakan instrumen diagnostik
benda (pemuaian, perubahan suhu, dan perubahan yang tepat agar miskonsepsi siswa dan penyebabnya
wujud), dan perpindahan kalor merupakan konsep benar-benar dapat diidentifikasi. Para peneliti dan
yang cukup sulit dipahami oleh siswa. Meskipun pendidik juga perlu membuat soal diagnostik
siswa telah mempelajari konsep-konsep tersebut miskonsepsi yang lebih kontekstual namun tidak
sebelumnya di bangku SMP, mereka masih terlalu panjang sehingga tidak memakan waktu lama
mengalami kesulitan dalam memecahkan soal untuk siswa menyelesaikannya. Mengupayakan agar
penguasaan konsep yang dilandasi konsep-konsep instrumen diagnostik mengandung semua konsep
tersebut. fisika yang berkaitan dengan materi yang ingin
Dari analisis data diagnostik three tier test diujikan serta setiap konsepnya terdiri dari jumlah
siswa menunjukkan bahwa dari 136 siswa yang soal yang sama.
menjadi objek penelitian, 47% termasuk kriteria
menguasai konsep, sedangkan sisanya 38% UCAPAN TERIMA KASIH
mengalami miskonsepsi, 5% menebak atau tidak Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
percaya diri atas jawaban, dan 10% tidak tahu lembaga yang telah memberikan kontribusi pada data
konsep. Hal ini disebabkan oleh, siswa telah penelitian, SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5,
menerima pembelajaran yang membahas konsep- dan SMAN 9 Malang.
konsep yang diujikan namun siswa kesulitan
mengabstraksikan konsep dengan tepat sehingga REFERENSI
intuisi pada pengetahuan awal siswa tetap bertahan, [1] Alfiani. (2015). Analisis Profil Miskonsepsi dan
dan sebagian besar siswa lupa dengan materi yang Konsistensi Konsepsi Siswa SMA pada Topik
telah dibahas atau retensi siswa lemah terhadap Suhu dan Kalor. Seminar Nasional Fisika 2015
konsep-konsep tertentu. Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas
Persentase miskonsepsi tertinggi siswa Negeri Jakarta. SNF2015-IV-29.
subkonsep perubahan wujud (35,0%) dan diikuti
103
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

[2] Alwan, A. A. (2011). Misconception of Heat and MAN 1 Bukittinggi. Edusainstik Jurnal
Temperature Among Physics Students. Procedia Pendidikan MIPA, 1(1): 100-103.
Social and Behavioral Sciences, (Online), 12: [14] Hammer, D. (1996). More Than Misconceptions
600-614, (http://sciencedirect.com),diakses 20 : Multiple Perspectives on Student Knowledge
Februari 2014. and Reasoning, and an Appropriate Role for
[3] Arslan, H. O., Cigdemoglu, C., Moseley, C. Education Research. American Journal of
(2012). A Three-Tier Diagnostic Test to Assess Physics, 64(10): 1316 - 1325.
Pre-Service Teachers’ Misconceptionsmabout [15] Kurniawan, A. (2013). Penerapan Model
Global Warming, Greenhouse Effect, Ozone Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Layer Depletion, and Acid Rain. International Cmaptools Dalam Pembelajaran Fisika Untuk
Journal of Science Education, 34 (11): 1667– Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan
1686. Mempertahankan Retensi Siswa. UPI.
[4] Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan (http://reporsitory.upi.edu), diakses 08 Februari
Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen. Satya 2016.
Wacana. [16] Kusumah, F. H. (2013). Diagnosis Miskonsepsi
[5] Caleon, I. & Subramaniam, R. (2010). Three- Siswa Pada Materi Kalor Menggunakan Three-
Tier Diagnostic Test to Assess Secondary Tier Test. UPI. (http://reporsitory.upi.edu),
Students’ Understanding of Waves. International diakses 12 Februari 2016.
Journal of Science Education, 32 (7): 939–96. [17] Maunah, Nailul & Wasis. (2014). Pengembangan
[6] Calik, M. & Ayas, A. (2005). A comparison of Two-Tier Multiple Choice Diagnostic test Untuk
level of understanding of eighth-grade students Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas X
and science student teachers related to selected pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Inovasi
chemistry concepts. Journal of Research in Pendidikan Fisika (JIPF), (Online), 3(2): 195-
Science Teaching, 42(6): 638–667. 200,( https://www.scribd.com/doc/225982116/),
[7] Chou C.C. & Chiu M.H. (2004). A two-tier diakses 18 Oktober 2015.
diagnostic instrument on the molecular [18] Montfort, D., Brown, S., & Findley, K. (2007).
representations of chemistry: comparison of Using interviews to identify student
performance between junior high school and misconceptions in dynamics. Paper presented at
senior high school students in Taiwan. Paper the 37th ASEE/IEEE Frontiers in Education
th
presented at the 18 International Conference on Conference, (10): 10–13, Milwaukee, WI.
Chemical Education, Istanbul, Turkey. [19] Mosik, P. M. (2010). Usaha Mengurangi
[8] Chou, C. Y. (2002). Science teachers’ Terjadinya Miskonsepsi Fisika Melalui
understanding of concepts in chemistry. Pembelajaran dengan Pendekatan Konflik
Proceedings of the National Science Council, Kognitif. Jurnal Pendidikan Indonesia, (6): 98-
12(2): 73-78. 103, (Online), (http://journal.unnes.ac.id, diakses
[9] Dindar, A. C.& Geban, O. (2011). Development 10 April 2015.
Of A Three-Tier Test To Assess High School [20] Schmidt, H. J. (1997). Students' misconceptions -
Students’ Understanding Of Acids And Bases. Looking for a pattern. Science Education, 81(2):
Procedia Social and Behavioral Sciences 15: 123-135.
600–604. [21] Silung, S.N.W. (2015). Identifikasi Miskonsepsi
[10] Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor serta
Jakarta: Rineka Cipta. Kemungkinan Penyebabnya. Prosiding Seminar
[11] Gurcay, D. & Gulbas, E. (2015). Development of Nasional Jurusan Fisika FMIPA UNESA 2015:
three-tier heat,temperature and internal energy 180-185.
diagnostic test. Research in Science & [22] Susanti, D. (2014). Penyusunan Instrumen Tes
Technological Education, Taylor & Francis, Diagnostik Miskonsepsi Fisika SMA Kleas XI
02635143.2015.1018154: 1-21. Pada Materi Usaha Dan Energi. Jurnal
[12] Goh, N. K. & Chia, L. S. (1991). A practical way Pendidikan Fisika, 2(2): 16-19.
to diagnose pupils’ misconceptions in science. [23] Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik
Teaching and Learning, 6(2): 66-72. Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
[13] Hafizah, D., Haris, V., & Eliwatis. (2014). Pelajar.
Analisis Miskonsepsi Siswa Melalui Tes [24] Svandova, K. (2014). Secondary School
Multiple Choice Menggunakan Certainty Of Students’ Misconceptions about Photosynthesis
Response Index Pada Mata Pelajaran Fisika and Plant Respiration: Preliminary Results.
Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 10(1): 59-67.
104
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

[25] Swasono, P. (2002). Pengembangan


Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Konflik Biografi Penulis
Kognitif Berbasis Kompetensi Untuk Sri Nurul Wahidah Silung, lahir di Mapin Kebak,
Meluruskan Salah Konsep Fisika Pada Materi Sumbawa, NTB tanggal 02 Mei 1991. Penulis
Listrik Magnet Bagi Mahasiswa Pendidikan menyelesaikan pendidikan TK, SD, SMP, dan SMA
Fisika UM Malang. Malang: JICA. di Sumbawa, kemudian melanjutkan pendidikan pada
[26] Syahrul, D. A. & Setyarsih, W. (2015). tahun 2009 di Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Identifikasi Miskonsepsi dan Penyebab Universitas Mataram, NTB. Penulis menyelesaikan
Miskonsepsi Siswa dengan Three-tier Diagnostic pendidikan S1 tahun 2013 dan pada tahun 2014
Test Pada Materi Dinamika Rotasi. Jurnal penulis melanjutkan pendidikan S2 di Program
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 4(3): 67-70. Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
[27] Tayubi, Y. R. (2005). Identifikasi Miskonsepsi
Pada Kosep-Konsep Fisika Menggunakan Sentot Kusairi, menempuh pendidikan terakhir S3
Certainty of Rensponse Index (CRI). Mimbar di Program Studi Pendidikan Fisika UNY,
Pendidikan UPI, 24(3): 4-9. Jogjakarta. Selain mengajar, penulis memegang
[28] Thompson, F. & Logue, S. (2006). An jabatan sebagai Ketua Jurusan Fisika FMIPA UM
exploration of common student misconceptions untuk periode 2015-2019. Fokus kajian riset dari
in science. International Education Journal, penulis adalah pengembangan perangkat
7(4): 553-559. pembelajaran dan penilaian (assesment). Penulis
[29] Tipler, L.P. & Mosca, G. (2008). Physics for merupakan dosen pembimbing I untuk tesis dari
Scientists and Engineers. Sixth Edition. New penulis utama.
York.
[30] Tsaparlis, G. & Papaphotis, G. (2002). Quantum- Siti Zulaikah, menempuh pendidikan terakhir S3
chemical concepts: are they suitable for Program Studi Fisika di ITB, Bandung. Selain
Secondary students? Chemistry Education: mengajar, penulis memegang jabatan sebagai Ketua
Researchand Practice in Europe, 3(2): 129-144. KBK Kebumian di Program Studi Fisika FMIPA
[31] Uzuntiryaki, E. & Geban, O. (2005). Effect of UM. Penulis merupakan dosen pembimbing II untuk
conceptual change approach accompanied with tesis dari penulis utama.
concept mapping on understanding of solution
concepts. Instructional Science, (33): 311–339.
[32] Wahyuningsih, T. (2013). Pembuatan Instrumen
Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI. Jurnal
Pendidikan Fisika, 1(1): 111-117.

105

Anda mungkin juga menyukai