Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2355-4721 Kepemimpinan Di Atas Kapal

DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

Kepemimpinan di atas Kapal


Leadership on a Ship
Rini Setiawati1, Aswanti Setyawati2, Honny Fiva Akira3
1,2,3
Institut Transportasi dan Logistik Trisakti, Jakarta, Indonesia
Corresponding email: rinikimi@yahoo.com

ABSTRACT
The leadership of a ship captain is often a philosophy or role model that is ideally used
for professional leaders and family leaders. As we often hear, a leader is commonly
related to a boat captain who leads a fleet across a vast sea to the dock, with the power
to control the steering wheel. The purpose of this study is to explore the character of the
captain's leadership on a ship that can be taken as a leadership philosophy in general.
The research method used was a phenomenological approach since the problems
studied involve problems that developed in the life of the captain. The phenomenology
approach is one of the qualitative method approaches. Broadly speaking, leadership on
board represents the ability to gain respect and authority from the crew. On the ship,
leadership is a requirement for the growth of the organization of crew activities. In the
shipping industry, there is a constant need to identify and nurture future leaders who
have the potential to excel in critical leadership roles on board.

Keywords: ship captain, leadership

ABSTRAK
Kepemimpinan seorang nakhoda kapal sering kali menjadi filosopi/role model
kepemimpinan yang ideal dipakai untuk pemimpin profesional maupun pemimpin
keluarga, sering kita mendengar pemimpin diibaratkan seorang nakhoda kapal yang
memimpin armada mengarungi lautan luas menuju dermaga, di tangan nahkodalah
kendali kemudi. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi karakter kepemimpinan
nakhoda di atas kapal yang dapat menjadi filosofi kepemimpinan secara umum. Metode
penelitian yang digunakan dengan pendekatan fenomenologi karena masalah yang
dikaji menyangkut masalah yang berkembang dalam kehidupan nakhoda. Pendekatan
fenomenologi merupakan salah satu pendekatan metode kualitatif. Secara luas,
kepemimpinan di atas kapal mewakili kemampuan mendapatkan rasa hormat dan
otoritas di dalam awak kapal. Di atas kapal, kepemimpinan adalah persyaratan untuk
pertumbuhan organisasi kegiatan kru. Dalam industri pelayaran ada kebutuhan konstan
untuk mengidentifikasi dan membina pemimpin masa depan yang memiliki potensi
untuk unggul dalam peran kepemimpinan kritis di atas kapal.

Kata Kunci: nahkoda, kepemimpinan

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog 237
ISSN 2355-4721
Rini Setiawati, Aswanti Setyawati, Honny Fiva Akira
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

PENDAHULUAN jawab tertentu, secara otomatis nakhoda


Manajemen dibutuhkan untuk mengemban tanggung jawab yang berat
semua organisasi baik di darat maupun di atas kapal, awak kapal, muatan dan atau
kapal karena dengan manajemen penumpang dalam penyelenggaraan
diharapkan tujuan dapat dicapai, menjaga pengangkutan.
keseimbangan di antara tujuan-tujuan Jika dilihat dari paparan di atas,
yang mungkin bertentangan dan untuk membuat kapalnya layak laut (laik laut)
mencapai efisiensi dan efektivitas. dan bertanggung jawab atas keselamatan
Perbedaan antara manajemen perkapalan pelayaran merupakan tanggung jawab dari
dan manajemen industri di darat antara nakhoda. Undang-undang telah
lain (1) mobilitas, perusahaan perkapalan memberikan kewenangan istimewa
mempunyai unit-unit bisnis yaitu berupa beserta kekuasaan yang besar kepada
kapal yang bergerak (mobile) dan nakhoda di atas kapal agar tanggung
menyebar di perairan sedangkan untuk jawabnya dapat terwujud dan konsekuensi
industri darat unit-unit bisnis berada pada dari besarnya kekuasaan yang diberikan
tempat yang relatif; (2) lingkungan, di kepada nakhoda tersebut maka nakhoda
antaranya cuaca, selama menjalankan dapat dipidana atau dapat dituntut secara
bisnis proses masing-masing kapal di perdata jika nakhoda tidak mampu
perairan tentunya dapat mengalami melaksanakan tanggung jawabnya pada
perubahan cuaca yang drastis yang dapat kapal, penumpang maupun muatan,
mengganggu pekerjaan baik fisik maupun melalui putusan dari Mahkamah Pelayaran
mental dari karyawan termasuk Indonesia. Kehidupan nakhoda sebagai
lingkungan lainnya; (3) resiko, resiko pemimpin di atas laut merupakan
selama melakukan pekerjaan lebih banyak fenomena yang menarik untuk
kemungkinan untuk muncul seperti kapal diinvestigasi, pengalaman berlayar di laut
kandas, tenggelam, kebakaran, dan lain- lepas dapat merupakan laboratorium
lain; dan (4) proses perekrutan, pengetahuan yang sangat berharga.
perusahaan di darat lebih mudah dalam Secara sederhana tugas pemimpin diatas
merekrut sesuai dengan kebutuhan baik kapal merupakan: (1) tugas memimpin
dari sisi pendidikan , pengalaman dan gerakan kapal dalam setiap dinas
kriteria lainnya, sedangkan perusahaan pelayaran; dan (2) tugas memimpin semua
pelayaran lebih sulit untuk mendapatkan manusia yang ada di atas kapal. Tugas
kriteria yang dibutuhkan karena fasilitas pertama menyangkut soal benda yang
pendidikan dan pelatihan maritim tidak tidak berjiwa, tetapi bergerak dan untuk
selalu tersedia dan membutuhkan waktu hal ini hanya berlaku hukum eksakta
untuk tetap sedangkan pekerjaan sedangkan tugas kedua adalah
pelayaran adalah mobile. menyangkut soal manusia yang berjiwa
Sumber daya manusia (SDM) awak dan berlaku hukum sosial.
kapal terutama nakhoda memiliki Fokus dari penelitian ini adalah
peran penting dalam keselamatan dan bagaimana para nakhoda sebagai
keamanan pelayaran. Keberhasilan pemimpin di atas kapal menggambarkan
pengangkutan atau pelayaran melalui kehidupan mereka dan menceritakan
laut tidak terlepas dari peranan pengalaman-pegalaman sebagai seorang
nakhoda yang memiliki pengetahuan, pemimpin sehingga dapat diambil suatu
keterampilan dan rasa tanggung jawab model kepemimpinan seorang nakhoda
yang besar serta menyeluruh ketika yang mungkin dapat juga menjadi filosofi
menjalankan tugasnya. Nakhoda kepemimpinan secara umum. Dengan
merupakan salah seorang dari awak kapal melihat latar belakang permasalahan dan
yang menjadi pimpinan tertinggi di kapal hal-hal yang telah disampaikan di atas
yang memiliki wewenang dan tanggung maka rumusan permasalahan penelitian ini

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
238 http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721 Kepemimpinan Di Atas Kapal
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

adalah karakter-karakter kepemimpinan laut menjadi buruh utama dari pengusaha


seorang nakhoda yang harus dimiliki kapal, ini dengan pengertian bahwa
yang dapat mempengaruhi awak kapal nakhoda telah mengikatkan diri untuk
untuk mencapai tujuan, dapat menyanggupi bekerja di bawah
Model kepemimpinan yang terjadi perintah pengusaha kapal (perusahaan
di atas kapal adalah model kepemimpinan pelayaran) serta diberi upah oleh
tim. Suatu tim adalah jenis khusus dari pengusaha kapal tersebut.
kelompok yang anggotanya saling Struktur organisasi di atas pada
tergantung, memiliki tujuan bersama, dan prinsipnya sama dengan organisasi lain.
harus mengoordinasikan aktivitas mereka Struktur organisasi di atas kapal dibagi
untuk mencapai tujuan tersebut. Tim menjadi dua (2) yaitu departemen dek
memiliki peran khusus untuk anggotanya dan departemen mesin. Tiap departemen
dengan pengetahuan dan keterampilan dibagi lagi menjadi perwira/ officer dan
yang diperlukan untuk melaksanakan bawahan/ rating. Dalam hal ini peneliti
perannya (Levi, 2011). memfokuskan pada perwira/ officer. Para
Komponen-komponen yang harus perwira bisa dibedakan tingkat manajer
dimiliki seorang pelaut selain pengetahuan dan tingkat supervisor. Tingkat manajer
dan keterampilan di antaranya adalah meliputi jabatan nahkoda, masinis 1,
karakter (Pratama & Pardjono, 2016). mualim 1 sedangkan yang termasuk
Hasil FGD yang melibatkan pelaut dan level supervisor meliputi jabatan masinis
manajemen pelayaran ditemukan 17 nilai 2, masinis 3, mualim 2, mualim 3.
karakter yang harus dimiliki pelaut yaitu Dihubungkan dengan uraian tugas
disiplin, tangguh, komitmen, tanggung masing-masing jabatan perwira dalam
jawab, kreativitas, integritas, kepercayaan setiap departemen maka departemen dek
diri, kerjasama, keberanian, keuletan, etos meliputi: (1) nakhoda/ master/ captain
kerja, ketabahan, mudah beradaptasi, adalah pemimpin di atas kapal dan
mandiri, pemecahan masalah, rasa humor penanggung jawab selama pelayaran; (2)
dan kewaspadaan (Pratama & Pardjono, mualim 1/ chief officer adalah bertugas
2016). pengatur muatan (barang dan
Definisi nakhoda dirumuskan dalam penumpang), persediaan air tawar, dan
Pasal 1 angka 41 Undang-Undang sebagai pengatur arah navigasi; (3)
Pelayaran Tahun 2008 (UUP 2008) yaitu: mualim 2/ second officer adalah bertugas
“nakhoda adalah salah seorang awak membuat jalur rute peta pelayaran yg akan
kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di di lakukan dan pengatur arah navigasi; (4)
kapal dan mempunyai wewenang dan mualim 3/ third officer adalah bertugas
tanggung jawab tertentu sesuai dengan sebagai pengatur, memeriksa, memelihara
ketentuan peraturan perundang- semua alat alat keselamatan kapal dan
undangan.” Berdasarkan pengertian juga bertugas sebagai pengatur arah
nakhoda di atas dapat dilihat bahwa navigasi. Departemen mesin meliputi:
nakhoda adalah pejabat yang memegang (1) KKM (kepala kamar mesin)/ chief
kekuasaan tertinggi di atas kapal secara engineer, pimpinan dan penanggung
keseluruhan, sehingga siapapun yang jawab atas semua mesin yang ada di kapal
berada di atas kapal harus tunduk atas baik itu mesin induk, mesin bantu, mesin
perintah nakhoda untuk kepentingan kemudi, mesin crane, mesin sekoci, mesin
keselamatan, keamanan, dan ketertiban pompa, dan mesin jangkar; (2) masinis 1/
selama pelayaran, termasuk bila first engineer bertanggung jawab terhadap
pengusaha kapal dari kapal tersebut mesin induk; (3) masinis 2/ second
sedang berada di atas kapal tidak engineer bertanggung jawab terhadap
terkecuali. Nakhoda setelah semua mesin bantu; dan (4) masinis 3/
menandatangani sebuah perjanjian kerja

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog 239
ISSN 2355-4721
Rini Setiawati, Aswanti Setyawati, Honny Fiva Akira
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

third engineer bertanggung jawab konsultan, dan wirausaha. Penelitian


terhadap semua mesin pompa. dilakukan Januari-Mei 2017. In-depth
Tujuan penelitian ini adalah dalam penelitian fenomenologi bermakna
eksplorasi karakter kepemimpinan mencari sesuatu yang mendalam untuk
nakhoda di atas kapal yang dapat menjadi mendapakan satu pemahaman yang
filosofi kepemimpinan secara umum. mendetail tentang fenomena sosial yang
diteliti. In-depth juga bermakna menuju
METODE PENELITIAN pada sesuatu yang mendalam guna
Metode penelitian yang digunakan mendapatkan sense dari yang nampaknya
adalah metode penelitian kualitatif karena straight-forward secara aktual berpotensi
ada suatu permasalahan atau isu yang complicated. Studi fenomenologi
perlu dieksplorasi. Eksplorasi ini mendeskripsikan pemaknaan umum dari
dilakukan karena adanya kebutuhan untuk sejumlah individu terhadap berbagai
mempelajari suatu kelompok atau pengalaman hidup mereka terkait dengan
populasi tertentu, mengidentifikasi konsep atau fenomena. Tujuan utama dari
variabel-variabel yang tidak mudah untuk fenomenologi adalah untuk mereduksi
diukur. Kebutuhan akan pemahaman pengalaman individu pada fenomena
yang detail terhadap suatu permasalahan menjadi deskripsi sektentang esensi atau
dan juga keinginan untuk memberdayakan intisari universal (pemahaman tentang
individu untuk dapat menyampaikan cerita “sifat yang khas dari sesuatu”).
mereka. Dalam hal ini peneliti ingin Dalam penulisan fenomenologi
mengeksplorasi kehidupan dari seorang melibatkan pengujian yang teliti dan
pelaut khususnya nakhoda kapal dan seksama pada kesadaran pengalaman
mengidentifikasi karakter kepemimpinan manusia. Konsep utama dalam
yang seharusnya ada pada seorang fenomenologi adalah makna. Makna
nakhoda dan juga karakter yang dapat merupakan isi penting yang muncul dari
menjadi filosofi kepemimpinan secara pengalaman kesadaran manusia. Untuk
umum. mengidentifikasi kualitas yang esensial
Data diperoleh dari observasi dan dari pengalaman kesadaran dilakukan
in-depth interview (wawancara dengan mendalam dan teliti. Desain
mendalam) dari nakhoda yang dijadikan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
sampel sejumlah 8 orang, di antaranya 4 berikut.
orang berprofesi akademisi, 6 orang

Gambar 1 Desain Penelitian

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
240 http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237 Kepemimpinan Di Atas Kapal

HASIL DAN PEMBAHASAN harinya diwarnai rasa kekeluargaaan ,


A. Karakter-Karakter Kepemimpinan kemitraan dan kesetiakawanan. Bahkan
Seorang Nakhoda dalam ketentuan internasional tentang
Pengalaman kepemimpinan di laut safety of life at sea (SOLAS) ada
selalu menjadi pedoman atau ibarat dalam keharusan setiap kapal terdekat untuk
mendefinisikan karakter kepemimpinan di memberi pertolongan kepada kapal kain
darat. Berikut adalah beberapa karater yang mendapat kecelakaan dan menolong
kepemimpinan darat yang mengambil orang-orang yang terapung-apung di laut.
contoh dari kepimpinan di laut: sosok Jika mereka lalai maka dikenakan sanksi
seorang pemimpin yang paling internasional (Wahyono, 2009).
bertanggung jawab dalam menentukan Intinya seorang nakhoda kapal harus
arah dan tujuan. Kepastian arah dan memiliki sejumlah sifat yaitu beriman dan
tujuan pemimpin diibaratkan sebagai bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
seorang nakhoda sebuah kapal yang memiliki tujuan dan haluan hidup yang
memimpin armada mengarungi lautan luas jelas, melihat ke depan dan menarik
menuju demaga. Di tangan seorang pelajaran dari masa lalu, selalu waspada,
nakhodalah kendala kemudi berada dan berani dan bertanggung jawab, bersikap
tepat berada di dekat kemudi terdapat dan berpikiran luwes, berpikir
kompas yang membantu nakhoda menyeluruh. Seorang nakhoda harus
menentukan arah perjalanan kapal. Posisi mengutamakan keselamatan kapal dan
ruang kemudi yang terletak di posisi anak buah dan keluarganya serta membina
terdepan dan tertinggi diartikan bahwa persaudaraan sesama pelaut.
tanggung jawab terbesar perjalanan berada Kepemimpinan seorang nakhoda
di tangan nakhoda. Kapal harus dijalankan memiliki tujuh karakter. Karakter pertama
di jalur tepat dan nakhoda juga yang adalah bertakwa kepada Tuhan yang
menjadi penentu untuk tetap menjalankan Maha Esa. Karakter ini bukan berarti tidak
kapal pada saat angin dan badai harus dimiliki oleh pemimpin didarat
menerjang atau berhenti memutar balik tetapi yang dimaksud di sini adalah pada
arah ataupun berpindah arah (Duha, saat berada di laut lepas hanya kepada
2016). Sang Maha Kuasa para ABK dan nakhoda
Bagaimana sikap pemimpin meminta pertolongan. Karakter dasar ini
menghadapi krisis dengan jelas terlihat yang harus dimiliki oleh seorang
dari seorang nakhoda kapal pemimpin di laut untuk menyadari bahwa
bertanggungjawab penuh yang tidak benar adanya Tuhan sebagai penolong dan
meninggalkan kapal pada saat badai Maha Besar. Karakter kedua adalah tidak
menerjang, memilih menjadi orang pernah berfikir untuk meneggelamkan
terakhir yang meninggalkan kapal. kapal, karena kapal dan laut merupakan
Seorang nakhoda yang meninggalkan sebuah satu kesatuan. Semua orang yang
kapal saat badai tentu tidak bisa lagi berada di atas kapal tidak akan pernah
membantu ABK yang panik didalam berusaha untuk membocorkan kapal. Hal
kapal yang hendak karam jika nakhoda ini mengartikan bahwa mulai dari
sendiri sudah aman didalam sekocinya. nakhoda, mualim, kepala kamar mesin,
Nakhoda sebagai pemimpin bertindak dan penumpang kapal menginginkan
sebagai seorang secret service agent, yang kapal berada dalam kondisi baik tidak
siap berdiri didepan saat badai datang bocor, karena mereka semua ingin
menerpa. Kepemimpinan di laut selamat. Arti dari karakter kedua ini
dicerminkan oleh kepemimpinan nakhoda adalah seluruh ABK termasuk nakhoda
kapal, meskipun secara formal bersifat berusaha menjaga agar kapal tidak bocor.
hierarkis karena hanya ada satu nakhoda Karakter ketiga adalah demokrasi.
dalam satu kapal tetapi kehidupan sehari- Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog 241
ISSN 2355-4721
Rini Setiawati, Aswanti Setyawati, Honny Fiva Akira DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

respon bahwa gaya kepemimpinan bertanggung jawab terhadap keluarga


demokrasi dianut oleh para nakhoda tetapi anak buah kapal.
demokrasi di sini adalah saat kapal belum Karakter kelima adalah nakhoda
berangkat. Hal tersebut mengartikan harus mempunyai tujuan jelas. Dalam
bahwa sebelum kapal berangkat pemimpin mengemudikan kapal nakhoda dalam
dengan ABK-nya berdiskusi dan menjalankan tugasnya harus mampu
menyampaikan pendapat. Mulai dari mempunyai tujuan yang jelas. Hal tersebut
persiapan keberangkatan, kepemimpinan mengartikan bahwa nakhoda menjadi
di atas kapal, dan lain sebagainya. Namun, penentu arah tujuan kapal dan bagaimana
ketika kapal sudah diputuskan untuk cara untuk mencapai tempat tersebut.
berjalan dan telah di tetapkan pengurus Seolah memang terlihat sederhana namun
yang berada di atas kapal mulai dari ternyata tidak. Nakhoda harus mengetahui
nakhoda, mualim, dan kepala kamar berapa banyak persediaan makanan yang
mesin, saat itulah tidak lagi terjadi harus dimiliki di atas kapal, tidak bisa
demokrasi. Kepemimpinan di atas kapal terlalu sedikit dan juga tidak bisa terlalu
mutlak menjadi milik nakhoda kapal banyak, karena kapal memilki kapasitas
sebagai orang yang bertanggung jawab terbatas tidak seperti di darat. Nakhoda
atas seluruh aktivitas dan kejadian di atas juga merupakan orang yang harus tahu
kapal. kemana kapal akan berlabuh, dan
Karakter keempat adalah nakhoda bagaimana caranya untuk mencapai
bertanggung jawab penuh. Kepemimpinan pelabuhan tujuan. Artinya nakhoda harus
maritim memang berbeda dengan menentukan alur pelayaran, dan
kepemimpinan di daratan. Ketika menghindari lokasi-lokasi yang
kepemimpinan di darat orang banyak yang sebelumnya kapal pernah kandas. Di laut
bisa berbicara dan beargumentasi, berbeda dengan di darat jika didarat
walaupun pemimpin sudah ditunjuk dan apabila kendaraan masuk lubang mungkin
di tetapkan. Sangat berbeda ketika kita tidak akan berpengaruh besar karena
bicara pemimpin, nakhoda merupakan lubang-lubang di darat berukuran kecil.
orang yang paling bertangung jawab atas Apabila di laut kemudian kapal kandas
semua kejadian diatas kapal. Nakhoda akan sangat sulit karena ukuran yang
harus tahu berapa banyak bahan bakar cukup besar dan artinya perjalanan
yang harus dibutuhkan untuk sampai mencapai tujuan pelabuhan sudah pasti
ketempat tujuan. Nakhoda terlahir bukan akan tertunda. Kerugian yang sangat besar
karena kedekatan keluarga atau bahkan tentunya jika kapal mengalami kandas, hal
unsur politis apalagi karena nakhoda lahir ini berarti nakhoda harus paham betul
dari sebuah proses panjang hasil kerja bagaimana alur pelayaran. Dalam
keras. Nakhoda dipilih berdasarkan mengemudikan kapal nakhoda
kompetensi bukan berdasarkan kedekatan mempunyai prinsip untuk pantang
keluarga, menjadi nakhoda harus mampu berbalik dangan alasan apa pun karena
menjadi orang yang paling bertanggung jika sudah kapal siap berlabuh artinya apa
jawab di kapal. Hal inilah yang pun risikonya didepan nakhoda harus siap
menunjukkan jiwa patriot seorang menghadapinya. Nakhoda harus selalu
nakhoda, sangat jauh berbeda dengan memandang ke depan untuk melihat
kepemimpinan di darat yang selalu saja bagaimana kondisi perjalanan kapal. Hal
pimpinan berada di garda terbelakang dan tersebut menunjukkan nakhoda harus
anak buah berada di garda terdepan. mampu mempunyai visi dan tujuan yang
Nakhoda harus siap mengorbankan jelas serta pantang berbalik jika sudah
dirinya karena seorang nakhoda bukan berlayar.
hanya bertanggung jawab terhadap anak Karakter keenam adalah toleransi
buah kapal saja melainkan juga laut. Laut mengajarkan banyak hal tentang

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
242 http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237 Kepemimpinan Di Atas Kapal

toleransi di laut setiap kapal yang Maha Esa dan bagaimana selalu menjaga
berpapasan biasanya akan saling sapa dan keseimbangan. Kepemimpinan maritim
berkoordinasi di sebelah mana mereka merupakan sebuah karakter yang harus
akan bertemu, karena jika tidak selalu di tanamkan agar seluruh
melakukan hal demikian ditakutkan akan masyarakat Indonesia dapat segera
terjadi tubrukan. Berbeda dengan di darat menyadari bahwa mereka berasal dari
terkadang masing-masing kendaraan tidak bangsa maritim.
perlu saling sapa bahkan saling Untuk menjadi kapten kapal yang
mendahului dan kebut-kebutan. Hal inilah baik, dihormati oleh kru dan dihargai oleh
yang seharusnya menjadi sebuah pelajaran perusahaan pelayaran, menurut Maritime
tentang toleransi. Selain itu di laut orang Olympide perlu mengembangkan 11 sifat/
akan menjadi sangat toleransi karena jika karakter. Karakter pertama adalah
ada seorang yang terapung-apung dan keberanian (courage), Keberanian untuk
butuh pertolongan kapal terdekat harus melangkah dan melangkah maju adalah
bersedia menolong bagaimanapun keterampilan yang vital. Untuk menjadi
kondisinya. Berbeda dengan di darat kapten kapal yang baik harus memiliki
apabila ada kecelakaan mobil seolah keberanian. Sebagai seorang kapten akan
setiap kendaraan yang lewat masa bodoh diharapkan untuk mengambil banyak
dengan kecelakaan yang terjadi. Di atas keputusan. Terkadang kehidupan kru akan
kapal juga diajarkan tentang bagaimana bergantung pada keputusan seorang
menikmati kebersamaan, di atas kapal pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin
tidak diajarkan tentang individualisme, di harus memiliki keberanian untuk
atas kapal susah senang ditanggung menghadapi situasi yang menantang dan
bersama hal inilah yang menunjukkan keluar sebagai pemenang. Badai,
makna gotong royong dan tepo seliro pembajakan, kegagalan mesin, apa pun
yang benar-benar di implementasikan. tantangan yang dihadapi, kapten harus
Karakter ketujuh adalah stabilitas tetap positif dan berperilaku dengan
keseimbangan. Jika kita meletakkan berani.
barang di darat sudah dipastikan kita tidak Karakter kedua adalah
perlu memikirkan tentang tata letak kepemimpinan (leadership) memimpin
barang tersebut, karena tidak akan kru dalam perjalanan yang sukses.
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kemauan untuk memimpin, mengambil
kondisi rumah tempat tinggal kita. Namun alih, dan menawarkan pendapat. Namun,
di atas kapal kita di ajarkan untuk selalu bersedia mempertimbangkan pendapat
menjaga stabilitas kapal agar kapal orang lain juga. Lorong budaya terbuka di
mampu berjalan dengan baik. Hal tersebut mana komunikasi diterima. Karakter
mengajarkan setiap barang yang dibawa ketiga adalah kemampuan beradaptasi
dan setiap persiapan di atas kapal harus (adaptability) adalah keterampilan penting
diperhitungkan secara presisi, tidak bisa untuk seorang kapten, harus terbuka untuk
terlalu banyak dan tidak bisa terlalu berubah dan variasi di tempat kerja, dan
sedikit. memiliki kemampuan untuk beradaptasi
Hal tersebut mengajarkan kita untuk dengan berbagai budaya. Sebagai kapten
mampu meletakkan sesuatu sesuai dengan kapal, mungkin diharapkan untuk bertemu
keterbutuhan dan sesuai dengan kapasitas dan menyapa penumpang atau
kapal. Sebuah pemaparan singkat yang bersosialisasi dengan penduduk setempat.
disampaikan seorang kapten kapal yang Karakter keempat adalah kontrol diri (self
pernah mengalami terjangan ombak dan control). Kapten kapal yang baik harus
terpaan gelombang. Kepemimpinan menjaga emosinya, mampu
maritim mengajarkan kita banyak hal mengendalikan amarah, dan menghindari
mulai dari bertakwa kepada Tuhan Yang

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog 243
ISSN 2355-4721
Rini Setiawati, Aswanti Setyawati, Honny Fiva Akira DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

perilaku agresif, bahkan dalam situasi bukan kapten orang yang lahir. Kapten
yang sangat sulit. kapal yang baik dibuat dari pengajaran
Karakter kelima adalah pemain tim dan pengalaman yang tepat (Gupta, 2017).
(team player). Kerja tim sangat penting di Industri maritim bersifat
kapal. Kapten kapal yang hebat harus multinasional dan multikultural.
menjadi pemain tim yang baik. Dia harus Memahami keterampilan kepemimpinan
mengikat tim dan bersahabat dengan mana yang efektif dalam lingkungan
mereka, bekerja sebagai tim sepanjang untuk menjadi pemimpin yang sukses.
waktu. Karakter keenam adalah sehat Pengalaman kerja di perusahaan
secara fisik (physically fit) Menjadi master multinasional akan memberikan wawasan
kapal yang baik adalah pekerjaan yang yang berbeda di mana praktik manajemen
sangat aktif. Kapten kapal harus cukup fit dipandang sebagai hal yang diinginkan
untuk bekerja berjam-jam, untuk bagi para pemimpin maritim masa depan
menyelesaikan tugas harian yang berat, dalam industri global. Karena
siap dalam keadaan darurat untuk keterampilan kepemimpinan merupakan
memastikan keselamatan dan keselamatan kombinasi antara keterampilan yang dapat
sesama awak dan penumpang. Karakter dilatih dan tidak dapat dilatih.
ketujuh adalah judgment and decision Kepemimpinan menunjukkan
making. Seorang kapten laut harus efisien keterampilan kepemimpinan yang
dalam penilaian dan pengambilan dikuasai pemimpin maritim di masa depan
keputusan. Dia harus cukup adil dalam akan mendukung kepemimpinan yang luar
mempertimbangkan biaya dan manfaat biasa. Pengetahuan tentang keterampilan
relatif dari tindakan potensial untuk kepemimpinan maritim yang didukung
memilih yang sesuai. secara universal dapat digunakan sebagai
Karakter kedelapan adalah berpikir pedoman dalam proses rekrutmen untuk
kritis (critical thinking). Kapten kapal manajer maritim.
menggunakan logika dan penalaran untuk Pemimpin maritim masa depan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan memberi nilai kepemimpinan berorientasi
solusi alternatif, kesimpulan atau tim dan karismatik/ berbasis nilai sebagai
pendekatan untuk masalah. Karakter sangat positif dan berkontribusi terhadap
kesembilan adalah analisis kendali mutu kepemimpinan yang luar biasa. Lebih
(control analysis). Seorang master kapal lanjut, hasil menunjukkan bahwa
yang efisien harus melakukan tes dan kepemimpinan yang berorientasi manusia
inspeksi produk, layanan untuk memberikan kontribusi positif terhadap
mengevaluasi kualitas atau kinerja. kepemimpinan yang luar biasa (Fjærli,
Karakter kesepuluh adalah kemampuan Øvergǻrd, & Westerberg, 2015).
berkomunikasi (communication skills). Terlepas dari kurangnya waktu
Seorang master kapal yang baik harus dengan keluarga, kurangnya kualitas tidur
dapat berkomunikasi dalam bahasa yang yang baik, kualitas makanan, perubahan
mudah dipahami. Ia harus memiliki kondisi cuaca yang dapat menyebabkan
kualitas berbicara dengan orang lain untuk kesulitan dalam navigasi, inspeksi
menyampaikan informasi secara efektif. pelabuhan, adalah beberapa stres utama.
Terakhir, karakter kesebelas adalah Sebagai stres yang meningkat, jumlah
learning strategies. Seorang master kapal kelelahan dan frustrasi dengan pekerjaan
yang baik harus memilih dan juga meningkat. Hal ini dapat
menggunakan pelatihan/ metode menghambat kinerja kerja pelaut dan
pengajaran dan prosedur yang sesuai menyebabkan banyak kecelakaan dan
untuk situasi ketika belajar atau mengajar bentrokan antara kru kapal. Jam kerja
hal-hal baru. Kapten kapal yang baik kapal menjadi aspek yang sangat penting
tidak hanya terbentuk begitu saja atau juga tidak hanya kerja di kapal, tetapi juga

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
244 http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237 Kepemimpinan Di Atas Kapal

untuk efisiensi awak dan petugas juga. manusia-manusia nyata dengan berbagai
Sesuai dengan aturan ILO Maritime macam orang dalam berbagai bentuk,
Convention menyatakan bahwa jumlah ukuran, dan warna, mereka memiliki
jam kerja kapal harus delapan jam sehari, landasan yang sama dalam etos dan
dalam keadaan normal, dengan satu hari semangat korps. Diharapkan para
sebagai hari libur; maksimal 14 jam dalam pemimpin ini "mengenal” darimana
jangka waktu 24 jam; maksimal 72 jam di mereka berasal, didikan mereka, apa yang
setiap periode tujuh hari; dilengkapi terjadi dalam hidup mereka, tujuan
dengan minimal 10 jam istirahat dalam mereka dalam hidup, kekuatan mereka,
setiap periode 24 jam maka pelaut harus dan kelemahan mereka." Pemimpin yang
diberikan waktu istirahat sebagai efektif menghargai pentingnya
kompensasi dalam kasus dia dituntut mengetahui dan memahami orang-orang
untuk on call selama jam istirahat. Pelaut mereka. Mereka meluangkan waktu untuk
memang harus selalu sehat baik fisik dan memahami apa yang mempengaruhi
psikis apa pun jabatannya. Jika kondisi mereka, dan mereka melakukan yang
tidak seharusnya maka ada kemungkinan terbaik untuk membangun hubungan
kinerja para pelaut juga akan dapat dengan orang-orang mereka dan
terganggu. Secara umum dapat dianalisis menginspirasi mereka untuk
bahwa kinerja pelaut baik tingkat manajer memenangkan hasil.
dan tingkat supervisor tidak menunjukkan Prinsip kedua adalah memahami
adanya perbedaan. Sesuai dengan maksud komandan. Pemimpin yang
tugasnya, mereka cukup dapat sukses tahu dan memahami misi lebih dari
menjalankan dengan baik. Selain itu sekadar tugas sederhana. Misi adalah
budaya perusahaan pelayaran cerminan niat komandan, apa yang ingin
kepemimpinan yang dijalankan di kapal, diperoleh komandan dari keterlibatan
kepribadian (core self evaluation), serta bawahan. Rencana yang dipersiapkan
pemberdayaan psikologis pelaut itu membutuhkan adaptasi. Memahami
sendiri juga mempunyai pengaruh maksud komandan memungkinkan para
terhadap kinerja (Nurahaju, 2017). pemimpin untuk memastikan penyesuaian
yang dibuat untuk rencana ini sesuai
B. Karakter-Karakter Yang dengan semangat dan tujuan keseluruhan
Mempengaruhi Awak Kapal Untuk dari misi mereka. Prinsip ketiga adalah
Kepemimpinan adalah tentang selesaikan misi. Pemimpin tidak mampu
membimbing sekelompok orang menuju menjadi sukses kecuali mereka bisa
pencapaian tujuan atau misi bersama. menyelesaikan pekerjaan terlepas dari
Para pemimpin yang efektif melakukan ini rintangan yang dihadapi (Schick, 2015).
dengan menganut tiga prinsip. Pertama, Para pemimpin (kapten)
mereka belajar tentang orang-orang diasumsikan mampu menggunakan
mereka untuk memahami mereka. Kedua, penilaian yang diinformasikan oleh
mereka belajar niat komandan mereka pengalaman dan analisis, pengetahuan
untuk memahami misi mereka. Dan tentang keadaan dimana kepemimpinan
terakhir, mereka menggunakan harus bertindak tidak pernah ada dalam
pengetahuan ini untuk menyelesaikan misi bentuk yang terkonsentrasi atau
mereka. Schick William mengatakan terintegrasi, tetapi semata-mata sebagai
dalam dunia marine (marine corp) potongan pengetahuan yang tidak lengkap
terdapat tiga prinsip kepemimpinan yaitu yang terpisah yang memisahkan proses
prinsip pertama adalah mengenal dan kepemimpinan, yaitu, orang-orang dalam
memahami orang-orang. Unit-unit korps peran kepemimpinan memiliki
marinir bukan mesin-mesin pengolah pengetahuan yang terkait dan relevan di
pesanan tanpa berpikir mereka adalah lokasi yang berbeda. Dengan demikian,

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog 245
ISSN 2355-4721
Rini Setiawati, Aswanti Setyawati, Honny Fiva Akira DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

para pemimpin (kapten) perlu Di atas kapal, kepemimpinan


berkolaborasi untuk memproses beragam adalah persyaratan untuk pertumbuhan
informasi. organisasi kegiatan kru. Dalam industri
Perbedaan budaya mewakili dasar- pelayaran ada kebutuhan konstan untuk
dasar komunikasi dan pengembangan mengidentifikasi dan membina pemimpin
kemampuan pemahaman antar masa depan yang memiliki potensi untuk
negara/suku yang berbeda. Perbedaan unggul dalam peran kepemimpinan kritis
budaya adalah situasi yang sering ditemui di atas kapal. Kapal membutuhkan
di kapal. Seorang pemimpin yang baik pemimpin (kapten) yang dapat menjadi
(kapten) tahu bagaimana mengatasi kekuatan untuk koherensi dan persatuan,
kesulitan yang timbul dari anggota kru dan siapa yang dapat berkontribusi pada
budaya yang berbeda yang bekerja efisiensi, yang terkait dengan
bersama. Ia harus terlebih dahulu pembelajaran organisasi yang eksploitatif
mencoba memahami setiap budaya yang dan eksploratif. Untuk menjadi pemimpin
ditemui di kapal dan kemudian mencoba yang baik berarti karena memaksakan rasa
bekerja sama dan menciptakan ikatan. hormat dan otoritas di dalam kru, untuk
Apa yang dianggap tepat dalam satu mengerahkan otoritas yang diperlukan,
budaya bisa, sebagian besar waktu, tidak untuk memiliki kompetensi dan
pantas dalam budaya lain. pengetahuan yang diperlukan, untuk dapat
Kesalahpahaman yang disebabkan oleh memahami situasi yang berbeda dan
perbedaan budaya muncul ketika menyelesaikannya dengan cara yang
seseorang dari budaya tertentu ingin sukses, dan untuk dapat memiliki
memaksakan sudut pandangnya sendiri komunikasi terbuka dan juga siap setiap
kepada orang lain yang memiliki budaya saat untuk memerintah dengan benar dan
yang berbeda, dengan prinsip yang konklusif.
berbeda. Interpretasi yang salah adalah
elemen utama yang muncul setiap kali kita DAFTAR PUSTAKA
ingin memaksa orang lain dengan konsep Covey, S. R. (2005). The seven habits of
kita sendiri. Dengan tidak adanya highly effective people. Jakarta:
pengetahuan yang baik tentang Binarupa Aksara.
karakteristik budaya orang lain, lebih baik Creswell, J. (2007). Qualitative inquiry
untuk memiliki pendekatan diplomatik and research design: Choosing
dari aspek-aspek tertentu yang terkait among five traditions. United
dengan budaya sendiri. Kingdom: Sage.
Duha, T. (2016). Perilaku organisasi.
SIMPULAN Yogjakarta: Deepublish.
Secara luas, kepemimpinan di atas Fjærli, B.A.B., Øvergǻrd, K.I., &
kapal mewakili kemampuan mendapatkan Westerberg, T.V. (2015). Maritime
rasa hormat dan otoritas di dalam awak managers of the future – What do
kapal. Kapten kapal mendapat they think is good leadership? The
penghormatan dan dapat menunjukkan International Journal on Marine
otoritas ketika kru yakin bahwa dia Navigation and Safety of Sea
mampu mengerahkan otoritas yang Transportation, 9.
dikenakan oleh pekerjaan, bahwa dia Levi D. (2011). Group dynamics for
memiliki kompetensi dan pengetahuan teams. Thousand Oaks, CA: Sage.
yang diperlukan, bahwa dia memahami Gupta, N. (2017). How to become a good
situasi yang berbeda dan dia mampu ship captain?
menyelesaikannya memimpin dengan adil Nurahaju, R. (2017). Pemodelan kinerja
dan tegas. pelaut ditinjau dari budaya
organisasi, praktek manajerial,

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
246 http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237 Kepemimpinan Di Atas Kapal

kepemimpinan, evaluasi diri dan Tasmara, T. (2006). Spiritual Centered


pemberdayaan psikologis (Disertasi). Leadership: Kepemimpinan
Unversitas Airlangga Surabaya, Berbasis Spiritual ,Jakarta: GIP.
Surabaya. Wahyono, W. (2009). Indonesia negara
Schick, W. (2015). Three principles for maritim. Jakarta: Teraju.
leadership success. Marine Corps Pratama, W., & Pardjono, P. (2016).
Gazette & Leatherneck Magazine of Model pembelajaran karakter pelaut.
the Marines, 99(9), 66–68. Jurnal Pendidikan Vokasi, 6(3), 318–
334.

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog 247
ISSN 2355-4721
Rini Setiawati, Aswanti Setyawati, Honny Fiva Akira DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v5i2.237

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 05 No. 03, November 2018
248 http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/jmtranslog

Anda mungkin juga menyukai